Abstrak: Deteksi dini kanker serviks bermanfaat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas.
Metode penapisan kanker serviks yang dapat dikerjakan di pelayanan primer adalah pap
smear dan IVA. Upaya menjadikan deteksi dini kanker serviks sebagai program nasional
memerlukan kesiapan petugas kesehatan di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk
menilai
pengetahuan, sikap dan perilaku petugas kesehatan di puskesmas dalam menjalankan
penapisan
kanker serviks. Penelitian ini adalah studi potong lintang pada November 2007 - Maret
2008dengan menggunakan kuesioner yang terdiri atas 15 pertanyaan mengenai
pengetahuan,
11 pertanyaan menyangkut sikap, dan 15 pertanyaan tentang perilaku. Responden
adalah
masing-masing 1 dokter dan 1 bidan, yang bekerja di 100 Puskesmas di lima wilayah
Jakarta
yang dipilih secara acak. Terdapat 198 responden, yang terdiri atas 99 dokter dan 99
bidan,
dari 20 puskesmas kecamatan dan 80 puskesmas kelurahan di lima wilayah DKI Jakarta.
Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kanker serviks
dan
penapisan kanker serviks yaitu 52,8%. Sikap responden terhadap penapisan kanker
serviks
cukup yaitu 94,1%. Responden dokter dan bidan memiliki perilaku kurang yaitu 83,8%
dan
69,7%. Terdapat korelasi lemah antara pengetahuan dan perilaku pada kelompok bidan
(r=
0,241, p<0,05). Sebagian besar responden telah mengetahui IVA dan kegunaannya.
Bidan
merupakan petugas kesehatan yang sering mengerjakan pap smear maupun IVA
dibandingkan
dokter. J Indon Med Assoc.2011;61:447-452..
Kata Kunci: kanker serviks, deteksi dini, pap smear, IVA
448 J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011
Abstract: Early detection of cervical cancer is beneficial in reducing morbidity and mortality rate.
Screening methods that could be conducted in primary health care are pap-smear and VIA. In
order to make cervical cancer screening a national program, the preparedness of the health care
personnels is necessary. This study assessed the knowledge, attitude, and behavior of health care
personnels in primary health care in performing cervical cancer screening. This was a cross
sectional study that was conducted in November 2007-March 2008 using a 3-sections
questionnaire.
Subjects were doctors and housewives in 100 primary health care centers that distributed
in five districts in Jakarta. The 198 respondents that participated in our study were distributed
among 20 district primary health care and 80 local primary health care facilities. Majority of
respondents were lack in knowledge about cervical cancer and cervical cancer screening (52.8%).
Most of respondents had adequate attitude toward cervical cancer screening program (94.1%).
Doctors and midwives were lack in behavior toward cervical cancer screening (83.8% and
69.7%). There was weak correlation between midwives knowledge and behavior (r=0.241,
p<0.05). Most of respondents had already acknowledged VIA and its purpose. Midwives performed
pap smear or VIA more frequently than doctors. J Indon Med Assoc.2011;61:447-452.
Key words: Cervical cancer, screening, pap smear, VIA
Pendahuluan
Kanker serviks merupakan kanker dengan insiden cukup
tinggi pada wanita di Indonesia.1 Hal tersebut menjadikan
alasan mengapa deteksi dini atau penapisan terhadap kanker
leher rahim penting. Saat ini, penapisan merupakan upaya
terbaik dalam menangani kanker serviks, mengingat tidak
sedikit beban kesehatan yang dikeluarkan untuk menangani
kanker ini.2
Program penapisan nasional diperlukan untuk menurunkan
insiden kanker serviks dan memperluas cakupan
penapisan ke seluruh daerah di Indonesia.3 Dalam menyusun
suatu program yang akan terintegrasi dalam program
kesehatan negara, banyak hal yang perlu menjadi
pertimbangan. Salah satu aspek tersebut adalah kesiapan
tenaga kesehatan yang akan berkecimpung dalam program
penapisan ini nantinya.4
Saat ini, memang sudah terdapat program penapisan
kanker serviks di beberapa puskesmas. Kegiatan yang
dilakukan adalah pap smear, akan tetapi masih terkendala
Perilaku
Sebanyak 76,8% responden memiliki perilaku yang
kurang, Beberapa keadaan yang menunjukkan hal tersebut
adalah sebagian besar responden menyatakan tidak pernah
melakukan pemeriksaan genitalia interna dan eksterna.
Sebanyak 38,1% responden langsung merujuk pasien dengan
keluhan yang mengarah pada kanker leher rahim tanpa
melakukan pemeriksaan apapun dan sebagian besar dari
mereka belum pernah melakukan deteksi dini kanker leher
rahim baik pap smear maupun IVA.
Berdasarkan data, 55,6% puskesmas kecamatan telah
melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode
pap smear dan atau IVA. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan
dengan puskesmas kelurahan yang hanya berjumlah
27%.
Di antara para petugas kesehatan yang sudah pernah
melakukan pap smear maupun IVA diketahui bahwa bidan
lebih banyak melakukan kedua hal tersebut dibandingkan
dokter.
Analisis terhadap hubungan antara pengetahuan, sikap,
dan perilaku, memperlihatkan adanya korelasi lemah antara
pengetahuan dan perilaku bidan (r=0.241, p< 0.05).
Diskusi
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa respons
dokter dan bidan terhadap penelitian ini cukup baik, yaitu
jumlah responden yang berhasil dikumpulkan sebanyak 198
individu. Secara umum, mereka menunjukkan masih
kurangnya pengetahuan dalam konteks kanker serviks serta
upaya pencegahannya. Sikap mayoritas responden cukup
baik, namun perilaku yang mereka cantumkan kurang
menyatakan dukungan mereka terhadap pencegahan kanker
serviks.
Pengetahuan yang dimiliki para responden masih
kurang, hanya setengah dari responden yang menjawab
benar pada pertanyaan mengenai insidens kanker serviks.
Lebih dari dua pertiga responden memang mengetahui
tentang gejala awal yang umum terjadi pada kanker serviks
seperti perdarahan pasca koitus, metro-menorrhagi, dan foul
discharge.13 Tetapi, kurang dari sepertiga responden menganggap
gejala berupa nyeri di daerah kemaluan merupakan
manifestasi dari gejala awal pada kanker serviks. Padahal,
keadaan seperti itu sudah merupakan gejala lanjut kanker
serviks.13
Faktor-faktor risiko kanker serviks penting untuk
diketahui oleh setiap dokter dan bidan untuk mengidentifikasi
individu dengan perilaku berisiko tinggi kanker serviks.
Hanya 11,7% yang menjawab bahwa semua faktor yaitu
merokok,14 pernikahan usia muda, promiskuitas, banyak
anak,15 serta kontrasepsi hormonal merupakan faktor risiko.16
Temuan kami didukung oleh penelitian serupa oleh Ruffin
Pernyataan
Penelitian ini dibiayai oleh Asialink-Female Cancer Program.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh dinas
kesehatan DKI Jakarta, suku dinas kesehatan di lima wilayah
DKI Jakarta, serta seluruh dokter dan bidan yang telah
bersedia membantu terlaksananya penelitian ini.
Daftar Pustaka
1. Tjindarbumi D, Mangunkusumo R. Cancer in Indonesia, Present
and Future. Japan J Clin Oncol 2002; 32 (suppl.1): S17-S21.
2. Sankaranarayanan R, Budukh AM, Rajkumar R. Effective screening
programmes for cervical cancer in low- and middle-income
developing countries. Bulletin World Health Organization.
2001;79(10):954-62.
3. Broekhuizen FF. Overview of Cervical Precancer Treatment in
Low Resource Settings dalam Preventing Cervical Cancer in Low
Resource Settings: from Research to Practice, JHPIEGO, Conference
Report, Bangkok, Thailand, 4-7 December 2005.
4. Blumenthal PD. Testing for Cervical Cancer Prevention in Preventing
Cancer in Low Resource Settings: From Research to
Practice. JHPIEGO Conference Report, Bangkok, Thailand, 4-7
December 2005.
5. Nooy LS, Sjahjeny, Schad E. Adequate Help For Patients with
Cervical Cancer? The Referral System in Indonesia. A descriptive
Comparison Study in Four Provinces. Folia Medica
Indonesiana. 2005; 41(1).
6. Goldie SJ, Gaffkin L, Goldhaber-Fiebert JD, Gordillo-Tobar A,
Mah C, Wright TC; Alliance for Cervical Cancer Prevention
Cost Working Group. Cost-effectiveness of Cervical Cancer
Screening in Five Developing Countries. New Engl Med J.
2005;353(20):2158-68.
7. Nurrana L. Penanggulangan Kanker Serviks yang Sahih dan Andal
dengan Model Proaktif-VO (Proaktif, Koordinatif dengan
penapisan IVA dan terapi Krio) [disertasi]. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2005.
8. Tayyeb R, Khawaja NP, Malik N. Comparison of Visual Inspection
of Cervix and Papsmear for Cervical Cancer Screening.
Journal of College of Physicians and Surgeons Pakistan.
2003:13(4):201-3.
9. Goel A, Gandhi G, Batra S, Bhambhani S, Zutshi V, Sachdeva P.
Visual Inspection of The Cervix with Acetic Acid for Cervical
Intraepithelial Lesions. Int J Gynae Obstet.2005:88(1):25-30.
10. Deteksi Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara. [ Cited: 3
Agustus 2008, Last update: 21 April 2008], www.depkes.go.id/
index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3081.
11. Prayitno A. Cervical Cancer with Human Papilloma Virus and
Eipstein Barr Virus Positive. Journal of Carcinogenesis.2006;
5:13.
12. Deganus S. Preventing Cervical Cancer: The Single Visit Approach.
from Research to Practice, JHPIEGO, Conference Report,
Bangkok, Thailand, 4-7 December 2005
13. Holschneider CH. Premalignant and Malignat Disorder of the
Uterine Cervix. In Current Obstetric and Gynecologic. Diagnosis
& Treatment, 9th edition. McGraw-Hill Companies;.2003.
14. Syrjnen K, Shabalova I, Petrovichev N, Kozachenko V,
Zakharova T, Pajanidi J, et al. Smoking is and Independent Risk