Anda di halaman 1dari 8

Paraf Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


Judul

: Isolasi Trimiristin dari Biji Pala

TujuanPercobaan

: Mempelajari isolasi trimiristin dari biji pala dengan cara refluks

Pendahuluan
Biji buah pala merupakan biji dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung unsur-unsur
psitropik (menimbulkan halusinasi), mengakibatkan muntah-muntah, kepala pusing, rongga
mulut kering, meningkatkan rasa muntah dan diakhiri dengan kematian. Biji pala memiliki
daya bunuh terhadap larva. Biji pala ini tidak menimbulkan alergi jika dioleskan pada kulit
manusia (Helmkamp, 1964).
Biji pala mengandung senyawa minyak atsiri. Biji pala yang tua mengandung
komponen lain yang bersifat tidak menguap disebut sebagai fixed oil (mentega pala). Menurut
Leung (1985), fixed oil merupakan suatu bahan yang dapat larut dalam suatu pelarut organik,
akan tetapi tidak dapat dipisahkan dengan menggunakan metode distilasi. biji pala
mengandung senyawa fixed oil sebesar 2040%. Komponen senyawa fixed oil tersusun atas
beberapa senyawa, diantaranya asam miristat, trimiristin dan gliserida dari asam laurat,
stearat dan palmitat. Masyitah (2006) telah melakukan penelitian mengenai isolasi trimiristin
dari sisa hasil distilasi biji pala. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa rendemen
trimiristin yang diperoleh ialah sebesar 21,60% dengan kemurnian 89,86% (Mamun, 2013).
Trimiristin merupakan suatu jenis lemak yang sering digunakan dalam pembuatan
kosmetik kulit sebagai pemutih (whitening agent) dan bernilai harga jual yang sangat tinggi.
Lemak trimiristin selama ini hanya dapat dihasilkan dari beberapa jenis tanaman saja.
Tanaman yang sering digunakan dalam isolasi trimiristin antara lain minyak kelapa (coconut
oil), minyak inti sawit (palm kernel oil), dan minyak babassu (babassu oil). Trimiristin yang
terdapat dari minyak-minyak tersebut masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
fixed oil dalam biji buah pala (Mamun, 2013).
Minyak pala adalah minyak atsiri yang dihasilkan melalui proses hidrodistilasi dengan
menggunakan metode distilasi uap dari biji dan fuli yang telah masak dan kering. Minyak
pala biasanya didapatkan setelah lemak yang terkandung di dalamnya dibuang terlebih
dahulu. Trimiristin dalam minyak pala memiliki bau yang khas. Selain itu miristin dalam
minyak pala juga bersifat mudah terabsorbsi pada konstituen lain dalam minyak pala dan

bersifat toksin. Trimiristin juga sering digunakan dalam bidang farmasi, misalnya dalam
campuran obat-obatan dan digunakan sebagai obat bius. Trimiristin merupakan agen yang
bersifat halusinogen dan toksik yang dapat menyebabkan keracunan pada dosis yang
berlebih. (Suprihatin et al., 2012).
Biji pala merupakan biji yang kaya akan trigliserida yaitu asam lemak ester gliserol.
Gliserol mempunyai rantai yang sangat panjang dan sejumlah ikatan rangkap dan saling
berhubungan satu sama lain. Biji buah pala mengandung trigliserida terutama ester gliserol
yaitu asam lemak tunggal dan asam myristic, yang disebut trimiristin. Trimiristin yang
terkandung dalam biji buah pala kering kira-kira 25%-30% beratnya (Winarno,1991).
Trimiristin merupakan salah satu senyawa bahan alam golongan lemak yang ditemukan
pada biji buah pala (Myristica fragrans). Trimiristin yang terkandung dalam biji buah pala
merupakan lemak yang juga dapat ditemukan beberapa jenis sayuran yang kaya akan minyak
dan lemak terutama pada biji-bijian. Trimiristin merupakan bentuk kental dan tidak berwarna
serta tidak larut dalam air. Trimiristin terkandung sekitar 25% dari berat kering biji buah pala.
Trimiristin adalah suatu bentuk ester dari gliserol dan tidak larut dalam air serta merupakan
bentuk kental yang tidak berwarna yang terdapat pada biji buah pala. Trimiristin memiliki
beberapa sifat yaitu berbentuk kristal yang berupa serbuk putih, memiliki berat molekul
sebesar 728,18 g/mol. Densitas dari trimiristin adalah sebesar 0,88 g/cm 3 pada suhu 30C dan
memiliki titik lebur sebesar 58,5C. Trimiristin tidak larut dalam air namun sangat larut
dalam alkohol dan eter (Wilcox, 1995).
Trimiristin yang terdapat di dalam biji buah pala dapat diisolasi dengan menggunakan
variasi pelarut n-heksana, benzene maupun kloroform secara sokletasi. Ekstrak yang
diperoleh berupa trimiristin dan campuran pelarut. Hasil ekstraks tersebut kemudian dapat
dipisahkan lebih lanjut dengan rotator evaporator, setelah di dapatkan hasil murni dari proses
tersebut, maka hasil ektraks murni kemudian dilarutkan ke dalam pelarut etanol panas dan
didinginkan sampai terbentuk kristal trimiristin (Masyithah, 2006).
Isolasi trimiristin (ester) dan miristat (turunan fenil propanon) yang merupakan dua
produk utama dari buah pala dilakukan dengan ekstraksi kloroform. Senyawa ini dipisahkan
dengan memisahkan residu dan filtratnya. Trimiristin padat dicampur dengan alkali,
menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan kromatografi kolom dan destilasi
bertingkat. Isolasi trimiristin dari biji buah pala yang paling baik adalah dengan cara ekstraksi
eter dengan alat refluks dan residunya dihabiskan dengan aseton. Selain itu senyawa
trimiristin tidak banyak bercampur dengan ester lain yang sejenis (Wilcox, 1995).

Refluks merupakan teknik laboratorium dengan cara mendidihkan cairan dalam wadah
yang disambungkan dengan kondensor sehingga cairan terus menerus kembali kedalam
wadah. Teknik ini digunakan untuk melaksanakan reaksi dalam waktu lama, semisal sintesis
organik (Fieser, 1957).
Jumlah terendah terakhir dari temperatur dimana kristal terakhir meleleh disebut titik
leleh. Pemurnian titik leleh oleh pengotor adalah konsentrasi dari efek yang berbeda dalam
tekanan uap dari campuran padat dan larutan. Titik leleh dari substansi murni adalah
temperatur padatan dan cairan memiliki tekanan uap yang sama. Metode yang sering
digunakan adalah melting point aparatus. Sampel diletakkan pada kaca, lalu diatas penangas
otomatis, titik leleh akan diukur dengan termometer yang ada disebelahnya (Gibson, 1956).
Titik leleh dicapai saat pola molekul pecah dan padatan berubah menjadi cair.
Senyawa kristal murni biasanya memiliki titik leleh tajam, yaitu meleleh pada suhu yang
sangat kecil 0,5-10C. Titik leleh suatu kristal adalah suhu dimana padatan mula-mula menjadi
cair,di bawah 1 atm. Senyawa murni keadaan padat menjadi cair sangat tajam (0,50C)
sehingga suhu ini berguna untuk identifikasi (Wilcox, 1995).
Prinsip Kerja
Percobaan isolasi trimiristin dari biji pala pada praktikum kali ini menggunakan cara refluks.
Prinsip dari refluks adalah mempertahankan reaksi dalam waktu lama dengan pemanasan dan
pengembunan uap, serta menjaga kestabilan suhu di bawah titik didih pelarut. Pemurnian
trimiristin menggunakan metode rekristalisasi.
Alat
Timbangan, mortar, labu alas bulat 100 mL, kondensor refluks, termometer, corong
penyaring, gelas ukur 10 mL, pipet mohr 10 mL, penangas air, ice-bath, oven, alat penentu
titik leleh.
Bahan
Diklorometana, kertas saring, aseton, biji pala
Prosedur Kerja
5 g serbuk buah pala ditimbang yang telah dihaluskan dalam labu 100 mL (labu 1) dan
tambahkan 50 mL diklorometana. Labu 1 dihubungkan

dengan kondensor pendingin.

Campuran dipanaskan dengan refluks selama 30 menit pada suhu tidak lebih dari 60C.
Dinginkan beberapa menit, kemudian saring dalam keadaan hangat kedalam erlenmeyer 100
mL. Bilas padatan pada kertas saring dengan 5 mL diklorometana. Uapkan pelarut
menggunakan penangas air, namun jangan sampai kering. Dinginkan sampai pelarut yang

tersisa sedikit. Tambahkan 10 mL aseton sambil diaduk, lalu dinginkan dalam ice-bath.
Saring endapan dengan kertas saring yang telah ditimbang. Bilas endapan dengan 10 mL
aseton. Keringkan diudara atau dengan oven suhu rendah, lalu timbang. Hitung persentase
rendemen dan tentukan titik lelehnya.
Waktu yang dibutuhkan
1. Persiapan alat dan preparasi sampel

: 20 menit

2. Isolasi trimiristin dari biji pala

: 1 jam

3. Filtrasi, pemasan dan rekristalisasi

: 30 menit

4. Pengeringan, perhitungan rendemen

: 30 menit

dan uji titik leleh


Hasil
No

Variabel yang
Diamati
Set alat Ekstraksi

Ekstraksi selama 30
menit menggunakan
pelarut
diklorometana
2.

diklorometana = 50
mL

Gambar

Hasil ekstraksi

3.

Hasil Ice-bath
aseton
4.

Hasil Piperin yang


didapat
5.

No
1.

2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Variabel yang Diamati


Massa serbuk lada
Ekstraksi selama 30 menit
menggunakan pelarut
diklorometana(mensoxhletasi)
diklorometana = 50 mL
Pendinginan
Pemanasan pelarut
Penambahan aseton
Ice-bath
Menyaring Kristal
Massa kristal

Hasil Pengamatan
5 gram

Terekstrak lada dalam pelarut diklorometana

Cairan kuning bening


Pelarut menguap
Larutan berwarna kuning keruh
Mengkrisal
Terdapat banyak kristal
0,408 gram

Pembahasan
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kali adalah isolasi trimiristin dari biji pala.
Trimiristin merupakan salah satu senyawa yang terkandung di dalam biji buah pala yang juga

merupakan salah satu senyawa bahan alam dari golongan lemak. Struktur dari trimiristin
adalah sebagai berikut:
O

CH3
O

O
O

CH3

O
CH3

Gambar 1. Struktur Trimiristin (Wikipedia)

Trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan menggunakan metode refluks yang
dilanjutkan dengan filtrasi dan rekristalisasi. Biji pala yang digunakan dalam percobaan ini
dihaluskan terlebih dahulu agar menjadi serbuk (partikel yang lebih kecil). Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar biji pala lebih mudah untuk larut ke dalam pelarut karena semakin kecil
permukaan sampel maka akan semakin cepat larut dan semakin cepat pula bereaksi dengan
pelarutnya. kristal akan lebih mudah terbentuk apabila biji pala dihaluskan terlebih dahulu.
Tahap awal untuk mengisolasi trimiristin dari biji pala ini adalah menggunakan metode
refluks. Metode ini menggunakan prinsip mempertahankan reaksi dalam waktu lama dengan
pemanasan dan pengembunan uap, serta menjaga kestabilan suhu di bawah titik didih pelarut.
Tahapan metode refluks dimulai dengan melarutkan biji dalam diklorometana. Diklorometana
akan melarutkan trimiristin yang terkandung dalam biji pala. Hal ini karena diklorometana
bersifat nonpolar sehingga dapat melarutkan trimiristin yang juga bersifat non polar. Setelah
keduanya bercampur, kemudian dilanjutkan dengan proses perefluksan yang bertujuan agar
serbuk biji pala dan diklorometana tercampur sempurna. Perefluksan ini dilakukan dengan
cara memanaskan campuran dalam labu alas bulat yang dihubungkan dengan kondensor
refluks. Prinsip refluks, uap diklorometana yang terbentuk akan didinginkan oleh kondensor
refluks dan mengembun kembali. Embun dari uap diklorometana ini akan kembali lagi ke
labu alas bulat sehingga dalam proses ini tidak ada senyawa yang hilang. Proses refluks ini
menyebabkan trimiristin terekstrak dari biji pala oleh pelarut diklorometana.
Tahap selanjutnya adalah filtrasi. Filtrasi ini dilakukan untuk memisahkan residu yang
berupa ampas serbuk biji pala dengan filtrat yang berwarna kuning bening. Filtrat yang
dihasilkan ini merupakan diklorometana yang mengandung ekstrak trimiristin. Filtrat ini
kemudian diuapkan di atas titik didih diklorometana. Hal ini dilakukan agar diklometana
menguap sehingga pelarut hilang dari filtrat tersebut dan yang tersisa adalah ekstrak
trimiristin. Trimiristin tidak ikut menguap dalam proses penguapan ini karena titik didihnya

yang tinggi mencapai 311 C.


Percobaan dilanjutkan dengan proses rekristalisasi. Proses rekristalisasi ini bertujuan
untuk memurnikan trimiristin. Pelarut yang digunakan untuk proses rekristalisasi ini adalah
aseton. Aseton digunakan sebagai pelarut rekristalisasi karena aseton tidak akan bereaksi
dengan zat yang akan dimurnikan dan hanya akan bereaksi dengan zat pengotornya. Selain
itu titik didih dari aseton rendah, sehingga mempermudah pengeringan kristal senyawa yang
dimurnikan. Proses rekristalisasi ini dilakukan dengan mendinginkan filtrat yang telah
bercampur dengan aseton dalam ice bath. Hal ini dilakukan untuk mempercepat penurunan
suhu sehingga mempermudah pembentukan kristal. Kecepatan penurunan suhu akan
berpengaruh pada ukuran yang kristal yang terbentuk. Penurunan suhu semakin cepat maka
kecepatan tumbuh inti kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan krtistal, sehingga
kristal yang diperoleh kecil, rapuh dan banyak, sebaliknya jika penurunan suhu berjalan
secara perlahan maka pertumbuhan kristal akan lebih cepat daripada pertumbuhan inti kristal
sehingga kristal yang terbentuk berukuran besar. Ukuran kristal yang dihasilkan dalam
percobaan kali ini berukuran kecil, sehingga kemungkinan penurunan suhunya berlangsung
secara cepat.
Kristal setelah terbentuk, dilakukan penyaringan dengan kertas saring. Penyaringan ini
dilakukan untuk memisahkan kristal dari komponen yang lain. Residu yang dihasilkan dari
proses penyaringan ini merupakan kristal trimiristin sedangkan filtratnya merupakan
campuran aseton dan pengotor. Residu yang merupakan kristal trimiristin ini kemudian
dikeringkan dalam udara bebas. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan sisa pelarut yang
terdapat dalam residu, sehingga kristal benar-benar kering. Massa kristal trimiristin murni
setelah proses pengeringan ini adalah sebesar 0,408 gram. Literatur menurut (Suprihatin et
al., 2012), kandungan trimiristin dalam biji pala sekitar 22,6% sedangkan berdasarkan
literatur (Masyithah, 2006), kandungan trimiristin dalam biji pala adalah sebesar 23%.
Trimiristin yang terkandung untuk 5 gram biji pala seharusnya adalah 1,13 gram sampai 1,15
gram. Perbedaan kandungan trimiristin yang didapat dari percobaan dengan literatur
kemungkinan disebabkan oleh adanya trimiristin yang tidak terisolasi oleh diklorometana saat
proses perefluksan, dan saat percobaan massa endapan tumpah karena kesalahan praktikan
sehingga massa trimiristin yang didapat lebih kecil daripada massa yang seharusnya
didapatkan. Kristal trimiristin yang didapat selanjutnya diuji titik leleh. Titik leleh trimiristin
yang dihasilkan dari percobaan ialah sebesar 56 C, sedangkan berdasarkan percobaan
Mamun (2013), didapatkan bahwa titik leleh trimiristin ialah sebesar 54 C dan berdasarkan

Wikipedia sebesar 54 C 56 C. Besarnya nilai titik leleh dari percobaan tidaklah jauh
berbeda dengan literatur yang ada (data saling berhimpitan).
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam praktikum isolasi trimiristin dari biji pala adalah senyawa
trimiristin dapat diisolasi dengan menggunakan metode refluks didapatkan hasil rendemen
0,408 gram dan titik leleh trimiristin yang diperoleh rentang 56 C.
Daftar Pustaka
Fieser, L. 1957. Experiment in Organic Chemistry 3nd edition. Boston: D.C. Health and
Company.
Gibson, C. S. 1956. Essential Principles of Organic Chemistry. London: Cambridge of The
University Press.
Mamun. 2013. Karakteristik Minyak Dan Isolasi Trimiristin Biji Pala Papua. Jurnal Littri.
Vol.19, No.2.
Masyithah, Z. 2006. Pengaruh Volume Dan Konsentasi Pelarut Pada Isolasi Trimiristin Dari
Limbah Buah Pala. Jurnal Teknologi Proses. Vol.5, No.1.
Suprihatin, et al. 2012. Isolasi Trimiristin Dari Minyak Pala (Myristica fragnans) Dengan
Metode Penyulingan Uap. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol.17, No.1.
Wilcox, C. F. 1995. Experimental Organic Chemistry, 2nd edition. New Jersey: Prentice Hall.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Saran
Adapun saran dalam praktikum isolasi trimiristin dari biji pala ialah praktikan harus
lebih berdisiplin selama melakukan percobaan. Praktikan harus menguasai materi yang akan
dilakukan dalam percobaan ini, sehingga data yang diperoleh bisa baik dan tepat serta sesuai
dengan harapan. Praktikan harus mengkalibrasi dan membersihkan alat yang akan digunakan
supaya akurasi, presisi dan validitas data sesuai dengan sebenarnya.
Nama Praktikan
Pratma Noor Adi Nugroho (141810301039)

Anda mungkin juga menyukai