PENDAHULUAN
Sebelum tahun 1970, Rumah Sakit Semen Padang hanya berbentuk poliklinik
yang melayani pengobatan dan observasi perawatan untuk melayani karyawan
dan keluarga karyawan yang sakit.
Terhitung mulai tanggal 16 Juni 1970, unit pelayanan ksehatan ini berubah
menjadi Biro Kesehatan yang termasuk dalam struktural PT Semen Padang.
Pada awalnya, Biro Kesehatan ini mempunyai 31 tempat tidur dengan
klasifikasi rumah sakit tipe D, dimana fasilitas pada saat itu belumlah memadai.
Tanggal 30 Agustus 1997 Biro Kesehatan PT Semen Padang berubah status
menjadi Yayasan Rumah Sakit Semen Padang dengan 51 tempat tidur yang
dikelola secara langsung oleh suatu badan hukum yang lepas dari manajeman PT
Semen Padang.
Visi :
Memberikan pelayanan kesehatan yang prima untuk masyarakat serta menjadi
rumah sakit swasta terbaik
Misi :
Membantu pemerintah dalam upaya mensukseskan program kesehatan dengan :
a. meningkatkan pola kualitas pelayanan kesehatan secara berkesinambungan
b. meningkatkan kepuasan pelanggan
c. membangun rumah sakit baruu sesuai dengan kebutuhan pelanggan
Rumah Sakit Semen Padang saat ini sedang dalam proses akreditasi oleh
Departemen Kesehatan RI dalam 5 bidang pelayanan dasar yaitu pelayanan
medis, keperawatan, gawat darurat, rekam medis, dan administrasi manajemen.
Jumlah seluruh tenaga pada saat ini adalah 105 orang, dimana menurut status
kepegawaian terdiri dari 32 orang tenaga tetap PT Semen Padang, 28 tenaga tetap
Yayasan Rumah Sakit PT Semen Padang, dan 45 tenaga honorer (kontrak)
BAB II
MASALAH KETENAGAAN
Dalam menghadapi perkembangan sektor industri kesehatan yang makin
pesat, dalam hal ini rumah sakit, maka perlu dipersiapkan sumber daya manusia
yang profesional dan kompetitif.
Di Rumah Sakit Semen Padang, masalah yang dihadapi berkaitan dengan
sumber daya manusia adalah ketidaksesuaian latar belakang pendidikan di bagianbagian yang ada, serta masih banyaknya tenaga kerja yang di bawah standar
pendidikan seharusnya.
Tabel 1. Daftar jenis ketenagaan, status kepegawaian dan jenis kelamin
Rumah Sakit Semen Padang, 30 November 2008
STATUS KARYAWAN
JENIS
NO. KETENAGAAN
A.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
B.
1
2
3
4
5
6
MEDIS
Dr. umum
Dr. spesialis penyakit dalam
Dr. spesialis jantung
Dr. spesialis kandungan
Dr. spesialis anak
Dr. spesialis bedah
Dr. spesialis anestesi
Dr. spesialis syaraf
Dr. spesialis mata
Dr. spesialis mitra
Dr. gigi + MARS
Dr. gigi
Jumlah
PARAMEDIS
DIII keperawatan
Bidan
Perrawat bidan
SPK
Penjenang kesehatan
Perawat gigi
JUMLAH
PTSP
YRSSP
TETAP
TETAP
HONOR
7
1
1
2
1
1
1
1
1
9
1
1
2
1
1
1
1
1
1
17
1
1
17
3
1
6
3
1
2
1
3
13
1
1
9
5
3
17
1
1
JENIS
KELAMIN
P
4
1
1
2
1
1
1
1
1
11
1
1
8
7
5
3
13
1
1
C.
1
2
3
Jumlah
ANALIS KESEHATAN
S1 kesehatan masyarakat
DIII analis kesehatan
SAKMA
Jumlah
19
1
1
11
36
1
2
1
2
1
4
D.
1
RADIOGRAFER
DIII ATRO
E.
1
2
FARMASI
Apotekker
SMF
Jumlah
1
6
7
F.
1
2
GIZI
SKKA
SMKK
Jumlah
G.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
3
3
8
32
1
3
1
5
4
16
28
8
45
30
1
2
1
4
1
7
8
1
7
8
2
1
3
2
1
3
2
1
2
3
1
1
2
9
4
7
32
105
6
1
5
16
34
1
2
1
1
1
2
3
3
2
16
71
Dari tabel diatas terlihat bahwa tenaga paling banyak terdapat pada bagian
paramedis (34,2%), dimana lulusan terbanyak adalah SPK (16,1%). Dari status
kepegawaian didominasi tenaga kontrak sebesar 42,8%, sedangkan menurut jenis
kelamin, didominasi wanita sebesar 67,6%.
Disini terlihat bahwa sebagian besar tenaga kerja masih dibawah standar
yang seharusnya, pada bagian keperawatan masih didominasi dari lulusan SPK,
dan pada bagian gizi, belum terdapat analis gizi, hanya sebatas lulusan SKKA atau
SMKK. Posisi kepala urusan hanya didasarkan pada lamanya masa kerja bukan
didasarkan latar belakang pendidikan. Untuk itu, perlu ditinjau pengem- banganpengembangan pendidikan dalam rangka penyesuaian dengan standar yang ada.
BAB III
ANALISIS KETENAGAAN
Untuk menganalisa kebutuhan tenaga rumah sakit, diperlukan suatu
metode perhitungan sebagai indikatornya. Salah satu cara yang sering digunakan
adalah perhitungan dengan menggunakan standar yang telah ditentukan oleh
Surat Keputusan Menteri Kesehatan no. 262/MENKES/Per/VII/1979.
Metode ini mengklasifikasikan pehitungannya berdasarkan tipe rumah sakit.
Untuk rumah sakit tipe D, perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Tempat tidur : tenaga medis
= 15 : 1
=6:1
=3:2
Rumah Sakit Semen Padang adalah rumah sakit tipe D dengan kapasitas
50 tempat tidur, maka perbandingan kebutuhan tenaga tetap (full time) menurut
standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Perbandingan kebutuhan tenaga menurut standar dengan tenaga full time
di Rumah Sakit Semen Padang 30 November 2008
No.
KATEGORI
TENAGA MENURUT
TENAGA
STANDAR (TIPE D)
1
Tenaga medis
4
2
Tenaga paramedis perawatan
25
3
Tenaga non paramedis perawatan*
8
4
Tenaga non perawatan
33
* Analis kesehatan, ATRO, Apotekker, Asisten Apotekker
TENAGA
SEKARANG
6
36
11
32
KELEBIHAN/
KEKURANGAN
2
11
3
(1)
BAB IV
ANALISIS KETENAGAAN BAGIAN FARMASI
RUMAH SAKIT SEMEN PADANG
Pada bulan November 2008, tenaga full time yang ada di instalasi farmasi
adalah sebanyak 8 orang. Instalasi farmasi yang ada belum dilaksanakan 24 jam.
Jadi, instalasi farmasi hanya bertugas pada jam kerja poliklinik yaitu jam 8 pagi
sampai dengan 5 sore. Untuk bangsal perawatan dan IGD, pemberian obat masih
dilakukan langsung oleh perawat. Hal ini perlu untuk diperhatikan mengingat
standar pelayanan resep seharusnya dilakukan oleh tenaga farmasi.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Yayasan Rumah Sakit Semen
Padang di tahun 2008 ini, Yayasan Rumah Sakit Semen Padang akan berusaha
meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan mutu secara berkesinambungan. Untuk itu, manajemen berencana akan mengoptimalkan kegiatan di
beberapa instalasi yang ada, khususnya farmasi.
Adanya permasalahan di Unit Gawat Darurat (UGD) karena tidak adanya
petugas yang menangani masalah obat-obatan yang merupakan bagian tanggung
jawab Unit Instalasi farmasi, sehingga petugas di UGD merasa kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya melayani pasien karena harus melaksanakan tugas
pengambilan obat serta administrasi sekaligus. Sebagai solusi, manajemen
membuat perencanaan apotik mini di UGD.
KA. URUSAN
DISTRIBUSI
PRODUKSI
GUDANG
ADMINISTRASI
BULAN
Januari
Februari
Maret
April.
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
TOTAL
(Xi-X)
27
10
3
10
8
-17
-4
-5
-19
2
-12
X = 1/n . Xi
= 1/11 . 2544
= 231
S= rata-rata deviasi
S= 1/(n-1) x (Xi-X)
S= 1/(11-1) x 1841
S= 184,1
S= 13
Analisa :
(Xi-X)
729
100
9
100
64
289
16
25
361
4
144
1841
267
total waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan satu resep rata-rata : 8,5
menit
RESEP INTERN
Rata-rata resep intern per hari dari tahun 2003 sampai 2007 adalah 244 resep/hari
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan satu resep adalah :
(8jam x 60 menit) = 480 menit = 2 menit per resep
Rata-rata resep per hari
244
10
total waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan satu resep rata-rata : 8,5
menit
RESEP EXTERN
Rata-rata resep extern per hari dari tahun 2003 sampai 2007 adalah 23 resep per
hari
Sedangkan untuk pengerjaan satu resep dibutuhkan waktu :
-
Perbandingan jam kerja sebelum dan setelah ada apotik mini di UGD
Kondisi sebelum ada apotik mini
No
1
2
KEGIATAN KERJA
JUMLAH
ASS.APT
(A)
7
2
Kerja harian
Lembur : melayani R/
dr. sp & pasien ranap
Lembur : stock
3 opname
7
mingguan (stp jumat)
4 Lembur : mengganti
1
obat UGD (sabtu &
minggu)
Total tambahan jam kerja 1 minggu
JLH HR
KERJA
(B)
5
2
JUMLAH
JAM
KERJA
(C)
9
2
28
44
11
No
KEGIATAN KERJA
JUMLAH
ASS.APT
(A)
JLH HR
KERJA
(B)
JUMLAH
JAM
KERJA
(C)
Kerja harian
Lembur : melayani R/
dr. sp & pasien ranap
28
Lembur : pelayanan
R/ apotik mini (jam
15.00-22.00)
35
Lembur : pelayanan
R/ di apotik mini hari
Sabtu dan minggu
(07.00-22.00) 2 shift
15
30
Lembur : stock
opname
mingguan (stp jumat)
315
101
Analisa biaya :
1. lembur di hari kerja
: 1 jam x 1,5
: 1 jam x 2
3. tarif lembur setelah kenaikan 10% = Rp. 5.060,4. honor tenaga per bulan setelah kenaikan 10% = Rp. 880.000,5. biaya lembur setelah ada apotik mini :
- di hari kerja / bulan
= 35 jam x 1,5 x 4
= 30 jam x 2 x 4
= 2.277.000
= 1.760.000
517.000
12
lembur kepada petugas yang ada karena stamina petugas sudah tidah fit lagi untuk
berdinas di sore hari jam 15.00-22.00. Bila memberi lembur kepada petugas yang
ada saat ini maka biaya akan bertambah sebesar Rp. 517.000,- per bulan.
Sehingga, dari analisa di atas, maka sebaiknya direkrut tenaga baru yang akan
bertugas di apotik mini sebanyak 2 orang dan bertugas untuk 2 shift.
13