Anda di halaman 1dari 16

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
pada pasal 1 mengatakan bahwa Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh
ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa
pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Dalam
dunia perikanan, tak lepas dengan usaha penangkapan Sumber Daya Ikan. Alat
menangkap ikan (fishing tackle) adalah peralatan yang digunakan nelayan dan
pemancing untuk mendapatkan ikan dan hewan laut lainnya. Dalam menangkap ikan
menggunakan alat tangkap, untuk mempermudahkan manusia dalam menangkap SDI
(Sumber Daya Ikan). Ternyata API (Alat Tangkap Ikan) yang digunakan dalam
menangkap ikan ada beraneka macam. Adapun macamnya antara lain: Pukat Hela
(Trawl), Pukat Tarik (Seine Net), Jaring, Perangkap (Trap), Alat Pengumpul (Collector).
Trawl adalah alat penangkap ikan yang bersifat aktif serta mempunyai target
spesies baik untuk menangkap ikan maupun untuk udang. Trawl memiliki kreteria yaitu
(a) jaring berbentuk kantong (pukat) baik yang berasal dari karakteristik asli maupun
hasil modifikasi. (b) memiliki kelengkapan jaring (pukat) untuk alat pembuka mulut
jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan rentang (otter board) dengan
cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah kapal (c) Tanpa memiliki
kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela oleh dua buah kapal. Trawl asli
adalah jaring (pukat) trawl yang dirancang bukan dari hasil modifikasi tidak ada
perubahan dari aspek desain konstruksi, karakteristik dan metode pengoperasian
dengan ciri-ciri yaitu (a) karakteristik bentuk konstruksi masih sesuai ketentuan teknis
jaring yang lazim (b) banyak menggunakan potongan miring (cutting rate) pada
bagian jaring (c) miliki bagian jaring berupa medan jaring atas (square) bagi trawl
dasar (bottom trawl) atau medan jaring bawah (bosoom trawl) pertengahan permukaan
(mid water trawl) (d) cara operasi dirancang dengan dihela / diseret oleh sebuah atau
dua buah kapal. Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl,
karena adanya perubahan desain konstruksi , karakteristik jaring dan metode operasi
1

penangkapan dengan ciri-ciri (c) ada perubahan bentuk dan ukuran dari jaring aslinya,
terutama pemendekan ukuran sayap (b) teknik pemotongan bagian jaring masih
menggunakan potongan lurus (all point dan all mesh), (c) kebanyakan belum
menambah bagian medan jaring (square) masih tetap seperti kondisi aslinya (d) ada
penambahan kelengkapan jaring berfungsi alat pembuka mulut jaring baik berupa
palang/gawang (beam) maupun papan rentang (otter board) dan kondisi aslinya. Okda
perubahan metode pengoperasian dari cara ditarik dari atas perahu atau pantai menjadi
cara dengan diseret/dihela oleh sebuah kapal (Nedelec and Prado, 1990).
1.2. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sejarah alat tangkap trawl atau pukat hela?
b.
Bagaimana Klasifikasi alat tangkap trawl atau pukat hela?
c.
Apa saja yang digunakan dalam alat tangkap trawl atau pukat hela?
d. Apa saja hasil tangkapan alat tangkap trawl atau pukat hela?
1.3. Tujuan Penulisan
a.
Mengetahui sejarah alat tangkap trawl atau pukat hela;
b.
Mengetahui klasifikasi alat tangkap trawl atau pukat hela;
c.
Mengetahui bahan-bahan pada alat tangkap trawl atau pukat hela;
d.
Mengetahui hasil tangkapan dari alat tangkap trawl atau pukat hela.

BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1. Definisi alat tangkap Trawl atau Pukat Hela


Kata trawl berasal dari bahasa prancis troler dari kata trailing adalah dalam
bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan kata tarik ataupun mengelilingi seraya menarik. Ada yang
menterjemahkan trawl dengan jaring tarik, tapi karena hampir semua jaring dalam
operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik , maka selama belum ada
ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata
trawl.
Trawl merupakan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan dengan
menghela (towing) di dasar perairan dengan menggunakan kapal. Untuk membuka
mulut jaring kearah samping atau secara vertikal digunakan otterboard dan untuk
membuka kearah atas dipasang pelampung pada tali ris atas dan pemberat pada tali ris
bawah. Trawl diperkenalkan sekitar tahun 1870 di Sungai Themmes.
Jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang
kapal yang menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan
jenis demersal lainnya. Jaring ini juga ada yang menyangkut sebagai jaring tarik
dasar. Stern trawl adalah otter trawl yang cara operasionalnya ( penurunan dan
pengangkatan ) jaring dilakukan dari bagian belakang ( buritan ) kapal atau kurang
lebih demikian. Penangkapan dengan system stern trawl dapat menggunakan baik satu
jaring atau lebih. Trawl dasar merupakan alat penangkap ikan dasar yang sangat efektif
dan efisien. Pengoperasiannya menggunakan kapal motor yang memiliki HP (Horse
power) yang cukup untuk menarik trawl dengan kecepatan konstan antara 3 hingga 4
knot. Trawl dasar ada yang dioperasikan dari buritan kapal (stern trawl) dan ada yang
dari lambung kapal (side trawl). Dewasa ini lebih banyak trawl dasar yang dioperasikan
dari buritan, terutama jika dioperasikan oleh kapal-kapal di atas 100 GT, kecuali trawl
udang (shrimp trawl) yang dioperasikan menggunakan boom samping (double rigger
shrimp trawl). konstruksi trawl dasar terdiri dari dua sim, empat sim dan enam sim.
Komponen utama trawl dasar pada umumnya terdiri dari ris atas (head rope), ris bawah
(ground rope), sayap (wing), square, panel samping (side panel) terutama pada trawl
yang terdiri dari empat sim atau lebih, badan (baiting atau belly) dan kantong (cod end).
3

Komponen lainnya adalah otter board, tali guci (otter pendant), hand rope, dan warp
(selanjutnya trawl dasar ditulis trawl).
Adapun bentuk umum trawl dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar. Bentuk umum Trawl (pukat hela)


2.2. Klasifikasi alat tangkap trawl atau pukat hela
Trawl dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara yaitu berdasarkan:
a. Cara mulut jaring terbuka
Berdasarkan cara mulut jaring terbuka trawl dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:
Beam trawl
Beam trawl adalah untuk membuka mulut jaring dipasang kerangka (beam) dari

besi
Otter trawl
Otter trawl adalah alat tangkap trawl yang mempergunakan otter board atau
door (pintu) atau kite (layang-layang) untuk membuka mulut jaring kearah

samping
Bull trawl (paranzela)
Bull trawl yaitu trawl yang dioperasikan dengan menggunakan dua kapal untuk

membuka mulut jaring ke arah samping


b. Jumlah kapal yang mengoperasikan
Berdasarkan jumlah kapal yang mengoperasikan dibagi menjadi dua yaitu:
Satu kapal
Dua kapal
c. Letak jaring pada saat dioperasikan
Berdasarkan letak alat tangkap trawl sewaktu dioperasikan dapat dikelompokan
menjadi tiga yaitu:
Trawl dasar (bottom trawl)
4

Trawl dasar dioperasikan tepat atau di dekat dasar perairan.


Trawl pertengahan (mid water trawl)
Trawl pertengahan dioperasikan pada kedalaman di antara keduanya
Trawl permukaan (pelagic trawl).
Trawl permukaan dioperasikan di permukaan
d. Jumlah panel (sim)
Berdasarkan banyaknya bagian (panel) alat tangkap trawl dapat dikelompokan
menjadi:
Dua panel
Empat panel
Enam panel
e. Jumlah alat tangkap yang dioperasikan
Berdasarkan banyaknya alat tangkap trawl yang dioperasikan dapat dibagi menjadi:
Satu alat tangkap
Dua alat tangkap
f. Tempat jaring diturunkan
Berdasarkan letak alat tangkap saat diturunkan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Dari buritan (stren trawl)
Dari samping (side trawl)
g. Jenis tujuan penangkapan
Berdasarkan tujuan ikan yang menjadi hasil tangkapan dapat dikelompokan menjadi
dua yaitu:
Pukat ikan (Fish net)
Pukat ikan tidak mengalami penambahan API hanya ukuran mata jaring (mesh

size) yang relatif lebih besar dari alat tangkap pukat udang.
Pukat udang (shrimp net).
Pukat udang merupakan alat tangkap trawl modifikasi yang ditambahi dengan
alat pemisah ikan/API (Bycatch Excluder Divice (BED) pada bagian depan
kantong (cod end), di Amerika alat tersebut biasa dengan alat untuk meloloskan
penyu (Turtel Excluder Divisce).

2.3. Bahan alat tangkap trawl atau pukat hela


Komponen utama pembentuk trawl terbagi menjadi enam, yaitu warp, otter
board, Kantong (Cod End), Badan (Body, Sayap (Wing), Mulut (Mouth ). Disebabkan
oleh besarnya ukuran trawl, kondisi penangkapan yang keras, besarnya tekanan
hidrodinamik dan hasil tangkapan, bahan trawl sangat membutuhkan webbing yang
memiliki tipe simpul dengan kekuatan putus dalam keadaan basah (wet knot breaking
strength) yang tinggi, memiliki ekstensibilitas (extensibility) relatif tinggi, diameter
yang kecil, kemampuan yang tinggi menahan gesekan-gesekan (high abrasion

resistance). Kekuatan putus simpul sangat dibutuhkan pada panel bawah terutama pada
bagian kantong, karena bagian inilah yang paling banyak menerima gesekan baik dari
dasar perairan maupun dari badan kapal. Ekstensibilitas tinggi dalam arti gabungan
antara sifat elongasi (elongation) tinggi dengan elastisitas (elasticity) tinggi dan
kekuatan putus yang besar akan menghasilkan kekuatan (toughness) yang besar.
Kemampuan menahan gesekan yang dibutuhkan pada kondisi dasar tersebut di atas.
Berikut ini adalah urutan bahan jaring yang memiliki elongasi tertinggi hingga terendah
untuk tingkat pintalan sedang (medium twist), yaitu Polyamide (PA) staple fiber
memiliki elongasi tertinggi, Polyvinyl alcohol (PVA) staple fiber, PA continuous
filament, Polyethylene (PE) mono filament, Polypropylene (PP) continuous filament,
PP split (film) fiber, Polyester (PES) continuous filament memiliki elongasi terendah.
Kawasan Eropa banyak menggunakan polyamide continuous filament (braided system)
dan Asia menggunakan polyethylene mono filament (twisted system), walaupun tidak
ideal tapi harganya murah dan banyak diproduksi.
Bahan ris atas dan ris bawah umumnya adalah kompon (compound rope).
Kompon merupakan modifikasi dari tali baja (Steel wire) dimana masing-masing strand
dibalut dengan serat polyvinyl alcohol (PVA) atau polyester (PES), bagian tengahnya
(core) diisi dengan tali katun (cotton rope) yang telah dicelup dengan bahan pelumas
(grease) dan rope itu sendiri dililit (seizing) dengan benang PVA. Pelampung yang
terpasang pada ris atas berbentuk bola (kosong di tengah) terbuat dari bahan plastik
(PL), berkuping satu atau dua. Pemberat umumnya terdiri dari rantai besi yang
dipasangkan pada ris bawah, bola besi (bobbin), dan potongan ban bekas berbentuk
bulat (rubber slices). Bahan warp terbuat dari tali baja (steel cable).
a. Warp
Tali yang menghubungkan kapal dengan trawl disebut warp. Karakteristik penting
gerakan trawl di dalam air dipengaruhi oleh kedalaman trawl, jarak antara trawl dan
kapal saat towing sepanjang haluan yang ditempuh, dan panjang warp. Bentuk warp
di dalam air yang bergerak pada kecepatan konstan ditentukan oleh kerja sistem gaya
yang mempengaruhinya.
b. Otter boad

Otter board dimaksudkan untuk membuka mulut trawl ke arah horisontal (bukaan
samping) dengan memanfaatkan resistan hidrolik (hydraulic resistance) terhadap
aliran air. Fungsi otter board mirip dengan layang-layang di udara yang
menghasilkan dua komponen gaya yaitu gaya angkat (lift) dan hambatan (drag).
Demikian juga otter board menghasilkan dua komponen gaya, yaitu sheer dan drag.
Sheer (mirip pada layang-layang, lift) akan mendorong otter board ke arah luar garis
lunas (centerline) sebaliknya drag (drag force) akan meningkatkan total resistant
trawl. Otter board yang baik memiliki sheer yang besar dan drag yang kecil.
Bentuk-bentuk otter board terdiri dari rectangular flat, rectangular cambered, oval
cambered slotted, Vee, dan yang paling populer dan efisien digunakan adalah tipe
rectangular cambered yang memiliki perbandingan tinggi terhadap panjang (aspect
ratio) 2 : 1 dan drag sangat rendah yang memungkinkan diperoleh bukaan samping
optimum.
c. Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil
tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil
tangkapan tidak mudah lolos (terlepas).
d. Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini
berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis
ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas
bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
e. Sayap (Wing)
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan
badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan
mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.
f. Mulut (Mouth)
Trawl memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut
jaring terdapat:
Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk
memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada

bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar
bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada
pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
7

Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian
sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
Tali Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan
bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan

pemberat.
2.4. Pengoperasian Trawl
Sebelum kapal menuju daerah penangkapan pada umumnya melakukan persiapan
terhadap segala perlengkapan untuk operasi penangkapan yang meliputi persiapan alat
tangkap dan suku cadangnya, bahan bakar, perbekalan, termasuk obat-obatan dan
kelengkapan surat-surat kapal.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan daerah penangkapan
sebagai berikut:
1. Keadaan daerah penangkapan yang dilihat berdasarkan pada keadaan musim saat itu;
2. Hasil laporan penangkapan dari kapal lain yang sedang beroperasi;
3. keadaan penangkapan pada tahun sebelumnya.
Persiapan sebelum menuju daerah penagkapan dilakukan seperti melumasi
peralatan-peralatan yang perlu agar dalam pengoperasian tidak menimbulkan bahaya.
Peralatan-peralatan tersebut seperti roda gigi, winch trawl, katrol, block.
Adapun persiapanpersiapan yang dilakukan sebelum tiba di daerah penangkapan
sebagai berikut:
1. Membuka boom masing-masing kekanan dan kekiri, kemudian dikaitkan sehingga
boom pada posisinya;
2. Melewatkan warp pada block yang berada diujung boom yang telah dihubungkan
dengan winch trawl;
3. Menyiapkan kedua otter board pada kedua sisi kapal;
4. Membuka boom masing-masing;
5. Menurunkan jaring atau alat tangkap dari tempatnya dan menghubungkannya dengan
otter board masing-masing;
6. Menghubungkan dua pasang otter board dengan warp;
7. Memasang stopper hook pada posisinya di sisi kiri dan di sisi kanan kapal;
8. Memasang try net pada posisinya.
Pada diktat ini yang dibahas adalah teknik penangkapan ikan dengan stren trawl,
double rig trawl dan bull trawl (paranzela).
a) Operasi Penangkapan Ikan dengan Stren Trawl
8

Penurunan Jaring (Setting)


Setting adalah kegiatan penurunan jaring pada waktu operasi
penangkapan dimulai. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan
sebelum setting adalah keadaan cuaca, arus, besarnya gelombang,
kedalaman perairan, bentuk dasar perairan dan gerombolan ikan. Satu
hal yang perlu diperhatikan pada saat akan menurunkan jaring adalah
keadaan lalu lintas perairan, karena dalam suatu daerah penangkapan
terdapat banyak kapal-kapal yang beroperasi, untuk itu harus
memperhitungkan olah gerak kapal pada saat melakukan pengaturan.
Haluan harus lurus dan berlawanan dengan arah arus, hal ini
dimaksud agar jaring yang diturunkan dapat membuka dengan baik
sehingga tidak terjadi kerusakan pada alat tangkap, sehingga
pengoperasian alat tangkap pukat udang dapat berjalan dengan lancar.
Adapun urut-urutan penurunan alat tangkap adalah sebagai berikut:
Kapal bergerak dengan kecepatan 4 knot-5,5 knot dan trawl
winch dihidupkan.
Diperintahkan untuk menurunkan jaring, maka alat tangkap
diturunkan yaitu dimulai dari bagian kantong sampai dengan
pemberat dan pelampung di dalam air.
Kemudian net pendant diharea sampai dengan joining wire
terharea semua.
Joining wire dihubungkan dengan otter pendant sampai
dengan otter board tertarik joining wire.
Kemudian otter board dilepas dari tempat gantungan dan
diharea sampai dengan otter board berada di dalam air.
Otter board ditahan sebentar ( 5menit) sampai dengan
terlihat bahwa otter board terbuka sempurna.
Kemudian warp diharea dari drum trawl winch sesuai dengan
kedalaman perairan.
Kemudian pengikat drum dikencangkan pengikatnya dan
trawl winch dimatikan.
Sesuaikan kecepatan kapal sehingga menjadi antara 2,5 knot

sampai dengan 3 knot.


Pehelaan Jaring (Towing)
Lamanya towing mempengaruhi daya tangkap dari spesies yang
berbeda karena beberapa spesies jika digiring dengan trawl akan
9

segera kecapaian dan akan tertangkap sementara spesies lainnya dapat


berenang di bagian depan mulut trawl selama jangka waktu tertentu
kemungkinan

dapat

terhindar

dari

penangkapan.

Selanjutnya

dikatakan lamanya towing untuk tujuan penelitian adalah 1 0,5 jam,


sedangkan untuk tujuan komersil berkisar antara 2 3 jam.
Kecepatan towing trawl yang dilakukan pada jalur sapuan yang telah
ditetapkan adalah tiga knot. Sedangkan lamanya towing adalah 30
menit sampai dengan 1 jam untuk setiap stasion pada saat penelitian.
Yang perlu diperhatian pada saat towing adalah sebagai berikut:
Jika pada saat towing terjadi penambahan kedalaman maka
warp harus diharea kembali sesuai dengan kedalaman, dan
sebaliknya jika kedalamannya semakin dangkal maka warp
harus ditarik sehingga sesuai dengan kedalaman.
Jika pada dasar perairan ada tonjolan (gundukan) yang lebih
tinggi dari dasar perairan maka warp harus ditarik sehingga
gundukan tadui terlewati, kemudian warp diharea kembali
sesuai dengan kedalaman. Atau ditambah kecepatan jika
mungkin sampai tonjolan terlewati. Jika tidak dilakukan jaring
akan tersangkut dan akan robek atau putus sehingga jaring
tersebut hilang.
Selama towing fish finder harus selalu diawasi, sehingga bila
terjadi perobahan keadaan dasar maka dapat segera diambil
tindakan.
Pada saat towing jangan sampai hasil tangkapan di dalam
kantong terlalu banyak, sehingga dapat menyebabkan ikan
hasil tagkapan utama rusak akibat tertindih ikan-ikan dan

biota-biota laut lainnya.


Pengangkatan jaring (Hauling)
Hauling dilakukan setelah alat tangkap dihela didalam dasar perairan
lebih kurang 2 -3 jam.
Adapun urut-urut hauling sebagai berikut:
Diperintahkan oleh perwira atau nakhoda untuk melakukan
hauling.
Trawl winch dinyalakan dan pengikat drum trawl winch
dikendorkan dan kecepatan kapal diturunkan menjadi 2 knot.
10

Kemudian warp dihibob (ditarik) sampai dengan otter board


kemudian

otter

board

di

lepas

dan

dipasang

pada

pengantungnya.
Joining wire dihibob sampai dengan net pendant tergulung
pada drum.
Pengikat drum dikencangkan dan dilepas dari perputaran trawl
winch.
Dengan mengunakan tali salang (mako) badan jaring diikat
dan ditarik menggunakan sling, sampai dengan kantong naik
keatas dek.
Kantong dibuka tali pengikatnya pada bagian ujung belakang,
kemudian pada bagian depan kantong diikat dan ditarik ke atas
sehingga ikan hasil tangkapan yang ada dikantong tertumpah
ke atas dek.
Setelah ikan tertumpah di atas dek ujung kantong diikat
kembali sehingga siap untuk disetting.
Ikan hasil tangkapan ditangani.
b) Operasi penangkapan dengan double rig trawl
Penurunan Jaring (Setting)
Pada dasarnya penurunan alat tangkap sama yaitu agar alat tangkap
terbuka dengan sempurna sehingga hasilnya optimum. Sebelum
diturunkan jaring beserta otter board telah berada diujung out rriger
(boom) siap untuk diturunkan, sementara kantong jaring masih berada
di atas kapal. Adapun urut-urutan penurunan jaring pada operasi
penangkapan dengan double rig trawl sebagai berikut:
ABK menempati posisi masing-masing setelah mendapat
perintah setting dimulai dari perwira atau nakhoda.
Kapal melaju dengan kecepatan antara 45 knot-an.
Setelah diperintahkan lego jaring, maka ABK yang bertugas
menurunkan

kantong

melempar

kantong

tersebut,

ini

dilakukan bersamaan antara jaring kiri dan kanan.


Warp diharea sehingga jaring beserta otter board berada di
dalam air, kemudian tahan warp sebentar (5 menit) sehingga
otter board terbuka dan jaring nampak pula terbuka dengan
sempurna. Jaring kiri maupun kanan diharea bersamaan dan
panjang warp yang diharea juga sama.
11

Warp diharea sehingga jaring beserta otter board berada di


dalam air, kemudian tahan warp sebentar ( 5 menit) sehingga
otter board terbuka dan jaring nampak pula terbuka dengan
sempurna. Jaring kiri maupun kanan diharea bersamaan dan
panjang warp yang diharea juga sama.
Kemudian warp diharea sesuai dengan kedalaman (4-6 kali
kedalaman).
Warp dikecangkan

pengikatnya

dan

kecepatan

kapal

disesuaikan sehingga menjadi 2,5 3knot).


Try net (testo) diturunkan dengan panjang warpnya lebih
pendek 25 meter dibandingkan dengan warp jaring utama. Alat
ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya udang di dasar
perairan, jika ada udang yang tertangkap try net maka

kemungkinan akan memperoleh hasil tangkapan udang.


Trawl winch dimatikan dan dilanjutkan dengan towing.
Pehelaan Jaring (Towing)
Towing jaring dilakukan berkisar antara 2 3 jam, sedangkan untuk
try net biasanya diangkat 34 kali selama towing berlangsung.
Apabila hasil dari try net banyak, maka pengangkatan jaring dapat
dipercepat. Kecepatan kapal pada saat towing adalah adalah 2,5-3
knot. Hal yang perlu di perhatikan pada saat towing adalah jangan
sampai hasil tangkapan di dalam kantong terlalu banyak, yang bisah
merusak hasil tagkapan utama yang ada didalam kantong akibat
tertindih

ikan-ikan

dan

biota-biota

laut

lainnya.

Yang perlu diperhatikan selama towing adalah sama dengan stern


trawl tetapi ada tambahan yaitu : jika memutar pada perairan yang
dangkal dan sempit, sebaiknya otter board dan jaring ditarik hingga
berada pada ujung out rriger, jika tidak ada kemungkinan alat tangkap
kiri dan kanan saling membelit atau masuk ke dalam baling-baling,
setelah berubah haluan dan keadaan sudah aman jaring di turunkan

kembali.
Pengangkatan Jaring (Hauling)
Hauling dilakukan setelah waktu towing berakhir. Dalam hal ini
nahkoda atau perwira jaga memberikan aba-aba stand by, pertama-

12

tama dilakukan adalah mengangkat try net kemudian ABK yang


bertugas sudah siap diposisinya masing-masing.
Adapun kegiatan tersebut sebagai berikut :
ABKI yang bertugas di winch utama akan membunyikan bel
satu kali untuk memberitahukan kepada nahkoda atau perwira

jaga yang bertugas.


Kemudian nahkoda atau perwira jaga akan memberikan
perintah jaring ditarik atau diangkat, kecepatan kapal

diturunkan 2 knot, winch utama dihidupkan.


Kemudian warp ditarik sehingga mulai tergulung sedikit demi
sedikit, ABK pemegang winch utama mengatur kecepatan
penarikan antara jaring kiri dan kanan sehingga otter board
sampai keujung rig secara bersamaan.
Kemudian ABK yang petugas mengait lizy line, kemudian tali
tersebut dililitkan pada kapstan untuk menarik tali tersebut,
sehingga tali tersebut tertarik hingga kantong jaring berada di
sisi lambung kanan maupun kiri, stopper dipasang sehingga
jaring beserta otter board tertahan di ujung rig.
Setelah itu bagian depan kantong sedikit dibelakang API
diangkat dengan menggunakan hook ke atas dek.
Kantong yang sudah di atas deck dibuka dengan cara menarik
tali pengikatnya, sehingga semua isi kantong akan keluar
diatas gladak.
Kemudian kantong ditarik kebelakang untuk diikat kembali
dan siap diturunkan kembali diturunkan kembali.
Hasil tangkapan disortir menurut jenis dan ukuran.
c) Operasi Penangkapan Ikan dengan Paranzela (Bull Trawl)
Pada dasarnya operasi penangkapan dengan dua kapal (two boat tipe stern
trawl) adalah dengan menggunakan alat tangkap yang relatif besar.
Adapun cara operasi penangkapan dengan dua kapal dapat dibagi menjadi tiga
yaitu: 1) Operasi dengan menggunakan dua warp, 2) dengan tiga warp dan 3)
dengan empat warp.
2.4. Hasil tangkapan alat tangkap trawl
Yang menjadi tujuan penangkapan pada bottom trawl adalah ikan-kan dasar
(bottom fish) ataupun demersal fish. Ikan demersal adalah ikan yang hidup dan makan
13

di dasar laut dan danau (zona demersal). Lingkungan mereka pada umumnya berupa
lumpur, pasir, dan bebatuan, jarang sekali terdapat terumbu karang. Sehingga
berdasarkan definisi ini, ikan demersal dapat ditemukan dari lingkungan pantai hingga
zona laut dalam (abyssal zone), dan terbanyak ditemukan di lingkungan dekat
punggung laut. Termasuk juga jenis-jenis udang (shrimp trawl, double ring shrimp
trawl) dan juga jenis-jenis kerang. Dikatakan untuk perairan laut jawa, komposisi catch
antara lain terdiri dari jenis ikan patek, kuniran, ikan pe, manyung, utik, ngangas,
bawal, tigawaja, gulamah, kerong-kerong, patik, sumbal, layur, remang, kembung,
cumi,kepiting, rajungan, cucut dan lain sebagainya.
Catch yang dominan untuk sesuatu fish ground akan mempengaruhi skala usaha,
yang kelanjutannya akan juga menetukan besar kapal dan gear yang akan dioperasikan.

14

BAB 3.

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Trawl merupakan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan dengan
menghela (towing) di dasar perairan dengan menggunakan kapal. Untuk membuka
mulut jaring kearah samping atau secara vertikal digunakan otterboard dan untuk
membuka kearah atas dipasang pelampung pada tali ris atas dan pemberat pada tali ris
bawah.
Trawl dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara yaitu berdasarkan:
-

Cara mulut jaring terbuka


Jumlah kapal yang mengoperasikan
Letak jaring pada saat dioperasikan
Jumlah panel
Jumlah alat tangkap yang dioperasikan
Tempat jaring diturunkan
Jenis tujuan penangkapan
Komponen utama pembentuk trawl terbagi menjadi enam, yaitu warp, otter

board, Kantong (Cod End), Badan (Body, Sayap (Wing), Mulut (Mouth ).
Pada umumnya dalam pengoperasian penangkapan ikan harus memperhatikan
saat penurunan jaring, penghelaan jaring dan pengangkatan jaring.
Sasaran tangkapan untuk alat trawl antara lain ikan-ikan dasar atau ikan yang
pada umumnya hidup di lumpur, pasir, bebatuan seperti patek, pe, layur dan lain
sebagainya begitupun dengan jenis udang-udang.
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah informasi mengenai alat tangkap trawl atau
pukat hela kepada para pembaca.

15

DAFTAR PUSTAKA

https://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/alat-tangkap-trawl/
Nedelec, C. and J. Prado. 1990. Definition and Clasification of Fishing Gears
Categories. FAO FISEHRIES TECHNICAL PAPER 222 Rev.1, FAO Fisheries
Industries

Division,

Rome.

92p.

Nomura,M 1985. Fishing Techniques 1,2,3, Kanagawa International Training Center


,

JICA,

Abdul

Tokyo

Mufid,
TEKNIK
PENANGKAPAN
IKAN
DENGAN
TRAWLhttp://dokecentos.blogspot.co.id/2013/12/teknik-penangkapan-ikan-dengantrawl.html
http://dokumen.tips/documents/alat-tangkap-trawl.html
http://www.terangi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=224%3Akajian-keramahan-lingkunganalat-tangkap-menurut-klasifikasi-statistik-internasional-standarfao&catid=59%3Aperikanan-ornamental&Itemid=54&lang=id
http://hendisantoso.blogspot.co.id/2010/10/macam-macam-alat-penangkapanikn.html
http://mukhtar-api.blogspot.co.id/2012/11/alat-tangkap-trawl-pukatharimau_21.html
https://id.scribd.com/doc/76190447/Alat-Tangkap-Ikan-Trawl-Dan-Lift-Net

16

Anda mungkin juga menyukai