PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penyehatan makanan dan minuman, kebersihan alat makan merupakan bagian
yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas makanan dan minuman. Alat makan
yang tidak dicuci dengan bersih dapat menyebabkan organisme atau bibit penyakit yang
tertinggal akan berkembang biak dan mencemari makanan yang akan diletakkan di atasnya.
Angka kuman dan adanya bakteri coli pada permukaan alat makan yang telah dicuci dapat
diketahui dengan melakukan uji dengan cara usap alat makan pada permukaan alat makan.
Uji sanitasi alat makan atau alat masak perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat
kebersihan alat tersebut. Sehingga melalui uji sanitasi alat tersebut, petugas inspeksi dari
dinas kesehatan dapat menetapkan apakan alat makan tersebut sudah layak digunakan atau
belum. (Anonim 2010)
Salah satu sumber penularan penyakit dan penyebab terjadinya keracunan makanan
adalah makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat higiene. Keadaan higiene
makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang
dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman. Alat masak dan alat makan
ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi usap alat makan
meliputi pemeriksaan angka kuman. (Tiksundari 2013)
Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang
tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang akan
disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan sebaik-baiknya Pencucian dan tindakan
pembersihan pada peralatan makan sangat penting dalam rangkaian pengolahan makanan.
Menjaga kebersihan peralatan makan telah membantu mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi terhadap peralatan dilakukan dengan pembersihan peralatan yang benar ).
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat, salah satunya dari peralatan makanan
yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah dibuat dalam
bentuk Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan
makanan tidak boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.Peranan peralatan makanan dalam
pedagang makanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan
makanan (Food hygiene). Setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga
kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) yang kelihatan
1
bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan, karena didalam alat
makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan
(piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan
sangat penting diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan menghasilkan
peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan (piring,
gelas, sendok,dll.), berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan
yang dikonsumsi (Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel makanan dan minuman.
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui cara persiapan alat dalam pengambilan sampel makanan dan
minuman.
b. Untuk mengetahui penentuan titik pengambilan sampel makanan dan minuman.
c. Untuk mengetahui prosedur pengambilan sampel ALT alat makan dan minum.
d. Untuk mengetahui prosedur pengambilan sampel ALT makanan padat dan cair.
e. Untuk mengetahui baku mutu makanan dan minuman.
1.3 Manfaat
Untuk mengetahui cara menyiapkan peralatan dalam mengambil sampel makanan dan
minuman dengan baik, serta cara mempersiapkan bahan-bahan sampel makanan dan
minuman untuk pengujian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Makanan
Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air dan obat
obatan dan substansi substansi yang diperlukan untuk pengobatan (Anwar dalam Pohan
2009: 18).
Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi mengandung zat hidrat
arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen diperlukan
persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat, cara penyimpanan
yang betul, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan. Makanan sehat selain
ditentukan oleh kondisi sanitasi juga di tentukan oleh macam makanan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral (Mukono, 2006 ). Agar makanan sehat maka
makanan tersebut harus bebas dari kontaminasi. Makanan yang terkontaminasi akan
menyebabkan penyakit yang dikenal dengan food borne dsease.
Dalam Permenkes No. 1096 Tahun 2011 telah ditetapkan makanan yang dikonsumsi
harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik, faktor kimia
dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung
pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik., temperatur ruangan yang
panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari kerusakan makanan yang disebabkan
oleh faktor fisik, maka perlu di perhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat
penyimpanan makanan (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor kimia karena adanya zat zat
kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat obat
penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat obat pertanian untuk kemasan makanan
dan lain lain (Mulia, 2005).
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena adanya
kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya sanitasi makanan dapat
timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut (Mulia, 2005).
Menurut Permenkes No. 942 Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan.
Peran makanan dalam penyebaran penyakit, adalah :
a. Makanan sebagai penyebab penyakit (agent)
Makanan sebagai penyebab penyakit bisa terjadi apabila dalam makanan tersebut sudah
mengandung bahan yang menjadi penyebab langsung suatu penyakit, misalnya jamur
beracun, ikan beracun dan adanya racun yang secara alamiah sudah mengandung racun.
b. Makanan sebagai pembawa penyakit (Vehicle)
Makanan dapat sebagai pembawa penyakit apabila makanan tersebut tercemar oleh
bahan yang membahayakan kehidupan, misalnya mikroorganisme dan bahan kima beracun.
Semula makanan tidak berbahaya namun setelah terkontaminasi oleh mikriorganisme atau
bahan kimia beracun maka akhirnya makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan.
c. Makanan sebagai media
Makanan yang terkontaminasi dengan keadaan suhu dan waktu yang cukup serta
kondisi yang memungkinkan suburnya mikrooorganisme atau kuman penyakit, maka
makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman untuk berkembang biak dan
apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan (Mukono, 2002).
Timah (Pb)
2)
Arsenikum (As)
3)
Tembaga (Cu)
4
b.
4)
Seng (Zn)
5)
Cadmium (Cd)
6)
Antimon (Sb)
Peralatan tidak rusak, gompel, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap
makanan
c.
Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata
halus dan mudah dibersihkan.
d.
e.
Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh
mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung
E. coli per cm2 permukaan air.
f.
2)
Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm atau iodophor 12,5 ppm
air panas 80 C selama 2 menit.
g.
h.
Semua peraalatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan
kering dan bersih.
2)
3)
Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.
4)
3) Sterilisasi
Keterangan
Sampel
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
Kontrol
Jumlah
Jumlah umtuk 3
Testube
1
1
1
1
1
1
6
18
Petridish
1
1
1
1
1
1
1
7
21
PCA
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
105 mL
315 mL
sampel
BAB III
ISI
Materi
Hari,Tanggal
Lokasi
Kelompok
:I
Nama Alat
Gambar Alat
Fungsi
Tabung
reaksi/
sampel
Testube
Petridish
Timbangan
kasar
akan digunakan
Sendok
porselen/
Spatula
Gelas kimia
Inkubator
Batang
pengaduk
Gelas ukur
Erlenmeyer
10
Termometer
11
Pipet ukur
12
Karet hisap
13
Autoclave
14
Lidi kapas
15
Rak tabung
reaksi
16
Lampu
spiritus/
bunsen
17
Plastik
bening
Nama Bahan
Buffer
Gambar Bahan
phospat pH
Fungsi
Sebagai bahan yang akan
direaksikan
7,2
PCA
Aquades
Alkohol
Jika 3 sampel maka kalikan 3 dari jumlah masing masing sampel yang dibutuhkan.
Keterangan
Sampel
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
Kontrol
Jumlah
Jumlah untuk
Testube
1
1
1
1
1
1
6
18
Petridish
1
1
1
1
1
1
1
7
21
PCA
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
105 mL
315 mL
3 sampel
Untuk 3 sampel uji siapkan 18 testube, 21 petridish dan siapkan buffer phospat pH
7,2 sebanyak 165 mL, lalu PDA sebanyak 315 mL.
10
Buat lidi sepanjang tabung reaksi atau + 15cm dan bagian atas lidi dibalut dengan
kapas.
2. Pembuatan media
-
350
22,5
1000
7,8 gram
Larutkan dengan aquades sebanyak 350 mL, ambil aquades dengan gelas ukur.
Masukkan PCA sebanyak 15 mL pada petridish berlabel sampel, dan label 10-1-10-5.
11
Beri kapas pada mulut tabung reaksi, Cara membuka kapas yaitu dengan
menggunakan jari manis dan jari kelingking.
3. Sterilisasi
Alat yang akan disterilisasi:
a) Pipet ukur,
b) Tabung reaksi
c) Petridish
d) Lidi kapas
Catatan : alat yang akan disterilkan harus dibaluti/ditutup dengan kertas koran.
Cek dahulu air yang ada dalam autoclave, jika air kurang dari batas yang ditentukan,
maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Hidupkan autoclave.
Tutup autoclave dengan rapat, agar tidak ada udara yang keluar.
12
Jika alarm tanda selesai telah berbunyi, buka kran uap pelan-pelan. Dengan tujuan
untuk mengeluarkan uap panas.
Matikan autoclave.
4.
Penanaman sampel
-
Siapkan alat yang sudah disterilkan, susun tabung reaksi pada raknya.
Ambil pipet ukur dan karet hisap (pegang pipet ukur pada bagian atas) dan ambil
tabung reaksi berlabel sampel (dengan tangan kiri) lalu buka tutup kapasnya (dengan
jari manis dan kelingking.
Buka petridish yang berlabel kontrol, buka sedikit tutupnya dan keluarkan larutan
dipipet ukur ke dalam petridish.
Bidangi piring dengan plastik bening, yang sebelumnya plastik tersebut telah
disterilkan dengan alkohol.
Pegang lidi kapas dengan tangan kanan dan tabung reaksi dengan tanga kiri.
Masukkan lidi kapas ke dalam tabung reaksi dan peras ke dinding tabung reaksi lalu
flambir.
Ambil tabung reaksi yang berlabel sampel dan masukkan kapas kedalam tabung
reaksi lalu flambir. (lidi kapas telah dipatahkan terlebih dahulu)
Ambil lidi kapas ke-2, langsung usapkan pada permukaan piring sebanyak 3x.
Lalu ambil tabung reaksi yang berlabel sampel dan masukkan lidi kapas dimana
lidinya telah dipatahkan, kemudian flambir.
Ambil cairan yang ada dalam tabung reaksi sebanyak 2mL dengan pipet ukur.
1mL masukkan kedalam petridish yang berlabel sampeldan tutup, dan 1mL lagi
masukkan kedalam tabung reaksi yang berlabel 10-1.
Homogenkan dengan cara sedot larutan dengan pipet ukur lalu lepaskan. Lakukan
sebanyak 3x.
Pada tabung reaksi yang sama, pipet 2mL lalu flambir dan tutup tabung reaksi.
1mL masukkan kedalam petridish yang berlabel 10-1 dan 1mL lagi pada tabung
reaksi yang berlabel 10-2.
Lakukan perlakuan diatas pada petridish dan tabung reaksi selanjutnya (sampai 10-5)
Masukkan media agar kedalam petridish, masukkan dalam suhu 45oC (dalam kondisi
hangat). Cara memasukkannya : buka petridish secukupnya dan tuang 15mL agar
PCA (15mL=memenuhi permukaan petridish).
Flambir.
Inkubasi di inkubator dengan suhu 35-37oC selama 1-2x24 jam (petridish dalam
keadaan terbalik di inkubator).
Pada sendok dan alat makan lain, usap alatnya sama dengan usap alat piring. Yang
membedakan hanya pada bidang usapannya.
Dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada petridish, koloni yang bergabung menjadi
satu atau yang membentuk satu deratan yang terlihat sebagai garis tebal atau jumlah
koloni meragukan dihitung sebagai koloni kuman.
Bila jumlah koloni pada petridish kontrol lebih dari 10 maka harus dihitung ulang,
karna sterilisasi dianggap kurang baik.
Dilakukan perhitungan hanya pada petridish yang menghasilkan jumlah antara 30300 dan bila koloni pada petridish kontrol lebih kecil dari 10. Jumlah koloni pada
masing-masing petridish ini harus lebih dahulu dikurangi dengan petridish kontrol.
Rumus :
kolonikontrol
pengenceran
ALT =
15
Nama Alat
Tabung
Gambar Alat
reaksi/
Fungsi
Untuk tempat mereaksikan
sampel
Testube
Petridish
Timbangan
kasar
akan digunakan
Sendok
porselen/
Spatula
Gelas kimia
16
Inkubator
Batang
pengaduk
Gelas ukur
Erlenmeyer
10
Termometer
11
Pipet ukur
17
12
Karet hisap
13
Autoclave
14
Pinset
15
Rak tabung
reaksi
16
Lampu
spiritus/
bunsen
17
Plastik
bening
18
Blender
18
Nama Bahan
BPW
Gambar Bahan
(Buffered
Fungsi
Sebagai bahan yang akan
direaksikan
Pepton
Wasser) 0,1%
2
PCA
Aquades
Alkohol
Testube
Petridish
PCA
Sampel
1
2
9 mL
-1
10
1
2
9 mL
-2
10
1
2
9 mL
10-3
1
2
9 mL
-4
10
1
2
9 mL
10-5
1
2
9 mL
Kontrol
2
Jumlah
6
14
54 mL
Siapkan kapas sebagai penutup mulut tabung reaksi (testube).
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
15 mL
105 mL
2. Pembuatan media
-
350
22,5
1000
7,8 gram
Larutkan dengan aquades sebanyak 350 mL, ambil aquades dengan gelas ukur.
Masukkan PCA sebanyak 15 mL pada petridish berlabel sampel, dan label 10-1-10-5.
Masukkan buffer pepton wasser sebanyak 10 mL pada tabung reaksi berlabel sampel
dan 9 mL pada tabung reaksi berlabel 10-2-10-5. (memasukkannya dengan cara
dipipet menggunakan pipet ukur dengan bantuan karet hisap)
Beri kapas pada mulut tabung reaksi, Cara membuka kapas yaitu dengan
menggunakan jari manis dan jari kelingking.
3. Sterilisasi
Alat yang akan disterilisasi:
a) Pipet ukur
b) Tabung reaksi
c) Petridish
d) Pinset
e) Blender
Catatan : alat yang akan disterilkan harus dibaluti/ditutup dengan kertas koran.
Cek dahulu air yang ada dalam autoclave, jika air kurang dari batas yang ditentukan,
maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Hidupkan autoclave.
Tutup autoclave dengan rapat, agar tidak ada udara yang keluar.
Jika alarm tanda selesai telah berbunyi, buka kran uap pelan-pelan. Dengan tujuan
untuk mengeluarkan uap panas.
Matikan autoclave.
4. Penanaman sampel
-
Label pada tabung reaksi diawali dengan 10-2 dan petridish diawali dengan 10-1.
Homogenkan dengan cara sedot larutan menggunakan pipet ukur lalu lepaskan.
Lakukan sebanyak 3x.
22
Inkubasi dengan inkubator selama 1-2x24 jam dengan suhu 35-37oC untuk makanan
padat dan 32oC untuk susu (petridish dalam keadaan terbalik didalam inkubator).
5. Rumus
-
Dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada petridish, koloni yang bergabung menjadi
satu atau yang membentuk satu deratan yang terlihat sebagai garis tebal atau jumlah
koloni meragukan dihitung sebagai koloni kuman.
Bila jumlah koloni pada petridish kontrol lebih dari 10 maka harus dihitung ulang,
karna sterilisasi dianggap kurang baik.
Dilakukan perhitungan hanya pada petridish yang menghasilkan jumlah antara 30300 dan bila koloni pada petridish kontrol lebih kecil dari 10. Jumlah koloni pada
masing-masing petridish ini harus lebih dahulu dikurangi dengan petridish kontrol.
Rumus :
Koloni
1
= jumlah koloni percawan
gram
faktor pengenceran
BAB IV
PENUTUP
3.1 Simpulan
Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang
menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makan dan
23
3.2 Saran
Penulis menyarankan setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga
kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) yang kelihatan
bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan, karena didalam alat
makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan
(piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan
sangat penting diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan menghasilkan
peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan (piring,
gelas, sendok,dll.), berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan
yang dikonsumsi.
24