Makalah Yolanda Gani Geografi B
Makalah Yolanda Gani Geografi B
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik. Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan saya dalam
pengetahuan dan pemahaman materi. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak, yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Yolanda Gani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................6
1.1 Latar Belakang....................................................................................6
1.2 RumusanMasalah...............................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................8
2.1 Definisi dan Hakekat Peserta Didik...............................................8
2.1.1 Definisi Peserta Didik...................................................................8
2.1.2 Hakikat Peserta Didik...................................................................9
2.1.3 Kebutuhan dan Karakteristik Peserta Didik.................................9
2.1.4 Hak dan Kewajiban Peserta Didik...............................................12
2.1.5 Karakteristik Peserta Didik yang Sukses.....................................13
2.2 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan...................................14
2.2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan..................................14
2.2.2 Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan..................................14
2.2.3 Prinsip-prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan.......................15
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan.................................................................................16
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Individu Sebelum Lahir......16
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Individu Setelah Lahir........17
2.4 Perkembangan Kemampuan Fisik dan Pertumbuhan Fisik.......17
2.4.1 Anak Kecil (early childhood)......................................................17
2.4.2 Anak Besar (late childhood)........................................................17
2.4.3 Remaja (adolescene)....................................................................18
2.4.4 Dewasa (adult).............................................................................18
2.4.5 Tua (elderly)................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Peserta didik adalah individu yang memiliki kepribadian, tujuan, cita- cita hidup dan
potensi diri, oleh karena itu tidak dapat diperlakukan semena-mena. Peserta didik adalah orang
yang memilki pilihan untuk menuntut ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depannya.
Peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi manusia seutuhnya atau orang yang
tidak bergantung dari orang lain dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri
sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat dan keinginan sendiri.
Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih, 1990: 31) menyatakan bahwa perkembangan adalah
proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi
dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas
mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.
Masa remaja adalah masa transisi diri periode anak ke dewasa. Apabila kita perhatikan
dan kita ikuti pertumbuhan anak sejak lahir sampai besar, akan didapatilah bahwa anak itu
tumbuh secara berangsur-angsur bersamaan dengan bertambahnya umur. Demikian pula halnya
dengan pertumbuhan identitas/konsep diri juga berkembang seiring dengan bertambahnya
berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya baik dari pendidikan keluarga,
sekolah,maupun dari masyarakat dimana ia tinggal (lingkungan).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Hakikat Peserta Didik
2.1.1 Definisi Peserta Didik
Pengertian peserta didik, peseta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
meningkatkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
formal maupun nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Istilah
peseta didik dalam dunia pendidikan meliputi:
a. Siswa: siswa atau siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
b. Mahasiswa: mahasiswa atau mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada jenjang
pendidikan tinggi.
c. Warga Belajar: warga belajar istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non
formal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKMB), Baik paket A, Paket B,
Paket C.
d. Pelajar: istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan
formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah (Kompasina, 2013)
Mengacu dari beberapa istilah peserta didik, peserta didik di diartikan sebagai orang yang
berada dalam taraf pendidikan, yang dalam berbagai literatur peserta didik juga disebut
sebagai anak didik. Sedangkan Dalam Undang-undang Pendidikan No.2 Th. 1989, murid
disebut peserta didik Muhaimin dkk (2005). Dalam hal ini siswa dilihat sebagai seseorang
(subjek didik), yang mana nilai kemanusiaan sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang
mempunyai identitas moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan
kriteria kehidupan sebagai manusia warga negara yang diharapkan. Menurut Arifin (2000)
menyebut murid, maka yang dimaksud adalah manusia didik sebagai makhluk yang sedang
berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal yakni
kemampuan fitrahnya.
c. Peserta didik adalah pribadi yang memiliki potensi, baik fisik maupun psikologis yang
berbeda-beda sehingga masing-masing merupakan insan yang unik.
d. Peserta didik memerlukan pembinaan individual dan perlakuan yang manusiawi.
e. Peserta didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungannya.
f. Peserta didik memiliki kemampuan untuk mandiri.
2.1.3 Kebutuhan dan Karakteristik Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang diperoleh di lingkungan.
Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik
peserta didik. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir, baik
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
a.
dimaksudkan yaitu :
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan makhluk
yang unik.
2) Individu yang sedang berkembang. Anak mengalami perubahan dalam dirinya secara
wajar.
3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual.
4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam perkembangannya peserta
didik memiliki kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan.
Secara garis besar karakteristik peserta didik dibentuk oleh dua faktor yaitu:
a.
Faktor bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua individu yang
menentukan karakteristik fisik dan terkadang intelejensi.
b.
1.
Lingkungan Keluarga
Pada lingkungan keluarga seperti motivasi dari kedua orang tua agar menjadi orang yang
sukses kedepannya dan tidak boleh kalah dengan kesuksesan orang tuanya, kesuksesan teman
orang tuanya, kesuksesan anak teman orang tuanya, ingin merubah nasib keluarga yang
melarat, motivasi sebagai kakak yang merupakan contoh bagi adik-adiknya, motivasi sebagai
adik yang tidak boleh kalah dengan kesuksesan kakaknya.
2.
Lingkungan Sekolah
Dari lingkungan sekolah seperti motivasi ingin menjadi juara kelas, motivasi ingin kaya
karena melihat orang tua temannya yang kaya, ataupun motivasi dari gurunya.
3.
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat misalnya motivasi dari tetangganya yang sukses, motivasi karena
Memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan
teratur
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan kondisi fisik mereka
masing-masing.
b.
c.
Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka dalam kelompok secara
tepat berdasarkan pilihan masing-masing, tanpa adanya paksaan dari guru.
d.
Dalam proses pembelajaran, guru harus menunjukkan kemampuan secara maksimal dan
penuh percaya diri di hadapan peserta didiknya
e.
Secara terus-menerus guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif,
menyadarkan siswa akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliknya
f.
Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya di sekolah, terutama
dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang dan puas
apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila tidak berhasil.
6) Kebutuhan akan agama
Sejak lahir, manusia telah membutuhkan agama. Yang dimaksud agama dalam kehidupan
adalah iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan dan dilaksanakan dalam
tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap.
2.1.4 Hak dan Kewajiban Peserta Didik
Hak peserta didik menurut UU RI No. 20 th 2003:
a)
Mendapat beasiswa bagi yang berprestasi dan orang tuanya tidak mampu membiayai.
d) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang setara.
e)
a.
Peserta didik mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
b.
c.
d.
Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan
yang berlaku, penerimaan siswa pada sekolah yang dikehendaki.
e.
Pindah sekolah yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan
penerimaan siswa pada sekolah yang dimasuki.
f.
g.
Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
h.
a.
b.
Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut.
1. Menurut Kartono, Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat
dalam peredaran waktu tertentu.
2. Menurut Crow dan Crow, pertumbuhan pada umumnya dibatasi pada perubahan-perubahan
struktural dan fungsional dalam pembentukan seseorang secara jasmaniah dari saat masih
terbentuk konsepsional (janin) melalui periode prenatal (dalam kandungan ), postnatal
(lahir) sampai pada kedewasaannya.
Definisi perkembangan menurut para ahli, yaitu :
1. Menurut Kamus Lengkap Psikologi ( J.P. Chaplin, 2004: 134) perkembangan adalah
kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
2. Menurut Kartini Kartono seperti yang dikutip oleh Alex Sobur ( 2003:128 ) perkembangan
adalah perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan dari fungsifungsi psikis dan fisis pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses
belajar dalam passage waktu tertentu, menuju kedewasaan.
3. Bijou dan Baer ( dalam Sunarto dan B. Agung Hartono, 2002:39 ) mengemukakan
perkembangan adalah perubahan progresif yang menemukan cara organisme bertingkah laku
dan berinterkasi dengan lingkungan.
4. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis,
progresif dan berkesinambungan menyangkut fisik maupun psikis. (Syamsu Yusuf, 2002)
2.2.2 Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Ciri-ciri pertumbuhan pada manusia, yaitu :
a.
Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran
fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan
lain- lain.
b.
Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi
fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
c.
Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama
masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya
refleks-refleks tertentu.
d.
Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.
Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi,
seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
b.
Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan
dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari bagian proksimal ke
bagian distal.
c.
Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal
yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna.
d.
e.
2.
Perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal
sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan pengalaman. Apabila perkembangan
membahayakan penyesuaian pribadi dan social anak, ia dapat diubah sebelum menjadi
pola kebiasaan.
3.
perkembangan timbul dari interaksi kematangan dan belajar dengan kematangan yang
menetapkan batas perkembangan batas bagi perkembangan.
4.
Pola perkembangan dapat diramalkan, walaupun pola yang dapat diramalkan ini dapat
diperlambat atau dipercepatoleh kondisi lingkungan dimasa pralahir dan pascalahir.
5.
7.
Terdapat periode dalam pola perkembangan yang disebut pola pralahir, masa neonatus,
masa bayi, masa kanak-kanak awal, akhir masa kanak-kanak dan masa puber. Dalam
semua periode ini terdapat saat-saat keseimbangan dan ketidakseimbangan serta pola
perilaku yang normal dan yang terbawa dari periode sebelumnya biasanya disebut
perilaku bermasalah.
8.
Adanya harapan social untuk setiap periode perkembangan. Harapan sosial ini berbentuk
tugas perkembangan yang memungkinkan para orang tua dan guru mengetahui pada usia
berapa anak-anak mampu menguasai berbagai pola perilaku yang diperlukan bagi
penyesuaian yang baik.
9.
10. Kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode dalam pola perkembangan. Tahun pertama
kehidupan biasanya yang paling dan masa puber biasanya yang paling tidak bahagia.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
2.3.1 Faktor Yang Mempengaruhi Individu Sebelum Lahir
a) Banyaknya mengkonsumsi obat-obatan pada ibu hamil akan berdampak kuat terhadap
perkembangan motorik anak yang akan dilahirkannya. Bahkan anak yang sudah
lahirpun akan merasakan efek negatifnya seperti perkembangan motorik yang lambat
tidak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu, ibu yang sedang hamil
sebaiknya mengurangi mengkonsumsi obat-obatan agar bayi yang dilahirkan normal
dan tidak mengalami kelainan dalam perkembangan motoriknya kelak.
b)
Penyakit bawaan dari ibu ini kondisi tubuh janin dalam kandungan menjadi mudah
teinfeksi virus yang berasal dari dalam diri ibunya. Sehingga sangat memudahkan bayi
Perkembangan Peserta Didik | 15
individu yang dilahirkan ke dunia akan membawa pembawaan tertentu, terutama sifat-sifat
yang berhubungan dengan faktor kejasmanian. Misalnya bentuk/struktur tubuh, warna
rambut, warna kulit, warna mata, bentuk wajah, dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan
sifat-sifat yang mereka dapatkan karena faktor keturunan, seperti yang dikenal dengan
hukum Mendel. Faktor pembawaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani umumnya
tidak dapat diubah. Bagaimanapun besarnya keinginan orang untuk mempunyai warna kulit
yang putih bersih, tidak akan terlaksana kalau faktor keturunan kulitnya berwarna hitam
atau coklat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.
2.4 Perkembangan Kemampuan Fisik dan Pertumbuhan Fisik
2.4.1 Anak Kecil (early childhood)
Ditandai adanya kecenderungan autonomy shame, doubt. Pada masa ini sampai-batasbatas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain,
minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai
memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau
persetujuan dari orang tuanya.
Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan
usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial
sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian
diri pada waktu masuk kelas 1 SD.
2.4.2 Anak Besar (late childhood)
Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun
sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa
anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan
pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson
menekankan masa ini sebagai masa timbulnya sense of accomplishment di mana anak-anak
pada masa ini merasa siap untuk menerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan
melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak
masa ini memasuki masa keserasian untuk bersekolah.
2.4.3 Remaja (adolescene)
Ditandai adanya kecenderungan identity Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah
kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapankecakapan yang dimilikinya dia
berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering sekali
sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai
penyimpangan atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa
setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok
sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
2.4.4 Dewasa (adult)
Ditandai adanya kecenderungan generativity stagnation. Sesuai dengan namanya masa
dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat
luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga
tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal hal
tertentu ia mengalami hambatan.
2.4.5 Tua (elderly)
Ditandai adanya kecenderungan ego integrity despair. Pada masa ini individu telah
memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah
menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya
yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan
dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada,
tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga
keputusasaan acapkali menghantuinya.
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dri umur
enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik
dan psikologis yang semakin menurun.
2.5 Perkembangan Minat Peserta Didik
2.5.1 Pengertian Minat Peserta Didik
Minat secara bahasa diartikan dengan kesukaan, kecenderungan hati terhadap suatu
keinginan. Sedangkan arti minat menurut istilah diartikan oleh sebagian tokoh sebagai
berikut :
-
Menurut Slamito, minat adalah suatu perasaan cenderung lebih cenderung atau suka kepada
dari lahir sampai umur lima tahun yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan
keterampilan motorik.
2.6.2 Pembagian Keterampilan Motorik
Menurut Magill Richard A, (1989:11) adalah berdasarkan kecermatan dalam melakukan
gerakakn keterampilan dibagi menjadi dua yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor
skill) dan keterampilan motorik halus ( fine motor skill).
a. Keterampilan Motorik Kasar (gross motor skill)
Keterampilan motorik kasar (gross motor skill) merupakan keterampilan gerak yang
menggunakan otot-otot besar, tujuan kecermatan gerakan bukan merupakan suatu hal
yang penting akan tetapi koordinasi yang halus dalam gerakan adalah hal yang paling
penting. Motorik kasar meliputi melompat, memelempar, berjalan, dan meloncat.
b. Keterampilan Motorik Halus (fine motor skill)
Keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan motorik halus
yang merupakan keterampilan yang memerlukan control dari otot kecil dari tubuh
untuk mencapi tujuan dari keterampilan. Secara umum keterampilan motorik halus
meliputi koordinasi mata dan tangan keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang
tinggi. contoh motori halus adalah: melukis, menjahit, dan mengancingkan baju.
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan
hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat
sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
2.7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai
aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh
keluarga.
2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa
ikut pula menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial
keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai
anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam
keluarga anak itu. ia anak siapa. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial
anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara
sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
Perkembangan Peserta Didik | 21
sakit, dan meningkatkan rasa nikmat. Seornag bayi menjalani proses perkembangan dirinya.
Untuk itu dapatlah dikatakan bahwa sebagian tingkah lalu bayi dipandang sebagi bentuk awal
pola kepribadian kemudian. Peranan orang tua untuk memperkenalkan nilai dan norma
kehidupan pada bayi adalah sangat berpengaruh bagi perkembangan pola kepribadian
selanjutnya. Gardon Allport (1951) menyimpulkan bahwa pada bagian kedua tahun pertama
anak telah menunjukkan dengan pasti watak yang khas. Setidaknya pada paruh kedua tahun
pertama seorang bayi telah mulai memperlihatkan kualitas-kualitas unik yang kiranya
merupakan atribut-atribut kepribadian yang bersifat tetap.
2. Masa Kanak-Kanak
Perkembangan dari masa bayi menuju masa kanak-kanak melewati garis-garis yang berganda.
Manusia adalah organisme yang pada waktu lahir adalah makhluk biologis, akan
berubah/berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang. Prinsip ini
menjelaskan sesuatu yang awalnya sekedar merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan
biologis dapat menjadi motif otonom yang mengarahkan tingkah laku dengan daya seperti
yang dimiliki oleh dorongan yang dibawa sejak lahir.
3. Masa Dewasa
Dalam diri individu dewasa ditemukan kepribadian yang tingkah lakunya ditentukan oleh
sekumpulan sifat yang terorganissai dan harmonis. Individu dewasa mengetahui apa yang
dikerjakannnya dan mengapa itu dikerjakannya. Untuk memahami sepenuhnya apa yang harus
dilakukannya, orang dewasa harus mempunyai tujuan dan aspirasinya dengan jelas. Motif
yang terpenting bukan lagi berpuas gema masa lampau, melainkan lambaian ajakan masa
depan. (Inge Hatugalang, 2007: 7-9)
2.9.2 Faktor Penghambat Perkembangan Kepribadian
Menurut Inge Hatugalang (2007: 7-9) perkembangan kepribadian seseorang akan terhambat
dikarenakan dua faktor, antara lain:
1. Faktor Internal diri
Perkembangan kepribadian akan mengalami hambatan berasal dari diri individu sendiri
dikarenakan :
a. Individu tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas
b. Individu kurang termotivasi dalam hidup
c. Individu enggan menelaah diri
Perkembangan Peserta Didik | 23
d. Faktor usia
2. Faktor Ekternal Diri
a. Faktor tradisi budaya
b. Penerimaan masyarakat/social
2.10 Perkembangan Kecerdasan (Konsep Otak Kiri dan Otak Kanan)
2.10.1 Pengertian Otak
Otak (encephalon) adalah pusat sistem saraf (central nervous system/CNS) pada
vertebrata dan banyak invertebrate lainnya. Otak mengatur dan mengkoordinir sebagian besar
gerakan, perilaku, dan fungsi tubuh homeostatis seperti tekanan darah, keseimbangan cairan
tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi,
ingatan, pembelajaran motorik, dan segala bentuk pembelajaran lainnya.
Otak terbentuk dari dua jenis sel, yaitu: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk
pulsa listrik yang dikenal sebagai potensi aksi.
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc
dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia bertanggung jawab terhadap
pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat ikatan erat antara
otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat mempengaruhi kognisi
manusia. Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.
2.10.2 Perkembangan Fungsi Otak
Fungsi otak berkembang sangat cepat pada usia balita, oleh sebab itu usia ini disebut
Golden Age. Otak tengah, dapat mengakses secara cepat dan mudah pada usia 5-12 tahun.
Bila dilatih dengan serius, maka anak akan belajar membaca dan menghafal lebih cepat. Serta
bisa juga mengaktivasi pendengaran dan penglihatan. Artinya jika otak tengah diaktifkan
maka akan terjadi keseimbangan kerja otak kanan dan kiri.
Doug Hall mengatakan bahwa dominasi kerja otak (kanan/kiri) itu mempengaruhi
kepribadian seseorang. Dominas otak kanan menunjang kepribadian yang : humoris, simple,
menyenangkan, spontan dan bebas. Otak kanan juga sebagai pengendali emotional
intelligence, berseni (khususnya musik dan warna), secara kreatif.
2.10.3 Kecerdasan dan Fungsi Otak
Kecerdasan atau intelejensi adalah kemampuan atau mental ability, kecakapan potensial
atau general aptitude.
Hasil kerja kecerdasan ini meliputi :
1. Perilaku kognitif; mengamati, mencerna, dan menciptakan.
2. Perilaku konatif; dorongan dari dalam indnividu seperti kemauan, motif, kehendak
3. Perilaku afektif; perilaku yang bersentuhan dengan perasaan seperti senang, sedih dan cinta
Menurut para pakar atau ilmuwan mengenai kecerdasan, yaitu :
1. Benjamin. S. Bloom, mengatakan kecerdasan meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotor
2. Daniel Goleman, menambahkan bahwa kecerdasan mencakup juga kecerdasan emosional
atau E I (emotional Intellegence)
Emotional Intelligences di bagi menjadi 5 bidang kompetensi
1. Kemampuan untuk mengenal emosi dirinya sendiri serta memahami hubungan antara
emosi,pikiran dan tindakan.
2. Kemampuan untuk mengelola emosi ; dapat mengatur perasaan dengan tepat
3. Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri ; biasanya dengan sikap optimis dan berfikir
positif.
4. Kemampuan untuk membaca dan mengenal emosi orang lain (empati)
5. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.
3. Danah Zonar dan Ian Marshall, berpendapat bahwa cerdas tidak haya IQ tetapi juga SI,
orang yang cerdas adalah mereka yang memiliki kognitif,afektif,psikomotor,EI dan SI yang
tinggi.
4. Howard Gardner, merumuskan teori kecerdasan terdiri dari 9 kecerdasan :
1)
Kecerdasan Linguistik
2)
Kecerdasan Logika-Matematika
3)
Kecerdasan Intrapersoanal
4)
Kecerdasan Interpersoanal
5)
Kecerdasan Musikal
6)
7)
Kecerdasan Kinestetik
8)
Kecerdasan Naturalis/Lingkungan
Perkembangan Peserta Didik | 25
9)
Kecerdasan Eksistensial
Otak terbagi menjadi dua bagian, yaitu
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari beberapa
pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan. Ketika proses pembelajaran
pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan lingkungan tersebut dapat
digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode didkusi dan metode
ceramah. Supaya lebih jelas ikuti perencanaan yang dilakukan oleh seorang guru ketika akan
memberi pembelajaran pencemaran lingkungan tersebut.
Pada awalnya ia memilih pendekatan lingkungan, berarti ia akan menggunakan
lingkungan sebagai fokus pembelajaran. Pada akhir pembelajaran melalui konsep pencemaran
lingkungan siswa akan memahami tentang lingkungan sekitarnya apakah sudah tercemar atau
tidak. Untuk merealisasikan hal tersebut ia menggunakan metode diskusi dan ceramah. Dalam
pembelajarannya ia membuat suatu masalah untuk didiskusikan oleh siswa kemudian ia akan
mengakhiri pembelajaran tadi dengan memberi informasi yang berkaitan dengan hasil diskusi.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dirancang
untuk mencapai keberhasilan suatu tujuan pembelajaran.
2.11.2 Pendekatan Pembelajaran
1) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan
melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar
mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target
penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil
belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif
dengan prinsip membelajarkan memberdayakan siswa, bukan mengajar.
2) Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa
pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori
konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses
saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran
terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang
akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru.
Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam
struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang
ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini
dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam
struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada
padanya.
Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan
menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai
parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar
digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari
dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat
meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
3) Pendekatan Deduktif Induktif
a. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada
bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses
pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah
persoalannya dan konsep dasarnya.
b. Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data
untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin
merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran
dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori.
Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang
menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit
memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan
Perkembangan Peserta Didik | 28
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the
teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai
proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam
pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan
konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM
merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in
order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate
acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah
diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka
memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini
berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat
dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi
bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
2.12.3 Model Pembelajaran berdasarkan Teori-teori Belajar
1. Model Interaksi Sosial
Model ini menitikberatkan pada hubungan antara individu dengan masyarakat atau
dengan individu lainnya. Fokusnya kepada proses realita. Model ini berorientasi pada prioritas
terhadap perbaikan kemampuan (abilitas) individu dalam berinteraksi dengan orang lain,
perbaikan proses-proses demokratis dan perbaikan masyarakat.
Dalam model ini tercakup beberapa jenis strategi pembelajaran, yaitu:
a. Kerja kelompok; tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan dalam
bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal, dan keterampilan
menemukan dalam bidang akademik.
b. Pertemuan kelas; tujuannya untuk mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri
maupun terhadap kelompok.
c. Pemecahan masalah social atau inquiry social; bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah social dengan cara berpikir logis dan penemuan
akademik.
d. Model laboratorium; bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan
dalam kelompok.
Perkembangan Peserta Didik | 30
hubungan-hubungan dengan pribadi lain dalam konteks yang lebih luas serta mampu
memproses informasi secara efektif.
Model pembelajaran personal terdiri dari empat strategi pembelajaran, yaitu:
1) Pengajaran non direktif; bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan
pribadi yaitu kesadaran diri (self awareness), pemahaman (understanding), otonomi, dan
konsep diri (self concept).
2) Latihan kesadaran; bertujuan untuk meningkatkan kemampuan self exploration dan self
awareness. Titik beratnya pada perkembangan interpersonal.
3) Sinektik; bertujuan untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan pemecahan masalah
secara kreatif.
4) Sistem konseptual; bertujuan untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
4. Model Modifikasi Tingkah Laku
Model pembelajaran ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik. Model tersebut
bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efisien untuk mengurut tugas-tugas belajar
dan membentuk tingkah laku dengan cara memenipulasi penguatan (reinforcement). Para
eksponen teori reinforcement telah mengembangkan model-model dan operabt conditioning
sebagai mekanisme sentral.
Para eksponen tersebut seringkali menunjuk kepada teori modifikasi tingkah laku yang
menitik beratkan pada perubahan tingkah laku eksternal siswa sebagai visible behavior lebih
dari tingkah laku yang mendasarinya. Operant conditioning telah diterapkan daam bidang
pendidikan dan bidang-bidang lainnya, misalnya bidang kemiliteran, disampaikan dalam
berbagai model yang berbentuk media-oriented, seperti: pengajaran berprograma, interactive
teaching, dan micro teaching.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Peserta didik adalah individu yang memiliki kepribadian, tujuan, cita-cita hidup dan
potensi diri, oleh karena itu tidak dapat diperlakukan semena-mena. Peserta didik adalah
orang yang memilki pilihan untuk menuntut ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa
depannya. Peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi manusia seutuhnya
atau orang yang tidak bergantung dari orang lain dalam arti benar-benar seorang pribadi
yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat dan keinginan
sendiri. Jadi, peserta didik adalah orang/individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya agar tumbuh dan berkembang dengan baik
serta memiliki kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
3.2 Saran
Makalah ini di susun dengan usaha yang baik semoga bermanfaat bagi para penulis,
pembaca dan lebih khususnya pada teman-teman mahasiswa. Kritik dan saran dari temanteman demi kesempurnaan makalah ini, yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memahami materi dalam makalah
ini khususnya perkembangan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Tahir, Nurdin. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan. Volume 1: Halaman 2, 6, 7.
Astawa, I Gede Satria. 2012. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan. Volume: 3-4, 6.
Kuntjojo. 2008. Pertumbuhan dan Perkembangan. Volume 1: Halaman 5, 4).
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995).
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini :Pengantar dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012).
Singgih D.Gunarsa.Yulia D.Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta:
PT.BPK Gunung Mulia, 2003).
John. W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta: Penerbit Elangga, 2007).
M.Thobroni & Fairuzul Mumtaz, Mendongkrak Kecerdasan Anak melalui Bermain dan
Permainan, (Jogjakarta: Kata Hati, 2011).