Anda di halaman 1dari 10

s

Bentuk penularan zoonosis, Emerging dan Reemerging Zoonotic Diseases


cara penularan, pola dan pengendalian, serta contohnya.
Disusun oleh:

Wahdini Rizky
Daratun hayati Rapi
Taufiza Edosaputra

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga kelompok sembilan dapat
menyelesaikan tugas paper ini dengan judul cara berproduksi yang baik dan benar sebagai
salah satu tugas pada mata kuliah higiene makanan.
Mahasiswa menyadari bahwa dalam proses penulisan paper ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun dengan Demikian, mahasiswa
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya mahasiswa menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan paper ini.
Akhirnya penulis berharap semoga paper ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Darussalam, Februari 2016

Mahasiswa

PENDAHULUAN
Zoonosis didefinisikan sebagai penyakit infeksi yang dapat ditularkan dari hewan
vertebrata ke manusia. Saat ini dikenal emerging zoonoses yang merupakan penyakit
zoonosis yang baru muncul seperti Avian Influenza dan re-emerging zoonoses yang
merupakan penyakit zoonosis yang sudah pernah muncul di masamasa sebelumnya dan mulai
menunjukkan peningkatan seperti rabies.
Penyakit zoonosis yang masuk ke dalam daftar penyakit hewan menular strategis di
Indonesia yaitu rabies, anthrax, avian influenza, salmonellosis dan brucellosis. Untuk
mengakomodir semua permasalahan dan isu-isu mutakhir yang ada terutama berkaitan
dengan emerging and re-emerging zoonoses, maka sudah saatnya seluruh peraturan
perundangan yang berkaitan dengan bidang penyakit zoonosis yang ada di Indonesia dikaji
ulang dan direvisi.
Ada 4 subsistem yang sangat penting peranannya untuk pengendalian dan
pemberantasan zoonosis yaitu sistem surveilans dan monitoring nasional, kewaspadaan dini
dan darurat penyakit (early warning system and emergency preparedness), informasi
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner. Untuk memberdayakan pemerintah dan
masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi munculnya emerging dan reemerging
zoonoses, maka perlu ditetapkan sejumlah agenda untuk memperkuat kapasitas dan strategi
kemitraan antara pemerintah dan swasta antara lain dengan penelitian terintegrasi antara
kesehatan manusia dan kesehatan hewan, pendirian pusat penelitian penyakit zoonosis,
surveilans yang terstruktur pada hewan domestik, satwa liar, dan manusia, pembentukan tim
respon kesehatan dan kesehatan hewan, pembangunan infrastruktur, pembangunan tenaga
kerja, dan peningkatan koordinasi dan penguatan fokus bagi kelembagaan yang terkait
dengan penanganan masalah penyakit zoonosis.
Zoonosis merupakan masalah yang banyak ditelaah saat ini dan menjadi obyek
pengawasan pada karantina ikan, karena potensinya dalam menyebarkan penyakit dari hewan
ke manusia. Zoonosis atau zoonoses, didefinisikan sebagai penyakit dan infeksi yang
ditransmisikan antara hewan dan manusia (mis.: Meyer,1970; Sindermann, 1990; Childs et
al., 1998).

A. Rumusan Masalah
A. Menerangkan bentuk- bentuk penularan zoonosis
B. Cara penularan dan pola pengendalian Emerging dan Reemerging Zoonotic Disease
C. Contoh Emerging dan Reemerging Zoonotic Disease
B. Tujuan
Untuk mengetahui bentuk penularan zoonosis , Cara penularan dan pola pengendalian
Emerging dan Reemerging Zoonotic Disease, serta Contoh Emerging dan Reemerging
Zoonotic Disease
C. Manfaat
Paper ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang penyakit zoonosis Cara
penularan dan pola pengendalian Emerging dan Reemerging Zoonotic Disease

PEMBAHASAN
A. Menerangkan bentuk- bentuk penularan zoonosis.
Penularan zoonosis kemanusia dalam tiga bentuk. pertama, penularan langsung dari
hewan kemanusia ketika si hewan terjangkit suatu penyakit. Contohnya, penyakit rabies.
Secara klinis tidak semua hewan yang terkena rabies itu terlihat secara fisik. Setelah dia
menggit hewan atau manusia, baru ketahuan hewan tersebut terjangkit rabies. Kedua,
penularan bersumber dari produk hewan yang di komsumsi oleh mnusia, seperi daging, telur,
dan susu. Ketiga, zoonosis di sebarkan hewan meski makhluk tersebut tidak terjangkit
penyakit alias hewan hanya jadi media perantara. Penyakit zoonoosis ini tidak semua terlihat
secara fisik baik di manusia atau di hewan.
Contohnya,toksoplasma yang di tularkan oleh kucing. Hewan peliharaan ini tidak
memiliki tanda-tanda fisik atau klinis membawa tokso plasma dalam fesesnya.penderita pun
tidak merasakan akibatnya secara langsung misalnya sqakit atau demam. Salah satu zoonosis
yang sering menimpa manusia adalah keracuanan makanan akibat mengkonsumsi produk
hewan. Misalnya, keracuanan mengkonsusmsi daging mentah. Lain lagi dengan penyakit
leptospirosisyang di bawa tikus. Ginjal pada tikus di hinggapi bakteri leptospiriayang akan
mengelola urine yang terkontaminasi leptospira.
Air seni ini jika tercampur dengan air dan msuk ke tubuh manusia menimbulkan
penyakit leptospirosis. Maraknya penularran penyakit hewan akibat ulah manusia, yakni,
pemanfaatan lahan pertanian yang semakin meluas, faktor demografi, dan perubahan sosial.
Masalahnya, kebanyakan zoonosis yang berkembangg saat iniberkatagori A. Jadi, penyakit
itu mudah menular ke manusia dan di tularkan antar manusia dengan tingkat sakit yang
tinggi. Solusinya adalah, hewan bisa hidup berdmpingan dengan manusia, tapi kesehatan dan
kebersihannya harus terjaga agar tidak mambawa biang penyakit
Pengertian zoonosis menurut WHO, 2005 adalah suatu penyakit yang secara alamiah
dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia. Sedangkan menurut Undang Undang
No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan kesehatan Hewan, dinyatakan bahwa penyakit
zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya.
Karena banyaknya penyakit menular yang tergolong zoonosis dan kompleknya keragaman
penyakit ini, maka berbagai ahli berusaha untuk menggolongkan menurut cara penularannya,
reservoir utama, penyebab dan asal hewan penyebarnya.
5

Terkait dengan inang yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup agen penyakitnya (cara
penularan) zoonosis dapat dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1. direct zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit hanya
memerlukan satu vertebrata sebagai inang antara (intermediate host). Penularan agen
penyakit terjadi secara langsung, yaitu agen penyakit menginfeksi hewan, kemudian
pindah ke manusia. Contoh: penyakit rabies, brucellosis, trichinosis.
2. cyclo zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan dua
atau lebih inang vertebarata. Contoh: penyakit taeniasis dan penyakit hidatid.
3. meta zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan inang
vertebrata dan invertebrata. Contoh: penyakit fasioliosis.
4. sapro zoonosis: untuk kelangsungan siklus hidupnya, agen penyakit memerlukan satu
inang antara dari bahan organik atau bahan hidup yang tidak berjiwa sebagai
reservoir. Contoh: penyakit cutaneus larva migran.
Zoonosis berdasarkan reservoirnya dibagi menjadi tiga jenis
1. Antropozoonosis: penyakit yang dapat secara bebas berkembang di alam di antara
hewan liar maupun domestik. Manusia hanya kadang terinfeksi dan akan menjadi titik
akhir dari infeksi. Pada jenis ini, manusia tidak dapat menularkan kepada hewan atau
manusia lain. Berbagai penyakit yang masuk dalam golongan ini yaitu Rabies,
Leptospirosis, tularemia, dan hidatidosis.
2. Zooantroponosis: zoonosis yang berlangsusng secara bebas pada manusia atau
merupakan penyakit manusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan
sebagai titik terakhir. Termasuk dalam golongan ini yaitu tuberkulosis tipe humanus
disebabkan oleh Mycobacterium tubercullosis, amebiasis dan difteri.
3. Amphixenosis: zoonosis dimana manusia dan hewan sama-sama merupakan reservoir
yang cocok untuk agen penyebab penyakit dan infeksi teteap berjalan secara bebas
walaupun

tanpa

keterlibatan

grup

lain

(manusia

atau

hewan).

Contoh:

Staphylococcosis, Streptococcosis.
Berdasarkan agen penyebabnya zoonosis dapat dibedakan atas :

zoonosis yang disebabkan oleh bakteri, misalnya antraks, brucellosis, leptospirosis,


tuberkulosis, listeriosis dan salmonelosis,

Zoonosis yang disebabkan oleh virus, misalnya rabies, Japanese encephalitis, nipah
dan Avian influenza,

Zoonosis yang disebabkan oleh parasit misalnya toxoplasmosis, taeniasis dan scabies,
6

Zoonosis yang disebabkan oleh jamur misalnya ringworm,

Zoonosis disebabkan oleh penyebab lainnya, misalnya BSE, yang disebabkan oleh
prion yaitu suatu molekul protein tanpa asam inti, baik DNA maupun RNA

B.Cara penularan dan

pola pengendalian Emerging dan Reemerging Zoonotic

Disease
Faktor-faktor yang dianggap berkontribusi terhadap kemunculan emerging zoonoses
diantaranya adalah pertumbuhan populasi manusia, globalisasi perdagangan, intensifikasi
pemeliharaan satwa liar, dan mikroba yang berkaitan dengan satwa liar memasuki produsen
ternak yang intensif (Brown 2004). Sedangkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
peningkatan kejadian emerging zoonoses diantaranya peningkatan yang cepat dari pergerakan
manusia dan produk sebagai hasil dari globalisasi, perubahan lingkungan, perluasan populasi
manusia ke wilayah yang sebelumnya tidak dihuni, perusakan habitat hewan, dan perubahan
peternakan dan teknologi produksi (Thiermann 2004).
Kemunculan re-emerging zoonoses dipicu oleh iklim, habitat, faktor kepadatan
populasi yang mempengaruhi induk semang, patogen atau vektor. Seringkali terjadi
peningkatan secara alamiah dan penurunan aktivitas penyakit di suatu wilayah geografis
tertentu dan selama berbagai periode waktu. Penyakit yang termasuk dalam re-emerging
zoonoses diantaranya adalah rabies, virus marburg, rift valley fever (RVF), bovine
tuberculosis, Brucella sp. pada satwa liar, tularemia, plaque, dan leptospirosis (Angulo et al.
2004).
Penyakit menular baru muncul yang menyerang manusia, satwa liar dan tanaman
dihubungkan dengan dua karakteristik umum. Pertama, penyakit-penyakit tersebut
mengalami proses yang tidak pernah putus, baik dalam bentuk insidensi yang terus
meningkat, jangkauan hospes atau geografis yang terus menyebar, atau patogenisitas,
virulensi dan faktor-faktor lainnya yang terus berubah (Naipospos 2011).
Kedua, proses perubahan tersebut hampir selalu dipicu oleh sejumlah perubahan lingkungan
antropogenik dalam skala luas (contohnya deforestasi, perambahan pertanian, pemekaran
daerah urban) atau perubahan akibat struktur populasi manusia (contohnya meningkatnya
densitas penduduk dikaitkan dengan urbanisasi) atau perubahan perilaku (contohnya
meningkatnya penggunaan obat, perubahan praktek-praktek medik, intensifikasi pertanian,
perdagangan internasional). Antropogenik dalam hal ini diartikan sebagai konversi ruang,

lahan atau lingkungan alamiah yang disebabkan oleh perilaku manusia atau akibat kegiatan
yang dilakukan manusia (Daszak et al. 2004).
Dengan melakukan analisa spasial yang membandingkan antara lokasi kejadian-kejadian
penyakit menular baru dengan berbagai variabel sosio-ekonomi, lingkungan dan ekologi,
maka dapat dibuat suatu pemetaan distribusi global dari patogen-patogen zoonotik yang
bersumber dari spesies satwa liar (a), non satwa liar (b), dan yang disebabkan oleh patogen
resisten obat (c), dan yang ditularkan lewat vektor (d),

C.Contoh Emerging dan Reemerging Zoonotic Disease


Beberapa emerging zoonoses diantaranya adalah

ebola virus,

bovine spongiform encephalopathy (BSE),

nipah virus,

rift valley fever (RVF),

alveolar echinococcosis,

severe acute respiratory syndrome (SARS),

monkeypox.
Penyakit yang termasuk dalam re-emerging zoonoses diantaranya adalah

rabies,

virus marburg,

bovine tuberculosis,

Brucella sp. pada satwa liar, tularemia, plaque, dan leptospirosis .


Emerging dan re-emerging infectious disease merupakan manifestasi penurunan
kualitas kesehatan akibat adanya perubahan ekologi

KESIMPULAN

emerging zoonoses yang merupakan penyakit zoonosis yang baru muncul seperti
Avian Influenza.

Beberapa emerging zoonoses diantaranya adalah ebola virus, bovine spongiform


encephalopathy (BSE), nipah virus, rift valley fever (RVF), alveolar echinococcosis,
severe acute respiratory syndrome (SARS), monkeypox.

re-emerging zoonoses yang merupakan penyakit zoonosis yang sudah pernah muncul
di masamasa sebelumnya dan mulai menunjukkan peningkatan seperti rabies.

Penyakit yang termasuk dalam re-emerging zoonoses diantaranya adalah rabies, virus
marburg, rift valley fever (RVF), bovine tuberculosis, Brucella sp. pada satwa liar,
tularemia, plaque, dan leptospirosis .

DAFTAR PUSTAKA
Allan BF, Keesing F, Ostfeld RS. 2003. Effect of forest fragmentation on Lyme
disease risk. Conserv Biol. 17:267-272
Morens D, Folkers G, Fauci A. 2004. The challenge of emerging and re-emerging
infectious diseases. Nature. 430: 242-249.
Wolfe ND, Heneine W, Carr JK, Garcia AD, Shanmugam V, Tamoufe U, Torimiro JN,
Prosser AT, LeBreton M, Mpoudi-Ngole E, et al. 2005. Emergence of unique
primate T-lymphotropic viruses among central African bushmeat hunters. Proc
Natl Acad Sci US. 102:7994-7999.

10

Anda mungkin juga menyukai