Askep DM PDF
Askep DM PDF
oleh
kenaikan
kadar
glukosa
dalam
darah
atau
antara
tuntutan
dan
suplai
insulin
(H.
Rumahorbo, 1999).
2. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin
adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan
penting.
(dari
streptococcus
lingkungan)
sehingga
misalnya
pengaruh
coxsackievirus
lingkungan
dan
dipercaya
finansial
karena
banyaknya
komplikasi
seperti
polimer
seng.
Duodenum Pars
asendens
Caput pankreatis
Duodenum pars horisontal
Processus uricinatus
Gambar 1. Gambar anatomi pankreas, duodenum.
b. Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam
tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel sel
dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan
sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu
insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah
yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau
langerhans
menyebabkan
timbulnya
pengaturan
secara
menghambat
sekresi
glukagon,
somatostatin
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau
langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar
basal adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin
bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah
berikatan,
insulin
bekerja
melalui
perantara
kedua
untuk
osmotic)
peningkatan
dalam
sehingga
pasien
akan
berkemih
(poliurra)
dan
mengalami
rasa
haus
(polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul
dan
glukogeonesis
tanpa
hambatan
sehingga
insulin
untuk
mengangkut
glukosa
melalui
cairan
intrasel
berdifusi
kedalam
sirkulasi
atau
cairan
10
7. Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata,
ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain (corwin,
2000)
8. Tes Diagnostik
a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara
benedict (reduksi) yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat
positif pada diabetes.
b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa
dalam darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1) Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4) Urine =
Mellitus
jika
tidak
dikelola
dengan
baik
akamn
11
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang
sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak
60 70 %
2) Protein sebanyak
10 15 %
3) Lemak sebanyak
20 25 %
12
20%
25%
dan
yang
13
sulfonylurea
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM
maupun NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau
pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak
terkendali dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik
oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan
dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan
lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila
sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis
maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah
maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan
insulin.
14
untuk
mendapatkan hasil
yang
maksimal.
menunjang
perubahan
perilaku
untuk
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Doengoes, 2001)
a. Aktivitas / istrahat.
Tanda :
1) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot,
tonus otot menurun.
2) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
3) Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Tanda :
1) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan
pada ekstremitas dan tachicardia.
15
pening,
gangguan
penglihatan,
disorientasi
gangguan
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah
meringis dengan palpitasi : tampak sangat berhati hati.
e.
Keamanan
Gejala :
1) Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2) Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia
/ paralysis otot termasuk otot otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam).
3) Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).
16
Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
1) Glukosa darah : meningkat 100 200 mg/dl atau lebih.
2) Aseton plasma : positif secara menyolok.
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari
330 m osm/l.
8
2. Bagan Patofisiologi dan Penyimpangan Terhadap KDM
Defisiensi Insulin
Hipoksia
peningkatan Katabolisme/Glukoneogenesis
Katabolisme protein
Resiko Kebutaan
penurunan ATP
penurunan energi
Hiperglikemia
glukoneogenesis meningkat
efek mikrovaskuler
nefropati
mikroangiopati
Diuresis meningkat
nyeri
mual, muntah
neuropati
Ketosis
Ketidakmampuan beraktifitas
kurang informasi
kurang pengetahuan
resiko infeksi
25
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare,
muntah, poliuria, evaporasi.
b. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
kimia
darah,
insufisiensi
insulin,
peningkatan
26
4. Perencanaan / Intervensi
a. NDX : Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia,
diare, muntah, poliuria, evaporasi
Tujuan :
Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat, dengan
kriteria :
1) Nadi perifer dapat teraba, turgor kulit baik.
2) Vital sign dalam batas normal, haluaran urine
lancer.
3) Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi
1. Kaji pengeluaran urine
Rasional
1. Membantu
dalam
memperkirakan
kekurangan
sudah
ada
pada
proses
mengakibatkan
infeksi
demam
dan
27
menilai
keadaan
perkembangan penyakit.
3. Monitor pola napas
alkalosis
ketoasidosis
yang
berbau
frekuensi
kualitas pernapasan
dan 4. Koreksi
hiperglikemia
dan
dan
pernapasan.
frekuensi
Pernapasan
indikasi
dari
pernapasan,
5. Memberikan
kebutuhan
perkiraan
akan
cairan
28
cairan
sesuai 6. Tipe
dengan indikasi
dan
tergantung
jenis
pada
cairan
derajat
b.
anoreksia,
abnominal
pain,
gangguan
mengkonsumsi
makanan sesuai
29
Intervensi :
INTERVENSI
1. Timbang berat badan.
RASIONAL
1. Penurunan
berat
menunjukkan
badan
tidak
ada
2. Hiperglikemia
dan
ketidakseimbangan
cairan
berlangsung
sebagai
akibat
syaraf
otonom
lama
neuropati
berhubungan
yang
dengan
sistem pencernaan.
3. Berikan makanan lunak / cair.
fungsi
usus
KH
akan
menurunkan kadarglukosa
30
hipoglikemia.
kepala.
5. Berikan Insulin.
5. Akan
mempercepat
pengangkutan
glukosa
kedalam sel.
RASIONAL
1. Kemerahan,
drainase,
edema,
cairan
dari
luka
luka
tangan
pada
2. Mencegah
contamination.
cross
31
kebersihan
kulit.
3. Gangguan
dapat
sirkulasi
perifer
terjadi
menempatkan
bila
pasien
pada
4. Peningkatan
pengeluaran
dan
mempertahankan
PH
perkembangan
bakteri.
5. Antibiotik bila ada indikasi
5. Mencegah
terjadinya
perkembangan bakteri.
32
Intervensi :
INTERVENSI
1. Kaji
keadaan
RASIONAL
kulit 1. Mengetahui
yangrusak
keadaan
menanggulangi
atau
luka
dengan 2. Mencegah
terjadinya
inteksi
3. Kompres
luka
dengan 3. Selain
larutan Nacl
luka
untuk
membersihkan
dan
juga
mempercepat
untuk
pertumbuhan
jaringan
4. Anjurkan
pada
agarmenjaga
klien 4. Kelembaban
predisposisi
terjadinya lesi.
5. Pemberian obat antibiotic.
kotorsebagai
dan
kulit
predisposisi
terjadinya lesi.
5. Antibiotik
untuk
membunuh
kuman.
33
Intervensi :
INTERVENSI
1. Kaji
derajat
RASIONAL
dan
tipe
kerusakan
1. Mengidentifikasi
derajat
kerusakan penglihatan
2. Mempertahankan
aktivitas
visual klien.
3. Orientasi
klien
dengan
lingkungan.
4. Gunakan
3. Mengurangi
cedera
akibat
disorientasi
alat
bantu
penglihatan.
membantu
dengan
mempertahankan
kebutuhannya
untuk
kontak
dengan realita.
6. Membantu memelihara panen
tetap
berhubungan
dengan
pada
lingkungannya.
7. Lindungi klien dari cedera.
cedera,
hari
terutama
dan
perlu
34
dengan
RASIONAL
klien 1. Pendidikan dapat memberikan
aktivitas
meskipun
2. Mencegah
kelelahan
yang
berlebihan
3. Pantau tanda tanda vital
3. Mengindikasikan
tingkat
35
4. Diskusikan
penurunan
dan sebagainya
5. Tingkatkan
kebutuhan
akan
yang
positif
sesuai
tingkat
dapat ditoleransi
pasien
Intervensi :
INTERVENSI
1. Kaji tingkat nyeri
RASIONAL
1. Nyeri
disebabkan
oleh
36
denyut
nadi
dan
pernafasan
3. Ajarkan
klien
tekhnik
relaksasi
3. Nafas
dalam
meningkatkan
dapat
oksigenasi
jaringan
4. Ajarkan klien tekhnik Gate
Control
5. Pemberian analgetik
4. Memblokir
rangsangan
nyeri
bekerja
reseptor
memblokir
langsung
nyeri
dan
rangsangan
nyeri
37
Intervensi :
INTERVENSI
1. Kaji
kemampuan
RASIONAL
klien 1. Mengidentifikasi tingkat toleransi
aktivitas klien
diri
2. Berikan
aktivitas
secara 2. Melatih
bertahap
3. Bantu
kemampuan
pemenuhan
sehari-hari
4. Bantu
tingkat
klien
kuku)
38
Intervensi :
Intervensi
1. Pilih
berbagai
Rasional
strategi 1. Penggunaan
belajar
cara
yang
meningkatkan
yang
menurunkan
fluktuasi
akan
kadar
yang
memegang
memegang
kontrol
DM
menurunkan
peranan
dalam
yang
dapat
berulangnya
kejadian ketoasidosis.
39
5.
Implementasi
Merupakan
tahap
dimana
rencana
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
2, (Edisi 8), EGC, Jakarta
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi
2), EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta
Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC,
Jakarta
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta
40