Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan senjata api dalam tindak kriminal dapat digunakan untuk melukai korban
dan dapat berujung pada kematian. Di berbagai penjuru dunia terjadi peningkatan kasus
akibat luka tembak. Di Amerika Serikat luka tembak merupakan penyebab kematian tertinggi
dalam kasus pembunuhan. Diperkirakan bahwa setiap tahun di Amerika Serikat terdapat
70.000 korban luka tembak dengan 30.000 kematian. Pemeriksaan terhadap luka ini
memerlukan latihan khusus dan spesialis, baik oleh dokter gawat darurat terhadap korban
luka tembak hidup ataupun ahli patologi forensik pada korban yang telah meninggal.
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata apisebagai
alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang
yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban mempunyai wewenang dalam
melakukan pemeriksaan seperti yang tercantum pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal
179 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli
tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan
korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Oleh
karena itu dokter yang memeriksa perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan
hasil yang didapatnya.
Sedangkan di Indonesia, menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke dua tahun 1998
yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Avokasi Masyarakat) pada triwulan ke II
tercatat ada 102 warga negara yang menjadi korban kekerasan akibat senjata api. Untuk
menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus menjelaskan berbagai
hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana luka tembak masuk
dan mana luka tembak keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan,
perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak
mana yang menyebabkan kematian.
MEDIKOLEGAL

Interpretasi yang benar mengenai luka tembak mengenai ahli patologi tidak hanya
memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksananaan hukum selama
investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian. Biaya medis, legal, dan
emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu kerja berat bagi rumah sakit, sistem
peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut
memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani
kegawatdaruratan bagian luka tembak maupun para ahli patologi dan forensik.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang traumatologi forensik.
2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi luka tembak dan ciri-ciri luka tembak.
3. Untuk mengetahui tentang deskripsi luka dan dan derajat luka.
4. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan luka tembak.
5. Untuk mengetahui tentang gejala klinis dan pemeriksaan pada cedera kepala.
6. Untuk mengetahui tentang penanganan pada luka tembak.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Perampok Di Dor
MEDIKOLEGAL

Polisi sedang berusaha menangkap seorang perampok yang berlari ke jalan raya.
Sebelumnya polisi sempat melepaskan tembakan. Perampok itu akhirnya tertangkap setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas.
2.2 Permasalahan
1.
2.
1.
2.
3.
4.

Jelaskan secara lengkap apa saja yang termasuk didalam Traumatologi Forensik?
Jelaskan apa saja klasifikasi luka tembak dan ciri-ciri luka tembak?
Apa saja yang termasuk tentang deskripsi luka dan dan derajat luka?
Apa saja pemeriksaan pada luka tembak?
Apa saja yang termasuk gejala klinis dan pemeriksaan pada cedera kepala?
Bagaimana penanganan pada luka tembak?

2.3 Pembahasan Permasalahan


1. Jelaskan Traumatologi Forensik
A. Definisi Traumatologi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan
tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya
diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.

B. Penyebab Trauma
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di periksa dengan teliti akan dapat di
ketahui jenis penyebabnya, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Benda-benda mekanik
Benda-benda fisik
Kombinasi benda mekanik dan fisik
Zat-zat kimia korosif

Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.


1. Benda-benda mekanik
a. Trauma benda tajam
MEDIKOLEGAL

Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh oleh benda-benda tajam. Ciri-ciri umum dari luka benda tajam adalh sebagai
berikut :
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan , tidak
menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
4) Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).
1) Luka sayat
Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit.
Ciri luka sayat :
a)
b)
c)
d)
e)

Pinggir luka rata


Sudut luka tajam
Rambut ikut terpotong
Jembatan jaringan ( - )
Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang

2) Luka tusuk
Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam
atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada
permukaan tubuh.
Contoh:
-Belati, bayonet, keris
MEDIKOLEGAL

-Clurit
-Kikir
-Tanduk kerbau

Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :


Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam
Sering ada memar / echymosis di sekitarnya
3) Luka bacok
Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam
atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup
besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

Ciri luka bacok :


Luka biasanya besar
MEDIKOLEGAL

Pinggir luka rata


Sudut luka tajam
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan

bagian tubuh yang terkena bacokan


Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, aberasi
b. Trauma benda tumpul
Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan oleh benda-benda yang
mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola, ditinju, jatuh
dari tempat ketinggian, kecelakaan lalu-lintas dan lain-lain sebagainya. Trauma
tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu:
1) Luka memar (contusio)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut
disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap kejaringan
di sekitarnya.
Mula mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4
sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari
seminggu menjadi kekuningan.
Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan
darah, kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar di
bandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak
dapat di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya
atau kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang orang yang gemuk
juga akan mudah terjadi memar.
Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam maya, tetapi jika di
periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan perbedaanya, yaitu :
Memar

Lebam mayat

Bisa dimana saja

Pada bagian

Pembengkakan

Positif

terendah
negatif

Bila di tekan

Warna tetap

Memucat / hilang

Lokasi

MEDIKOLEGAL

Mikroskopik

Reaksi

Reaksi jaringan ( - )

jaringan( + )
2) Luka lecet (abrasio)
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan
luar dari kulit, yang ciri cirinya adalah :
o Bentuk luka tak teratur
o Batas luka tidak teratur
o Tepi luka tidak rata
o Kadang kadang di temukan sedikit perdarahan
o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mongering )
o Warna coklat kemerahan
o Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih di
tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)
Bentuk luka lecet kadangkadang dapat memberi petunjuk tentang benda
penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka
lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda tanda
sebagai berikut :
o Warna kuning mengkilat
o Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang
o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak
di temukan reaksi jaringan.
3) Luka robek (vulnus laceratum)
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan
dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan
kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciricirinya sebagai berikut :
o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
o Di sekitar garis batas luka di temukan memar
o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
( misalnya daerah kepala, muaka atau ekstremitas ).
Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari
luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda
tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala
maka luka robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.
c. Trauma benda yang mudah pecah (kaca)

MEDIKOLEGAL

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( missal kaca ), dapat mengakibatkan
luka luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan luka lecet. Pada
daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda yang
mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka luka-luka
campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja, sebab kaca
mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau peah akan terurai menjadi
bagian-bagian kecil.
2. Benda-benda fisik
Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik, antara lain:
a. Benda bersuhu tinggi
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya
kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan
luka bakar derajat I, II, III, atau IV. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar
tingkat I, II, atau III. Gas panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, III, atau
IV.
b. Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh yang
terbuka; seperti misalnya tangabn, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula pada daerah
tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga terlihat
pucat. Selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan
daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi gangren.
c. Sengatan listrik
Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai
akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya pengaruh listrik pada
jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus
(amper), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak serta
luasnya daerah terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan
lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat,
dikelilingi daerah hyperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat
keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan luka. Nahkan kadang-kadang bagian
dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan tubuh juga
ikut terbakar.
MEDIKOLEGAL

Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan, tetapi


tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (amper) yang
dapat mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan otot pernafasan atau pusat pernafasan.
Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang
akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-orang tidak
menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangya biasanya pengaruhnya
lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari berhubungan
dengan listrik.
d. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya
dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-luka
karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan akibat listrik,
panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat
ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat persentuhan dengan
benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan
saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena efek
ledakan ataun efek dari gas panas yang ditimbulkannya.
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan
pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari
logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.
e. Tekanan (barotrauma)
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh
manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut disbarisme
yang terdiri atas 2 macam yaitu:
1) Hiperbarik
Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:
Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat atau turun

gunung
Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving (menyelam
dengan tangki oksigen), snorkeling (menyelam dengan tube di mulut)

penyelam dengan pakaian khusus.


Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:
Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau emfisema interstisial.
MEDIKOLEGAL

Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan, vertigo atau

dizzines.
Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri atau bahkan

meletus.
Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi
2) Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat mengudara atau saat

pesawat meluncur keluar angkasa.


Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di dalam decompression

chamber.
Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan pengumpulan
gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak, rongga-rongga atau organorgan berongga.
Gejala tersebut antara lain:
Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang hebat
Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letak emfisema
subkutan
Rongga perut terasa kembung
Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)
3. Kombinasi benda mekanik dan fisik
Luka akibat tembakan senjata api pada hakekatnya merupakan luka yang dihasilkan
oleh trauma benda mekanik (benda tumbul) dan benda fisik (panas), yaitu anak peluru
yang jalannya giroskopik (berputar/mengebor). Mengingat lapisan kulit mempunyai
elastisitas yang kurang baik dibandingkan lapisan di bawahnya maka jaringan yang
hancur akibat terjangan anak peluru lebih luas. Akibatnya, bentuk luka tembak masuk
terdiri atas lubang, dikelilingi oleh cincin lecet yang diameternya lebih besar. Diameter
cincin lecet tersebut lebih mendekati kaliber pelurunya.
Sedangkan luka akibat senjata yang tidak menggunakan mesiu sebagai tenaga
pendorong anak pelurunya (senjata angin), pada hakekatnya merupakan luka yang
disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul saja. Ciri-ciri luka tembak amat
tergantung dari jenis senjata yang ditembakkan, jarak tembakan, arah tembakan serta
posisinya (sebagai tempat masuk atau keluarnya anak peluru).
4. Zat-zat kimia korosif

MEDIKOLEGAL

10

Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh manusia.
Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut, yaitu:
a. golongan asam
Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain:
Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3
Asam organik, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat
Garam mineral, yaitu: AgNO3, dan Zinc Chlorida
Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka ialah:
Mengekstraksi air dari jaringan
Mengkoagulasi protein menjadsi albuminat
Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin
Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di atas ialah:
Terlihat kering
Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid erwarna
kuning kehijauan
Perabaan keras dan kasar
b. golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
KOH
NaOH
NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:
Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline albumin
dan sabun
Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah:
Terlihat basah dan edematus
Berwarna merah kecoklatan
Perabaan lunak dan licin
C. Waktu Terjadinya Kekerasan
Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi keperluan
penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum terdakwa serta untuk
penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus, informasi tentang waktu terjadinya
kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal,
terutama yang berkaitan dengan alibi seseorang. Masalahnya ialah, tidak seharusnya
seseorang dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada di tempat
yang jauh dari tempat kejadian perkara
MEDIKOLEGAL

11

Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti , akan dapat ditentukan :


1. Luka antemortem dan post mortem
Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaanya ialah luka itu terjadi
sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dicari ada
tidaknya tanda tanda intravital. Jika di temukan berarti luka terjadi sebelum mati dan
demikian pula sebaliknya
Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang menunjukan
bahwa
a. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma
Tanda tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan hidup
ketika terjadi trauma antara lain :
1) Retraksi jaringan
Terjadi karena serabutserabut elastic dibawah kulit terpotong dan
kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika arah luka memotong
serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan menganga, tetapi jika arah
luka sejajar dengan serabut elastic maka bentuk luka tak begitu menganga.
2) Reaksi vaskuler
Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa : Eritema ( kulit
berwarna kemerahan ), vesikel atau bulla.
o Pada trauma neda keras dan tumpul, bentuk intravitas berupa kontusi atau
memar
3) Reaksi mikroorganisme ( infeksi )
Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan
meninggalkan luka terbuka maka kuman kuman kan masuk serta
menimbulkan infeksi yang ciri cirinya sebagai berikut :
o
o
o
o
4)

Warna kemerahan
Terlihat bengkak
Terdapat pus
Bila sudah lama terlihat danya jaringan granulasi
Reaksi biokimiawi
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah
tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :
o kenaikan kadar serotonin (kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah trauma)
o Kenaikan kadar histamine ( kadar maksimal terjadi jadi 20-30 menit sesudah
trauma).

MEDIKOLEGAL

12

o Kenaikan kadar enzyme ( ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase dan


alkali-phosphatase ) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai
akibat dari mekanisme pertahanan jaringan.
b. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma
Jika organ dalam ( jantung atau paru paru )masih dalam keadaan berfungsi
ketika terjadi trauma maka tanda tandanya antara lain :
1) Perdarahan hebat ( profuse bleeding ) :
Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang
banyak sebab jantung masih bekerja sehingga terus menerus memomp darah
keluar lewat luka. Berbeda sekali dengan trauma yang terjadi sesudah mati
sebab keluarnya darah di sini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga
jumlahnya tidak banyak.
Perdarahan pada luka intravital di bagi menjadi 2 yaitu perdarahan internal
dan eksternal. Perdarahan internal mudah dibuktikan karena darah tertampung
di rongga badan ( rongga perut, rongga dada, rongga panggul, rongga kepala
dan kantong pericardium ) sehingga dapat di ukur pada waktu otopsi.
Sedangkan perdarahan eksternal (darah tumpah di tempat kejadian) hanya
dapat disimpulkan jika pada waktu otopsi di temukan tanda- tanda anemis
(muka dan organ-organ dalam pucat) disertai tandatanda limpa melisut,
jantung dan nadi utama tidak berisi darah.
2) Emboli udara
Terdiri atas emboli udara venosa ( pulmoner ) dan emboli udara arterial
( sistematik ). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong
tidak mengalami kolap karena terfixir dengan baik, seperti vena jugularis
eksterna atau subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan di jantung kanan
negative. Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan dapat terus
menuju ke daerah paru paru sehingga dapat mengganggu fungsinya.
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa
pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan
pneumotoraks artificial atau karena luka luka yang menembus paru paru.
Kematian dapat terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner
atau otak.
3) Emboli lemak
Emboli lemak terjadi pada trauma tumpul yang mengenai

jaringan

berlemaka atau trauma yang mengakibatkan patah tulang panajang. Akibatnya,


MEDIKOLEGAL

13

jaringan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam


pembuluh darah vena yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan
dapat terus menuju daerah paru paru.
4) Pneumotorak
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru paru menderita luka,
sementara paru paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat
berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru- paru akan
masuk ke rongga pleura setiap inspirasi.
Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak yang pada
akhirnya akan menghalangi pengembangan paru paru sehingga pada akhirnya
paru paru menjadi kolap.
5) Emfisema kulit ( krepitasi kulit ).
Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk apru
paru maka pada setiap ekspirasi udara paru paru dapat masuk kejaringan ikat
di bawah. Pada palpasi akan terasa ada krepitasi di sekitar daerah trauma.
Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang
meninggal dunia. Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia maka
kelainan kelainan tersebut di atas tidak mungkin terjadi mengingat pada saat
itu jantung dan paru parunya sudah berhenti bekerja.
2. Umur luka
Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka. Hanya
saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan tepat
kapan suatu kekerasan ( baik pada korban hidup ataupun mati ) dilakukan mengingat
adanya factor individual, penyulit ( misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit
defisiensi ) serta factor kualitas dari kekerasan itu sendiri.
Kendati demikian ada beberapa cara dapat di gunakan untuk memperkirakannya, yaitu
dengan melakukan :
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa
umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan di hitung dari saat trauma sampai
saat di periksa pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat kematiaanya.
b. Pemeriksaan mikroskopik ( histology ).
Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan maka
perlu di lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain berguna bagi
intravitalis luka, pemeriksaan mikroskopik juga untuk menentukan umur luka
MEDIKOLEGAL

14

secara lebih teliti. Caranya ialah dengan mengamati perubahan perubahan


histologiknya
Perubahan peruabahan histologik dari luka ini sangat di pengaruhi ada
tidaknya infeksi. Perlu di ketahui bahwa infeksi akan memperlambat proses
penyembuhan

luka.

Peningkatan

akitfitas

adenosine

triphosphatase

dan

aminopeptidase dapat di lihat lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma.
Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat di lihat sesudah 2 jam, sedangkan
peningkatan acid phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.
D. Cara Melakukan Kekerasan
Untuk sejata tajam, cara senjata itu di gunakan dapat di bedakan, yaitu :
1. Diiriskan
Di iriskan mengandung pengertian bahwa mata tajam dari sejata tersebut di tekankan
lebih dahulu ke suatu bagian dari tubuh dakn kenudian di geser kearah yang sesuai dari
senjata. Luka yang di timbulkannya merupakan luka iris ( incised wound )yang ciri
cirinya :
o Sesuai ciri ciri umum luka akibat senjata tajam
o Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka.
2. Ditusukan
Artinya bagian dari senjata tajam di tembakkan pada suatu bagian dari tubuh dengan
arah tegak lurus atau miring kemudian ditekan kedalam tubuh sesuai arah tadi. Luka
luka yang di timbulkannya merupaka luka tusuk ( stab wound ) yang ciri cirinya :
o Sesuai ciri ciri umum luka akibat senjata tajam
o Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka.
3. Dibacokan
Mengandung perngertian bahwa senjata tajam yang ukurannya relative besar dan
diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai
sautu bagian dari tubuh. Tulang tulang di bawahnya biasnya berfungsi sebgai bantalan
sehingga ikut menderita luka. Luka yang di timbulkannya merupakan luka bacok ( chop
wound ) yang
ciri cirinya :
o Sesuai ciri ciri umum luka akibat senjata tajam
o Ukuran luka besar dan menganga
o Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
o Biasnya tulang tulang dibawahnya ikut menderita luka
Jika senjata yang di gunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas luka terdapat
memar.
MEDIKOLEGAL

15

4. Di tembakan
Untuk senjata api, cara senjata itu di tembakan juga dapat di tentukan, yaitu :
a. Secara tegak lurus atau miring
b. Dengan jarak tembak temple, dekat, sedang atau jauh
Jika di tembakan tegak lurus kearah permukaan tubuh maka ciri cirinya :
1) Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris luka di tembakan secara miring
kearah permukaan tubuh maka ciri- cirinya :
o Letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris
2) Jika di tembakan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi mempunyai ciri
ciri :
o Bentuknya seperti bintang (cruriform )
o Terlihat memar berbetuk sirkuler akibat hentakan balik dari moncong senjata.
3) Jika di tembakan dengan jarak dekat ( 1 inci 2 kaki ) maka ciri ciri dari luka
yang terjadi adalah :
o Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet
o Terdapat produk dari mesiu ( tattoo, sisa sisa mesiu atau jelaga )
4) Jika di tembakan dengan jarak jauh ( lebih 2 kaki ) maka luka yang terjadi
mempunyai ciri ciri :
o Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet
o Tidak di temukan produk mensiu
E. Akibat Trauma
1. Aspek medik
Konsekuensi dari luka yang di timbulkan oleh trauma dapat berupa :
a. Kelainan fisik / organic
Bentuk dari kelainan fisik atau organic ini dapat berupa :
- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
- Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu
b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu
Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian tubuh yang
terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta, tuli atau
terganggunya fungsi organ organ dalam.
c. Infeksi
Seperti di ketahui bahwa kulit atau membrane mukosa merupakan barier terhadap
infeksi. Bila kulit atau membrane tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat pintu
ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bahkan irritasi akibat benda
yang terkontaminasi oleh koman. Jenis kuman dapat berupa streptococcus,
MEDIKOLEGAL

16

staphylococcus, echeria coli, proteus vulgaris, clostridium tetani serta kuman yang
menyebabkan gas gangrene.
d. Penyakit
Trauma sering di anggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit jantung
walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam kontroversi.
e. Kelainan psikis
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat
menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang spketrumnnya amat
luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia praecox
primer ( schizophrenia ), manic depressive atau psikosis. Kepribadian serta potensi
individu untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan factor utama
timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta lamanya gangguan.
Oleh sebab itu pada setiap gangguan mental post-trauma perlu dikaji elemen-elemen
dasarnya yang terdiri atas latar belakang mental dan emosi serta nilai relative bagi
yang bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena trauma.
Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atu
organ dengan psikosis post trauma di dasarkan atas :
- Keadaan mental benar benar sehat sebelum trauma
- Trauma telah merusak susunan syaraf pusat
- Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang.
- Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur dan fungsinya dapat
-

mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata, tangan atau wajah.


Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan
Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal
Korban dihantui oleh kejadian ( kejahatan atau kecelkaan ) yang menimpanya.

F. Konteks Peristiwa Penyebab Luka


Latar belakang penyebab luka dapat disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, bunuh diri atau
kecelakaan .
1. Pembunuhan
Ciri ciri lukannya adalah :
- Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan maupun yang tidak
-

mematikan
Luka tersebut di daerah yang dapat di jangkau maupun yang tidak dpat di jangkau oleh

tangan korban
Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata

MEDIKOLEGAL

17

Dpat di temuka luka tangkisan ( defensive wounds ), yaitu pada korban yang sadar ketika
mengalami seranga. Luka tangkisan tersebut terjadi akibat reflek menahan serangan

sehingga letak luka tangkisan biasanya pada lengan bawah bagian luar.
2. Bunuh diri
Ciri- ciri lukanya adlah :
- Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat.
- Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan
- Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata
- Ditemukan luka luka percobaan ( tentative wounds )
Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu ragu atau karena
sedang memilih letak senjata yang pas sambil mengumpulkan keberaniaanya, sehingga
-

ciri-ciri luka percobaan adalah :


Jumlahnya lebih dari satu
Lokasinya disekitar luka yang mematikan
Kualitasnya lukanya dangkal
Tidak mematikan

3. Kecelakaaan
Jika ciri- ciri luka yang ditemukan tidak mengambarkan pembunuhan atau bunuh diri
maka kemungkinannya adalah akibat kecelekaan. Untuk lebih memastikannya perlu di
lakukan pemeriksaan ditemapt kejadian.
2. Klasifikasi Luka Tembak dan Ciri-ciri Luka Tembak
Yang

diperlukan

sebenarnya

penentuan

jarak

tembak

atau

jarak

antara

moncong senjata dengan targetnya yaitu tubuh korban. Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada
setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat
diketahui, dengan demikian dapat dibuat klasifikasinya.
Klasifikasi yang dimaksud antara lain :
1. Luka tembak tempel (contact wounds)
a) Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan. Bila tekanan
pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan yang tidak erat disebut soft contact.
b) Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama lebarnya pada
setiap bagian.
MEDIKOLEGAL

18

c) Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah coklat, yang
menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini disebut jejas laras
d) Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
e) Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu, jelaga dan
minyak pelumas.
f) Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
g) Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan / densitas jaringan yang
berada di bawahnya, dengan demikian dapat dibedakan :
a. Luka tembak tempel di daerah dahi
Luka tembak tempel di daerah dahi mempunyai ciri :

Luka berbentuk bintang


Terdapat jejak laras

b. Luka tembak tempel di daerah pelipis


Luka tembak tempel di daerah pelipis mempunyai ciri :

Luka berbentuk bundar


Terdapat jejas laras

c. Luka tembak tempel di daerah perut


Luka tembak tempel di daerah perut mempunyai ciri :

Luka berbentuk bundar


Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras

2. Luka tembak jarak dekat (close range wounds)


a) Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih dalam jangkauan
butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat), atau jangkauan jelaga dan api (luka tembak
jarak sangat dekat).
b) Luka berbentuk bundar
dengan

di

sekitarnya

atau

terdapat

oval

tergantung

bintik-bintik

hitam

sudut

masuknya

(kelim

tato)

peluru,

dan

atau

jelaga (kelim jelaga).


c) Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau hangus terbakar.
MEDIKOLEGAL

19

d) Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antara moncong senjata dengan korban sekitar 60
cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata genggam.
e) Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30 cm).
f) Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata dengan korban sekitar
15 cm.
3. Luka tembak jarak jauh (long range wound)
a) Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan atau
jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar sebagian.
b) Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c) Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat
pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.
4. Luka tembak masuk
Pada

saat

seseorang

melepaskan

tembakan

dan

kebetulan

mengenai

sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang
diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut.
Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan adalah:
a)
b)
c)
d)
e)

anak peluru
butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
asap atau jelaga
api
partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak yang melekat

pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila penembakan dilakukan dengan
posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas
laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore),
maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk
pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka.
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan
menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:

MEDIKOLEGAL

20

1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.


Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
a)
b)
c)
d)

Kecepatan.
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh.
Bentuk dan ukuran peluru.
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk

Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka yang
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah (low
velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang
densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena
tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole), maka
kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase sistole
dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya penyebaran
tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru
a) Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang.
b) Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan.
c) Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle bore),
terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim lecet
(abrasion ring).
d) Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke segala arah,
maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang yang
lebih besar dari diameter peluru.
e) Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang terjadi akan
mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas dari jaringan.
f) Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk
akan sama lebarnya pada setiap arah.
g) Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui dari bentuk
kelim lecet.
h) Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut.

MEDIKOLEGAL

21

i) Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease
ring/ grease mark).
j) Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang
terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas besar seperti
tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang terbentuk akan
memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak
beraturan atau berbentuk bintang.
k) Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang luka
ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya peluru.
l) Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan
dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze.
m) Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu dengan luka
tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound.
2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a) Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke dalam kulit.
b) Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintikbintik hitam dan
bercampur dengan perdarahan.
c) Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut
tidak dapat dihapus dengan kain dari luar.
d) Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm.
e) Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat, tiosulfat,
kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less powder terdiri dari
nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan gravid.
3) Akibat asap (smoke effect): jelaga
a) Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap atau
jelaga.
b) Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%, CO 10%,
hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan methane.
c) Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit.
d) Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm.
e) Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga
bila dihapus akan menghilang

MEDIKOLEGAL

22

4). Akibat api (flame effect): luka bakar


a) Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring).
b) Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar.
c) Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm, sedangkan untuk
senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm.
5). Akibat partikel logam (metal effect): fouling
a) Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru
bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat
pergesekan tersebut.
b) Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka
dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban.
c) Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
6). Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a) Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak temple yang erat
(hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact).
b) Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh, dimana di
bawahnya ada bagian yang keras (tulang).
c) Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan mengangkat
kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan moncong senjata.
d) Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong senjatanya dengan
cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang terjadi.
e) Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan pada soft
contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak sebagian sebagai
garis lengkung.
f) Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh karena
tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir mesiu ada yang
keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya kelim
jelaga dan kelim tato.
Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk

MEDIKOLEGAL

23

Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya cukup tebal, maka
dapat terjadi:
a) Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian.
b) Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian.
c) Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka tembak
5. Luka tembak keluar
Jika peluru yang ditembakan dari senjata api mengenai tubuh korban dan kekuatannya masih
cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya, maka luka tembak dimana peluru
meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak keluar. Bilamana peluru yang masuk ke dalam
tubuh korban tidak terbentur pada tulang, maka saluran luka yang terbentuk yang
menghubungkan luka tembak masuk dan luka tembak keluar dapat menunjukkan arah datangnya
peluru yang dapat disesuaikan dengan arah tembakan.
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai perbedaan pokok
dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya kelim lecet pada luka tembak
keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, lainnya juga tentu tidak ditemukan.
Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas, oleh karena hampir
semua luka tembak keluar memiliki ciri ini, adalah luka tembak keluar pada umumnya lebih
besar dari luka tembak masuk.
Adapun

faktor

faktor

yang

menyebabkan

luka

tembak

keluar

lebih

besar

dari luka tembak masuk adalah :


a) Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam tubuh
dan membentur tulang.
b) Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to
end), keadaan ini disebut tumbling.
c) Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut yawing.
d) Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka
tembak keluar menjadi lebih besar.

MEDIKOLEGAL

24

e) Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka
fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar
luka tembak keluarnya.
Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal ini
disebabkan :
a) Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga
kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa
kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung dengan
ukuran peluru dan velocity.
b) Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar yang
berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk. Luka tembak keluar di daerah kepala.
c) Bentuk luka tembak di daerah kepala dapat seperti bintang (stellate) .
d) Bentuk bintang tersebut disebabkan oleh karena akibat tembakan dimana tenaganya
diteruskan ke segala arah, fragmen-fragmen tulang yang terbentuk turut terdorong keluar
dan menimbulkan robekan-robekan baru yang dimulai dari pinggir luka dan menyebar
secara radier.
Beberapa variasi luka tembak keluar
a) Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh
karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan
pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya
berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah
tersebut.
b) Jumlah luka

tembak

keluar

lebih

banyak

dari

jumlah

peluru

yang

ditembakkan, ini dimungkinkan karena :


1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.
2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong
keluar

pada

tempat

yang

berbeda

dengan

tempat

keluarnya

peluru.

3. Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (tandem

MEDIKOLEGAL

25

bullet injury), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar
melalui tempat yang berbeda.
6. Luka tembak pada tulang
Luka tembak pada tulang, khususnya tulang pipih akan menunjukkan kelainan yang khas,
sehingga walaupun pada korban telah mengalami pembusukan masih tetap akan dapat dikenali
dari bagian sebelah mana peluru masuk dan pada bagian mana pula peluru tersebut keluar. Luka
tembak pada
kepala merupakan contoh yang baik untuk melihat kelainan dimaksud.
a) Pada tempat masuknya peluru, lubang yang terjadi pada tabula eksterna akan lebih kecil
dibandingkan dengan lubang pada tabula interna, sehingga membentuk corong yang
membuka ke dalam.
b) Pada tempat keluarnya peluru, lubang yang terjadi pada tabula interna akan lebih kecil
bila dibandingkan dengan lubang pada tabula eksterna, sehingga membentuk corong yang
membuka keluar.
c) Tembakan pada tulang panjang walaupun tidak memberikan gambaran yang khas, tetap
dapat merupakan petunjuk dari mana peluru datang yaitu melihat fragmen tulang yang
terangkat atau terdorong, bila peluru datang dari sebelah kanan maka fragmen tulang
akan terdorong ke sebelah kiri.
d) Pada luka tembak tempel dapat dijumpai pengotoran bewarna hitam yang ditimbulkan
oleh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar, yang menempel pada
tepi lubang yang terbentuk pada tengkorak atau tulang.
Cara pengukuran jarak tembak dalam visum et repertum
Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras, kelim
api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak tembak tidak sulit. Kesulitan
timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.
a) Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm.
b) Bila ada kelim tato berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm dan
seterusnya.
c) Bila hanya ada kelim lecet, cara pengukurannya adalah sebagai berikut :
MEDIKOLEGAL

26

berdasarkan

sifat

lukanya

luka

tembak

tersebut

merupakan

luka

tembak

jarak jauh, ini mengandung arti :


1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti di luar jangkauan atau jarak
tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar sebagian.
2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dan
moncong senjata ada penghalang seperti bantal dan lain sebagainya.
d) Bila ada kelim api, berarti bahwa korban ditembak dari jarak yang sangat
dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm.
3. Deskripsi Luka Tembak dan Derajat Luka
Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak:
1. Lokasi
a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis tengah tubuh
b. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
d. Lipatan kulit utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata

3. Residu tembakan yang terlihat


a. Grains powder

MEDIKOLEGAL

27

b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona


c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Perubahan
a. Oleh tenaga medis
b. Oleh bagian pemakaman
5. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah

Depan ke belakang (belakang ke depan)

Kanan ke kiri (kiri ke kanan)

Atas ke bawah

c. Kerusakan sekunder

Perdarahan

Daerah sekitar luka

d. Kerusakan organ individu


6. Penyembuhan luka tembakan
a. Titik penyembuhan
b. Tipe misil
c. Tanda identifikasi
d. Susunan
MEDIKOLEGAL

28

7. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Derajat Luka
1. Luka ringan.
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencahariannya.
2. Luka sedang.
Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata pencahariannya untuk sementara waktu.
3. Luka berat.
Luka yang sebagaimana diuraikan di dalam pasal 90 KUHP, yang terdiri atas:
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna.
Pengertian tidak akan sembuh dengan sempurna lebih ditujukan pada fungsinya.
Contohnya trauma pada satu mata yang menyebabkan kornea robek. Sesudah dijahit
sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat.
b. Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahay maut
pengertiannya memiliki potenis untuk menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati
dapat sembuh.
c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencahariannya. Luka yang dari sudut medik tidak membahayakan jiwa, dari sudut
hukum dapat dikategorikan sebagai luka berat. Contohnya trauma pada tangan kiri
MEDIKOLEGAL

29

pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikategorikan luka berat jika
akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaan tersebut selamanya.
d. Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata
atau kehilangan pendengaran satu telinga, tidak dapat digolongkan kehilangan indera.
Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (a) di atas.
e. Cacat besar atau kudung.
f. Lumpuh.
g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak ahrus
berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas,
depresi atau gangguan jiwa lainnya.
h. Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Yang dimaksud dengan keguguran
ialah keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak didahului oleh proses
sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang, kematian
janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukkan tanda-tanda hidup.
tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut ibunya
4. Pemeriksaan Luka Tembak
Pemeriksaan khusus pada luka tembak masuk
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk, sering dipersulit oleh
adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:
a) Luka tembak dibersihkan dengan hydrogen-peroxide (3%)
b) Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi
dan membersihkan darah.
c) Dengan pemberian hydrogen-peroxide tadi, luka tembak akan bersih dan tampak jelas,
sehingga deskripsi luka dapat dilakukan dengan akurat.
Selain secara makroskopik, yaitu dengan perangai karakteristik pada luka tembak masuk,
tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut
MEDIKOLEGAL

30

luka tembak masuk, ini disebabkan oleh karena tidak selamanya luka tembak masuk
memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah:
pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.
Pemeriksaan Mikroskopik
a) Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanik dan termis
b) Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat:
Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang mengalami
kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti

sel
Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir

mesiu
Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi selsel basal
Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih

banyak mengambil warna biru (basophilic staining)


Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling

dominan, dan adanya butir-butir mesiu)


Sel-sel pada dermis intinya mengerut, vakuolisasi dan piknotik
Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau

hitam kecoklatan
Pada luka tembak tempel hard contact, permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali; butir-butir mesiu akan tampak

banyak pada lapisan bawahnya, khususnys di sepanjang tepi saluran luka


Pada luka tembak tempel soft contact, butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan

jaringan di bawah kulit


Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada
permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit.

Pemeriksaan Kimiawi

Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat,

sulfas, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat


Pada smokeless gun powder dapat ditemukan nitrit, dan selulosa-nitrat
Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony, dan merkuri
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat
ditemukan timah, antimon, nikel, tembaga, bismuth, perak, dan thalium
MEDIKOLEGAL

31

Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, di dalam

atau di sekitar luka


Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata

Pemeriksaan dengan Sinar-X


Pemeriksaan

radiologik

ini

umumnya

untuk

memudahkan

dalam

mengetahui letak peluru dalam tubuh korban.

Pada tandem bullet injury dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak

masuknya hanya satu.


Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan
bahwa korban ditembak dengan senjata jenis shotgun, yang tidak beralur,

dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.


Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata

api jenis rifled.


Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak,
sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologic ini akan dengan
mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru pada foto
rontgen

Robekan pada pakaian pada luka tembak


Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak masuk.

Serat-serat pakaian akan terdorong ke dalam.


Bila ditembakan dari jarak dekat atau jarak sangat dekat, dapat terlihat pengotoran
bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu yang tidak terbakar dan akibat

jelaga yang menempel pada pakaian.


Bila senjata dirawat dengan baik maka di tepi dan di bagian pakaian yang robek terdapat
pengotoran oleh minyak pelumas yang berwarna kehitaman.

Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak keluar.

Serat-serat pakaian akan terdorong keluar.


MEDIKOLEGAL

32

Di pinggir atau di sekitar robekan mungkin didapatkan pengotoran oleh darah, atau

jaringan tubuh korban yang hancur dan terbawa keluar. Seperti otak atau serpihan tulang.
Tepi lubang pada pakaian tampak terangkat, hal ini menunjukkan bahwa peluru keluar
melalui lubang tersebut.

Luka tembak masuk oleh senjata api yang tidak beralur


Luka tembak masuk yang disebabkan oleh senjata api yang tidak beralur mempunyai ciri
yang berbeda bila dibandingkan dengan luka tembak yang berasal dari senjata yang beralur.
Komponen yang memberikan ciri luka tembak masuk, adalah:

Mesiu
Api
Asap
Gas
Pellet, dan
Sumbat anak peluru (wad)

Caliber senjata, ukuran dan jumlah pellet serta derajat penyempitan laras merupakan faktorfaktor yang menentukan sifat luka tembak, jarak tembak tentunya turut berpengaruh pula.
Jarak tembak menentukan jenis luka yang terjadi:
Luka tembak temple
a) Jika moncong senjata tegak lurus dengan kulit, luka biasanya berbentuk bundar, bila
membentuk sudut akan berbentuk oval.
b) Tepi luka biasanya rata, jarang compang-camping, dengan memar serta berwarna hitam
Karen butir-butir mesiu.
c) Tepi luka dapat hangus.
d) Oleh karena peluru meledak di dalam tubuh, maka jaringan dibawah kulit dan jaringan
yang lebih dalam akan mengalami kerusakan yang hebat.
e) Adanya gas yang masuk menyebabkan darah serta jaringan sepanjang saluran luka
mengandung gas CO.
f) Jejas laras dapat satu atau dua buah tergantung jenis senjata yang dipakai.
g) Bentuk jejas dapat bagus, lengkap sesuai dengan bentuk moncong senjata, dapat pula
hanya sebagian, tergantung sifat atau derajat menempelnya senjata.

MEDIKOLEGAL

33

h) Pada luka tembak tempel atau luka tembak jarak dekat, maka peluru (pellet), akan masuk
ke dalam tubuh dalam satu kesatuan (en masse).
i) Dalam tubuh, masing-masing pellet akan saling berbenturan sehingga terjadi dispersi atau
penyebaran pellet ke seluruh tubuh, fenomena ini dikenal dengan nama billiard ball
richochet effect
Luka tembak jarak dekat
a) Pengertian jarak dekat bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban sekitar 50
cm (24 inci) sampai 15 cm, bentuk luka bundar atau oval; tepi luka rata atau sedikit tidak
teratur.
b) Luka bakar, jelaga, dan butir-butir mesiu dapat ditemukan.
c) Daerah yang berwarna akibat mesiu dan jelaga akan lebih meluas sesuai dengan
bertambah jauhnya jarak antara korban dengan moncong senjata.
d) Jelaga masih dapat dilihat sampai jarak sekitar 37,5 cm (15 inci).
e) Tattoo akan dapat ditemukan sampai jarak sekitar 50 cm.
f) Gas CO mungkin masih dapat dideteksi
Luka tembak jarak jauh
a) Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara monsong senjata dengan
korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir mesiu.
b) Dalam jarak 60-90 cm, lubang luka bundar; dengan bertambahnya jarak (semakin
menjauh), maka pellet akan menyebar dan menimbulkan lubang - lubang luka disekitar
lubang yang besar.
c) Pada jarak 90-270 cm, akan tampak lubang yang besar dengan tepi tidak rata disebabkan
oleh pellet - pellet.
d) Pada jarak yang lebih jauh, akan tampak lubang luka utama yang dikelilingi oleh lubang
kecil-kecil akibat pellet.
e) Dari penyebaran pellet-pellet

tersebut

bisa

diperkirakan

jarak

tembaknya;

tentunya setelah dilakukan tembakan percobaan.


Luka akibat sumbat anak peluru
a) Pada shotgun, selain terjadi luka akibat pellet, dapat pula terjadi luka yang disebabkan
oleh sumbat anak peluru.
b) Sumbat tersebut ringan, sehingga tidak dapat mengadakan penetrasi ke dalam tubuh
korban.
MEDIKOLEGAL

34

c) Luka yang ditimbulkan akibat sumbat, biasanya berbentuk luka lecet yang sering kali
berbentuk sirkuler.
Luka akibat tembakan senjata api yang dilengkapi dengan alat peredam suara
1. Fungsi alat peredam suara
Seperti diketahui suara atau kebisingan yang terjadi sewaktu senjata api ditembakkan,
sebenarnya kumulasi dari pelbagai faktor, yaitu: jatuhnya pelatuk, letusan primer dan ditambah
dengan shock waves, gelombang pendahuluan, letusan peluru dan gelombang yang mendorong.
Oleh karena besarnya suara atau kebisingan yang dihasilkan oleh gelombang yang
mendorong langsung tergantung dari kecepatan/velositas dan kemampuan untuk ekspansi; maka
alat peredam didesain sedemikian rupa agar dapat mengurangi suara atau kebisingan yang
terjadi, yaitu dengan cara mengurangi kecepatan dari gas sebelum meninggalkan senjata,
mengontrol ekspansi gas dan mendinginkannya, dengan demikian akan mengurangi volume dan
tekanan serta kecepatannya.
Pada

umumnya

alat

peredam

suara

didesain

dalam

tiga

bentuk

dasar,

yaitu:
a) An expansion chamber dari kaliber lebih besar dari senjata (agar gas tidak dapat keluar
dari persambungannya).
b) Interposisi satu atau lebih centrally perforated baffles pada sudut yang sesuai dengan
arah keluarnya gas (gas akan menyimpang kelateral dan memperluas permukaan yang
membantu mendinginkan gas).
c) Memasang beberapa fibrous packing material pada expansion chamber (ini sebagian akan
menyerap gas, dan memperluas permukaan yang menghasilkan pendinginan).
Dengan

dipasangnya

alat

peredam

suara,

maka

akan

terjadi

perubahan

perangai dari senjata tersebut, diantaranya:


o Berkurangnya suara
o Kecepatan tidak banyak dipengaruhi dan pengaruhnya kurang bermakna
o Deformitas dari anak peluru, yang walaupun demikian adanya alur pada anak
peluru masih dapat dikenali.
5.Gejala Klinis dan Pemeriksaan pada Cedera Kepala
MEDIKOLEGAL

35

a. Tanda-tanda dari cedera otak traumatis meliputi:

Kebingungan

Depresi

Pusing atau masalah keseimbangan tubuh

Pandangan ganda atau kabur

Merasa berkabut atau pening

Merasa lesu atau lelah

Sakit kepala

Hilang ingatan

Mual

Sensitif terhadap cahaya atau suara

Gangguan tidur

Kesulitan berkonsentrasi

Kesulitan mengingat

b. Indikasi yang menunjukkan cedera kepala yang dialami lebih serius daripada gegar otak dan
membutuhkan perawatan darurat meliputi:

Perubahan ukuran pupil mata

Cairan bening atau berdarah mengalir dari hidung, mulut, atau telinga
MEDIKOLEGAL

36

Kejang-kejang

Ekspresi wajah yang menyimpang dari biasanya

Tekanan darah menurun

Wajah Memar

Patah tulang pada tengkorak atau wajah

Gangguan pendengaran, penciuman, pengecap rasa, atau penglihatan

Ketidakmampuan untuk menggerakkan satu atau lebih anggota badan

Mudah tersinggung

Hilang kesadaran

Tingkat pernapasan yang rendah

Gelisah, canggung, atau kurangnya koordinasi gerak

Sakit kepala yang parah

Melantur dalam berbicara atau penglihatan kabur

Leher kaku atau muntah-muntah

Memburuknya gejala-gejala dengan mendadak, setelah sebelumnya ada peningkatan

Pembengkakan di lokasi cedera

c. Berdasarkan berat ringannya trauma kepala terbagi menjadi 3 yaitu:


1. Cedera kepala ringan :
MEDIKOLEGAL

37

Jika GCS (Skala Koma Glasgow) antara 15-13, dapat terjadi kehilangan kesadaran
kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematoma.
a) Tidak kehilangan kesadaran
b) Satu kali atau tidak ada muntah
c) Stabil dan sadar
d) Dapat mengalami luka lecet atau laserasi di kulit kepala
e) Pemeriksaan lainnya normal
2. Cedera kepala sedang :
Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai 24 jam, dapat
disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
a) Kehilangan kesadaran singkat saat kejadian
b) Saat ini sadar atau berespon terhadap suara. Mungkin mengantuk
c) Dua atau lebih episode muntah
d) Sakit kepala persisten
e) Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma
f) Mungkin mengalami luka lecet, hematoma, atau laserasi di kulit kepala
g) Pemeriksaan lainnya normal
3. Cedera kepala berat :
Jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio,
laserasi atau adanya hematoma dan edema serebral.
a) Kehilangan kesadaran dalam waktu lama
b) Status kesadaran menurun responsif hanya terhadap nyeri atau tidak responsif
c) Terdapat kebocoran LCS dari hidung atau telinga
d)Tanda-tanda neurologis lokal (pupil yang tidak sana, kelemahan sesisi)
e) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial:
1. Herniasi unkus: dilatasi pupil ipsilateral akibat kompresi nervus okulomotor
2. Herniasi sentral: kompresi batang otak menyebabkan bradikardi dan hipertensi
f) Trauma kepala yang berpenetrasi
g) Kejang (selain Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma)
d.Pemeriksaan Cidera Kepala
MEDIKOLEGAL

38

1. Pemeriksaan Fisik
Hal terpenting yang pertama kali dinilai bahkan mendahului trias adalah status fungsi
vital dan status kesadaran pasien. Status fungsi vital. Yang dinilai dalam status fungsi vital
adalah:
Airway (jalan napas) dibersihkan dari benda asing, lendir atau darah, bila perlu segera
dipasang pipa naso/orofaring; diikuti dengan pemberian oksigen. Manipulasi leher harus
berhati-hati

bila

ada

riwayat

dugaan

trauma

servikal

(whiplash

injury).

Breathing (pernapasan) dapat ditemukan adanya pernapasan Cheyne-Stokes, Biot /


hiperventilasi, atau pernapasan ataksik yang menggambarkan makin buruknya tingkat
kesadaran.
Circulation (nadi dan tekanan darah). Pemantauan dilakukan untuk menduga adanya
shock, terutama bila terdapat juga trauma di tempat lain, misalnya trauma thorax, trauma
abdomen, fraktur ekstremitas. Selain itu peninggian tekanan darah yang disertai dengan
melambatnya frekuensi nadi dapat merupakan gejala awal peninggian tekanan intrakranial,
yang biasanya dalam fase akut disebabkan oleh hematoma epidural.
2.Status kesadaran pasien
Cara penilaian kesadaran yang luas digunakan ialah dengan Skala Koma Glasgow;
cara ini sederhana tanpa memerlukan alat diagnostik sehingga dapat digunakan balk oleh
dokter maupun perawat. Melalui cara ini pula, perkembangan/perubahan kesadaran dari
waktu ke waktu dapat diikuti secara akurat. Yang dinilai adalah respon membuka mata,
respon verbal dan respon motorik.
3.Status neurologis
Pemeriksaan neurologik pada kasus trauma kapitis terutama ditujukan untuk
mendeteksi adanya tanda-tanda fokal yang dapat menunjukkan adanya kelainan fokal,
dalam hal ini perdarahan intrakranial. Tanda fokal tersebut ialah : anisokori, paresis /
paralisis, dan refleks patologis.
Selain trauma kepala, harus diperhatikan adanya kemungkinan cedera di tempat lain
seperti trauma thorax, trauma abdomen, fraktur iga atau tulang anggota gerak harus selalu
dipikirkan dan dideteksi secepat mungkin
MEDIKOLEGAL

39

4. Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen tengkorak (AP Lateral) biasanya dilakukan pada keadaan: defisit
neurologik fokal, liquorrhoe, dugaan trauma tembus/fraktur impresi, hematoma luas di
daerah kepala.
Perdarahan intrakranial dapat dideteksi melalui pemeriksaan arterografi karotis atau
CT Scan kepala yang lebih disukai, karena prosedurnya lebih sederhana dan tidak invasif,
dan hasilnya lebih akurat. Meskipun demikian pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan di
setiap rumah sakit. CT Scan juga dapat dilakukan pada keadaan: perburukan kesadaran,
dugaan fraktur basis kranii dan kejang.
6.Penanganan Pada Luka Tembak
Prinsip Dasar Penanganan Luka Tembak :
a. Cari sumber perdarahan.
b. Tekan langsung, gunakan pembalut.
c. Jika pembalut dibasahi darah , tambahkan lagi di atasnya.
d. Untuk perdarahan hebat jangan buang waktu untuk mencari pembalut
e. Jika luka hanya kecil dan perdarahannya sedikit, bersihkan dengan alkohol 70% atau
betadhin.
f. Jika terjadi shock berikan infus Na Cl 0,9%
g. Infeksi dan Pencegahannya :
1) Jangan sekali kali menyentuh luka dengan tangan atau alat yang kotor.
2) Jangan mencuci luka dengan air yang tidak steril.
3) Bersihkan luka dengan bahan antiseptik.
4) Tutup luka dengan kassa steril.
Penanganan Berbagai Macam Luka Tembak.
Pada prinsipnya penanggulangan luka tembak adalah suatu tindakan bedah yang bertahap.

MEDIKOLEGAL

40

Tahap pertama adalah tindakan debridement dan sesudah yakin bersih, luka dibiarkan
terbuka tidak boleh dilakukan penutupan / penjahitan luka primer. Bila kemudian hari ternyata
hasil debridement pertama belum baik debridement ulang dapat dilaksanakan. Tahap kedua
dilaksanakan pada saat luka sudah tenang, tak ada lagi tanda tanda infeksi pada luka, dan
korban sudah bebas dari pengaruh trauma yang didapatnya, berupa tindakan penutupan luka
primer kemudian ( Delayed Primary Closure ) atau sekunder untuk memperkecil luas luka
dengan penjahitan kulit atau tindakan skin graff. Tindakan ini dikerjakan biasanya 5 10 hari
sesudah tindakan tahap pertama. Langkah langkat tindakan debridement :
a. Insisi kulit.
b. Irigasi / pembilasan luka.
c. Pembuluh darah. Lakukan ligasi pada sumber perdarahan.
d. Eksisi dari jaringan yang non vital.
e. Sesudah terjadi luka baru, luka dibiarkan terbuka.
f. Immobilisasi daerah luka.
g. Pada luka yang mendapat infeksi tindakan debridement dapat diulang secara hati hati.
h. Perawatan Terbuka :
1) Bersihkan luka dari kuman dengan bahan antiseptik seperti mercurohrom, betadin atau
alkohol.
2) Biarkan luka dalam keadaan terbuka.

MEDIKOLEGAL

41

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru kedalam tubuh
yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan luka masuk kecil dan dapat
disertai dengan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya juga disertai dengan kerusakan
pembuluh darah, tulang dan jaringan disekitarnya.
Terdapat berbagai jeni senjata yang dapat didasarkan pada berbagai macam hal, antara
lain berdasarkan tenaga pendorong yang terdiri dari senjata api dan senjata angin. Berdasarkan
cara penggunaannya senjata genggam, dapat juga didasarkan pada bentuk permukaaan dalam
laras yaitu senjata berlaras rata dan senjata beralur melingkar.
Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya sama
yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak proyektil atau
anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan tinggi. Tekanan tinggi tersebut dapat berasal dari
gas co2 atau pembakaran mesiu.
Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan mikroskopik. Pada
gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk bintang maupun oval, dipinggir
luka biasa terdapat adanya kelim pato maupun kelim jelaga. Sedangkan pada gambaran
mikroskopik dapat dilihat perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik. Demikian pula
kemungkinan didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran luka dan pada permukaan epitel.
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat dilakukan
pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT-scan. Umumnya X-ray lebih sering dilakukan
mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.

MEDIKOLEGAL

42

DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
2. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
3. De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
4. Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Jogjakarta : Gajah Mada University Press.
5. Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta:
EGC.
6. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 1. Jakarta: EGC.

MEDIKOLEGAL

43

Anda mungkin juga menyukai