biarkan mencit menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya, tarik sedikit ekornya
Dengan tangan kiri, cubit kulit diantara dua
telinga dan tiga jari yang lain memegang kulit punggung
Ekor dijepit diantara jari manis dan
kelingking.
Gambar 1. Cara memegang mencit
[Sumber : Dokumentasi Pribadi ]
Langkah langkah mencekok mencit :
2.
Cairan obat diberikan dengan menggunakan
sonde oral.
Sonde oral ditempelkan pada langit langit
mulut atas mencit
Masukkan perlahan lahan sampai ke
esofagus dan cairan dimasukkan.
Gambar 2. Cara mencekok mencit
[Sumber : Dokumentasi Pribadi ]
Langkah langkah menyuntik mencit :
3.
Hewan dipegang sesuai dengan ketentuan
yang telah disebutkan diatas
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih
rendah
dari
abdomen,
yaitu
dengan
menunggingkan mencit.
Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 10
dengan abdomen
Posisi jarum berada pada daerah yang sedikit
menepi dari garis tengah (linea alba), agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena penyuntikan pada hati.
Gambar 3. Cara menyuntik mencit
[Sumber : Dokumentasi Pribadi ]
4.
Langkah langkah dislokasi cervicalis :
nn
Ekor mencit dipegang dan ditempatkan pada
permukaan yang dapat dijangkau (kawat penutup kandang) sehingga mencit akan meregangkan badannya.
Kemudian pada tengkuk ditempatkan suatu
penahan seperti pensil atau batang logam yang dipegang dengan tangan kiri
Kemudian bagian ekor ditarik kencang
dengan tangan kanan sehingga lehernya terdislokasi dan mencit akan terbunuh atau mati.
Gambar 4. Dislokasi cervicalis
[Sumber : Dokumentasi Pribadi ]
Langkah langkah pembuatan preparat
5.
olesan vagina :
Mencit betina yang telah matang kelamin
disiapkan
Mencit diterlentangkan untuk diperiksa
Cotton bud dibasahi dengan larutan NaCl
0,9%, kemudian dimasukkan ke dalam vagina mencit sedalam 5 mm, lalu diputar sebanyak dua hingga tiga kali secara perlahan
Object glass kering yang telah dibersihkan
dengan alkohol 70% disiapkan
Cotton bud digulirkan diatas object glass,
kemudian dibiarkan mengering
Setelah itu Object glass ditetesi dengan
larutan Giemsa, lalu biarkan mengering pada suhu ruang (Jka pewarnanya berlebih, dapat ditetesi dengan akuades)
Tutup object glass dengan cover glass
Gambar 5. Olesan vagina mencit
Preparat diamati dengan mikroskop
[ Sumber : Dokumentasi Pribadi ]
Hasil yang diperoleh dgambar dan di
dokumentasikan untuk estrus mencit.
menentukan
fase
6.
Gambar 6 : Hasil olesan vagina mencit
[Sumber : Dokumentasi Pribadi ] Siklus estrus merupakan rangkaian kejadian yang berhubungan dengan persiapan uterus untuk penerimaan dan penanaman ovum. Siklus estrus pada mencit terdiri atas 4 fase utama yaitu : proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Siklus tersebut dapat mudah diamati dengan melihat perubahan sel penyusun lapisan epitel vagina melalui metode apusan/olesan vagina dengan pewarnaan giemsa. Terjadi penambahan ustrinitas kelenjar dan pembuluh pada endometrium dan mukosa vagina pada fase proestrus. Dinding uterus menjadi lebih tebal dan halus. Folikel graft di dalam ovarium telah masak dan menghasilkan hormon-hormon esteron dan progesteron pada fase proestrus sebelum terjadi ovulasi. Perubahan ini disebabkan oleh hormon FSH. Produksi estron bertambah dan terjadi ovulasi pada fase estrus. Mukosa dari estrus mengembang dan banyak mengandung darah, pada waktu inilah hewan betina siap untuk menerima hewan jantan. Terbentuknya corpus luteum dari sel-sel folikel terjadi pada fase metestrus. Corpus luteum dari waktu ovulasi pada akhir siklus estrus bekerja sebagai kelenjar endokrin. Progestron pada waktu ini aktif sekali mempersiapkan dinding uterus bagi implantasi ovum, sebaliknya estron hanya terdapat sedikit di dalam tubuh. Fase anestrus adalah periode istirahat seksual, uterus kembali lagi mengambil struktur semula. Fase diestrus adalah periode antara selesainya perombakan persiapan kawin berikutnya (Djuhanda 1981). Namun, berdasarkan hasil percobaan, tidak dapat terlihat jelas fase yang sedang dialami oleh mencit tersebut. Sel yang terlihat di mikroskop berukuran sangat kecil dan rapat sehingga sulit untuk di identifikasi. Hal tersebut di duga karena ketidaktelitian praktikan saat mengamati preparat di mikroskop.
Djuhanda, T. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico, Bandung.