Anda di halaman 1dari 18

Lembar Koreksi

PERCOBAAN VI
DIAGRAM BINER

Nama

: ROSIDA

Stambuk

: A 251 15 016

Kelompok

: IV

Asisten

: Yonathan Banua

No.

Hari/ Tanggal

Keterangan

Paraf

Percobaan VI
Diagram Biner
I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mencari suhu kelarutan
kritis biner fenol dan air
II. Dasar teori
Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang
seragam

atau

homogen

diantara

keadaan

submakroskopiknya, tetapi benar benar terpisah dari bagian


sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran
padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat
membentuk

fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas

adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol


umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra,2008 ).
Jumlah komponen dalam suatu sistem

di defenisikan

sebagai jumlah minimum dari variable bebas pilihan yang


dibutuhkan untuk menggambarkan komposisi tiap fase dari
suatu sistem (Dogra,2008 ).
Temperatur kritis atas Tuc adalah batas atas temperatur
dimana terjadi pemisahan fase.Diatas temperatur

batas

atas, kedua komponen benar-benar bercampur.Temperatur ini


ada

gerakan

termal

yang

lebih

besar

menghasilkan

kemampuan campur yang lebih besar pada kedua komponen,


(Atkins , 1999).
Beberapa sistem memperlihatkan temperatur kritis Tlc .
dimana dibawah temperatur itu kedua komponen bercampur
dalam segala perbandingan dan diatas temperatur itu kedua
komponen membentuk dua fase. Salah satu contohnya adalah
air-trietilamina. Dalam hal ini pada temperature rendah kedua

komponen lebih dapat campur karena komponen-komponen


itu membentuk kompleks yang lemah, pada temperatur lebih
lebih tinggi kompleks itu terurai dan kedua komponen kurang
dapat bercampur(Atkins,1999).
Menurut Tim dosen kimia fisik.( 2010 ),Pasangan cairan
yang bercampur sebagian dapat dibagi dalam empat tipe :
1.

Tipe I ,campuran dengan temperatur kelarutan kritis


maksimum,misalnya sistem air - fenol.

2.

Tipe II ,campuran dengan temperatur kelarutan kritis


minimum, misalnya sistem air - trimetil amin.

3.

Tipe III , campuran dengan temperatur kelarutan kritis


maksimum dan minimum, misalnya sistem air nikotin.

4. Tipe IV , campuran yang tidak mempunyai temperatur


kelarutan kritis.
Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam
B dalam yang terbatas dan demikian pula dengan B, larut
dalam A dengan jumlah yang terbatas . bentuk yang paling
umum dari diagram fase T X cair cair pada tekanan tetap ,
biasanya 1atm (Dogra,2008).
Diagram ini dapat di peroleh secara eksperimen dengan
menambahkan suatu zat cair ke dalam cairan murni lain pada
tekanan tertentu dengan variasi suhu , ( Atkins,1993 ).
Jika percobaan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi
akan di peroleh batas kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi
suhu , kelarutan masing masing komponen satu sama lain
meningkat

sehingga daerah dua fase menyempit. Kurva

kelarutan pada akhirnya bertemu di satu titik pada konsulat


atas. Atau disebut juga suhu kelarutan kritis, Tc. Diatas Tc
cairan saling melarut sempurna sempurna dalam berbagai

komposisi. Contoh sistem mengikuti kurva seperti ini adalah


sistem air fenol degan Tc = 65,850C (Sukardjo,1997 ).
Aturan fase untuk satu system

pada tekanan tetap

adalah f = C p + 1 . untuk system dua komponen , f = 3 p.


didaerah dua fase = 1 . hanya diperlukan satu variabel saja
untuk menentukan keadaan sistem. Jika variabel yang di pilih
adalah suhu , maka titik potong garis dasi dengan kurva
menghasilkan komposisi kedua larutan konjugat . sama halnya
jika variabel yang dipilih adalah komposisi salah satu larutan
konjugat , maka dapat ditentukan suhu dan komposisi larutan
konyugat , maka dapat ditentukan suhu dan komopsisi larutan
konyugat lainnya . Untuk daerah satu fase , f = 2 , ada dua
variabel

yang

di

perlukan

untuk

menyatakan

keadaan

system . jadi suhu dan komponen larutan keduanya harus


dinyatakn dengan jelas (Atkins,1993).
Pemisahan

dari

campuran

menjadi

komponen

komponennya adalah salah satu proses terpenting diindustri


kimia. Prosedur yang umum untuk melakukan pemisahan ini
destilasi , sebuah operasi yang berdasar pada fenomena fisik
di mana uap dan cairan berada pada kondisi komposisi
setimbang

yang

biasanya

berbeda.

Nyatanya

bagian

menguap dari fase cairnya telah dihasilkan pada pemisah


parsial pada awal pencampuran. Tingkat dari pemisahan akan
di tentukan dengan fase uap dan cairan. Hubungan antar
komposisi dari kedua fase pada kesetimbangan biasanya
disajikan

dengan

diagram

keseimbangan

fase.

Metode

penyajiannya harus tetap dengan jumlah variabel yang


bersangkutan.Gibbs

menampilkannya

dalam

keadaan

setimbang beserta jumlah variabel yang bersangkutan.Berikut


hubungan yang relevan.

F=C+2p
Dimana f adalah jumlah derajat kebebasan , C adalah
jumlah

fase

saat

ini.

Penyajian

grafis

dari

data

akan

bergantung dari nilai f dan kita dapat memperkirakannya


dan plotting akan meningkatkan lebih kompleks sebagaimana
membesarnya nilai f. Tafsiran tampilan dari garis biasanya
membatasinya pada nilai f = 2 , itulah sebabnyadisebut
sistem biner (Sukardjo,1997).
Pada

perhitungan

perhitungan

yang

melibatkan

keseimbangan uap cair , sering kali kita diminta untuk


membuat diagram T xy , dengan diagram tersebut kita
dapat menentukan temperatur Bobble dan dew pada berbagai
komposisi senyawa yang lebih ringan dari campuran tersebut.
Pada diagram T xy, tekanan system sudah ditentukan
terlebih dahulu. Sehingga dengan demikian komposisi dan
temperature yang akan dihitung (Atkins,1993).

III. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
Alat
1. Gelas kimia 500 mL
2. Gelas kimia 100 mL
3. Gelas ukur 10 mL
4. Pipet tetes
5. Tabung reaksi besar beserta penyumbat dan pengaduk
6. Gegep/Spatula
7. Thermometer
8. Neraca digital
9. Batang pengaduk
10. Penangas listrik
11. Botol sempot
12. Aluminium foil
Bahan
1. Fenol 95 %

2. Aquades
3. Tissue

IV. Prosedur kerja


Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebagai
berikut
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Menimbang 5 gram Kristal Fenol 95 % menggunakan neraca digital.
3. Melarutkan Kristal fenol 95% dengan menambahkan aquades
sebanyak 4 mL sambil mengaduknya dan memasukkan campuran
kedalam tabung reaksi yang besar,

lalu menutup tabung reaksi

tersebut dengan menggunakan aluminium foil agar fenol tidak


menguap.
4. Memasukkan tabung reaksi tersebut kedalam gelas kimia yang berisi
air yang telah diletakkan diatas penangas listrik, sambil mengaduk
campuran fenol dan air hingga larutan menjadi bening.
5. Mengeluarkan tabung reaksi tersebut dan mengukur suhu larutannya
sebagai T1dengan menggunakan termometer.
6. Mengocok kembali larutan hingga warnanya menjadi keruh serta
mengukur suhularutan tersebut sebagai T2 dengan menggunakan
termometer.

7. Menambahkan 1 mL aquades kedalam larutan dan memanaskannya


dengan penangas air sambil mengaduk larutan hingga jernih dan
mengukur suhunya dengan termometer.
8. Mengeluarkan tabung reaksi dari penangas air dan mengocok larutan
didalamnya hingga diperoleh larutan yang keruh serta mengukur
larutan keruh tersebut dengan termometer.
9. Mengulangi langkah 7-8 sebanyak 3 kali dengan penambahan
aquades sebanyak 2 mL, 3 mL, dan 4 mL.
10. Mencatat hasil pengamatan yang diperoleh pada table hasil
pengamatan.

V. Hasil pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu:
No Massa
Fenol (g)

Massa

T1

Air (g)

(0C)

T2 (0C)

Trata-rata

Fraksi mol

(0C)

fenol
mol )

1
2
3
4
5

5
5
5
5
5

4
5
7
10
14

59
70
76
78
82

37
49
59
63
64

48
59.5
67.5
70.5
73

0,193
0,161
0,12
0,087
0,064

Fraksi mol
air

mol )

0,807
0,839
0,88
0,913
0,936

VI. Perhitungan
A. Data 1 (Fenol 95% dan 4 mL aquades)
1. Menghitung mol
V
Massa =
air

air

= 1 gram/mL 4 mL
= 4 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
=
Mr air

4 gram
18 gram/ mol

b. Mol fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =

= 0,222 mol

5 gram
94 gram/mol

2. Menghitung Fraksi mol


a. Fraksi mol air
mol air
Xair = mol air+ mol fenol =
mol
% Massa air = Xair 100 %

= 0,053 mol

0,222 mol
o , 222mol+ 0,053 mol = 0,807

= 0,807 100 %
= 80,7 %
b. Fraksi Mol Fenol
mol fenol
Xfenol=
mol air+ mol fenol =

0,053 mol
0,222mol+ 0,053 mol =

0,193 mol
% Massa fenol = Xfenol 100 %
= 0,193 100 %
= 19,3 %
B. (Penambahan 1 mL aquades)
1. Menghitung mol
V
Massa =
air

air

= 1 gram/mL 5 mL
= 5 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
=
Mr air

5 gram
18 gram/ mol

b. Mol Fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =

= 0,278 mol

5 gram
94 gram/mol

2. Menghitung fraksi mol


a.Fraksi mol air
mol air
Xair =
mol air+ mol fenol =
0,839 mol
% Massa air = Xair 100 %
= 0,839 100 %

= 0,053 mol

0,278 mol
o , 278 mol+0,053 mol =

= 83,9 %
b. Fraksi Mol Fenol
mol fenol
Xfenol=
mol air+ mol fenol =

0,053 mol
o , 278 mol+0,053 mol =

0,161 mol
% Massa fenol = Xfenol 100 %
= 0,161 100 %
= 16,1 %
C. Data 3 (Penambahan 2 mL aquades)
1. Menghitung mol
V
Massa =
air

air

= 1 gram/mL 7 mL
= 7 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
=
Mr air

7 gram
18 gram/ mol

b. Mol Fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =

5 gram
94 gram/mol

2. Menghitung fraksi mol


a. Fraksi mol air
mol air
Xair = mol air+ mol fenol =
% Massa air = Xair 100 %
= 0,88 100 %
= 88 %
b. Fraksi Mol Fenol

= 0,389 mol

= 0,053 mol

0,389 mol
o , 389mol +0,053 mol = 88 %

Xfenol=

mol fenol
mol air+ mol fenol =

0,053 mol
o , 389mol +0,053 mol =

0,12mol
% Massa fenol = Xfenol 100 %
= 0,12 100 %
= 12 %
D. Data 4 (Penambahan 3 mL aquades)
1. Menghitung mol
V
Massa =
air

air

= 1 gram/mL 10 mL
= 10 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
=
Mr air

10 gram
18 gram/ mol

b. Mol Fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =

5 gram
94 gram/mol

2. Menghitung fraksi mol


a. Fraksi mol air
mol air
Xair = mol air+ mol fenol =

% Massa air = Xair 100 %


= 0,913 100 %

b. Fraksi Mol Fenol

= 0,053 mol

0,555 mol
o ,555 mol +0,053 mol = 0,913

mol

= 91,3 %

= 0,555 mol

mol fenol
mol air+ mol fenol =

Xfenol =

0,053 mol
o ,555 mol +0,053 mol =

0,087 mol
% Massa fenol = Xfenol 100 %
= 0,087 100 %
= 8,7 %

E. Data 5 (Penambahan 4 mL aquades)


1. Menghitung mol
V
Massa =
air

air

= 1 gram/mL 14 mL
= 14 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
Mr air

14 gram
18 gram/mol

b. Mol Fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =

5 gram
94 gram/mol

2. Menghitung fraksi mol


a. Fraksi mol air
mol air
Xair = mol air+ mol fenol =

% Massa air = Xair 100 %


= 0,936 100 %

b. Fraksi Mol Fenol

= 0,053 mol

0,778 mol
o ,778 mol +0,053 mol = 0,936

mol

= 93,6%

= 0,778 mol

mol fenol
mol air+ mol fenol =

Xfenol =

0,053 mol
o ,778 mol +0,053 mol =

0,064 mol
% Massa fenol

= Xfenol 100 %

= 0,161 100 %
= 6,4 %

Grafik hubungan

T1 (0C)
90
80
70
60

T1 (0C)

50
40
30
20
10
0
0.8

0.82

0.84

0.86

0.88

0.9

0.92

VII. PEMBAHASAN
Suatu fasa didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen
diantara submakroskopiknya, tetapi benar benar terpisah dari bagian sIstem
yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan
yang tidak saling bercampur dapat membentuk

fase terpisah. Sedangkan

campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol
umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra,2008 ).
Tujuan dari percobaan ini adalah mencari suhu kelarutan kritis biner Fenolair (Staf Pengajar,2016).
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah untuk membandingkan Xair dan Xfenol
dari percobaan yang dilakukan (Atkins,1993)
Percobaan diagram biner ini dilakukan beberapa perlakuan dengan
menggunakan fenol 95

. Perlakuan pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan

yang akan digunakan, menimbang 5 gram padatan fenol dengan menggunakan


neraca digital. Tujuan penimbangan adalah untuk mengetahui massa dari padatan
fenol setelah itu melarutkan padatan fenol dengan menambahkan 4 mL aquades
sambil diaduk. Kegunaan dari pengadukan yaitu untuk membantu melarutkan
fenol dalam aquades secara cepat, akan tetapi hasilnya ternyata phenol dan
aquades tidak bercampur melainkan membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas
terdapat aquades dan lapisan bawah terdapat phenol. Hal ini terjadi karena
dipengaruhi oleh massa jenis kedua zat yang berbeda dimana massa jenis phenol
lebih besar daripada massa jenis aquades. (Sukardjo,1997).
Langkah selanjutnya yaitu, campuran larutan tadi dimasukkan kedalam
tabung reaksi besar kemudian menutup bagian atas tabung reaksi dengan
menggunakan aluminium foil.Fungsi digunakannya aluminium foil adalah agar
suhu campuran tidak dipengaruhi oleh udara pada saat melakukan percobaan.
Kemudian memanaskannya didalam gelas kimia yang berisi air yang terletak
diatas penangas listrik, mengocok larutan hingga menjadi bening, Mengeluarkan

tabung reaksi dan mengukur suhunya (T1).Dilakukan pengocokan yang dimaksud


untuk mencampurkan larutan secara sempurna antara aquades dan fenol sampai
membentuk satu fasa yang ditandai dengan perubahan campuran dari keruh
menjadi

bening.Ketika

diukur

suhunya

didapatkan

adalah

59

C.dan

mengocoknya kembali hingga larutan menjadi keruh dan mengukur suhunya (T 2).
Hasilnya T2 adalah 37 0C dan nilai T rata-rata adalah 48 0C( Atkins,1993).
Perlakuan selanjutnya, menambahkan 1 mL, 2 mL, 3 mL, dan 4 mL aquades
kedalam tabung reaksi dan kembali memanaskannya kedalam gelas kimia yang
berisi air yang terletak diatas penangas listrik mengocok larutan hingga menjadi
bening, Mengeluarkan tabung reaksi dan mengukur suhunya (T1). Hasil dari
percobaan T1 untuk penambahan 1 mL, 2 mL, 3 mL, dan 4 mL berturut-turut
adalah 70 0C, 76 0C, 78 0C, dan 82 0C. dan mengocoknya kembali hingga larutan
menjadi keruh dan mengukur suhunya (T2). Hasilnya T2 untuk penambahan 1 mL,
2 mL, 3mL, dan 4 mL berturut-turut adalah 49 0C, 59 0C, 630C, dan 640C dan nilai
T rata-rata untuk penambahan 1 mL, 2 mL, 3mL, dan 4 mL adalah 59,5 0C,
67,50C, 70,50C, dan 73 0C.
Suhu kelarutan kritis terjadi pada saat fenol direaksikan dengan aquades,
kemudian dipanaskan dan dilakukan pengocokan larutan tersebut sampai larutan
menjadi jernih. Larutan berada pada satu fase pada saat campurannya larut a
homogen (jernih), sedangkan larutan berada pada dua fasa ketika dilakukan
penambahan fenol yang menghasilkan dua lapisan (keruh) (Dogra,2008)
Dari percobaan ini diperoleh hasil pada saat volume aquades 4 mL nilai
fraksi mol air sebesar 0,807 mol,dan fraksi mol fenol sebesar 0,193 mol.
Kemudian pada saat volume aquades 5 mL, nilai fraksi mol air sebesar 0,839
moldan fraksi mol fenol sebesa 0,161 mol. Pada saat volume aquades 7 mL fraksi
mol air yang diperoleh sebesar 0,88 mol dan fraksi mol fenol sebesar 0,12 mol.
Kemudian pada saat volume aquades 14 mL, fraksi mol air yang diperoleh sebesar
0,913 mol dan fraksi mol fenol yang diperoleh sebesar 0,087 mol.
Pada suhu rendah , penambahan secara terus menerus pada fenol kedalam
air akan terlihat bahwa fenolakanlarut dalam air . Jika kemudian fenol
ditambahkan maka sampai dititik P akan terjadi larutan jenuh pada fenol dalam

air. Saat kesetimbangan tercapai ketika penambahan fenol secara lebih lanjut,
maka cairan akan memisah dan ketika aquades ditambahkan terus menerus larutan
membentuk 2 lapisan masing-masing mengandung fenol dan air. Hal ini di
sebabkan karena larutan mengalami peristiwa lewat jenuh akibat semakin
banyaknya penambahan air yang terus menerus ( Dogra,2008)
Dari hasil yang diperoleh didapatkan bahwa semakin tinggi suhu presentase
berat fenol, dalam larutan semakin menurun sedangkan presentase berat air
semakin meningkat, karena semakin tinggi suhu kemampuan saling melarutkan
kedua zat tersebut.
Dari analisis kuantitatif dapat dibuat kurva hubungan, antara suhu dan fraksi
mol dalam suatu diagram fase yaitu dengan cara memplotkan fraksi mol fenol dan
air terhadap suhu yang dihasilkan titik kritis dari larutan ( Atkins,1993).

VIII.

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Dari data yang diperoleh maka diketahui bahwa suhu kritis phenol-air
adalah 48 0C, 59,5 0C, 67,5 0C, 70,5 0C, dan 73 0C dimana pada suhu
ini campuran phenol-air menjadi jernih atau dengan kata lain terbentuk
sistem satu fasa.

Daftar pustaka

Atkins, P.W. ( 1993 ). Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Dogra, S dan Dogra SK. ( 1990 ). Kimia Fisik dan Soal-soal.Jakarta : UI
Press
Staf Pengajar. ( 2016 ). Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Palu: Universitas
Tadulako
Sukardjo. 1997.Kimia Fisika.Yogyakarta : Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai