Diagram Biner
Diagram Biner
PERCOBAAN VI
DIAGRAM BINER
Nama
: ROSIDA
Stambuk
: A 251 15 016
Kelompok
: IV
Asisten
: Yonathan Banua
No.
Hari/ Tanggal
Keterangan
Paraf
Percobaan VI
Diagram Biner
I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mencari suhu kelarutan
kritis biner fenol dan air
II. Dasar teori
Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang
seragam
atau
homogen
diantara
keadaan
di defenisikan
batas
gerakan
termal
yang
lebih
besar
menghasilkan
2.
3.
yang
di
perlukan
untuk
menyatakan
keadaan
dari
campuran
menjadi
komponen
yang
biasanya
berbeda.
Nyatanya
bagian
dengan
diagram
keseimbangan
fase.
Metode
menampilkannya
dalam
keadaan
F=C+2p
Dimana f adalah jumlah derajat kebebasan , C adalah
jumlah
fase
saat
ini.
Penyajian
grafis
dari
data
akan
perhitungan
perhitungan
yang
melibatkan
2. Aquades
3. Tissue
V. Hasil pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu:
No Massa
Fenol (g)
Massa
T1
Air (g)
(0C)
T2 (0C)
Trata-rata
Fraksi mol
(0C)
fenol
mol )
1
2
3
4
5
5
5
5
5
5
4
5
7
10
14
59
70
76
78
82
37
49
59
63
64
48
59.5
67.5
70.5
73
0,193
0,161
0,12
0,087
0,064
Fraksi mol
air
mol )
0,807
0,839
0,88
0,913
0,936
VI. Perhitungan
A. Data 1 (Fenol 95% dan 4 mL aquades)
1. Menghitung mol
V
Massa =
air
air
= 1 gram/mL 4 mL
= 4 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
=
Mr air
4 gram
18 gram/ mol
b. Mol fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =
= 0,222 mol
5 gram
94 gram/mol
= 0,053 mol
0,222 mol
o , 222mol+ 0,053 mol = 0,807
= 0,807 100 %
= 80,7 %
b. Fraksi Mol Fenol
mol fenol
Xfenol=
mol air+ mol fenol =
0,053 mol
0,222mol+ 0,053 mol =
0,193 mol
% Massa fenol = Xfenol 100 %
= 0,193 100 %
= 19,3 %
B. (Penambahan 1 mL aquades)
1. Menghitung mol
V
Massa =
air
air
= 1 gram/mL 5 mL
= 5 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
=
Mr air
5 gram
18 gram/ mol
b. Mol Fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =
= 0,278 mol
5 gram
94 gram/mol
= 0,053 mol
0,278 mol
o , 278 mol+0,053 mol =
= 83,9 %
b. Fraksi Mol Fenol
mol fenol
Xfenol=
mol air+ mol fenol =
0,053 mol
o , 278 mol+0,053 mol =
0,161 mol
% Massa fenol = Xfenol 100 %
= 0,161 100 %
= 16,1 %
C. Data 3 (Penambahan 2 mL aquades)
1. Menghitung mol
V
Massa =
air
air
= 1 gram/mL 7 mL
= 7 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
=
Mr air
7 gram
18 gram/ mol
b. Mol Fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =
5 gram
94 gram/mol
= 0,389 mol
= 0,053 mol
0,389 mol
o , 389mol +0,053 mol = 88 %
Xfenol=
mol fenol
mol air+ mol fenol =
0,053 mol
o , 389mol +0,053 mol =
0,12mol
% Massa fenol = Xfenol 100 %
= 0,12 100 %
= 12 %
D. Data 4 (Penambahan 3 mL aquades)
1. Menghitung mol
V
Massa =
air
air
= 1 gram/mL 10 mL
= 10 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
=
Mr air
10 gram
18 gram/ mol
b. Mol Fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =
5 gram
94 gram/mol
= 0,053 mol
0,555 mol
o ,555 mol +0,053 mol = 0,913
mol
= 91,3 %
= 0,555 mol
mol fenol
mol air+ mol fenol =
Xfenol =
0,053 mol
o ,555 mol +0,053 mol =
0,087 mol
% Massa fenol = Xfenol 100 %
= 0,087 100 %
= 8,7 %
air
= 1 gram/mL 14 mL
= 14 gram
a. Mol air
Massa air
nair=
Mr air
14 gram
18 gram/mol
b. Mol Fenol
Massa fenol
nfenol=
Mr fenol =
5 gram
94 gram/mol
= 0,053 mol
0,778 mol
o ,778 mol +0,053 mol = 0,936
mol
= 93,6%
= 0,778 mol
mol fenol
mol air+ mol fenol =
Xfenol =
0,053 mol
o ,778 mol +0,053 mol =
0,064 mol
% Massa fenol
= Xfenol 100 %
= 0,161 100 %
= 6,4 %
Grafik hubungan
T1 (0C)
90
80
70
60
T1 (0C)
50
40
30
20
10
0
0.8
0.82
0.84
0.86
0.88
0.9
0.92
VII. PEMBAHASAN
Suatu fasa didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen
diantara submakroskopiknya, tetapi benar benar terpisah dari bagian sIstem
yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan
yang tidak saling bercampur dapat membentuk
campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol
umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra,2008 ).
Tujuan dari percobaan ini adalah mencari suhu kelarutan kritis biner Fenolair (Staf Pengajar,2016).
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah untuk membandingkan Xair dan Xfenol
dari percobaan yang dilakukan (Atkins,1993)
Percobaan diagram biner ini dilakukan beberapa perlakuan dengan
menggunakan fenol 95
bening.Ketika
diukur
suhunya
didapatkan
adalah
59
C.dan
mengocoknya kembali hingga larutan menjadi keruh dan mengukur suhunya (T 2).
Hasilnya T2 adalah 37 0C dan nilai T rata-rata adalah 48 0C( Atkins,1993).
Perlakuan selanjutnya, menambahkan 1 mL, 2 mL, 3 mL, dan 4 mL aquades
kedalam tabung reaksi dan kembali memanaskannya kedalam gelas kimia yang
berisi air yang terletak diatas penangas listrik mengocok larutan hingga menjadi
bening, Mengeluarkan tabung reaksi dan mengukur suhunya (T1). Hasil dari
percobaan T1 untuk penambahan 1 mL, 2 mL, 3 mL, dan 4 mL berturut-turut
adalah 70 0C, 76 0C, 78 0C, dan 82 0C. dan mengocoknya kembali hingga larutan
menjadi keruh dan mengukur suhunya (T2). Hasilnya T2 untuk penambahan 1 mL,
2 mL, 3mL, dan 4 mL berturut-turut adalah 49 0C, 59 0C, 630C, dan 640C dan nilai
T rata-rata untuk penambahan 1 mL, 2 mL, 3mL, dan 4 mL adalah 59,5 0C,
67,50C, 70,50C, dan 73 0C.
Suhu kelarutan kritis terjadi pada saat fenol direaksikan dengan aquades,
kemudian dipanaskan dan dilakukan pengocokan larutan tersebut sampai larutan
menjadi jernih. Larutan berada pada satu fase pada saat campurannya larut a
homogen (jernih), sedangkan larutan berada pada dua fasa ketika dilakukan
penambahan fenol yang menghasilkan dua lapisan (keruh) (Dogra,2008)
Dari percobaan ini diperoleh hasil pada saat volume aquades 4 mL nilai
fraksi mol air sebesar 0,807 mol,dan fraksi mol fenol sebesar 0,193 mol.
Kemudian pada saat volume aquades 5 mL, nilai fraksi mol air sebesar 0,839
moldan fraksi mol fenol sebesa 0,161 mol. Pada saat volume aquades 7 mL fraksi
mol air yang diperoleh sebesar 0,88 mol dan fraksi mol fenol sebesar 0,12 mol.
Kemudian pada saat volume aquades 14 mL, fraksi mol air yang diperoleh sebesar
0,913 mol dan fraksi mol fenol yang diperoleh sebesar 0,087 mol.
Pada suhu rendah , penambahan secara terus menerus pada fenol kedalam
air akan terlihat bahwa fenolakanlarut dalam air . Jika kemudian fenol
ditambahkan maka sampai dititik P akan terjadi larutan jenuh pada fenol dalam
air. Saat kesetimbangan tercapai ketika penambahan fenol secara lebih lanjut,
maka cairan akan memisah dan ketika aquades ditambahkan terus menerus larutan
membentuk 2 lapisan masing-masing mengandung fenol dan air. Hal ini di
sebabkan karena larutan mengalami peristiwa lewat jenuh akibat semakin
banyaknya penambahan air yang terus menerus ( Dogra,2008)
Dari hasil yang diperoleh didapatkan bahwa semakin tinggi suhu presentase
berat fenol, dalam larutan semakin menurun sedangkan presentase berat air
semakin meningkat, karena semakin tinggi suhu kemampuan saling melarutkan
kedua zat tersebut.
Dari analisis kuantitatif dapat dibuat kurva hubungan, antara suhu dan fraksi
mol dalam suatu diagram fase yaitu dengan cara memplotkan fraksi mol fenol dan
air terhadap suhu yang dihasilkan titik kritis dari larutan ( Atkins,1993).
VIII.
Kesimpulan
Dari data yang diperoleh maka diketahui bahwa suhu kritis phenol-air
adalah 48 0C, 59,5 0C, 67,5 0C, 70,5 0C, dan 73 0C dimana pada suhu
ini campuran phenol-air menjadi jernih atau dengan kata lain terbentuk
sistem satu fasa.
Daftar pustaka