Anda di halaman 1dari 8

3.

DASAR TEORI

3.1 Pemboran (Drilling)


Menurut Ratan Raj Tatiya, 2005 Pemboran (drilling) adalah operasi terbaik
dalam teknologi penggalian yang, tanpa itu, proses eksplorasi, pembangunan,
eksploitasi dan pencairan cadangan tambang mineral tidak bisa sukses.
Pengeboran dilakukan dengan beberapa pengecualian seperti eksplorasi,
pembuatan drainase, dan lain-lain, dipakai dalam penambangan dan pembuatan
terowongan untuk meletakkan bahan peledak.
3.3.1 Kegiatan Pemboran
Menurut Ratan Raj Tatiya, 2005 Kegiatan pemboran disebut sebagai pekerjaan
dasar yang dilakukan untuk menggali tanah dan membuang galian ke tempat
tertentu pada saat penambangan, dan pekerjaan pembuatan terowongan.
Pekerjaan ini wajib dilaksanakan pada tiap tahap penambangan yaitu
pembangunan, eksploitasi (penggerusan) dan penghancuran dalam rangka
mengeruk deposit dengan melakukan salah satu cara penambangan. Pekerjaan
dasar ini bisa dikelompokkan menjadi dua: yaitu memisahkan batu dari unggukan
batu atau deposit yang dikenal dengan primary breaking (pemecahan awal), dan
penanganan material yang dihasilkan. Dalam setiap siklus produksi, operasi unit
ini perlu dilaksanakan tetapi selain operasi itu, berbagai aktivitas tambahan juga
dilakukan, dan hal itu disebut sebagai operasi ekstra.
Siklus produksi pada saat pembuatan terowongan (atau pembangunan tambang)=
pemboran lubang (shot hole drilling) + Peledakan (blasting) + Pengunggahan
(mucking) + Pengangkutan (Hauling) + penggerekan (Hoisting) opsional.
Sama halnya, siklus produksi pada waktu operasi pengerukan (stoping) dalam
penambangan, atau penggalian besar dalam proyek sipil dan konstruksi, yaitu:

3-1

pemboran lubang-ledak (blast hole drilling) + peledakan + pengunggahan +


pengangkutan + penggerekan (hoisting) opsional.
Istilah siklus berarti pekerjaan penambangan dan pembuatan terowongan
berlangsung berulang-ulang. Sejumlah teknik bisa menghancurkan bebatuan tetapi
yang paling terkenal diantaranya adalah pemboran (drilling) dan peledakan
(blasting). Pola pemboran yang dilakukan di PT.Mahaka Antam (Persero) adalah
Burn Cut Menurut Bhandari (1997), Burn cut disebut juga dengan cylinder cut
(Gambar 3.1). Pola ini sangat cocok untuk batuan yang keras dan regas seperti
batu pasir (sandstone) atau batuan beku. Pola ini tidak cocok untuk batuan
berlapis, namun demikian, dapat disesuaikan dengan berbagai variasi.

Gambar 3.1. Pola pemboran Burn cut (Bhandari, 1997)


3.3.2 Komponen-komponen Pekerjaan Sistem Pemboran
Menurut Hartman 1987 Ada 4 komponen fungsional sistem pemboran, yang
bekerja seperti berikut ini untuk menembus bebatuan. (Gambar 3.2)

3-2

Gambar 3.2 Komponen Pemboran


1. Bor (drill)
Bertindak sebagai penggerak utama yeng mengubah bentuk asli energy yang bisa
saja berupa cairan, pneumtik atau listrik, menjadi energi mekanikal guna
menggerakkan sistem.
2. Galah baja (rod)
Mengantarkan energi dari penggerak utama ke mata bor.
3. Mata bor (bit)
Benda yang langsung menghantam bebatuan dengan gerak mekanis untuk
menembus bebatuan itu.
4. Cairan sirkulasi (circulation fluid)
Benda yang membesihkan lubang yang dibor, mendinginkan mata bor, dan
menstabilkan lubang. Cairan ini membantu penetrasi dengan cara menyingkirkan
serpihan. Udara, air dan terkadang lumpur bisa digunakan untuk tujuan ini.
3.3.3 Mekanika Penetrasi Bebatuan

Dengan menggunakan bor, batu dihantam secara mekanis baik dengan tonjokan
cepat berulang atau dengan putaran. Bisa juga digunakan kombinasi kedua cara
ini.
1. Pengeboran Top-Hammer
Dalam sistem ini, piston yang dipukul martil menghantam adaptor tiang dan
menciptakan gelombang terjang, yang diteruskan melalui tali bor ke mata bor
(Gambar 3.3). Energi dilepaskan ke dasar lubang dan permukaan batu hancur
menjadi serpihan. Serpihan ini kemudian dibawa ke atas melalui lubang dengan

3-3

cara tiupan angin yang disuplai melalui lubang tiup di galah bor. Pada saat bor
berputar, seluruh daerah dasar ikut bergetar.

Gambar 3.3 Top Hammer Drilling


Dalam kondisi pengeboran yang bagus, penggunaan bor-bor itu adalah pilihan
terbaik karena konsumsi energy dan investasi utk galah bor, rendah. Di tambang
permukaan dan konstruksi sipil, diameter lubang antara 76-127mm adalah yang
biasa.
2. Pemboran DTH (Down the Hole Drilling)
Dalam sistem ini, godam DTH dan makanisme tekanannya bekerja melalui
lubang. Piston langsung memukul mata bor, dan tidak ada energi yang hilang
melalui sambungan galah bor (Gambar 3.4). Rongga bor (pipa, baja)
mengantarkan udara bertekanan ke mekanisme pukulan dan memancarkan tenaga
putaran dan kekuatan dorong. Angin buangan menghembus lubang dan
membersihkannya dari serpihan. Bor dengan berbagai merek itu seperti downthe-hole drill atau in-the-hole-drill, kemudian dijuluki bor DTH.

Gambar 3.4 Down The Hole Drilling


Bor DTH berbeda dengan bor biasa, yaitu penempatan bor itu di batang bor. Bor
DTH langsung berada di belakang mata bor langsung ke dalam lubang, tidak
3-4

hanya berada diposisi yang berjarak dengan mata bor sebagaimana bor biasa dan
bor tangan besar (jackhammer drill).
3. Pemboran Putar (Rotary Drilling)
Penghancuran batu dengan alat putar adalah metode pemboran yang pada
mulanya digunakan untuk menggali sumur minyak tetapi sekarang ini dipakai
juga untuk pemboran tambang terbuka dan jenis batu keras. Dalam pemboran
putar (rotary drilling), energi dipancarkan melalui batang bor yang berputar pada
saat mata bor ditekan ke bawah dengan kekuatan yang berjarak tinggi (high feed
force). Semua pemboran putar memerlukan tekanan jarak jauh dan putaran (rotasi)
lambat. Hubungan antara dua parameter ini tergantung jenis batu. Untuk batu
yang lunak, tekanan rendah tetapi putaran cepat, begitu sebaliknya. Secara umum,
jika kekerasan batu kurang dari 4.0 pada skala Mohs berarti pemboran putar
(rotary drilling) cukup bagus kecuali batu agak keras. Dalam hal ini, bor putar
bisa dioperasikan dengan menggunakan tekanan angin atau tenaga listrik.
4. Bor augur
Bor augur (Gambar 3.5) adalah jenis bor putar yang paling sederhana; bor berdrat
diputarkan ke tanah yang tidak berlumpur atau berair. Pemutaran bor augur secara
terus-menerus akan mengantarkan (menaikkan) serpihan ke permukaan.
Mekanisme seperti ini juga terjadi dalam proses pengeboran putar (rotary
drilling).

Gambar 3. Augur Drilling


3.3.4 Klasifikasi Pemboran Batuan
Menurut Henry, H.R et.al 1982. Guna menghadapi berbagai kondisi dalam
pengeboran batuan, sejumlah jenis bor telah dikembangkan sejalan dengan

3-5

pergerakan waktu. Secara umum, pemboran batuan ada dua macam: yang
dipegang tangan, atau dipasang ke satu alat. Bor yang dipegang tangan termasuk
bor listrik, pacul listrik (jackhammer). Bor-bor yang dipasang ke alat lain disebut
drifter. Jackhammer atau sinker (penembus) digunakan untuk pekerjaan
tambang secara umum, dan untuk tujuan membuat lubang. Alat-alat ini bisa
dikelas-kelaskan berdasarkan beratnya, yaitu ringan, sedang atau untuk kerja
berat. Beratnya berkisar antara 7kg sampai 30kg.
3.2 Peledakan (Churging dan Blasting)
Kegiatan peledakan bawah tanah memiliki beberapa tujuan (IWPL, 1996), yaitu :
1. Meledakkan batuan dengan tujuan yaitu mengambil material dalam operasi
penambangan.
2. Meledakkan batuan dengan tujuan membuat suatu ruangan baik untuk gudang,
jalan masuk tambang, terowongan dan sebagainya.
Dari kedua jenis kegiatan tersebut di atas pembuatan lubang bukaan merupakan
bagian yang terpenting dari seluruh kegiatan. Pembuatan lubang bukaan umunya
dibuat dengan arah mendatar, miring, dan vertical ke bawah maupun ke atas.
Sebelum melakukan penggalian terhadap terowongan maka terlebih dahulu
dilakukan perencanaan geometri pemboran dan peledakan. Menurut Nurhakim,
(2012). Hal tersebut penting dilakukan karena akan mempengaruhi beberapa
pengerjaan berikutnya seperti :
1.
2.
3.
4.
5.

Penggunaan peralatan,
Perhitungan jumlah bahan peledak,
Cara penggalian,
Kemajuan penggalian lubang bukaan serta,
Fungsi terowongan tersebut

Karena semua keputusan teknis diatas sangat tergantung terhadap biaya (cost).
Perencanaan geometri pemboran dan peledakan adalah suatu kegiatan yang sangat
penting dilakukan pada pembuatan lubang bukaan bawah tanah.
Pengklasifikasian bahan peledak pada umunya didasarkan dari sumber energinya
menjadi bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir. Beberapa pertimbangan
pemakaian bahan peledak diantaranya karena harga relatif murah, cara
menanganinya secara teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda

3-6

dibandingkan dengan nuklir yang memiliki tingkat bahaya lebih rendah. Pada
dasarnya pengklasifikasian bahan peledak didasarkan dari kecepatan rekasinya.
3.2.1 Klasifikasi Bahan Peledak
Menurut (IWPL, 1996), bahan peledak kimia dibagi menjadi :
1. Bahan peledak kuat (high explosive), bila memiliki sifat detonasi atau meledak
dengan kecepatan reaksi antara 5.000 24.000 fps (1.650 8.000 m/s).
2. Bahan peledak lemah (low explosive) Bila memiliki sifat deflagrasi atau
terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).
Klasifikasi bahan peledak menurut (IWPL, 1996) yaitu :
1. Bahan peledak kuat contohnya TNT, Dinamite, Gelatine
2. Agen Peledakan contohnya ANFO, Slurries, Emulsi, Hybrid ANFO, Slurry
mixtures
3. Bahan peledak khusus contohnya Seismik, Trimming, Permisible, shaped
Charges, Binary, LOX, Liquid.
4. Pengganti bahan peledak contohnya Compressed air/gas, Expansion agents,
mechanical methods, waterjets, jet piercing
3.2.2 Jenis Bahan Peledak
Jenis bahan peledak yang biasanya digunakan dalam pembuatan terowongan dan
proses penambangan pada tambang bawah tanah (IWPL, 1996), yaitu :
1. Blasting agent, yaitu bahan peledak yang merupakan suatu campuran kimiawi
atau komposisi kimia dari bahan-bahan yang tak mengandung Nitrogliserin
dan hanya dapat diledakkan oleh High strength ecplosive primer. Sifatsifatnya yang menguntungkan adalah lebih aman dalam faktor pengangkutan
karena tidak mengandung Nitrogliserin, tidak membuat rasa pusing akibat
baunya, dapat dipaket dalam satu tabung metal sehingga tahan terhadap air
dan harganya lebih murah.
2. Permissible Explosive, yaitu bahan peledak yang khusus dipakai pada
tambang bawah tanah, misalnya tambang batubara. Bahan peledak ini tidak

3-7

mengandung gas-gas beracun, mengandung 60-80% Amonium Nitrate dan 715% Nitrogliserin. Syarat-syarat untuk permissible explosive adalah :
Api peledakannya kecil dan peledakan berlangsung cepat
Temperatur peledakan relatif rendah
Tidak menghasilkan gas-gas beracun.
3. Water gels (slurries), yaitu campuran oxidizer seperti sodium nitrat dan
ammonium nitrat, bahan bakar sebagai sensitizer dan air kurang lebih 15%.
Water gels sangat cocok digunakan pada tambang bawah tanah oleh karena
ketahanannya terhadap air. Kelebihan lain water gels adalah:
Tidak meledak bila dibanting ataupun diledakkan secara tiba-tiba
Tidak meledak bila dipanaskan ataupun dibakar tetapi akan mengeluarkan
asap dengan tekanan tinggi
Setelah ledakan uap atau asap ledakannya lebih sedikit bila dibandingkan
dengan ANFO atau Dinamit.
4. Dinamit, terdiri dari granular dinamit, semi gelatin dan gelatir dinamit.

3-8

Anda mungkin juga menyukai