Anda di halaman 1dari 23

FILSAFAT PENDIDIKAN

CRITICAL BOOK REVIEW


PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN SISTEMATIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1. PUTRI AYU REZWKI
2. RINI MEGA SILVIA SINAMO
3. SUCI NINDI ASWARI

NIM. 4143311029
NIM. 4143311033
NIM. 4143311042

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang memiliki perhatian yang paling
besar terhadap anak jika dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain.
setiap makhluk melakukan bermacam-macam perbuatan. Di dalam buku
Bigot, Kohnstam, dan Polland mengatakan bahwa tingkatan-tingkatan
perbuatan tersebut dibagi menjadi 5 macam tingkatan, yaitu mulai dari
tingkat terendah sampai tingkat tertinggi sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.

Tingkat anorganis (tingkat kebendaan).


Tingkat vegetative (tingkat tumbuh-tumbuhan).
Tingkat animal (tingkat hewan).
Tingkat human (tingkat manusia).
Untuk ilmu mendidik, cukup kita mengenal sampai tingkat human

saja. Sebagai calon pendidik harus mempunyai rasa kemanusiaan yang


mendalam yang akan menimbulkan rasa cinta dan rasa cinta akan
menimbulkan tanggung jawab yang besar. Dengan penuh rasa cinta serta
kasih sayang dan kesabaran pastilah pendidikan kita akan berhasil.
Jadi simpulannya, illmu pendidikan itu wajib dipelajari oleh
semua orang, karena kita semua nanti akan menjadi orang tua atau
pendidik yang menghadapi anak.

1.2.

Tujuan
:
Adapun tujuan penulisan buku yang direview ialah untuk mengatasi
kesukaran-kesukaran mahasiswa khususnya bagi para calon pendidik.

1.3.

Manfaat

Manfaat penulisan buku yang direview bagi mahasiswa adalah sebagai


berikut :
1. Mampu mengetahui pengertian pendidikan yang sebenarnya.
2. Mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan.
1.4.

Identitas Buku :
Judul

Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis

Penulis

Prof. Dr. Sutari Imam Barnadib

Tahun terbit

2013

Penerbit

Ombak

ISBN

978-602-258-035-5

Tebal

viii + 136 halaman

Ukuran

14,5 x 21 cm

1.6.

2.1.
1.7.

1.4.
BAB II
1.5.
ISI
Pengertian Tentang Ilmu Pendidikan Sistematis
Sebelum memasuki pengertian dari pendidikan sistematis,

kita harus mengetahui arti dari ilmu, ilmu pendidikan dan ilmu pendidikan
sistematis.
1.8.
Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun
tentang suaatu objek. Adapun ciri-ciri ilmu pengetahuan ialah :
1. Mempunyai objek atau lapangan tertentu yang jelas, dan dipisahkan
dari objek ilmu pengetahuan yang lain.
2. Sistematis, artinya di dalam uraian itu diterangkan bagian demi bagian
dan bersama-sama merupakan keseluruhan yang lengkap dan bulat.
1.9.
Ilmu pengetahuan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
1. Ilmu pengetahuan murni, yaitu ilmu yang mendahului pengalaman
atau bebas dari pengalaman. Misalnya filsafat dan ilmu pasti.
2. Ilmu pengetahuan empiris, yaitu ilmu yang terikat dengan objek
tertentu yang terdapat di dalam pengalaman seperti ilmu alam, sejarah
dan kesusasteraan.
1.10. Ilmu pengetahuan empiris dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Ilmu pengetahuan alam, yaitu ilmu pengetahuan yang obyeknya
terdapat di dalam alam.
b. Ilmu pengetahuan rohani, yaitu ilmu pengetahuan yang obyeknya
terdapat di dalam kegiatan rohani.
1.11. Selain memiliki perbedaan antara obyeknya, ilmu
pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan rohani juga berbeda dalam
metode, di mana metode ilmu pengetahuan alam bersifat eksperimental,
empiris, analitis dan sintetis. Sedangkan Ilmu pengetahuan rohani bersifat
menyelami untuk mengetahui, memperhatikan sebab dan tujuan,
menggunakan angket, tes dan wawancara.
1.12. Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris,
karena obyeknya adalah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia
pengalaman.
1.13. Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan rohani, karena
situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan anak
kepada keadaan alamnya melainkan memandangnya sebagai makhluk
susila dan akan dibawa ke arah manusia susila yang berbudaya.

1.14.

Ilmu pendidikan ialah ilmu yang normatif, karena berdasar

atas pemilihan antara yang baik dan yang tidak baik untuk anak khususnya
dan manusia pada umumnya.
1.15. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan praktis karena
yang diuraikan di dalam ilmu itu dilaksanakan di dalam kegiatan
pendidikan.
1.16. Ilmu pendidikan dibedakan menjadi :
1. Ilmu pendidikan teoritis
2. Ilmu pendidikan praktis
3. Ilmu pendidikan sistematis
4. Ilmu pendidikan historis
1.17.

Ilmu pendidikan historis mempunyai hubungan timbal balik

dengan ilmu pendidikan sistematis. Tetapi sebaliknya, ilmu pendidikan


sistematis akan dibangkitkan untuk masalah pendidikan yang baru apabila
ilmu ini terbuka untuk menerima bahan-bahan dari ilmu pendidikan
historis. Tetapi apabila dibandingkan antara kedua ilmu ini maka
pendidikan sistematislah yang paling primer, karena penuturan yang
sistematis harus ada lebih dahulu untuk memungkinkan penyusunan ilmu
pendidikan historis.
2.2.

Batas-batas Pendidikan dan Kemungkinan Pendidikan


1.18.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai sejak kapan dan

sampai kapan anak harus dididik.


1. M. J. Langeveld
1.19. Menurut M. J. Langeveld, pendidikan ialah pemberian
bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. Beliau
menambahkan bahwa anak mulai dapat dididik kalau anak sudah mengerti
arti gezag (kewibawaan), yakni saat anak berusia tiga tahun dan selesai
pada saat anak sudah dewasa atau tidak membutuhkan pertolongan lagi.
1.20. Dewasa menurut Langeveld ialah dewasa dalam arti
jasmaniah dan rohaniahnya. Dewasa jasmaniah apabila umur dan
pertumbuhan jasmani sudah memenuhi. Sedangkan dewasa rohaniahnya

ialah apabila anak sudah dapat berdiri sendiri, bertanggung jawab, susila,
tidak membutuhkan pertolongan-pertolongan orang lain.
2. Brodjonagoro
1.21.

Menurut Brodjonagoro, pendidikan dimulai sejak sebelum

anak dilahirkan. Hal tersebut didasarkan kepada pandangan orang-orang


zaman dahulu yang menuntut bibit, bebet dan bobot kala memilih calon
menantu. Bibit berkaitan dengan berasal dari keturunan seperti apa
seseorang tersebut. Bebet berkaitan dengan sikap, tampang dan watak
seseorang. Sedangkan bobot berkaitan dengan harta atau kemakmuran.
3. Ki Hajar Dewantara
1.22.

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan dimulai dari

lahir sampai mati. Dengan istilah yang telah terkenal ialah lifelong
education. Pendudukan seumur hidup. Jadi meskipun sudah tua umurnya,
masih dapat didik.
4. Menurut buku Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan MPR RI
No. IV/MPR/73) dikatakan bahwa :
1.23.

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar


sekolah dan berlangsung seumur hidup. Jadi pemerintah Indonesia
memakai kebijaksanaan bahwa pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan
sampai meninggal dunia kalau ditafsirkan bahwa anak di dalam
kandungan itu sudah hidup, maka pendidikan di mulai sejak anak di dalam
kandungan.
1.24.

Wadah-wadah pembinaan anak didik dapa dilakukan

melalui lingkungan keluarga, sekolah, organisasi-organisasi


kepemudaan, pramuka dan lain-lain.
1.25.

Batas-batas pendidikan diperlihatkan dalam skema berikut.

1.26.
1.27.
1.28.
1.29.
1.30.

Skema No. 1
Skema No. 2
Skema No. 3
Skema No. 4
Skema No. 5

:
3 tahun
:
0 tahun lahir
:
sebelum lahir
: sebelum kawin
: sebelum kawin

mati
1.31.

Skema No. 6

mati
1.32.

Skema No. 7

mati
1.33.

Skema No. 8

mati
1.34.

Jadi ada 8 skema batas-batas pendidikan.


1.35.

1.36.

dewasa
dewasa
dewasa
dewasa

sebelum lahir

Keterangan :
Skema pertama :

0 tahun lahir
3 tahun

pendidikan dimulai setelah

anak mengenal akan kewibawaan dan diakhiri


1.37.

sesudah anak itu mencapai kedewasaan.


Skema ke dua:
pendidikan dimulai sejak
anak dilahirkan dan diakhiri sesudah anak mencapai

1.38.

kedewasaan.
Skema ke tiga :

pendidikan dimulai sebelum

anak dilahirkan dan diakhiri sesudah anak itu


1.39.

mencapai kedewasaan.
Skema ke empat :
pendidikan dimulai sebelum
kawin dan diakhiri sesudah anak itu mencapai

1.40.

kedewasaan.
Skema ke lima :

1.41.

kawin dan diakhiri sampai mati.


Skema ke enam:
pendidikan dimulai sebelum

1.42.

anak lahir dan diakhiri sampai mati.


Skema ke tujuh :
pendidikan dimulai sejak

1.43.

anak dilahirkan dan diakhiri sampai mati.


Skema ke delapan : pendidikan dimulai setelah

pendidikan dimulai sebelum

anak mengenal akan kewibawaan dan diakhiri


sampai mati.
2.3.

Faktor faktor pendidikan

1.44.

Ahli-ahli mendidik membagi faktor faktor pendidikan menjadi

lima macam faktor yaitu :


1.
2.
3.
4.
5.

Faktor tujuan,
Faktor pendidik,
Faktor anak didik,
Faktor alat-alat,
Faktor alam sekitar (milieu).
1.45.

Di lain sisi, ada ahli pendidik yang membagi faktor faktor

pendidikan menjadi empat faktor saja, yakni dengan menghapuskan faktor


alam sekitar. Mereka berpendapat bahwa faktor alam sekitar dapat
digabungkan dengan faktor pendidik. Faktanya, kedua faktor tersebut
memiliki fungsi yang berbeda meskipun ada kesamaannya yaitu keduanya
mempengaruhi perkembangan. Perbedaannya, faktor pendidik
bertanggung jawab, sedangkan faktor alam sekitar tidak, sehingga tidak
memungkinkan kedua faktor tersebut digabungkan.
1.46. Wujud daripada milieu di antaranya ialah :
1.
2.
3.
4.

Tempat tinggal;
Teman bermain;
Buku bacaan, majalah dan lain-lain;
Macam-macam kesenian.
1.47.

Melihat hal tersebut, maka harus diusahakan oleh para

pendidik supaya alam sekitar dari anak didik itu selalu baik. Jadi tugas dari
pendidik ialah turut mengawasi teman-teman anaknya bergaul, mencarikan
bacaan-bacaan yang baik, diajak melihat macam-macam kesenian yang
baik, tempat tinggal yang baik dan sebagainya.
1.48. Kelima faktor pendidikan yang telah disebutkan tidak dapat
berdiri sendiri dan mempengaruhi satu sama lain. Apabila kita mengupas
salah satu faktor maka tidak dapat meninggalkan sama sekali faktor-faktor
yang lain. Keterkaitan kelimanya ditunjukkan oleh gambar berikut.

1.49.

1.50.

Secara singkat akan disajikan besar dari kelima faktor

pendidikan tersebut.
a. Faktor tujuan
1.51.

Pendidikan tidak dapat dinamakan pendidikan apabila tidak

mempunyai tujuan untuk mencapai kebaikan anak di dalam arti


sebenarnya. Jika melihat hakikat pendidikan maka tujuan pendidikan
secara umum adalah meningkatkan tingkat kesusilaan anak didik.
b. Faktor pendidik
1.52.

Pengertian pendidik dalam arti luas ialah tiap orang

yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat


kemanusiaan yang lebih tinggi. Sedangkan dalam arti sempit berarti
orang dewasa yang terhadap anak tertentu mempunyai tanggung jawab
pendidikan yaitu membawa anak didik ke tingkat kedewasaan.
1.53. Pendidik mempunyai tanggung jawab pendidikan tidak terhadap
tiap anak, melainkan terhadap anak tertentu, misalnya terhadap anak
kandungnya sendiri atau terhadap anak di mana ia menjadi walinya
atau dapat sebagai pendidik karena jabatan.
c. Faktor anak didik
1.54. Dalam pendidikan, yang menjadi sasaran atau objek
pendidikan adalah anak didik. Anak didik dalam pengertian pendidikan

pada umumnya ialah tiap orang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam dalam pengertian pendidikan yang
sempit, arti anak didik adalah anak yang belum dewasa yang diserahkan
kepada tanggung jawab pendidik.
1.55. Berdasarkan arti sempit tersebut dapat digambarkan bahwa anak
didik ialah :
1. Orang yang belum dewasa
2. Orang yang menjadi tanggung jawab pendidik.
1.56.
Tanggung jawab pendidikan ditentukan oleh :
a. Hubungan anak dengan orang tua, anak dan ayah (dan ibu).
b. Hubungan anak dan pengganti orang tua.
c. Hubungan anak dan pendidik karena jabatan.
d. Faktor Alat - alat
1.57. Alat pendidikan ialah perbuatan atau situasi yang diadakan dengan
sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
1.58. Bentuk-bentuk alat-alat pendidikan itu ialah :
a. Perintah, larangan;
b. Dorongan, hambatan;
c. Nasihat, anjuran;
d. Hadiah, hukuman;
e. Pemberian kesempatan, menutup kesempatan.
1.59.

Hukuman adalah salah satu alat pendidikan yang memiliki

kedudukan istimewa dan menjadi alat pendidikan yang paling utama.


e. Faktor Alam Sekitar (milieu)
1.60.

Faktor alam sekitar atau lingkungan ialah segala sesuatu

yang ada di sekeliling anak. Faktor alam sekitar terbagi menjadi 3 bagian
sebagai berikut :
1. Lingkungan keluarga,
2. Lingkungan sekolah,
3. Lingkungan masyarakat.
1.61.

Ketiga lingkungan yang tersebut di atas harus menjadi satu dan

tidak dapat dipisahkan.

1.62.

Berdasarkan wujudnya, faktor lingkungan alam sekitar terbagi

menjadi :
1. Yang berwujud manusia : keluarga, teman-teman bermain, temanteman sekolah, tetangga.
2. Yang berwujud kesenian : bermacam-macam pertunjukan bioskop,
wayang, sandiwara, ketoprak.
3. Yang berwujud kesusasteraan : buku-buku bacaan, majalah koran dan
sebagainya.
4. Yang berwujud tempat : tempat tinggal daerah, iklim.
1.63. Kelima faktor pendidikan yang telah dijelaskan merupakan
1.
2.
3.
4.
5.

komponen-komponen yang harus ada dalam pendidikan, sebab :


Tidak mungkin orang mendidik tanpa anak didik;
Tidak mungkin orang mendidik tanpa tujuan;
Tidak mungkin anak didik hidup tanpa lingkungan;
Tidak mungkin pendidikan diberikan tanpa seorang pendidik;
Tidak mungkin mendidik tanpa alat-alat pendidikan (nasihat, contoh).

2.4.

Faktor Tujuan
1.64.

Menurut M.J Langeveld, kedewasaan adalah tujuan

pertama dari pendidikan. Yang dimaksud dengan manusia dewasa


(kedewasaan) ialah seseorang yang telah dapat menolong dirinya sendiri.
1.65.

Mengenai tujuan pendidikan M.J Langeveld membedakan 6 tujuan

di dalam pendidikan yaitu :


1. Tujuan umum : membawa anak dengan sadar dan bertanggung jawab
kea rah kedewasaan jasmani dan rohani
2. Tujuan khusus : merupakan penjelasan dari tujuan umum. Untuk
menuju ke tujuan yang umum tersebut, tiap-tiap anak tentu mempunyai
jalannya sendiri, bergantung kepada :
a. Sifat atau bakat dari anak didik
b. Kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam keluarga atau alam
sekitar anak didik
c. Tujuan kemasyarakatan anak didik
d. Kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik
e. Tugas lembaga pendidikan

3. Tujuan Insidentil (Tujuan Seketika) : tujuan tersendiri yang bersifat


seketika
4. Tujuan sementara : seolah-olah merupakan tempat berhenti atau
tempat istirahat didalam perjalanan menuju ke tujuan umum
5. Tujuan tidak lengkap : mempunyai hubungan dengan aspek
kepribadian, sebagai fungsi kerohanian pada bidang etika, keagamaan,
estetika dan sikap sosial daripada orang itu
6. Tujuan Perantara (intermediair) : tujuan ini sama dengan tujuan
sementara, tetapi khusus mengenai pelaksanaan teknis daripada tugas
belajar
1.66. Tujuan pendidikan nasional Indonesia (tujuan umum pendidikan
Indonesia) dirumuskan sebagai berikut :
1. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah untuk membentuk manusia
susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat tanah air.
2. Tujuan pendidikan : membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan
ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oelh Pembukaan UUD
1945 dan isi UUD 1945
3. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan
4. Pendidikan nasional befungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
berkembannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
1.67. Sehingga dapat dirumuskan bahwa tujuan umum dari pendidikan
ialah melaksanakan, mewujudkan dan memelihara perkembangan citacita kehidupan suatu bangsa dengan cara mengarahkan pengalaman2.5.

pengalaman mereka kepada cita-cita yang didukungnya.


Faktor Pendidik

1.68.

Terdapat dua tingkatan seseorang yang dapat dikatakan sebagai

pendidik, yaitu :
1. Orang tua : merupakan pendidik primer.
2. Orang dewasa : orang lain yang bertanggung jawab kepada
kedewasaan anak, seperti guru, wali, pelatih, dan lain-lain.
1.69. Beberapa sifat- sifat yang ideal daripada pendidik karena jabatan
ialah :

Memiliki bakat
Menggunakan bahasa yang sopan
Kepribadiannya harus baik dan kuat
Harus disegani dan disenangi peserta didik
Emosinya harus stabil
Pandai menyesuaikan diri
Tidak boleh sensitive
Harus tenang, objektif, jujur, adil dan bijaksana
Harus jujur dan adil
Harus susila didalam tingkah lakunya
Sifat sosialnya harus besar
1.70. Hubungan antara pendidik dan anak didik sebaiknya : harus

senang kepada anak didik dan dengan penuh rasa tanggung jawab, objektif
serta bersikap ramah, adil, dan jujur menuju kesejahteraan anak didik.
Pendidik yang sangat erat hubungannya dengan peserta didik akan
mengakibatkan hilangnya kewibawaan daripada pendidik.
1.71. Di dalam pendidikan, dikenal 3 macam aliran, yaitu :
1. Aliran Nativisme : Arthur Schopenhauer mengatakan bahwa bakat
mempunyai peranan yang penting, tidak ada gunanya orang mendidik
kalau anak memang jelek.
2. Aliran Empirisme : John Locke mengatakan bahwa pendidikan itu
perlu sekali, anak lahir diumpamakan sebagai kertas putih bersih dan
bergantung pada yang menulisi. Jadi anak akan dijadikan apa saja itu
tergantung daripada pendidiknya.
3. Aliran Konvergensi : Wiliiam Stern dalam aliran ini mengakui keduaduanya. Jadi pendidikan itu perlu sekali, tetapi semua ini terbatas
karena bakat daripada anak didik. Aliran ini yang palin banyak
digunakan pendidik sekarang.
1.72.

Adanya perbedaan bakat dari setiap anak didik biasanya didasari

oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Perbedaan jenis kelamin


b. Perbedaan rasa atau suku
c. Perbedaan usia atau tingkat kedewasaan
2.6.
Faktor Anak Didik
1.73. Tanggung jawab pendidikan terjadi karena adanya sifat
tergantung daripada seorang anak. Yang dimaksudkan dengan tergantung
ialah keadaan seseorang yang secara mutlak memerlukan bantuan orang
lain untuk menyelenggarakan dan melanjutkan hidup jasmaniah dan
rohaniahnya.
1.74. Dalam perkembangan anak terdapat lima asas perkembangan, yaitu
:
1.
2.
3.
4.
5.

Tubuhnya selalu berkembang


Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya
Anak membutuhkan pertolongan dan perlindungan serta pendidikan
Anak mempunak nyai daya bereksplorasi
Anak mempunyai dorongan untuk mencapai emansipasi dengan

oranglain
1.75. Beberapa usia perkembangan menurut Crow yaitu : Usia
kronologis, usia kejasmanian, usia anatomis, usia kejiwaan, usia
pengalaman, dan lain-lain.
1.76. Perkembangan manusia dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
1. Faktor Keturunan : terdapat beberapa sifat tertentu yang diwarisi dari
orang tua, baik dalam bentuk kejasmanian maupun kejiwaan. Hal ini
merupakan perkembangan dasar bagi anak didik.
2. Faktor Pengaruh (diluar diri manusia) pengaruh dari luar seperti iklim,
teman, pendidikan, keadaan orangtua baik setelah dilahirkan maupun
sebelum dilahirkan dapat menghambat atau menebalkan
perkembangan dasar peserta didik.
1.77. Tingkat perkembangan peserta didik berdasarkan usia sekolah
a. Tingkat Sekolah Taman Kanak-Kanak (antara umur 3-6 tahun)
1.78. Pada tingkat ini anak sedang maju dalam kecakapan bahasa
lisan dan pandai bercerita. Anak sudah mulai mengenal dirinya sndiri
sebagai orang yang mempunyai kehendak dan kemauan. Usia ini juga
sering disebut sebagai usia khayal sebab anak belum dapat membedakan
antara khayalan dan kenyataan. Pergaulan dengan teman-teman sudah
mulai meluas dan senang menirukan kesibukan sekitarnya. Usia ini sering
pula disebut usia bertanya, anak selalu menanyakan segala sesuatu yang
ingin dia ketahui.

b. Tingkat Sekolah Dasar (anatar umur 6-12 tahun)


1.79. Pada usia ini anak sedang mengalami perkembangan yang
pesat. Anak memiliki kecekatan dan sudah dapat menguasai bahasa serta
menyatakan bahasa dengan perasaan seninya. Biasanya anak di usia ini
selalu giat, tidak suka tinggal diam dan selalu mencari kesibukan.
Biasanya mereka suka bersaing tetapi juga suka bekerja sama dengan
teman-temannya. Mereka juga sudah mulai menghargai kenyataan dan
dapat berpikir secara sederhana.
c. Tingkat Sekolah Menengah (antara umur 13-20 tahun)
1.80. Masa ini sering dikatakan sebagai masa puber, masa protes
kedua, masa negative, ataupun masa lahir kembali. Masa ini juga terkenal
disebut dengan masa pertentangan, yaitu pertentangan dari masa kebiasaan
yang tentram dan tergantung kepada orang dewasa beralih kepada masa
yang bebas di dalam berpikir dan berbuat. Kejasmaniannya kurang kuat
dari sebelumnya. Sebetulnya perkembangan intelektualnya sangat kuat,
tetapi kebanyakan tidak dipergunakan sebaik-baiknya. Jarang sekali
mereka mau mengakui kekurangan-kekurangannya dalam pengalamannya,
mereka sudah ingin bebas tetapi masi memerlukan pimpinan dan
perlindungan. Masa birahinya sudah mulai timbul dan sudah mulai
memperhatikan sungguh-sungguh kepada jenis lain.tugas pendidik pada
masa ini sangat berat, sebab mereka tidak mudah dihadapi, perhatian dan
kesenangan mereka sering berganti-ganti, begitu pula dengan
pendiriannya.
1.81.
1.82.

2.7.

Faktor Alat-Alat Pendidikan


Faktor alat-alat ialah segala sesuatu yang secara langsung

membantu terlaksananya tujuan pendidikan. Adapun wujudnya dapat


berupa benda-benda yang nyata yang diperlukan di dalam pelaksanaan
pendidikan. Alat-alat perlengkapan di sekolah seperti papan tulis, bangku
sekolah, kapur, kurikulum termasuk juga alat-alat pendidikan.
1.83.

Yang dimaksud dengan alat-alat pendidikan menurut Crow (1954)

di antaranya ialah:

1. Rencana pelajaran,
2. Tempat duduk anak,
3. Ruangan-ruangan kelas, dan sebagainya.
1.84.

Adapaun batasan daripada alat pendidikan pada umumnya adalah

suatu alat pendidikan ialah suatu tindakan atau perbuatan atau situasi atau
benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan.
1.85.

Misalnya: seandainya seorang anak diperintahkan untuk makan

bersama, maka yang dikejar dengan perintah tersebut ialah membiasakan


si anak untuk dapat makan bersama secara teratur dan sopan. Didalam hal
ini perintah tersebut merupakan alat pendidikan.
1.86.

Persoalan yang dihadapi di dalam hal alat-alat pendidikan dapat

dirumuskan sbb;
1.
2.
3.
4.

Tujuan apakah yang hendak dicapai


Alat-alat mana yang tersedia
Pendidik yang mana yang akan mempergunakan
Kepada anak didik yang mana alat tsb digunakan
1.87.

Apabila kita membicarakan hal anak didik yang mana berarti

berhubungan dengan;
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis kelamin
Berhubungan dengan umurnya
Berhubungan dengan bakatnya
Berhubungan dengan perkembangannya
Berhubungan dengan alam sekitar
1.88.

Seorang pendidik yang menjalankan tugasnya dengan

sungguh-sungguh akan mengetahui betul-betul alat manakah yang harus


dipergunakan terhadap tiap-tiap anak didiknya. Tidak semua alat dapat
diberikan terhadap setiap anak didik. Apabila pendidik salah
mempergunakan alat tsb maka pendidikannya tidak akan membawa hasil
yang baik, bahkan sebaliknya.

1.89.

Adapun alat yang pertama-tama untuk membantu seseorang

menjadi dewasa di dalam lapangan rohaniah ialah pergaulan dengan orang


yang sudah dewasa.
1.90.

Sering kali seorang anak berbuat seperti apa yang

dilihatnya dari segala perbuatan orang dewasa atau pendidiknya, akan


tetapi dapat larangan didalam perbuatan meniru tersebut. Hal-hal yang
demikian, mungkin sekali dijumpai karena hal-hal sebagai berikut :
1. Pendidik sama sekali tidak bermaksud bahwa perbuatannya itu akan
dijadikan contoh. Misalnya memang perbuatan-perbuatan itu baik dan
pantas untuk orang dewasa, tetapi tidak pantas untuk anak-anak.
2. Pendidik sama sekali tidak mengharapkan tindakannya akan ditiru oleh
anak didik. Misalnya seorang ayah menyiksa ibu dengan pukulanpukulan. Perbuatan ini untuk orang dewasa pun sudah tidak pantas.
1.91.

Setelah pendidik melihat akibat daripada yang di contoh itu

yang berharapan baik, tetapi tampak kekurangan-kekurangan atau bahkan


kekeliruan-kekeliruan. Maka dengan demikian anak dilarang untuk meniru
selanjutnya. Adapun tindakan-tindakan kita sebagai pendidik adalah;
a.
b.
c.
d.

Berbuat untuk ditiru


Menyuruh meniru perbuatan-perbuatan yang baik
Melenyapkan akibat buruk dengan tidak menyolok
Melarang suatu peniruan yang salah dengan sikap yang tenang dan

ramah-tamah.
1.92.

Hukuman mulai dahulu dianggap sebagai suatu alat

pendidikan yang istimewa kedudukannya. Karena hukuman membuat anak


didik jera karena melakukan kesalahan dan tidak berniat untuk mengulangi
kesalahan itu lagi.
1.93.

Ada hukuman macam lain yang dijatuhkan kepada anak

yang disebut hukum alam. Yang diakibatkan bukan dari pendidik


melainkan dari alam. Disebabkan karena kurang hati-hati si anak atau
karena kenakalan si anak. Hukuman itu harus membantu anak menjadi

dewasa. Menurut pendirian Gunning, Kohnstamm, Scheler mengatakan


bahwa hukuman ialah alat mempertajam dan membangkitkan kata hati.
Adapun diperbolehkan menghukum anak didik ialah orang yang menaruh
kasih kepada anak. Barang siapa yang merasa dirinya dihina misalnya, hal
yang demikian ini pada hakikatnya bukanlah menghukum, melainkan
membalas dendam kepada seseorang yang tidak berdaya untuk ganti rugi
bagi dirinya sendiri dengan membuat seseorang menderita.
1.94.

Pendidik yang dengan sedikit menghukum tetapi banyak

memberi hadiah dan banyak memberi kesempatan meniru teladan yang


baik yang diberikan oleh pendidik ternyata memberi hasil pendidikan yang
terbaik. Penjelasan-penjelasan, nasihat-nasihat yang baik, percakapanpercakapan antara pendidik dengan anak didik merupakan alat pendidikan
yang penting pula kedudukannya. Alat inipun dapat menimbulkan
penderitaan yang tidak kurang beratnya daripada yang ditimbulkan oleh
hukuman. Dan sebaiknya pembicaraan-pembicaraan yang akan diadakan
menantikan suasana sudah tidak tegang lagi. Sebab hal yang demikian
kemungkinan besar akan lebih berhasil, karena emosi daripada anak didik
sudah tidak bergolak lagi.
1.95.
1.96.

2.8.

Faktor Alam Sekitar


Beberapa ahli pendidik membagi milieu itu menjadi 3

bagian, yaitu :
-

Lingkungan keluarga
1.97.
Keluarga adalah tempat belajar berbicara dan berbuat baik
kepada orang lain. Didalam keluarga terdapat latihan memupuk rasa
tanggung jawab. Didalam keluarga pula tempat mengajarkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik. Sebab, kemajuan perkembangan dari
anak didik lebih menguntungkan yang hidup didalam keluarga yang
baik serta lingkungan yang baik pula. Sifat-sifat kepemimpinan orang

tua di dalam keluarga ada 3 macam, yaitu otoriter, liberal, demokrasi.


a. Sifat kepemimpinan Otoriter;

1.98.

Dalam kepemimpinan otoriter, pemegang peranan dan

kekuasaan adalah orang tua. Anak sama sekali tidak mempunyai hak
untuk mengemukakan pendapat. Sebagai akibat lebih jauh akan
berpengaruh kepada sifat-sifat kepribadian anak. Sehingga
kemungkinan sifat anak dari keluarga otoriter ialah;
1) Kurang inisiatif
2) Gugup
3) Ragu-ragu
4) Suka membangkang
5) Menentang kewibawaan orang tua
6) Penakut
7) Penurut
b. Sifat kepemimpinan yang liberal
1.99.

Orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya. Orang

tua tak memegang fungsi sebagai pimpinan yang mempunyai


kewibawaan. Keadaan yang demikian mempunyai pengaruh yang
negative kepada perkembangan kepribadian anak. Didalam keluarga
liberal ini, maka sifat atau pribadi anak memungkinkan sbb :
1. Agresif
2. Menentang atau tak dapat bekerja sama dengan orang lain
3. Emosi kurang stabil
4. Selalu berekspresi bebas
5. Selalu mengalami kegagalan karena tak ada bimbingan
c. Sifat kepemimpinan yang demokrasi
1.100.

Keluarga demokrasi ini memandang anak sebagai individu

yang sedang berkembang. Anak ditempatkan di tempat yamg


semestinya. Yang mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif.
Disamping itu orang tua memberikan pertimbangan dan pendapat
kepada anak.
1.101.

Sifat-sifat pribadi dari keluarga yang demokrasi yaitu;

1. Anak aktif di dalam hidupnya


2. Percaya kepada diri sendiri
3. Perasaan social

4. Penuh tanggung jawab


5. Menerima kritik dan terbuka
6. Emosi lebih stabil
7. Mudah menyesuaikan diri
d. Kesejahteraan keluarga
1.102.

Adapun yang dikatakan sejahtera, aman, tenteram,

dan bahagia ialah apabila keluarga itu dapat terpenuhi semua


kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan pokok daripada manusia yang
mendatangkan kesejahteraan tsb ada 2 hal;
1. Kebutuhan jasmaniah, seperti: makanan, pakaian, keuangan, dll.
2. Kebutuhan rohaniah, seperti: rasa aman, rasa puas, rasa tanggung
-

jawab, dll.
Lingkungan sekolah.
Lingkungan masyarakat.
a. Arti Masyarakat menurut Cook;
1.103.

Sekumpulan orang yang menempati suatu daerah,

diikat oleh pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan


sadar akan kesatuannya dan dapat bertindak bersama untuk mencukupi
krisis kehidupannya.
b. Masyarakat di dalam pendidikan;
1.104.

Setiap masyarakat dapat mempunyai dan

mempengaruhi pendidikan dengan cita-citanya. Tugas masyarakat di


dalam pendidikan ialah membiayai sekolah/pendidikan. Masyarakat
mempunyai tujuan tertentu: agar anak didik yang muda-muda itu kelak
dapat membantu kepada masyarakat dan mengabdi kepada Negara.
1.105.

Ada pembagian lain mengenai milieu

a. Milieu yang berwujud manusia, yaitu; keluarga, teman-teman, dan


kenalan lainnya. Sebagai pendidik hendaklah waspada mengenai
teman-teman tersebut di atas.
b. Milieu yang berwujud kesenian, yaitu; pertunjukan bioskop,
wayang-wayang, tari-tarian, sandiwara, dan lain-lain.

c. Milieu yang berwujud kesusasteraan, yaitu; buku-buku, majalah,


Koran, dan lain-lain.
d. Milieu berwujud tempat, iklim, yaitu; tempat tinggal, daerah, iklim,
dan sebagainya.
1.106.
Lingkungan anak merupakan suatu factor yang penting
dalam perkembangan rohani dan jasmani anak. Pendidik harus
mengawasi pergaulan dari anak-anak dengan teman-temannya dan
orang-orang dewasa. Pendidik harus berusaha menolak pengaruh yang
merusakkan anak-anak dari lingkungan.
1.107. .
1.108.
1.109. BAB III
1.110. PEMBAHASAN
1.111. Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam membangun
sebuah negara yang baik. Pendidikan yang baik harus dibangun dari dasar yang
baik, artinya setiap pelaksana maupun peserta pendidikan harus memahami
mengenai arti dan hakikat pendidikan. Dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan
Sistematis ini telah dijelaskan mengenai beberapa hal mendasar mengenai
pendidikan seperti pengertian pendidikan serta faktor-faktor yang mendukung
dalam pelaksanaan pendidikan.
1.112. Dalam buku ini materi disajikan dalam bahasa yang
sederhana dan tidak sulit dimengerti. Setiap bab selalu diawali dengan
sebuah pertanyaan dasar mengenai realita pendidikan yang ada, sehingga
menumbuhkan minat dan ketertarikan pembaca untuk berpikir dan
merefleksikan apa yang dibacanya seakan-seakan pembaca terlibat diskusi
langsung dengan penulis. Selain itu, pembahasan dalam setiap
permasalahan selalu disertakan contoh-contoh nyata yang berada dalam
ruang lingkup pendidikan dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, untuk setiap bab selalu diberikan rangkuman tentang materi
yang telah dibahas sehingga para pembaca dapat mengingat poin-poin
penting yang telah dijelaskan dalam buku.

1.113. Terlepas dari isi buku, secara fisik buku ini juga menarik.
Buku ini memiliki bentuk yang fleksibel, ringan dan mudah dibawa ke
mana saja. Cover yang digunakan juga colourful dan mengandung makna.
Gaya penulisan buku terbilang rapi, kata-kata yang digunakan dalam
setiap halaman tidak terlalu banyak dan spasi antar kata juga proporsional
sehingga jarak antar kata tidak terlalu rapat dan juga tidak terlalu jarang.
Keseluruhan tampilan buku memiliki daya tarik seperti novel.
1.114.
Selain memiliki kelebihan, buku ini juga memiliki beberapa
kekurangan. Jika dilihat dari segi isi buku, cara penulis menyampaikan
materi tidak terfokus ke satu materi. Misalnya, pada subbab faktor
anak didik masih dijelaskan mengenai sikap dan tugas seorang
pendidik, padahal pada subbab sebelumnya mengenai faktor pendidik
sudah dijelaskan. Sehingga pembaca sedikit bingung menyimpulkan
inti dari subbab tersebut.
1.115.
Meskipun buku ini terdiri dari sembilan bab, akan tetapi
materi yang disajikan dalam buku kurang lengkap. Setiap bab hanya
menjelaskan mengenai materi yang bersifat umum saja sehingga
mahasiswa sebagai calon pendidik tidak cukup jika hanya menjadikan
buku ini sebagai buku panduan. Selain itu, meskipun diberikan
rangkuman untuk setiap babnya, tetapi penempatan rangkuman
tersebut tidak selalu tepat berada di akhir setiap bab. Rangkuman
disajikan dalam setiap dua bab sehingga pembaca harus mengerti isi
dua bab sebelumnya terlebih dahulu agar bisa memahami kesimpulan.
Kemudian, penempatan daftar pustaka juga diletakkan setiap dua bab
di mana hal tersebut mennimbulkan pemborosan.
1.116.
Setiap buku pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, akan
tetapi menurut kami sebagai reviewer merekomendasikan buku ini
sebagai panduan awal bagi pemula yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.
1.117.
1.118.
1.119.
1.120.

1.121. BAB IV
1.122. PENUTUP
1.123. 4.1.
Kesimpulan :
1.124. Buku ini layak di baca karena didalamnya memuat ilmu
pendidikan, pendekatan filosofis dan bukan hanya teori pendidikan yang
dibahas tetapi juga dengan praktik pendidikan sebagai upaya untuk
membangun sumber daya manusia dan memberi wawasan yang sangat
luas, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan baik
pemikiran maupun pengalamannya. Pendidikan membutuhkan pengkajian
filosofis karena kajian semacam ini akan melihat pendidikan dalam suatu
realitas yang komprehensif. Kajian filosofis tentang pendidikan akan
membantu memberikan informasi tentang hakikat manusia, yang secara
horisontal berhubungan dengan sesama manusia dan jagat raya. Kajian
filosofis juga memberikan informasi yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan sumber pengetahuan karena hal ini sangat membantu
dalam menentukan tujuan akhir pendidikan.
1.125. 4.2.
Saran
:
1.126. Sebaiknya, penyampaian materi lebih padat dan meluas jadi
meskipun bukunya tipis namun materi yang dimuat bisa lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai