Anda di halaman 1dari 11

Jenis Supervisi, Model, Type, Pendekatan, Proses Pelaksanaan dan Teknik

Supervisi Pendidikan
A. Jenis supervisi
Ada beberapa jenis supervisi yaitu :
1. Supervisi Umum dan Pengajaran
Supervisi umum yaitu : supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan yang
berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran.
Sedangkan pengajaran : kegiatan kepengawasan
memperbaiki kondisi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

yang

berfungsi

2. Supervisi Klinis
Supervisi klinis : proses supervisi adalah bimbingan yang berdasarkan atas
observasi dan analisis data secara teliti dan objektif.
3. Pengawasan Melekat dan Fungsional.
B. Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas
pengajaran, tetapi tidak menutup kemungkinan dalan fungsi supervisi modern selain menilai juga
memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Ada analisis
yang lebih luas seperti yang dibahas oleh Swearingen dalam bukunya Supervision of Instruction
Foundation and Dimension (1961), yang mengemukakan 8 fungsi supervisi:
1. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
2. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru
4. Menstimulasikan usaha-usaha yang kreatif
5. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
6. Menganalisis situasi belajar-mengajar
7.Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf

8.Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan


tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guruguru.
C. Type Supervisi
Briggs mengemukakan empat type supervisi dari pelaksanaannya :
1. Corective Supervision
Kegiatan supervisi ini lebih dalam bentuk mencari kesalahan-kesalahan orang yang
disupervisi, sehingga hanya menekankan pada penemukan kesalahan. Maka supervisi
jenis ini bukalah alat yang efektif untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
2. Preventive Supervision.
Kegiatan supervisi lebih pada usaha untuk melindungi guru dari berbuat kesalahan,
sebagai akibatnya guru tidak berani berbuat hal-hal lain kecuali yang telah ditetapkan,
sehingga guru kurang memiliki kepercayaan pada diri sendiri
3. Courtructive Supervision.
Supervisi yang berorientasi kepada masa depan, dengan melihat kesalahan dan
membangunnya agar lebih baik dan melihat hal baru dan berusaha untuk
mengembangkannya.
4. Creative Supervision.
Supervisi ini melihat guru lebih besar peranannya dalam mengusahakan perbaikan
proses belajar-mengajar, dan usaha untuk membaikinya lebih diserahkan pada guru
sendiri, supervisitor atau kelapa sekolah hanyalah menciptakan situasi yang dapat
menimbulkan daya kreatif dari guru-guru.
Sebaiknya antara guru dan kepala sekolah/madrasah dapat melihat permasalahan yang
dirasakan baik oleh guru ataupun kepala sekolah tersebut, sehingga jenis supervisi mana yang
dapat diterapkan.
Berdasarkan teori Johany Windon, ada 4 jenis model supervisi yang dapat dipakai :
1. guru dan kepala sekolah tahu masalah yang dihadapinya, sehingga type ini lebih
mudah menggunakan supervisi terbuka.
2.guru tidak tahu masalah yang dihadapi, tetapi kepala sekolah mengetahuinya, type
ini yang digunakan supervisi direktif

3. sebaliknya guru mengetahui permasalahannya namun kepala sekolah tidak tahu,


type ini sebaiknya menggunakan jenis model klinis
4.jika guru dan kepala sekolah sama-sama tidak mengtahui permasalahannya maka
dengan mendatangkan pihak ketiga orang lain merupakan jalan yang tepat.
Tipe-tipe lain Supervisi
1. Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis,
mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai Inspektur yang
bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi,
meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas
yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
2. Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara
ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan
saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar
sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat
pelajaran.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang
diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau
kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak
diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa
diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan
kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak
bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang
pasti.
4. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini
yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah.
Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa
mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Seperti namanya, tipe ini bersifat demokratis juga dalam pelaksanaan supervisi.
Pada tipe ini juga berlaku sistem pendistribusian dan pendelegasian.Selain kepemimpinan

yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus.
Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi
didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing.
D. Model Supervisi Pendidikan
Yang dimaksud dengan model ialah suatu pola, contoh : acuan dari supervisi yang
diterapkan. Ada berbagai model yang dikembangkan, antara lain :
1.

Model konvensional (tradisional), yaitu pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan,


kadang-kadang bersifat mematai-matai.

2. Model ilmiah, seperti yang telah diuraikan diatas supervisi ini mempunyai ciri-ciri :
a.

dilaksanakan secara berencana dan kontinu

b. sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu


c.

menggunakan instrumen pengumpulan data

d. ada data yang obyektif yang diperoleh dari keadaan yang riil
3. Model artistik, supervisi ini menyangkut bekerja untuk orang lain, bekerja dengan orang lain,
dan bekerja melalui orang lain. Artinya hubungan manusia dapat tercipta bila ada keralaan untuk
menerima orang lain sebgaimana adanya, yaitu adanya unsur kepercayaan, saling mengerti,
daling menghormati, dan saling mengakui. Karena mengajar merupakan kegiatan yang
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan seni.
4.

Model klinis, merupakan gabungan antara model ilmiah dan artistik, yaitu supervisi yang
difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematis, dalam
perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar
yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Jadi tekanan
dalam pendekatan ini bersifat khusus melalui tatap muka dengan guru pengajar, inti bantuan
terpusat pada perbaikan penampilan dan perilaku mengajar guru.
Jika dilihat dari besarnya peranan tanggung jawab guru, tanggung jawab pembina
serta metode pembinaan yang digunakan dapat dilhat dalam tabel berikut :
Tangggungjawab guru

Tinggi

Sedang

Rendah

Tanggungjawab Pembina

Rendah

Sedang

Tinggi

Pandangan pembina

Non direktif

Kolaboratif

Direktif

Metode Pembinaan

Self asistent

Contrae

Delinoness standar

E. Pendekatan Supervisi Pendidikan


Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis, artinya suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi
sangat tergantung kepada prototipe guru. Sehingga jenis pendekatannya akan berbedabeda. Dapat menggunakan pendekatan, antara lain :
a. pendekatan langsung (direktif) yaitu cara pendekatan terhadap masalah yang
bersifat langsung/memberikan arahan langsung ini lebih bersifat psikologis
behaviorisme,
b. pendekatan tidak langsung (non-Direktif) yaitu supervisor tidak secara
langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan
secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru dan ini lebih bersifat
psikologisk humanistik.
c. pendekatan kolaboratif yaitu cara pendekatan yang memadukan anatara cara
pendekatan direktif dan non direktif dan lebih bersifat psikologi kognitif.
F. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Wyn dalam Sahertian dan Mataheru (1986) menyebutkan teknik supervisi terdiri
dari individual deviation (bersifat individual) dan group devices (bersifat kelompok).
Teknik supervisi yang bersifat individual antara lain; kunjungan kelas, observasi kelas,
percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik
yang bersifat kelompok diantara adalah; panel of forum discussion,curriculum laboratry,
directed reading, demonstration teaching, professional libraries, supervisory bulletin,
teacher meeting, professional oraganization, workshop of group work.
Evan dan Neagly (1980) menyebutkan teknik supervisi terdiri dari; individual
techniques (teknik perorangan) dan group techniques (teknik kelompok). Individual
techniques terdiri atas; assignment of teachers, classroom visitation and observation,
classroom experimentation, colleges course, conference (individual), demonstration
teaching, evaluation, proffesional reading, professional writing, supervisory bulletins,
informal contacts. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok (group techniques)
diantaranya adalah; orientation of new teacher, development of professional libraries,
visiting other teachers, coordinating of student teacing.

Sedangkan teknik-teknik supervisi pendidikan dapat dibedakan dalam dua macam


:
1.

2.

Teknik yang bersifat individual, seperti : perkunjungan kelas, observasi kelas, Percakapan
pribadi, penyeleksian berbagai sumber materi untuk mengajar dan menilai diri sendiri.
a.

Mengadakan kunjungan kelas (Classroom visitation) Yang dimaksud adalah


kunjungan yang dilakukan untuk melihat guru yang sedang mengajar atau ketika
kelas sedang kosong.

b.

Mengadakan observasi kelas (Classroom Observation) Kunjungan ke sebuah


kelas untuk mencermati situasi/peristiwa yang sedang berlangsung di dalam kelas.

c.

Mengadakan wawancara : dilakukan apabila supervisor menghendaki jawaban


dari individu tertentu.

Teknik yang bersifat kelompok, seperti : pertemuan orientasi bagi guru baru, panitia
penyelenggara, dan rapat guru.
a.

Mengadakan pertemuan/rapat (meeting) Dalam kegiatan ini Supervisor dapat


memberikan pengarahan ( directing ), pengkoordinasian ( coordinating ) dan
mengkomunikasikan ( comunicating ) segala informasi kepada guru/staf .

b.

Mengadakan diskusi kelompok ( group discusion )

c.

Mengadakan penataran (in service training)

d.

Seminar

G. Mekanisme Pelaksanaan Supervisi


1.

Tahap penyusunan program supervisi.Program tersebut meliputi program tahunan


dan program semester ( terlampir )

2.

Tahap persiapan, yang perlu dipersiapkan:

3.

a.

Format/instrumen supervisi.

b.

Materi pembinaan/supervisi.

c.

Buku catatan .

d.

data supervisi/pembinaan sebelumnya.

Tahap pelaksanaan : diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan.

4. Tahap tindak lanjut.Merupakan pembinaan dan perbaikan dari hasil temuan pada
saat supervisi.
H. Melaksanakan Supervisi Pembelajaran.
1. Observasi kelas. observasi kelas merupakan salah satu cara paling baik memberikan
supervisi pembelajaran Karen dapat melihat kegiatan guru, murid dan masalah yang
timbul.
1)

Perancanaan. Kepala sekolah merencanakan dalam menyusun program dalam


satu semester atau tahunan. Program tidak terlalu kaku, tergantung dari jumlah
guru yang perlu di observasi. Ada tiga macam observasi yaitu dengan
pemberitahuan, tanpa pemberitahuan, dan atas undangan.

2) mekanisme observasi
a. persiapan yang diperhatikan :
guru diberi tahu kepala sekolah bahwa kepala sekolah akan mengadakan
observasi
kesepakatan kepala sekolah dan guru tolak ukur tentang apa yang dioservasi
b. sikap observasi didalam kelas
memberikan salam kepada guru yang mengajar
mencari tempat duduk yang tidak mencolok
tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas
mencatat setiap kegiatan
bila ada memakai alat elektronika : tape recorder, kemera
mempersiapkan isian berupa check list
c. membicarakan hasil observasi
hasil yang dicatat dibicarakan dengan guru, dan beberapa hal yang diperlu
dikemukankan :
kepala sekolah mempersiapkan (bisa bertanya pada nara sumber atau
perpustakaan)
waktu percakapan

tempat percakapan
sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan
percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi
guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat
kelamahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam memperbaiki
kelemahan
saran untuk perbaikan diberikan yang mudah dan praktis
kesepakatan perbaikan disepakati bersama dengan menyenangkan.
d. laporan percakapan
hasil pembicaraan didokumenkan menurut masing-masing guru yang telah
diobservasi
isi dokumen dimulai dari tanggal, tujuan data yang diperoleh, catatan diskusi,
pemecahan masalah dan saran-saran
2. Saling mengunjungi. Dalam kegiatan belajar mengajar sudah ada wadah dari kegiatan
untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan pembelajaran guru-guru
antara lain :
a.

untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)

b. untuk tingkat Sekolah Dasar adalah Pusat kegiatan guru (PKG)


3.Domonstrasi mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana
yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar menurut Siswoyo (1997) sebagai
seni dan filusuf. Menurut pendapat diatas mengajar dalam pekerjaan disekolah bukan
pekerjaan yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran
tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan
gambaran tentang pembelajaran yang baik
4.

Supervisi klinis. Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran.


Perbedaannya dengan supervisi yang lain adalah prosedur pelaksanaannya ditekankan
kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
dan kemudian langsung diusahkan perbaikan kekurangan dan kelemahan tersebut.
Pelaksanaan supervisi klinis menurut la sulo (1987), mengemukakan ciri-ciri supervisi
sebagai berikut :

a.

bimbingan supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi.

b. kesepakatan antara guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis
keterampilan yang paling pointing (diskusi guru dengan supervisor)
c. instrument dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dengan supervisor
d. guru melakukan persiapan dengan aspek kelemahan-kelemahan yang akan
diperbaiki. Bila perlu berlatih diluar sekolah
e.

pelaksanaannya seperti dalam teknik observasi kelas

f.

balikan diberikan dengan segera dan bersifat obyektif

g. guru hendaknya dapat menganalisa penampilannya


h.supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau
mengarahkan
i.

supervisor dan guru dalam keadaam suasanan intim dan terbuka

j. supervisor dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan perbaikan


keterampilan pembelajaran
5. Kaji tindak. Fokus utama kajian tindak adalah mendorong para prektisi untuk meneliti
dan terlibat dalam praktik penelitiannya sendiri. Hasil penelitiannya dipakai sendiri
oleh peneliti dan orang lain yang membutuhkan. Menurut kemmi (1995), kaji tindak
dirumuskan dalam empat tahap yaitu : tahap perencanaan, tahap aksi atau pelaksanaan
tindakan, tahap pengamatan, tahap evaluasi danrefleksi/umpan balik.Laporan hasil
penelitian kaji tindak terdiri dari :
a.

gagasan umum

b. perumusan masalah
c.

perencanaan penelitian kaji tindak

d. pelaksanaan penelitian kaji tindak


e.

monitoring

f.

evaluasi dan refleksi

g. saran dan rekomendasi

Piet A. Sahertian, Drs, Prof, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 21
Dr. Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah dasar dalam Kerangka
Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Akasara, 2004), h.65-67
Ahmad Azhari, Supervisi Rencana Program Pembelajaran, (Jakarta : Rian Putra, 2004), h. 5-7
About these ads

Related
Dasar-Dasar dan Tujuan Serta Ruang Lingkup Administrasi PendidikanIn "pendidikan"
Supervisi Dalam AdministrasiIn "Administrasi Pendidikan"
Latar Belakang Lahirnya Supervisi, Pengertian, Ruang Lingkup, Prinsip, Tujuan dan Sasaran
Supervisi PendidikanIn "Administrasi Pendidikan"

Post navigation
Previous post Next post

Leave a Reply

Subscribe

Entries (RSS)

Comments (RSS)

Archives

August 2013

July 2013

June 2013

May 2013

April 2013

July 2011

March 2011

January 2011

Categories

Administrasi Pendidikan

Evaluasi PAI

Kajian Islam

Pemberdayaan SDM

pendidikan

Meta

Register

Log in

Blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai