Anda di halaman 1dari 5

Aktor Non-Negara dalam Lingkungan Hidup

Topik lingkungan hidup muncul semakin sering dalam agenda


internasional lebih dari tiga dekade terakhir. Jumlah masyarakat yang semakin
meningkat, paling tidak di negara-negara barat yakin bahwa aktivitas sosial dan
ekonomi manusia sedang berlangsung dengan cara yang mengancam lingkungan
hidup.1 Selama lima dekade terakhir, semakin meningkat tingkat kelahiran
manusia dan memperbesar jumlah penduduk dunia dibanding keberadaan manusia
beberapa dekade sebelumnya. Populasi global yang sangat cepat meningkat
menyebabkan semakin tingginya standar kehidupan yang lebih tinggi. Hal ini
merupakan sebuah ancaman potensial terhadap lingkungan hidup.
Produksi makanan adalah contohnya. Suplai makanan dunia tumbuh lebih cepat
dibanding populasi global lebih dari lima puluh tahun terakhir. namun, suplai
tersebut didistribusikan secara tidak merata, sebagian besar pendistribusian
makanan hanya terdapat pada negara-negara maju di barat, sedangkan telah terjadi
kekurangan makanan di negara-negara miskin. Pada saat makanan sulit diperoleh,
masyarakat di negara-negara miskin akan sering melakukan eksploitasi tanah
secara berlebihan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, tindakan tersebut dapat
mengakibatkan penggundulan hutan dan pembentukan gurun. Dimana, makanan
mudah diperoleh yang disana mungkin masih ada masalah lingkungan hidup yang
disebabkan penggunaan pestisida, penipisan sumber air langka, dan input energi
yang dibutuhkan untuk pertanian berproduktifitas tinggi.
Melihat dari fenomena tersebut, maka jelas sekali bahwa keterlibatan
Negara sebagai aktor dalam hubungan internasional juga memiliki kaitan dengan
permasalahan lingkungan hidup dalam tingkat tidak hanya internasional bahkan
global. Negara memiliki peranan yang penting dalam menangani permasalahan
lingkungan hidup global. Hal ini sesuai dengan konsep realis, dimana negara
merupakan asktor utama dalam hubungan internasional. Konteks hubungan
internasional ini, dapat diterapkan pada penanganan lingkungan hidup global.
1 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Ilmu Hubungan Internasional,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Hal. 322-323.

Asumsi kaum realis mengenai negara sebagai aktor yang paling utama
dapat dikaitkan dengan permasalahan lingkungan hidup yang saat ini sedang
dihadapi oleh masyarakat dunia. Negara memiliki kedaulatan penuh atas
rakyatnya, sehingga berdasarkan pemikiran kaum realis, negara dapat
menggunakan kekuasaannya atau power untuk memaksa masyarakatnya agar
lebih peduli dan sadar terhadap lingkungan hidup.
Negara merupakan aktor pertama dalam menangani permasalahan
lingkungan hidup global, negara juga merupakan faktor utama untuk mendorong
kesadaran masyarakat dalam negara tersebut. Kesadaran ini kemudian
berkembang dalam lingkup yang lebih luas kepada masyarakat global, sehingga
permasalahan lingkungan hidup ditangani oleh masyarakat global. Jadi dapat
disimpulkan bahwa negara menjadi aktor utama dalam mendorong penanganan
masalah lingkuan hidup global.
Kesadaran tentang penanganan malasalah lingkungan hidup ini terkait
dengan peran negara yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu tanggung jawab
nasional, tanggun jawab internasional, dan tanggung jawab kemanusiaan.
Tanggung jawab nasional adalah tanggun jawab dimana negara bertanggung
jawab kepada warga negaranya untuk keamanan nasional. Lalu tanggung jawab
internasional merupakan tanggung jawab negara kepada negara-negara lain atas
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam ruang lingkup internasional.
Sedangkan tanggung jawab kemanusiaan merupakan tanggung jawab negara
kepada manusia dimanapun atas hak asasi manusia. Dalam permasalahan
lingkungan hidup, maka negara dituntut perannya sesuai dengan tanggung jawab
internasional. Oleh karena itu, negara memiliki tanggung jawab untuk
berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup dengan cara
menghimbau masyarakat baik menggunakan cara yang paling halus sampai cara
yang paling memaksa untuk peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup.
Negara Denmark sebagai Pedoman Penanganan Lingkungan Konferensi
Kopenhagen

Negara merupakan sebagai aktor utama dalam penanganan masalah


lingkungan hidup. Negara ini, sering dianggap sebagai pionir utama dalam
mendorong kesadaran masyarakat internasional untuk menangani permasalahan
global. Salah satu studi kasus dimana negara menjadi pionir utama dalam
mendorong kesadaran masyarakat internasional ini dapat dilihat pada kasus negara
Denmark dalam menggunakan energi-energi yang dapat diperbaharui.
Negara Denmark, merupakan salah satu negara dengan industri maju di
Eropa Barat yang memiliki kesadaran tinggi dalam penanganan lingkungan.
Negara ini, memulai kesadaran tentang penanganan lingkungan terhadap
masyarakatnya menggunakan kebijakan-kebijakan yang ia terapkan. Kebijakan
tentang penanganan lingkungan yang terjadi di Denmark ini, terfokus pada
penggunaan energi yang dapat diperbaharui dan juga perubahan iklim melalui
pencegahan polusi udara.
Dalam melihat studi kasus di Denmark dalam menangani permasalahan
lingkungan hidup global ini, konsep tentang renewable energy resources
merupakan konsep yang dapat membantu pemahaman studi kasus ini. Konsep
tentang sumber energi yang dapat diperbaharui atau renewable energy pada
dasarnya berbicara tentang penggunaan sumberdaya dan teknologi untuk
menghasilkan listrik sebagai sumber energi2. Konsep ini tidak menyetujui
penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama, dikarenakan
banyaknya dampak negatif yang dirasakan dari penggunaan bahan bakar fosil ini
sebagai sumber energi. Penggunaan sumber daya yang digunakan berkisar sangat
luas, dari penggunaan nuklir, tenaga air, tenaga angin, tenaga panas bumi, tenaga
surya, bahkan biomasa dan bioenergi.3
Salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui di Denmark adalah
tenaga angin. Dengan melimpahnya tenaga angin di Denmark, negara ini
menggunakan tenaga tersebut sebagai salah satu sumber energi alternatif. Karena
2Jeroen van den Bergh, dkk, Managing the Transitions to Renewable Energy, (Cheltenhem:
Edward elgar Publisher, 2008) h. 1

3Anonim, Types of Renewable Energy, National Renewable Energy Laboratory,


http://www.renewableenergyworld.com/rea/tech/home, [Diakses pada 3 November 2012]

hal tersebut, digunakanlah turbin angin dalam jumlah sangat banyak untuk
memaksimalkan tenaga angin di Denmark. Hal ini memberikan dampak yang
cukup signifikan dalam penghematan energi di Denmark. Tidak seperti negaranegara lain dimana penggunaan sumber energi alternatif hanya menyumbang
beberapa persen dalam konsumsi energi negaranya, Denmark dalam penggunaan
tenaga anginnya berkontribusi cukup besar dalam pemenuhan konsumsi negara.
Selain itu, fokus penanganan masalah lingkungan hidup lainnya di
Denmark adalah tentang pencegahan perubahan iklim dengan mereduksi polusi
udara. Dalam melaksanakan tindakan penanganan ini, Denmark menggunakan
mobil dengan energi listrik sebagai sumber energinya. Mobil dengan energi listrik
ini, tidak menghasilkan karbonmonoksida dalam jumlah yang besar seperti
penggunaan bahan bakar fosil. Mobil ini, hanya menyumbang porsi yang sangat
sedikit dalam pengeluaran gas karbon yang bersifat polutan terhadap udara.
Dalam berjalannya tindakan-tindakan penanganan lingkungan di Denmark
ini, terdapat 3 komponen utama yang mendorong kesadaran masyarakatnya
terhadap permasalahan lingkungan. Salah satu komponen penting dalam tindakan
penanganan lingkungan ini adalah kebijakan-kebijakan yang \diterapkan negara
tersebut. Seperti contohnya, Denmark memberikan kebijakan dalam menerapkan
tarif terhadap masyarakat-masyarakat yang tidak menggunakan mobil listrik.
Pemberian tarif atau pajak ini, ternyata berdampak signifikan terhadap kontribusi
pencemaran linngkungan, terbukti dengan banyaknya masyarakat Denmark yang
akhirnya memilih menggunakan sepeda dibanding dengan mobil. 4
Kesadaran-kesadaran masyarakat Denmark ini, ikut terseret dalam
penanganan masalah global yang dilakukan oleh masyarakat internasional. Hal ini
dapat dilihat pada konferensi yang dilakukan di negara Denmark, yaitu konferensi
Kopenhagen yang dilaksanakan pada tahun 2006. Dalam konferensi ini,
kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan Denmark dalam menangani permasalahan
lingkungan menjadi pedoman untuk merumuskan konvensi yang diinginkan oleh
banyak negara.
4 PBB, Environment, diakses pada 9 Nov 2012, [http://www.un.org/en/globalissues/environment/]

Dari pemaparan tersebut, dapat disimpukan bahwa Negara Denmark


sebagai aktor utama yang mendorongnya kesadaran masyarakat di negaranya,
dapat

mendorong

kesadaran

masyarakat

internasional

untuk

mengikuti

penanganan yang dilakukan di negara tersebut. Hal ini dibuktikan dengan


kebijakan-kebijakan yang dilakukan Denmark yang akhirnya diterapkan sebagai
konvensi yang dikeluarkan oleh Konferensi Kopenhagen. Dari konvensi yang
dikeluarkan ini, akhirnya masyarakat internasional menngikuti konvensi tersebut
sebagai pedoman untuk penanganan lingkungan global.
Jadi, jika melihat asumsi kaum realis yang menganggap bahwa negara sebagai
unitary actor yang memiliki peranan penting dalam politik dunia, maka dapat
dikaitan dengan permasalahan lingkungan hidup dengan menjadikan negara
sebagai aktor yang sangat berperan penting untuk menangani permasalahan
lingkungan hidup secara global dengan cara menggunakan kedaulatan atau
kekuasaannya untuk menghimbau masyarakat agar lebih sadar dan peduli
terhadap permasalahan lingkungan hidup.
Di samping itu, jika melihat pada studi kasus yang telah dipaparkan
sebelumnya yaitu pada kasus Denmark, maka negara bisa dijadikan pedoman
dalam menangani permasalahan lingkungan hidup global. Hal ini dibuktikan
dengan adanya kebijakan dalam penanganan lingkungan hidup di Denmark yang
akhirnya diadopsi oleh konferensi Kopenhagen yang menghasilkan konvensi yang
diterapkan oleh masyarakat di negara-negara lain.

Anda mungkin juga menyukai