Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS VEGETASI

Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.

Nilta Husnayaini
Aida Khusnia
Maulina M.I
Miftahul Ilmiyah

14030204058
14030204084
14030204085
14030204092

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis (Marsono, 1977).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan
parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu
ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama
yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan
merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu
seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan
komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami
pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena
pengaruh anthropogenik.
Vegetasi di suatu tempat mempunyai variasi yang berbeda antara
vegetasi satu dengan vegetasi yang lain. Dengan adanya variasi yang dimiliki
oleh suatu vegetasi akan mendukung suatu kehidupan organisme tertentu. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis vegetasi pada
hutan kampus UNESA Ketintang. Untuk menganalisis vegetasi dalam suatu
area dilakukan dengan menentukan kerimbunan, kerapatan, frekuensi, dan
dominansi.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah, sebagai
berikut :
1. Bagaimana menentukan kerapatan populasi?

2. Bagaimana menentukan dominasi relatif?


3. Bagaimana menentukan frekuensi relatif?
4. Bagaimana menentukan nilai penting suatu komunitas di hutan kampus
UNESA Ketintang?
5. Bagaimana melakukan analisis vegetasi?
1.3 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menetukan kerapatan populasi
2. Menetukan dominasi relatif
3. Menetukan frekuensi relatif
4. Menentukan nilai penting suatu komunitas di hutan kampus UNESA
Ketintang
5. Melakukan analisis vegetasi
1.4 Manfaat
Pada praktikum kali ini diharapkan dapat menunujukkan kerapatan
populasi, dominansi relatif, frekuensi relatif dan nilai penting di komunitas
hutan kampus UNESA Ketintang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Vegetasi
Vegetasi merupakan seluruh jenis tumbuhan yang hadir pada suatu
wilayah (Barbour et al, 1987). Weaver & Clement (1938) menyatakan
bahwa vegetasi adalah tumbuh-tumbuhan yang menutupi permukaan bumi
pada daerah tertentu yang dapat berupa pohon, herba, rumput maupun
tumbuhan tingkat rendah. Dengan dinamika populasi di dalamnya
sehingga dalam kurun waktu tertentu dapat mengalami perubahan
komposisi jenis tumbuhan penyusun. Dengan demikian, dinamika yang
terjadi di dalam spesies penyusun komunitas yang hidup bersama-sama
dan saling berinteraksi (Oosting, 1956 dalam Paulasari, 2003).
Komposisi vegetasi dari suatu komunitas ditentukan oleh seleksi
tumbuhan dalam penyesuaian terhadap faktor fisik dan kimia lingkungan.
Tumbuhan mempunyai kemampuan adaptasi yang berbeda-beda sehingga
hanya sedikit jenis yang mampu tumbuh dilingkungan ekstrim. Hal ini
berbeda dengan kondisi lingkungan moderat yang mampu mendukung
jenis lebih banyak, dengan demikian masing-masing tumbuhan menempati
suatu habitat terbatas (Fitter & Hay, 1991)
B. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Anonim 1. 2001).
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat
tumbuh-tumbuhan.

Analisis

vegetasi

dapat

digunakan

untuk

mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-

tumbuhan:

1)

Mempelajari

tegakan

hutan,

yaitu

pohon

dan

permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang


dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang
terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan,
padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar (Anonim 2.
2001).
Untuk melakukan analisis vegetasi ada beberapa rumus yang
penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu :
1. Kerapatan (Density)
Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis
pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.
Secara kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat, kadang - kadang
terdapat, sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu
yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang
umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biomassa populasi
persatuan areal atau volume, misalnya 200 pohon per Ha.
Rumus :
Kerapatan Mutlak (KM)
jumlah individu spesies A
KT
jumlah seluruh individu

KM spesies A =
Kerapatan relatif suatu jenis (KR)
KM spesies A
100%
Jumlah tot al KM seluruh spesies

KR =
2. Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis
terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang, cahaya dan lainnya),
sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran banyaknya
Individu (abudance) dan kerapatan (density), persen penutupan (cover
percentage) dan luas bidang dasar (LBD) atau basal area (BA),
volume, biomassa, dan indek nilai penting (importance value-IV) pada
kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalah LBH dengan
pertimbangan lebih mudah dan cepat, yaitu dengan melakukan

pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter


breas heigt-dbh).
Rumus :
Dominasi Mutlak (DM)
jumlah basal area spesies A
100%
Jumlah basal area seluruh spesies

DM spesies A =
Dominasi relative suatu jenis (DR)
DM spesies A
100%
Jumlah tot al DM seluruh spesies
DR spesies =
3. Frekuensi
Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas
terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagaimana
pola penyebaran suatu jenis, apakah menyebar ke seluruh kawasan atau
kelompok. Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya
terhadap lingkungan. Frekuensi dapat dikatakan sebagai jumlah petak
dimana sampel didapat per jumlah total petak.
Rumus :
Frekuensi suatu jenis (FM)
Jumlah titik ditemukannyasuatu jenis
Jumlah semua titik pengukuran
Frekuensi relative (FR)
F
x 100
Frekuensi semua jenis
4. Indek Nilai Penting (importance value Indeks)
Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu
spesies dalam komunitas. Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai
kerapatan relatif, dominasi relatif dan frekuensi relatif, sehingga
jumlah maksimalnya 300%. Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang
oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini
dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan
membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan
buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat,

ataupun dapat langsung berhubungan dengan lembaga Biologi


Nasional Bogor. Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan
antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai
total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%
dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga
nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis
tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan
untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Odum, E. P.,
1971).
Rumus :
INP (Indeks Nilai Penting)
INP = KR + FR + DR
C. Faktor yang Mempengaruhi Vegetasi
Faktor lingkungan yang akan ditinjau adalah faktor
alam dan biologi yang secara normal bekerja pada
komunitas

daratan.

Berikut

ini

adalah

faktor

yang

mempengaruhi vegetasi di daratan:


1. Faktor iklim :
a. Faktor suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu.
Hal ini dapat diterima karena dalam tubuh makhluk hidup
berlangsung proses kimia. Oleh karena itu semua makhluk hidup
yang hidup dimanapun berada selalu menghindar suhu lingkungan
terlalu tinggi dan terlalu rendah untuk mendapatkan suhu lingkungan
yang optimum.
b. Faktor curah hujan
Pada umumnya air merupakan satu di antara beberapa faktor
penting yang ragamnya tercermin dalam sifat nabatah dan juga
dalam habitat untuk komunitas hewan tertentu. Keragaman curah
hujan di daerah tropika tak hanya dinyatakan dalam jumlah
keseluruhanya, tetapi juga dalam cara penyebarannya sepanjang
tahun.
c. Faktor kelembapan

Kelembapan adalah kadar air pada udara. Kelembapan udara


berpengaruh pada proses penguapan air dari permukaan tubuh
organisme. Penguapan air berperan dalam proses metabolisme.
Setiap organisme mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang kelembapannya berbeda-beda.
d. Faktor cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang berfungsi
sebagai sumber primer pada ekosisem. Keberadaannya mampu
mempengaruhi dan mengontrol organisme yang ada pada suatu
ekosistem. Sebagai sumber energi primer, cahaya penting untuk
proses fotosintesis. Pengaruh intensitas penyinaran terhadap
perkecambahan tumbuhan lebih besar dibandingkan pengaruh
perubahan mutu penyinaran.
e. Faktor udara
Udara merupakan komponen utama dari atmosfer bumi ini.
Gas-gas sebagai sumber unsur sebagai selimut bumi, juga sebagai
sumber berbagai unsur atau zat tertentu, seperti: oksigen,
karbondioksida,nitrogen,dan hidrogen.
f. Faktor angin
Angin mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan
tumbuhan. Disamping itu juga berpengaruh dalam menjaga
kesuburan tanah suatu lingkungan. Pada suatu daerah yang arus
anginnya kencang hanya jenis tumbuhan mempunyai perakaran kuat
yang berbatang liat dapat bertahan hidup.
2.

Faktor fisiografi dan ketanahan


a. Topografi
Faktor fisiografi merupakan faktor yang khas pada tempat yang
tepat bagi suatu habitat. Salah satu dari faktor ini ialah topografi yang
berurusan dengan corak permukaan darat dan mencakup ketinggian,
kemiringan tanah, lapis alas geologi yang mempengaruhi pengikisan,
dll. Berbagai corak permukaan tanah itu berpengaruhi pada sifat dan

sebaran komunitas tumbuhan.


b. Tanah
Sebagian besar zat penyusun tubuh makhluk hidup langsung
ataupun tidak langsung berasal dari tanah. Oleh sebab itu, tak

mungkin ada kehidupan tanpa adanya tanah. Tanah merupakan hasil


proses destruktif dan konstruktif atau sintetik berbagai komponen
lingkungan, seperti batuan dan bahan organik. Pelapukan dan
pembusukan oleh mikroorganisme merupakan contoh destruktif.
Sedangkan, pembentukan mineral baru merupakan contoh proses
sintetik. Sebagian besar kebutuhan makhluk hidup berasal dari tanah
maka perkembangan suatu ekosistem khususnya ekosistem darat
sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah.
c. Lapisan geologi
Batuan yang mempunyai kelebihan atau kekurangan mineral
tertentu cenderung menyebabkan hambatan terhadap pertumbuhan
spesies tumbuhan tertentu. Dalam suatu iklim tertentu lapis alas
geologi bertanggung jawab atas banyak dari keragaman pada tanah
dan nabatahnya. Lapis alas geologi itu terdiri dari berbagai jenis
batuan yang menyusun kerak bumi. Setiap batuan itu mempunyai
susunan dan sifat mineralnya sendiri yang khas. Batuan ini yang
merupakan bahan induk tanah sering terletak langsung di bawah tanah
itu.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yakni observasi. Karena dilakukan
dengan secara langsung mendatangi lokasi yang dijadikan acuan
penelitian Analisis Vegetasi.
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di hutan kampus UNESA Ketintang pada
hari rabu tanggal 16 September 2016 pada jam 08.00 sampai 10.00.
3.3 Subyek atau Sasaran
Pada penelitian kali ini sasaran yang di tuju yaitu hutan kampus
UNESA Ketintang.

3.4 Alat dan Bahan


Alat :
Meteran gelang
Tali rafia
Timbangan
Cethok
Thermometer
Ph atau kelembapan tanah
Tongkat kayu
Buku identifikasi
Bahan :
Kantong plastik
Karet gelang
Kertas dan polpen
3.5 Prosedur Kerja
a. Menentukan luas area yang diteliti sepanjang garis transek disekitar hutan
kampus Unesa Ketintang. Mengukur setiap jarak disepanjang 1 m garis
transek. Menandai tiap transek sebagai titik cuplikan tiap kelompok.
b. Tiap kelompok mengambil setiap titik sebanyak empat kali.
c. Pada masing-masing plot kuadran, menentukan titik pusatnya. Dari titik
pusat tersebut ditentukan 4 sub titik pusat. Setelah itu menentukan jarak
dari masing-masing sub titik pusat (metode Point Centered Quarter).
d. Mengidentifikasi spesies tumbuhan pada sub titik pusat dan mengukur
diameternya serta mengukur jaraknya dari center point.
e. Mengidentifikasi pohon tersebut dengan buku identifikasi.
f. Mengukur Ph tanah dan kelembaban tanah masing-masing dengan
menggunakan soil Ph menggunakan soil tester.
g. Mengukur suhu tanah dengan termometer alkohol Hg.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai analisis
vegetasi di hutan kampus UNESA Ketintang , diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 1. Data pohon di hutan kampus UNESA Ketintang
Nama
spesies
Pterocarpus
indica
Mangifera
indica
Swietenia
mahagoni
Albizia
saman
Leucaena
leucocepala
Dalbergia
latifolia
Morinda
citrifolia

Kerapatan
mutlak

Kerapatan
relatif

dominansi
mutlak

Dominansi
relatif

Frekuensi
mutlak

Frekuensi
relatif

Nilai
penting

0,025

0,114

0,188

0,176

0,086

0,176

0,478

0,025

0,114

0,063

0,059

0,029

0,059

0,236

15

0,094

0,429

0,438

0,412

0,200

0,412

1,278

0,006

0,029

0,063

0,059

0,029

0,059

0,150

0,013

0,057

0,125

0,118

0,057

0,118

0,300

0,019

0,086

0,063

0,059

0,029

0,059

0,207

0,038

0,171

0,125

0,118

0,057

0,118

0,414

35

0,219

1,063

0,486

Tabel 2. Faktor pendukung tumbuh


Ph

6,6

Suhu

340

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa


pada hutan kampus UNESA Ketintiang ditemukan 7 jenis pohon. Untuk
spesies Pterocarpus indica didapatkan 4 pohon dengan INP (Indeks Nilai
Penting) 0,478, spesies Mangifera indica ada 4 pohon dengan INP 0,236,
spesies Swietenia mahagoni ada 15 pohon dan INP 1,278, spesies Albizia
saman hanya ada 1 pohon dengan INP 0,150, spesies Leucaena leucocepala
terdapat 2 pohon dengan INP 0,300, spesies Dalbergia latifolia 3 pohon
dengan INP 0,207 dan yang terakhir spesies Morinda citrifolia 6 pohon INP
0,414. Dari data diatas dapat diketahui spesies Swietenia mahagoni (pohon

mahoni) merupakan jenis tumbuhan dengan INP yang paling tinggi,


sedangkan indeks nilai penting yang paling rendah adalah Albizia saman
sehingga dapat dikatakan bahwa spesies Swietenia mahagoni dikategorikan
sebagai penyusun utama komunitas tumbuhan dikawasan hutan kampus
UNESA Ketintang.
Indeks Nilai Penting jenis tumbuhan pada suatu komunitas merupakan
salah satu parameter yang menunjukkan peranan jenis tumbuhan tersebut
dalam komunitasnya. Kehadiran suatu jenis tumbuhan pada suatu daerah
memunjukkan kemampuan adaptasi dengan habitat dan toleransi yang lebar
terhadap kondisi lingkungan. Spesies-spesies yang dominan dalam suatu
komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi
(Indriyanto, 2006).
Untuk keberadaan vegetasi di lingkungan publik memiliki arti sangat
penting, baik dari segi estetika, edukasi, kesehatan maupun dalam menunjang
etos kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Area kampus
membutuhkan daya dukung lingkungan untuk menunjang kegiatan belajarmengajar para sivitas akademik. Populasi, keragaman dan penataan yang baik
dari vegetasi di lingkungan kampus memberikan arti tersendiri bagi
peningkatan produktivitas di bidang akademik. Beberapa kampus di
Indonesia yang memiliki cukup banyak kekayaan vegetasi dijadikan obyek
kunjungan wisata atau olahraga publik, untuk penelitian bahkan untuk sarana
menunjang penghasilan. Kusratmoko et al. (2002) melaporkan bahwa
keberadaan vegetasi di lahan hutan kota kampus Universitas Indonesia
berperan penting dalam mengendalian aliran permukaan dan dalam tanah
terutama pada kejadian-kejadian hujan konvektif. Tamin et al. (2012) telah
mengisolasi 3 jenis CMA dari hutan kampus Universitas Jambi yang
direncanakan untuk produksi pupuk hayati.
Kampus UNESA Ketintang
juga telah mengembangkan kampus
konservasi dan memproduksi kompos dari seresah yang dihasilkan pohonpohon di dalam area kampus, termasuk juga pada area hutan kampus UNESA
Ketintang. Hal ini dilakukan guna menunjang program penghijauan di dalam
dan di luar area kampus. Gerakan go green yang banyak dilakukan berbagai
lembaga akhir-akhir ini juga dilaksanakan di kawasan berbagai kampus di

Indonesia dengan membangun green campus dalam rangka menyambut


himbauan dunia tentang penanganan gejala pemanasan global. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa area kampus UNESA Ketintang yang
juga dikenal sebagai kampus hijau sangat potensial untuk dikembangkan
sebagai kampus konservasi terpadu. Vegetasi di area kampus UNESA
Ketintang tersusun dari kelompok pohon (tanaman peneduh jalan maupun
area kosong), perdu (kebanyakan tanaman hias dan sebagian kecil tanaman
liar) dan herba (rumput penutup tanah, baik ditanam maupun liar). Dari
pengamatan yang telah dilakukan di hutan kampus UNESA Ketintang yang
berukuran kira-kira 10 x 10 meter memiliki sekitar 35 pohon. Pada area hutan
kampus yang hanya berukuran 10 x 10 meter dengan 35 pohon termasuk
memiliki keanekaragaman yang cukup baik. Keberagaman jenis dan umur
pohon memberikan keragaman mikrohabitat bagi organisme lain yang
berasosiasi serta berkontribusi bagi pengaturan keseimbangan lingkungan
abiotik, semisal suhu, kelembapan, kecepatan angin dan intensitas cahaya.
Pada kawasan hutan kampus UNESA Ketintang memiliki Ph yang mendekati
netral yaitu 6,6 dan suhu 340 .
Keberhasilan pertumbuhan vegetasi strata pohon suatu jenis tidak
terlepas dari faktor iklim dan lingkungan tempat tumbuhnya. Lingkungan iklim
mikro dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, bahan organik dan anorganik.
Tanah sebagai tempat tumbuh berperan sebagai pencipta kondisi fisik tertentu,
seperti kelembaban, kandungan air dan unsur hara. Kemampuan tanah dalam
memberikan kelembaban dan hara sangat menentukan kualitas habitat dalam
suatu vegetasi. Keberhasilan pertumbuhan vegetasi strata pohon juga tidak
terlepas dari regenerasi anakan pohon (seedling dan sapling) yang terus tumbuh
menjadi pohon (Suwarno, 2012).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada area hutan kampus UNESA Ketintang ditemukan 35 pohon


dengan 7 spesies yang berbeda.
2. Dominansi relatif tertinggi sebesar 0,412 pada spesies Swietenia
mahagoni, dan terendah sebesar 0,059 pada spesies Mangifera
indica, Albizia saman dan Dalbergia latifolia.
3. Frekuensi relatif tertinggi sebesar 0,412 pada spesies Swietenia
mahagoni, dan terendah sebesar 0,059 pada spesies Mangifera
indica, Albizia saman dan Dalbergia latifolia.
4. Indeks Nilai Penting tertinggi adalah pada spesies Swietenia
mahagoni, dengan nilai 1,278 dan INP terendah pada spesies
Albizia saman dengan nilai 0,0150.
5. Spesies Swietenia mahagoni merupakan

penyusun

utama

komunitas tumbuhan dikawasan hutan kampus UNESA Ketintang.


5.2 Saran
1. Dengan dilakukannya praktikum ini diharapkan untuk kedepannya
di kawasan hutan kampus UNESA Ketintang ditanami pohon
dengan spesies yang banyak dan beragam agar memperkaya
keanekaragaman hayati di lingkungan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.Vegetasi. dari http://id.wikipedia.org/wiki/Vegetasi. Diakses, 27


september 2016

Indriyanto.

2006.

Hutan

http:www.catchment.crc.org.au/pdfs/te

dan

Kehutanan.

chnical199910.pdf

Dari

diakses

27

september 2016
Kusratmoko, E., Sukanta, D. Tambunan, M.P. dan Sobirin. 2002. Studi hidrologi
hutan kota kampus Universitas Indonesia Depok. MAKARA SAINS. 6(1):
7-14
Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Bagian
Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Sugiyarto. 2012. Kajian Struktur dan Komposisi Pohon di Area Kampus UNS
Kentingan Surakarta Sebagai Pendukung Program Green Campus. Dari
file:///C:/Users/Asus%20SJKomp/Downloads/Publikasi_Jurnal_(38).pdf
diakses pada 28 september 2016
Suwarno. 2012. Struktur Vegetasi Strata Pohon dikawasan Hutan Wisata Rimbo
Tujuh Danau Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi Pendidikan Biologi
FKIP. Pekanbaru: Universitas Riau
Tamin, R.P., Nursanti dan Albayudi. 2012. Identifikasi Jenis dan Perbanyakan
Endomikoriza Lokal di Hutan Kampus Unviversitas Jambi. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains 14 (1): 23 28.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai