KATARAK MATUR
Pembimbing:
dr. Naila Karima Sp.M
Penyusun:
Ni Wayan Mirah Wilayadi
112014170
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan presentasi kasus yang berjudul Katarak
Matur yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepanitraan klinik pendidikan
profesi dokter Departemen Mata Rumah Sakit Pendidikan Angkatan Darat Gatot Soebroto
periode 12 September sampai dengan 15 Oktober 2016.
Dalam menyelesaikan presentasi kasus ini penyusun mengungkapkan rasa terima kasih
kepada dr. Naila Karima Sp.M sebagai dokter pembimbing. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan presentasi kasus ini banyak kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Semoga presentasi presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi teman-teman pada
khususnya dan semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran pada
umumnya.
September 2016
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
: Tn. Sa
Umur
: 80 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Buddha
: Pedagang
Alamat
Tanggal periksa
: 16 September 2016
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pukul 08.00 WIB di ruang refraksi Poliklinik
Mata- RSPAD Gatot Soebroto.
Keluhan Utama: Penglihatan kedua mata kabur sejak 6 bulan yang lalu, mata tidak merah
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Pasien Tn. Sa datang ke poliklinik mata dengan keluhan pengelihatan kedua mata
kabur sejak 6 bulan yang lalu. Pengeliatan kabur muncul secara berlahan-lahan. Pasien
mengeluhkan kesulitan untuk melihat jauh dan dekat. Gangguan pengelihatan tersebut juga
disertai dengan mata terasa lelah, kadang-kadang disertai dengan pusing di bagian dahi.
Pasien sering memincingkan mata untuk melihat jauh, namun tidak memperbaiki
pengelihatannya. Pasien mengaku sudah menggunakan kaca mata baca selama 2 tahun,
namun pengelihatan pasien masih kabur.
Satu bulan sebelum memeriksakan mata, pengelihatannya semakin terganggu. Pasien
merasakan pengelihatan mata sebelah kanan lebih kabur dari pada mata kiri. Pengelihatan
pasien seperti melihat awan atau asap pada kedua mata. Selain pengelihatan kabur, pasien
juga mengeluhkan silau, terutama saat pasien menghadap kearah pintu yang terang atau sinar
matahari. Pasien merasa lebih nyaman jika berpergian di siang hari dengan menggunakan
kaca mata gelap. Pasien selama tidak merokok dan mengkonsumsi oabt steroid secara rutin.
Keluhan seperti nyeri kepala hilang timbul dan sering menabrak saat berjalan disangkal
pasien. Tampak pelangi jika melihat sinar terang juga disangkal.
Riwayat darah tinggi dan kencing manis juga disangkal pasien. Pasien tidak pernah
kesulitan untuk beradaptasi saat berada di tempat gelap, tidak mempunyai masalah untuk melihat
warna. Pasien juga tidak pernah mengkonsumsi obat tuberculosis dan kina secara rutin dalam
jangka waktu yang lama.
Riwayat Penyakit Terdahulu
:-
Riwayat alergi
: Tidak ada
Tidak ada anggota keluerga yang mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 82 kali/menit
Suhu
: 36,3oC
RR
: 20 kali/menit
Kepala
: Normocephali
Leher
Cor
Pulmo
Abdomen
: Bentuk datar, supel tidak ada nyeri tekan, bising usus normal.
Ekstremitas
b. Status Oftalmologi
KETERANGAN
OD
OS
1/300
0,2
1. VISUS
Tajam pengelihatan
Koreksi
Distansia Pupil
60/62
ph(-)
60/62
Addisi
S+3,00
S+3,00
S+3,00
S+3,00
Tidak ada
Tidak ada
Endoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Gerakan mata
Warna
Beruban
Beruban
Letak
Simetris
Simetris
3. SUPRA SILIA
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Tidak ada
Entropion
Tidak ada
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Fisura palpebral
Tidak ada
Tidak ada
Hordeolum
Tidak ada
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada
Tidak ada
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Anemia
Tidak ada
Tidak ada
Kemosis
Tidak ada
Tidak ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Injeksi siliar
Tidak ada
Tidak ada
Perdarahan sub-konjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Pterigium
Tidak ada
Tidak ada
Pinguekula
Tidak ada
Tidak ada
Nervus pigmentosus
Tidak ada
Tidak ada
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum lakrimal
Terbuka
Terbuka
Tes Anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Warna
Putih
Putih
Ikterik
Tidak ada
Tidak ada
Kejernihan
Jernih
Jernih
Permukaan
Licin
Licin
Ukuran
12 mm
12 mm
Sensibilitas
Baik
Baik
Ilnfiltrat
Tidak ada
Tidak ada
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Arkus senilis
Ada
Ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Tes Plasido
Lingkaran Konsentris
Lingkaran Konsentris
8. SKLERA
9. KORNEA
Dalam
Dalam
Kejernihan
Jernih
Jernih
Hifema
Tidak ada
Tidak ada
Hipopion
Tidak ada
Tidak ada
Efek Tyndall
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Coklat
Coklat
Kripta
Jelas
Jelas
Bentuk
Bulat
Bulat
Sinekia
Tidak Ada
Tidak Ada
Koloboma
Tidak Ada
Tidak Ada
Letak
Ditengah
Ditengah
Bentuk
Bulat
Bulat
Ukuran
3 mm
3 mm
Kejernihan
Keruh merata
Letak
Ditengah
Ditengah
Shadow Test
Negatif
Positif
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Positif
11. IRIS
12. PUPIL
Refleks
cahaya
tidak
langsung
13. LENSA
Papil
Batas
Bulat
Bentuk
Bulat
Warna
Kuning kemerahan
CD ratio
0,4
Arteri Vena
Retina
Perdarahan
Tidak ada
Sikatrik
Tidak ada
Neovaskularisasi
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak Ada
Tidak Ada
Massa tumor
Tidak Ada
Tidak Ada
Tensi digital
Perpalpasi normal
Perpalpasi normal
NCT
10,9 mmHg
10,9 mmHg
Sulit dinilai
Sulit dinilai
16. PALPASI
OS
V. RESUME:
Pasien laki-laki 80 tahun, datang dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 6
bulan yang lalu. Pasien mengeluh pengelihatan kedua mata kabur seperti berkabut, perlahanlahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Mata sebelah kanan lebih kabur dari mata kiri.
Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh.
Selain kabur pandangan juga menjadi silau terutama saat melihat cahaya terang atau sinar
matahari. + 1 bulan yang lalu sebelum memeriksakan matanya ke poliklinik mata, penglihatan
kedua mata semakin kabur hingga mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati kedua
matanya.
Status Genaralisata
Status Ofthalmologi
Oculus Dextra
Oculus Sinistra
1/300
Keruh merata
VISUS
LENSA
0,2
Keruh tidak merata
Negatif
SHADOW TEST
Positif
FUNDUS REFLEKS
Positif
Presbiopia
Galukoma Kronik
Retinopati hipertensi
: Dubia ad bonam
OS
dubia ad bonam
Ad fungsionam
: Dubia ad bonam
dubia ad bonam
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
dubia ad bonam
XI.EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur disebabkan katarak
pada kedua lensa mata.
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat tetapi dapat
disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata.
3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis tindakan,
persiapan, kelebihan dan kekurangan.
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi, kemungkinan
lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan reaksi peradangan dan
peningkatan tekanan bola mata.
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan pascaoperasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Lensa kristalina adalah sebuah struktur menakjubkan yang pada kondisi normalnya
berfungsi memfokuskan gambar pada retina.Posisinya tepat di sebelah posterior iris dan disangga
oleh serat-serat zonula yang berasal dari corpus ciliare. Serat-serat ini menyisip pada bagian
ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa adalah suatu membran basalis yang mengelilingi substansi
lensa. Sel-sel epitel dekat ekuator lensa membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi
membentuk serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang lebih tua dipampatkan ke
nukleus sentral; serat-serat muda, yang kurang padat, di sekeliling nukleus menyusun korteks
lensa. Karena lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat dari
aqueous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen
terlarut di dalam aqueous.1
Kelainan lensa dapat berupa kelainan kongenital: Koloboma lensa (lensa tidak berbentuk)
dan sferofakia (lensa sangat cembung); Kekeruhan (katarak); dan dislokasi lensa.2
Di Indonesia hasil survei kebutaan yang baru dilakukan di 3 provinsi (NTB, Jawa Barat
dan Sulawesi Selatan) tahun 2013 -2014 didapatkan prevalensi kebutaan pada masyarakat usia >
50 tahun rata-rata di 3 provinsi tersebut adalah 3,2 % dengan penyebab utama adalah katarak
(71%). 3
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan penyebab katarak yang
terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain: trauma, toksin,
penyakit sistemik (misal diabetes), merokok, dan herediter. Katarak akibat penuaan merupakan
penyebab umum gangguan penglihatan.4
2.2. Anatomi dan Fisiologi Lensa
Lensa merupakan jaringan yang berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa
di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri
dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior
dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana
permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan
ini bertemu di bagian ekuator. Dengan bertambahnya usia, kemampuan akomodasi lensa akan
berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan menurun.1,5
Struktur lensa terdiri dari :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun dari kolagen
tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan
bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior
zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).3,5
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan selapis sel
kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa. Epitel
lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat
lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.3,5
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior.Serat lensa yang matur adalah
serat lensa yang telah kehilangan nucleus, dan membentuk korteks dari lensa. Serat-serat
yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.3,5
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa, sehingga
lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian
anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan panjangan dari
corpus silliaris.3,5
Gambar 2. Anatomi
Lensa
Secara
fisiologik
lensa
yaitu:1
-
terpenting
dalam
akomodasi untuk menjadi cembung. Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan
oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi akibat
perubahan lensa oleh badan siliar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris berkontraksi, serat
zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan
daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang
nervus III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena
-
lensa untuk mengubah bentuknya, yang dikenal sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami
memungkinkan lensa untuk menjadi cembung atau kurang bulat (sferis), tergantung besarnya
tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas
musculus ciliaris, yang bila berkontraksi akan mengendurkan tegangan zonula. Dengan
demikian, lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan daya dioptri yang lebih kuat untuk
memfokuskan objek-objek yang lebih dekat. Relaksasi musculus ciliaris akan menghasilkan
d. Katarak aksialis kekeruhan terletak pada aksis dari pada lensa. Keluhan dan
tindakan sama dengan katarak polaris anterior.
e. Kataral zonularis (lameralis) mengenai daerah tertentu, biasanya disertai
kekeruhan yang lebih padat, tersusun sebagai garis-garis yang mengelilingi
bagaian
yang keruh yang disebut riders, yang merupakan tanda khas untuk
katarak zonularis. Paling tersering terjadi pada anak-anak, namum bisa juga
herediter dan sering disertai dengan anamnesis kejang-kejang. Kekeruhannya
berupa cakram (diskus), mengelilingi bagian tengah yang jernih sedangkan
korteks diluarnya jernih juga. Biasanya progresif tetapi lambat. Pengobatannya
juka sudah menggagu visus dapat dilakukan iridektomi optis.
f. Katarak stelata kekeruhannya terjadi disutura, dimana serat-serat di substansi
lensa bertemu yang merupakan huruf Y yang tegak didepan dan sumbu Y yang
terbalik dibelakang. Biasanya tidak banyak menggu visu, sehingga tidak
memerlukan pengobatan.
g. Katarak totalis dan katarak yuvenilis totalis katarak kongenita totalis,
disebabkan gangguan pertumbuhan atau akibat peradangan intrauterine. Katarak
yuvenilis totalis mengkin herediter atau timbul tanpa diketahui sebabnya. Katarak
totalis ini dapat dilihat pada mata sehat atau merupakan katarak komplikata
dengan disertai kelainan-kelainan pda jaringan lain, seperti koroid dan retina.
Lensanya tampak putih, rata, keabu-abuan seperti mutiara. Biasanya cair atau
lunak.2
B. Katarak Degenaratif
Berdasarkan beberapa parameter diantaranya primer dan komplika. Untuk semua
macam katarak, menurut konsistensinya ada tiga macam katarak:
a. Katarak cair (fluid) umur kurang dari 1 tahun
b. Katarak lunak (soft) umur 1- 35 tahun
c. Katarak keras (hard) umur lebih dari 35 tahun
a. Katarak Primer
Untuk katarak primer, menurut umur ada 3 golongan:
a. Katarak juvenilis untuk umur kurang dari 20 tahun
b. Katarak presenilis umur sampai 50 tahun
c. Katarak senilis umur lebih dari 50 tahun
Katarak primer dibagai menjadi 4 stadium:
a.
b.
c.
d.
Stadium insipen
Stadium imatur
Stadium matur
Stadium hipermatur ( katarak Morgagni)
1. Katarak Insipien
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi
visus masih dapat 5/5 5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak-bercak seperti jari-jari roda, terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis
relatif masih jernih. Gambaran inilah yang disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil
dilebarkan. Pada stadium yang lanjut, gambaran baji dapat dilihat pada pupil yang
normal.2
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada
katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior,
celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda
Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.4
gelap akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test
(+).1,2
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata
menjadi myopia. Keadaan tersebut dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya
lensa iris terdorong ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit,
sehingga dapat menimbulkan glaucoma sebagai penyulitnya.2
Pada katarak intumesen jika dilakukan pemeriksaan slitlamp, maka akan terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.4
Terdapat 2 bentuk secara morfologis:6
1. Katarak kuneiformis: Kekeruhan berbentuk baji / wedge tampak pada korteks perifer
dan progresif menuju nucleus. Penglihatan lebih buruk pada kegelapan saat pupil
berdilatasi.
2. Katarak kupuliformis: Kekeruhan berbentuk diskus atau piring terbang pada area
korteks kapsul posterior. Kekeruhan berada di sentral, penglihatan buruk pada daerah yang
terang ketika terjadi konstriksi pupil.
Insipi
en
Imatur
Matu
r
Hipermatu
r
Pada
Kekeru
han
Ring
an
Sebagia
n
Selur
uh
Masif
katarak
senilis
menurut
Cairan
lensa
Norm
al
Bertam
bah (air
masuk)
Nor
mal
Berkurang
(air
keluar)
Iris
Norm
al
Terdoro
ng
Nor
mal
Tremulans
Bilik
mata
depan
Norm
al
Dangka
l
Nor
mal
Dalam
Sudut
bilik
mata
Norm
al
Sempit
Nor
mal
Terbuka
Shadow
test
Pseudopos
itif
Penyulit
Glauko
ma
Uveitis +
Glaukoma
lokasi
dan
secara
khas
jauh tiba-tiba kabur, dengan koreksi sferis -5 sampai dengan -6 D. Semakin lama
semakin besar koreksi yang diperlukan. Miopisasi ini terjadi karena pada katarak
nuklearis nucleus mengeras secara progresif, sehingga mengkibatkan naiknya indeks
refraksi.
Pada beberapa kasus, justru miopisasi mengakibatkan penderita presbiopia mampu
membaca dekat tanpa harus menggunakan kacamata, kondisi ini disebut second
sight.Perubahan mendadak indeks refraksi antara nukleus sklerotik dan korteks lensa
dapat mengakibatkan diplopia monocular. Kekuningan lensa progresif yang dijumpai
pada katarak nuklearis mengakibatkan penderita sulit membedakan corak warna.5
3. Katarak kortikal
Biasanya terjadi bilateral namun dapat juga asimetris dan berpengaruh terhadap
fungsi visual tergantung lokasi kekeruhan terhadap aksis.Keluhan yang paling sering
dijumpai pada katarak kortikal yaitu silau jika melihat ke sumber cahaya.Pemeriksaan
slitlamp biomikroskop berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi
hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa
elongasi ke anterior. Gambaran seperti embun.
b. Katarak Komplikata
Terjadi sekunder atau sebagai penyulit dari penyakit lain:
Penyebab:
1. Penyakit mata ( menyebabkan katarak mononuclear)
a. Uveitis: kekeruhan dapat bermacam-macam, difus, total, terbatas pada
tempat sinekia posterior.
b. Glaucoma: kekeruhan sebagai bercak-bercak seperti poselen atau sebagai
susu tumpah dimeja subkapsuler anterior.
c. Myopia maligna: degenerasi badan kaca, mungkin merupakanproses
primer, yang menyebabkan nutrisi lensa terganggi. Sering terlihat bersamasama dengan dislokasi lensa.
d. Ablasi retina yang sudah lama
Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan
kerusakan sel.
Teori A Cross-link.
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein
sehingga mengganggu fungsi.
Perubahan lensa pada usia lanjut :4
1. Kapsul
-
Mulai presbiopia
3. Serat lensa:
-
Lebih irregular
Brown sclerotic nucleus, warna coklat protein lensa nukleus mengandung lebih banyak
histidin dan triptofan dibanding normal akibat pajanan sinar ultraviolet
Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang progresif atau berangsurangsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin hole. Pada katarak
imatur, seorang akan memiliki visus sekitar 5/60 sampai dengan 1/60. Jika sudah matur akan
menjadi 1/300.
2.
Penglihatan silau/Glare
Ketika pasien melihat sumber cahaya terang yang putih dan berwarna akan menurunkan
ketajaman penglihatan. Sehingga akan mengganggu saat mengendarai mobil di malam hari.
Katarak subkapsular posterior (cupuliform) terutama menyebabkan glare.
3.
Miopisasi
Perkembangan katarak ada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioprtri lensa, biasanya
menyebabkan derajat myopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia
pada kaca mata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua.
Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa rasa nyaman
ini berlangsung menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuclear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata akan menyebabkan anisometropia
yang tidak dapat dikoreksi lagi dan cendrung diatasi dengan ektraksi katarak.
4.
5.
Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul atau
bergelombang (metamorfopsia).
6.
Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling
sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glukoma. Hal ini
dapat dibedakan dengan tes Fincham dimana stenopic slit dilewatkan pada mata pasien
ketika ia melihat sumber cahaya. Halo akan tampak pada katarak (lentikular) seperti kipas
angin yang berputar atau terputus-putus menjadi beberapa segmen, sementara pada
glaucoma (corneal) halo tidak terputus.
7.
Diplopia / poliopia
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang keruh,
menimbulkan diplopia monokuler, yang dibedakan dengan diplopia binokuler dengan cover
test dan pin hole.
8.
2.7. Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai (contoh: diabetes melitus, hipertensi, cardiac anomalies). Penyakit seperti
diabetes militus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini
sehingga bisa dikontrol sebelum operasi (Ocampo, 2009).
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subkapsuler posterior dapat membaik
dengan dilatasi pupil.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, dan kornea
dalam keadaan normal. Iris, pupil, dan COA terlihat normal. Pada lensa pasien katarak,
didapatkan lensa keruh. Lalu, dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada penyakit katarak senilis. Ada juga pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti biomikroskopi,
stereoscopic
fundus
examination,
pemeriksaan
lapang
pandang
dan
pengukuran
TIO.Oftalmoskop direk :
-
2.8. Tatalaksana
Sebelumnya harus diketahui yang menjadi indikasi ekstraksi katarak:
1. Pada bayi: kurang dari 1 tahun bila fundus tidak terlihat dilakukan operasi.
2. Pada usia lanjut :
Gambar 6. Fakoemulsifikasi
4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Adalah modifikasi dari ekstraksi katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik
pilihan yang dipakai dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler.Teknik
ini lebih menjanjikan dengan insisi konvensional karena penyembuhan luka yang lebih
cepat, astigmatisme yang rendah, dan tajam penglihatan tanpa koreksi yang lebih baik.
c. Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak sempurna,
astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
d. Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.
3.
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien laki-laki 80 tahun, datang dengan keluhan penglihatan kedua mata buram sejak 6
bulan yang lalu. Mata sebelah kanan dikeluhkan pasien lebih buram dari mata kiri. Keluhan ini
dirasa perlahan-lahan semakin lama semakin memburuk. Pasien mengatakan penglihatan lebih
silau saat melihat cahaya terang atau sinar matahari. Hal ini mengganggu aktivitas pasien seharihari.
Pasien mengeluhkan buram saat melihat dekat dan jauh. Pasien harus memicingkan
matanya saat melihat tidak memperbaiki penglihatannya, hal tersebut menyingkirkan gejala
miopia. Penglihatan dekat juga buram walaupun sudah terkoreksi dengan kacamata, tidak ada
keluhan mata merah, nyeri pada daerah mata, melihat ganda, nyeri kepala disangkal pasien.
Nyeri kepala hilang timbul dan lapang pandang tidak menyempit disangkal, menyingkirkan
diagnosa glaukoma. Selain itu dari hasil pemeriksaan fisik, juga dapat menyingkirkan diagnosa
banding yang ada.
Pasien juga mengeluh pada kedua mata seperti melihat kabut dan lebih terasa berat di
mata sejak 6 bulan SMRS, hal ini memperkuat diagnosis katarak senilis, ditambah lagi usia
pasien yang lebih dari 50 tahun juga merupakan faktor penting untuk mendiagnosa katarak
senilis.
Pada pemeriksaan fisik, visus OD 1/300 dan visus OS 0,2. Lensa OD tampak putih
keabuan merata dan OS tampak putih keabuan sebagian. Pada OS, kekeruhan lensa belum
merata, sehingga masih dapat dilakukan pemeriksaan funduskopi. Pada shadow test OD
didapatkan hasil negatif dan untuk lensa OS hasil pemeriksaan shadow test positif. Pada
pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi pada konjungtiva serta rasa nyeri
pada mata (-).Pada pemeriksaan tekanan kedua bola mata masih dalam batas normal.
Dapat disimpulkan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang
sesuai adalah katarak senilis stadium matur OD dan katarak senilis stadium imatur OS.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan biometri
sebelum tindakan operasi untuk mengukur kekuatan lensa tanam serta integritas kornea.
Pemeriksaan laboratorium, dan EKG sebagai pemeriksaan pre-operatif.
Penatalaksanaan pada katarak matur adalah ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan
metode EKEK dan fakoemulsifikasi, dengan cara menganti lensa yang telah keruh dengan lensa
yang baru yaitu dengan cara membelah bagian anterior dari kapsul lensa dengan sayatan kecil,
kemudian dikeluarkan kapsul dan nukleus dan menyisakan kapsul posterior. Kemudian akan
dimasukkan intraocular lens. Masa penyembuhan akan lebih cepat dibanding operasi EKEK biasa
mengingat sayatan yang dibuat tidak besar. Sementara mata kiri dapat dikoreksi dengan kacamata.
Prognosis pada kedua mata pasien ini baik karena penglihatan dapat kembali lebih jelas setelah
melakukan operasi katarak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Whitcher JP. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury. Edisi 17. Jakarta: Widya
Medika; 2010. h.169-78.
2. Wijana N. Ilmu penyakit mata, Cetakan ke-6. Jakarta: Penerbit Abadi Tegal; 1993. h.
190-200.
3. Kementrian kesehatan RI. Katarak sebabkan 50% kebutaan. 9 Januari 2016 [ dikutip 21
Maret 2016]. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/article/view/16011100003/kataraksebabkan-50-kebutaan.html#sthash.ZWw9pyzl.dpuf
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4. Jakarta: Fakultas KedokteranUniversitas
Indonesia; 2013. h.204-16.
5. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku
Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007
6. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Edisi pertama. Yogyakarta: Bagian ilmu
penyakit mata FK UGM; 2007. h.87-100.
7. Dhawan S. Lens and cataract. 3 Maret 2005 [dikutip 21 Maret 2016]. Diunduh dari
http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html