Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PREPLANNING PENYULUHAN KESEHATAN

REHABILITATION EXERCISE PADA KLIEN DENGAN


FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI POLI
ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

TUGAS
Oleh:
Kelompok 9

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Fax. (0331) 323450

LAPORAN PREPLANNING PENYULUHAN KESEHATAN


REHABILITATION EXERCISE PADA KLIEN DENGAN
FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI POLI
ORTHOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

diajukan guna memenuhi tugas Program Profesi Ners (P2N)


Stase Keperawatan Bedah

Oleh:
Riski Dafianto, S.Kep

122311101052

Aprilita R., S.Kep

122311101053

Agustin Dian R., S.Kep

122311101063

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat: Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Fax. (0331) 323450

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi
Fraktur terjadi apabila tulang mengalami trauma yang melebihi daya lentur
tulang. Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umunya disebabkan
oleh ruda paksa. Terjadinya fraktur paling sering adalah terjadinya kecelakanaan
lalu lintas. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih
dari 5,6 juta orang meninggal karena insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik (Depkes RI, 2011). Salah satu insiden kecelakaan yang
memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni
sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Insiden fraktur di USA
diperkirakan menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya dan
sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur yang berbeda dan penyebab
yang berbeda, hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur
mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress
psikologis karena cemas bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan
dengan baik. Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di
indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi
yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang
dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia 970 orang mengalami fraktur pada tulangtulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan masyarakat yang mengalami
fraktu palling banyak yaitu fraktuk pada ekstremitas bawah. Sehingga kami kami
melakukan

penkes

mengenai

fraktur

pengembalian kekuatan otot-otot, sendi.

1.2 Perumusan Masalah

dan

rehabilitaton

exercise

ubtuk

Berdasarkan latar belakang diatas, pengetahuan pasien terhadap penanganan


fraktur yang benar kurang maka perumusan masalah dalam kegiatan yang
akan dilakukan adalah suatu rehability exercise untuk melatih otot-otot
ektremitas bagian bawah yang mengalami fraktur

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT


2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan
dan mengajarkan rehabilitation exercise untuk melatih otot-otot yang
mnegalami fraktur
2.1.2 Tujuan Khusus
a. Pasien mengetahui manfaat rehabillitation exercise;
b. pasien mampu mengikuti gerakan rehabillitation exercise;
c. pasien mampu mendemonstrasikan gerakan dalam latihan rehabillity
exercise;
d. pasen mampu melakukan rehabillitation exercise secara rutin.
1.2 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari kegiatan rehabillitation exercise antara
lain:
1. Menambah pengetahuan pada pasien mengenai fraktur
2. Menambah ketrampilan pasien tentang rehabillitation exercise untuk
melatih fungsi otot-otot nya kembali

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH


3.1 Dasar Pemikiran
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, disertai dengan luka
sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah,
danluka organ-organ tubuh dan dapat ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadinya jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang
dapat diabsorbsinya. Fraktur sering terjadi pada pasien kecelakaan lalu lintas
sehigga mengakibatkan pasien tidak dapat bergerak dan mengalami nyei hebat.
Setelah pasien dilakukan post operasi untuk penanganan frakturnya pasien
dianjarkan cara untuk mengurangi rasa nyeri dan mengajarkan rehabilitation
exercise. Terapi latian ini adalah suatu teknik fisioterapi untuk memulihkan dan
meningkatkan kondisi pada gangguan neurologis, musculosceletal, gangguan
koordinasi dan gangguan fungsional pada seorang pasien. Salah satu faktor
penting yang berpengaruh pada efektifitas program terapi latihan adalah edukasi
kepada pasien dan keluarganya serta keterlibatan pasien secara aktif dalam
rencana pengobatan yang telah disusun. Pemberian terapi ini dilakukanan baik
secara aktif maupun pasif, baik menggunakan alat maupun tanpa menggunakan
alat dapat memberikan efek naiknya adaptasi pemulihan kekuatan tendon,
ligament serta dapat menambah kekuatan otot, sehingga dapat mempertahankan
stabilitas sendi dan menambah luas gerak sendi. Sehingga ketercapaian tujuan
untuk latihan fungsional dapat tercapai dengan baik.
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah
Kerangka penyelesaian masalah pada pasien fraktur adalah dengan
pendidikan kesehatan dan latihan rehabilitation bertujuan untuk adaptasi
pemulihan kekuatan tendon, ligament serta dapat menambah kekuatan otot,
sehingga dapat mempertahankan stabilitas sendi dan menambah luas gerak sendi..
rehabilitation exercise ini mengerkana anggota tubuh pada bagian ekstremitas
bagian bawah.

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah

Pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk memberikan pengalaman


belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi pasien untuk menerapkan cara-cara
hidup sehat. Dalam realisasi penyelesaian masalah mengenai frakturyang dapat
dilakukan

adalah

melakukan

pendidikan

kesehatan

tentang

frakturdan

rehabilitation exercise untuk upaya pengembalian kekuatan otot-otot seperti


semula.
4.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini yaitu pasien dan
keluarga pasien yang dapat mempraktikan rehabilitation exercise.
4.3 Metode yang Digunakan
1. Jenis model pembelajaran :
2. Landasan teori :
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut
: Sasaran
: Pemateri

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudart (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.( Alih Bahasa
Rini, MA). Jakarta EGC.
Buckley, R. 2004. General Principle of Fracture Care. Canada: Department of
Surgery Division of Orthopaedi, University of Calgary
Buckwalter, J. A.,et al . 2000. Orthopaedic Basic Science Biology and
Biomechanics of The Musculoskeletal System, Second Edition. United
States of America: American Academy of Orthopaedic Surgeons
Cooper, G. 2015. What is the purpose of codman pendulum exercise.
http://www.livestrong.com/article/471961-what-is-the-purpose-of-codmanpendulum-exercises/ [11 Oktober 2016]
Corwin, E J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kaiser. 1996. Cracking Bone Repair. Washington: United States of America
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: FKUI.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit
edisi 6. Jakarta: EGC.
Rasjad, C., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC
Tortora G.J. & Derrickson B. 2008. Principles of Anatomy and Physiology 12th
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons

Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Berita acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Satuan Operasional Prosedur (SOP) jika ada
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media Leaflet

Lampiran 1: Berita Acara


KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2016/2017
BERITA ACARA
Pada hari ini, tanggal 12 Bulan Oktober tahun 2016 jam .. s/d . WIB
bertempat di Poli Orthopedi dan Traumatologi RSD dr. Soebandi Jember telah
dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan Rehabilitation Exercise oleh
Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh
.. orang (daftar hadir terlampir)

Jember, . 2016

Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Bedah
PSIK Universitas Jember

Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB


NIP 19810319 201404 1 001

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2015/2016
DAFTAR HADIR
Kegiatan Pendidikan Kesehatan Rehabilitation Exercise oleh Mahasiswa Program
Profesi Ners Universitas Jember. Pada hari ini, tanggal 12 Bulan Oktober tahun
2016 jam .. s/d . WIB bertempat di Poli Orthopedi dan Traumatologi RSD dr.
Soebandi Jember
NO

NAMA

ALAMAT

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

TANDA
TANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jember, 2016

Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Bedah
PSIK Universitas Jember

Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB


NIP 19810319 201404 1 001

Lampiran 3: SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik/materi : Rehabilitation Exercise
Sasaran

: Klien dan keluarga

Waktu

: .....-.....WIB

Hari/ Tanggal : Kamis, 12 Oktober 2016


Tempat

: Poli Orthopedi dan Traumaologi RSD dr. Soebandi Jember.

1. Standar Kompetensi
Setelah diajarkan tindakanmasase kaki, sasaran akan dapat mengerti dan
memahami tentang masase kaki.
2. Kompetensi Dasar
Setelah diajarkan masase kaki selama 45 menit sasaran akan mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian masase kaki.
b. Menjelaskan tentang manfaat masase kaki.
c. Menjelaskan tentang mekanisme masase kaki.
3. Pokok Bahasan
Rehabilitation Exercise
4. Subpokok Bahasan
a. Tinjauan teori fraktur ekstremitas bawah;
b. Penatalaksanaan keperawatan fraktur;
c. Jenis-jenis rehabiliation exercise.
5. Waktu
1x45 menit
6. Bahan/ Alat yang digunakan
a. Leaflet
b. LCD
7. Model Pembelajaran

a. Jenis Model Pembelajaran

: Ceramah dan Demonstrasi

b. Landasan Teori

: Diskusi

c. Landasan Pokok

a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik


b. Menagajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut
8. Persiapan
Mahasiswa menyiapkan materi rehabilitation exercise, menyiapkan pasien,
menyiapkan ruangan, serta menyiapkan alat atau bahan yang diperlukan
untuk rehabilitation exercise.
9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Proses
Pembukaan

Kegiatan Penyuluh
1.Salam pembuka

Tindakan
Kegiatan Peserta
Kegiatan peserta

Waktu
5 menit

2.Memperkenalkan diri
3.Menjelaskan tujuan umum
dan tujuan khusus
Pelaksanaan

4.Pre test
1. Menjelaskan

materi

tentang :

menanggapi dengan

a. Tinjauan

teori pertanyaan

fraktur ekstremitas
bawah;
b. Penatalaksanaan
keperawatan
fraktur;\
c. Jenis-jenis
rehabiliation
exercise.
2. Memberikan kesempatan
pada

Memperhatikan,

peseta

untuk

bertanya
3. Menjawab pertanyaan

30 menit

4. Memberikan kesempatan
kepada

peseta

untuk

menjelaskan kembali dan


mempraktikan

materi

yang sudah disampaikan


5. Post test
Diskusi / Evaluasi 1. Menyimpulkan

materi

yang telah diberikan


2. Mengevaluasi

Memperhatikan dan

10

menanggapi

menit

hasil

pendidikan kesehatan
3. Memberikan

Leaflet

tentang masase kaki


4. Salam penutup

10. Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat
a. Tinjauan teori fraktur ekstremitas bawah;
b. Penatalaksanaan keperawatan fraktur;
c. Jenis-jenis rehabiliation exercise.

Lampiran 4: SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
LATIHAN KEKUATAN OTOT

No
1

2
3

Kegiatan
Definisi : Latihan Kekuatan Otot adalah latihan isometrik pengesetan
gluteal dan pengesetan kuadrisep yang dilakukan sebelum tindakan operasi
dengan tujuan untuk memelihara kekuatan otot yang diperlukan untuk
berjalan (Smeltzer & Bare, 2002)
Tujuan : mempertahankan massa otot dan memperkuat serta mencegah
atropi otot (Smeltzer & Bare, 2002)
Langkah Kerja :
a. Fase Orientasi
- Sapa klien dan ucapkan salam
- Perkenalkan diri pada pasien
- Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan kontrak waktu
b. Fase Kerja :
- Yakinkan pasien siap untuk melakukan latihan
- Cuci tangan sebelum tindakan dan pasang sarung tangan
- Jaga Privasi pasien
- Observasi Tanda tanda vital sebelum latihan
- Atur posisi pasien untuk latihan, kemudian ajarkan atau bimbingan
dalam melakukan latihan kekuatan otot selama 3 x dalam 1 hari selama
5- 10 menit untuk satu kali latihan diantaranya :
1) Latihan pengesetan Gluteal (Gluteal set) caranya :
a) Posisikan pasien telentang dengan tungkai lurus bila mungkin
b) Instruksikan pasien untuk mengkontrasikan otot bokong dan
perut
c) Minta pasien untuk menahan kontraksi selama 5 10 detik
d) Biarkan pasien rileks
e) Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga.
2) Latihan pengesetan Kuadriseps caranya :
a) Posisi pasien dengan kondisi telentang dengan tungkai lurus.
b) Instruksikan pasien untuk menekan lutut ke tempat tidur, dengan
mengkontraksikan bagian otot anterior paha.
c) Suruh pasien mempertahankan posisi ini selama 5 10 detik
d) Biarkan pasien rileks
e) Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga.
3) Latihan Ankle Pump caranya :
a) Posisi pasien dengan kondisi telentang dengan tungkai lurus.

b) Instruksikan pasien untuk melakukan fleksi dan ekstensi


pergelangan kaki dan kontraksi otot otot betis (latihan
pemompaan betis)
c) Suruh pasien mempertahankan posisi ini selama 5 10 detik
d) Biarkan pasien rileks e) Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu
jam ketika pasien terjaga.
4) Lakukan Latihan Rentang Gerak Sendi untuk Ekstremitas yang
sehat.
a) Gerakan Kepala dan Leher : fleksi, lateral fleksi,
ekstensi,hiperekstensi, rotasi
b) Gerakan Bahu, sendi siku dan pergelangan tangan Bahu; fleksi,
hiperekstensi, abduksi, adduksi, sirkumduksi, internal rotasi,
elevasi. Siku; fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi. Pergelangan
tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi. Tangan
dan jari tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi.
c) Gerakan tungkai bawah (sendi pinggul, lutut dan kaki) Sendi
pinggul (hip) ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
sirkumduksi, internal dan eksternal rotasi. Sendi lutut (knee) dan
sendi kaki (ankle); fleksi, ekstensi, hiperekstensi. Jari kaki;
fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi.
c. Fase Terminasi
- Lakukan pengecekan tanda - tanda vital kembali setelah latihan
- Evaluasi respon klien setelah latihan
- Lakukan cuci tangan setelah tindakan
- Dokumentasikan tindakan yang dilakukan

Lampiran 5 : Materi
A. Fraktur Ekstremitas Bawah
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, danluka organ-organ tubuh dan dapat
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika tulang dikenai stress
yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya. Fraktur
terjadi apabila tulang mengalami trauma yang melebihi daya lentur tulang.
Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umunya
disebabkan oleh ruda paksa.
2. Penyebab Fraktur
Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Cedera Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,
penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran atau
penarikan. Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal
berikut, yakni:
1) Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnyarteri
2) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi karena proses penyakit akibat
berbagai keadaan berikut, yakni:
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan
jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.

2) Infeksi, misalnya osteomielitis yang dapat terjadi sebagai akibat


infeksi akut atau dapattimbul sebagai salah satu proses yang
progresif.
3) Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet,
biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang
dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara Spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau
tekanan pada tulang yang terus menerus misalnya penyakit polio dan
orang yang bertugas di bidang kemiliteran.
3. Jenis Fraktur Ekstremitas Bawah
Menurut Lewis, et.al (2000) jebis fraktur pada bagian ekstremitas
bawah antara lain:
a. Fraktur collum Femur
Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan
lebihsering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat
kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause.
b. Fraktur subtrochater femur
Fraktur subtrochanter femur merupakan fraktur dimana garis
patahnyaberada 5 cm distal dari trochanter minor.
c. Fraktur batang femur
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat
kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.Patah tulang yang
terjadi pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak dan dapat mengakibatkan penderita jatuh dalam kondisi syok.
d. Fraktur patella
Diskontinuitas patella karena trauma
e. Fraktur proximal tibia
Fraktur yang terjadi pada tulang patela akibat trauma langsung dari
arah samping lutut dengan kaki masih terfiksasi ke tanah.
f. Fraktur tulang tibia dan fibula (Chruris)
Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan
fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus),
diafisis, atau persendian pergelangan kaki

4. Tanda dan Gejala Fraktur


Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur, yakni:
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
daritempatnyarteri Perubahan keseimbangan dan kontur terjadi,
seperti:
1) rotasi pemendekan tulang;
2) penekanan tulang.
b. Bengkak (edema)
Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah
c.
d.
e.
f.

g.
h.
i.
j.

dalamjaringan yang berdekatan dengan fraktur.


Ekimosis dari perdarahan subculaneous
Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)
Tenderness
Nyeri
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang
daritempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
Kehilangan sensasi
Pergerakan abnormal
Syok hipovolemik
Krepitasi (Black, 1993).

5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartemen sindrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut.Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena
tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
3) Fat Embolism Syndrom (FES)
Komplikasi serius yang seringterjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sellemak yang dihasilkan bone

marrow kuning masuk ke aliran darahdan menyebabkan tingkat


oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachikardi, hypertensi, tachipnea, dan demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma

pada

jaringan.Padatrauma orthopaedic, infeksi dimulai pada kulit


(superficial) dan masukke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi biasjuga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusakatau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkmans Ischemiarteri.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
b. Komplikasi kronis
1) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung.
2) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 69bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebihpada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis.
3)

Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya

tingkat

(deformitas).Malunion
reimobilisasi yang baik.
6. Proses Penyembuhan Fraktur

kekuatan
dilakukan

dan
dengan

perubahan

bentuk

pembedahan

dan

Menurut Buckley (2004) & Buckwater (2000) proses penyembuhan


fraktur secara garis besar dibedakan atas 5 fase, yakni fase hematom
(inflamasi), fase proliferasi, fase kalus, konsolidasi dan remodelling.
1) Fase inflamasi atau hematom
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah terjadi
hipoksia dan inflamasi yang menginduksi ekpresi gen dan
mempromosikan pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur
untuk memulai penyembuhan. Produksi atau pelepasan dari faktor
pertumbuhan spesifik, Sitokin, dapat membuat kondisi mikro yang
sesuai untuk : (1) Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast dan
osifikasi intra membran pada tempat fraktur, (2) Menstimulasi
pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur, dan (3)
Menstimulasi kondrosit untuk berdiferensiasi pada kalus lunak dengan
osifikasi endokondral yang mengiringinya (Kaiser 1996). Waktu
terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 3 minggu.
2) Fase Proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan
untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast
dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrous
dan tulang rawan (osteoid). Fase ini dimulai pada minggu ke 2 3
setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke-4 sampai 8.
3) Fase Pembentukan Kalus
Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasi mulai
terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai
tumbuh atau umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan.
Sebenarnya tulang rawan ini masih dibagi lagi menjadi tulang
lamellar dan wovenbone. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan
lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah

terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan


fibrous, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan
volume dibutuhkan untuk menghubungkan efek secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu
waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung
dalam tulang rawan atau jaringan fibrous. Secara klinis fragmen
tulang tidak bisa lagi digerakkan.
4) Fase Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus,
tulang yang immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar
bone). Keadaan tulang ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast
dapat menembus jaringan debris pada daerah fraktur dan diikuti
osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen dengan tulang
yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan
sebelum tulang cukup kuat untuk menerima beban yang normal.
5) Fase Remodelling
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat
dengan bentuk yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukan
dan penyerapan tulang yang terus menerus lamella yang tebal akan
terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga medulla akan
terbentuk kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran semula.
Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semulanya, terutama
pada anak-anak. Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis
dan radiologi.
7. Penatalaksanaan Fraktur Ekstremitas Bawah
a. Penatalaksanaan Medis
1) Reduksi fraktur (seting tulang)
Berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi atau reduksi terbuka dapat
dilakukan untuk mereduksi fraktur. Biasanya dokter melakukan reduksi
fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan.

a) Reduksi tertutup
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen ke posisinya dengan manipulasi dan traksi
manual.
b) Reduksi terbuka
Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam membentuk pen, kawat, sekrup, plat, paku atau
batang logam.
2. Traksi
Alat yang digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya fraksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
3. Imobilisasi fraktur
Merupakan reduksi fraktur, fragmen tulang harus diimobilisasikan
atau dipatahkan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi atau
eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,
fraksi, pen, teknik gips atau fiksator eksterna. Fiksasi interna dengan
implan

logam

yang

berperan

sebagai

bidai

interna

untuk

mengimobilisasi fraktur.
4. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Dilakukan dengan berbagai pendekatan perubahan posisi, strategi,
peredaran nyeri, pemberian analgetik, latihan atau aktivitas sehari-hari
yang diusahakan untuk memperbaiki fungsi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Latihan Rehabilitatif
a) Ankle Pump Exercise
Latihan Ankle Pumping merupakan suatu latihan isometrik
untuk otot betis dan pergelangan kaki. Ankle pumping dilakukan
dengan

mengelevasikan

kaki

dan

mendorong

sendi

pada

pergelangan kaki fleksiekstensi secara berulangulang atau


menggambarkan huruf AZ dengan menggunakan pergelangan

kaki diulang 34 menit selama 35 kali perhari (Scott, 2011). Ankle


pumping exercise dilakukan dengan menggerakkan pergelangan
kaki secara maksimal ke atas dan ke bawah dan mengelevasikan
kaki apabila ada pembengkakan distal untuk melancarkan aliran
darah balik. Gerakan mendorong kaki ke atas atau ekstensi akan
mengkontraksikan otot tibial dan mendorong kaki ke bawah atau
fleksi akan mengkontraksikan otot betis yang mana akan
berpengaruh terhadap massa otot plantar flexor itu sendiri (Pollak,
2013).

Gambar 1. Ankle Pump Exercise


b) Latihan Kekuatan Otot (LKO)
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot
menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik
secara dinamis maupun statis. (Kisner et al, 1996). Otot skeletal
manusia dewasa secara keseluruhan dapat menghasilkan kekuatan
otot kurang lebih 22.000 Kg (Ganong, 2000). Latihan Kekuatan
Otot adalah latihan penguatan/pengencangan otot gluteal dan
kuadrisep yang dilakukan sebelum tindakan operasi dengan tujuan
untuk memelihara kekuatan otot yang diperlukan untuk berjalan
(Smeltzer & Bare, 2009). Jenis latihan kekuatan oto yang dapat
dilakukan diantarana adalah latihan pengesetan gluteal dan latihan
pengesetan quadrisep.
Latihan pengesetan Gluteal (Gluteal set) caranya : a.
Posisikan pasien telentang dengan tungkai lurus bila mungkin, b.
Instruksikan pasien untuk mengkontrasikan otot bokong dan perut,

c. Minta pasien untuk menahan kontraksi selama 5 10 detik, d.


Biarkan pasien rileks. e. Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam
ketika pasien terjaga
Latihan pengesetan Quadriseps caranya : a. Posisi pasien
dengan kondisi telentang dengan tungkai lurus. b. Instruksikan
pasien

untuk

menekan

lutut

ke

tempat

tidur,

dengan

mengkontraksikan bagian otot anterior paha. c. Suruh pasien


mempertahankan posisi ini selama 5 10 detik. d. Biarkan pasien
rileks. e. Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien
terjaga.

Gambar 2. Latihan Kekuatan Otot Gluteal dan Kuadrisep


c) Range of Motion (ROM)
1) Static contraction otot knee
Posisi pasien tidur terlentang di bed sedangkan terapis
berada disamping kanan pasien, terapis meletakkan tangannya di
bawah betis, kemudian pasien diminta menekan tangan terapis
ke bed. Gerakan dilakukan sampai 6 kali hitungan diselingi
dengan menarik nafas dalam untuk rileksasi dan gerakan
dilakukan 8-10 kali pengulangan

Gambar 3. Statik kontraksi pada knee


2) Relaxed passive exercise
Tangan kiri memfiksasi atas ankle pasien dan tangan
kanan memegang tumit. Lalu melakukan gerakan ke arah dorsalplantar fleksi secara bergantian dengan bantuan terapis.

Gambar 4. Relaxed passive exercise ke arah dorsi-plantar fleksi


3) Relaxed passive exercise
Tangan kiri memfiksasi atas ankle pasien dan tangan
kanan memegang tumit. Lalu melakukan gerakan ke arah dorsalplantar fleksi secara bergantian dengan bantuan terapis.

Gambar 5.Relaxed passive exercise ke arah dorsi-plantar fleksi


4) . Assissted active exercise
Assisted Active Movement sendi lutut untuk gerakan
fleksi-ekstensi. Posisi pasien tidur terlentang, terapis berdiri
disamping bed, tangan kanan terapis memfiksasi pada sendi
lutut kiri pasien, sedangkan tangan kiri terapis berada ditumit
kiri pasien, kemudian pasien diminta untuk memfleksikan lutut
kemudian

diluruskan

kembali

dan

terapis

menggerakkan. Dilakukan pengulangan 8 kali.

membantu

Gambar 6. Gerakan assisted active untuk sendi lutut fleksiekstensi


5) Free active exercise
Posisi pasien duduk ditepi bed atau duduk ongkangongkang, terapis berdiri disebelah pasien, kemudian pasien
diminta untuk menekuk lutut (fleksi) dan meluruskan lutut
(ekstensi) dilakukan 8 kali.

Gambar 7. Free Active Movement pada sendi lutut

6) Hold relax
Posisi pasien duduk long sitting atau tidur terlentang tangan
kiri terapis memfiksasi atas ankle lalu tangan kanan terapis
berada dibawah tumit kaki pasien dengan lengan bawah berada
di telapak kaki pasien sebagai tahanan. Setelah siap pasien
melakukan gerakan ke arah dorsi fleksi hingga batas nyeri,
setelah itu pasien diminta untuk melawan tahanan ke arah
plantar fleksi lalu terapis memberi aba-aba pertahankan disini.

Setelah itu rileks dan terapis berusaha menambah gerakan ke


arah dorsi fleksi.

Gambar 8. Gerakan Hold Relax


7) Ressisted active exercise
Posisi pasien duduk ditepi bed atau duduk ongkangongkang, terapis duduk di stool disebelah kaki yang sakit pasien,
kemudian pasien diminta meluruskan lurus (ekstensi knee) dan
menekuk lutut (fleksi knee). Pada saat pasien melakukan
gerakan terapis, memberi tahanan, tangan terapis memfiksasi
bagian atas lutut, tangan kiri terapis memegang ankle atau
pergelangan kaki yang sakit. Dilakukan 8 kali atau toleransi
pasien.

Gambar 9. Resisted active exercise pada sendi lutut


d) Weight Bearing Ambulation

Ambulasi biasanya dimulai dari parallel bars dan untuk latihan


berjalan menggunakan bantuan alat. Ketika pasien mulai jalan
perawat harus tahu weight bearing yang diizinkan pada disfungsi
ekstremitas bawah. Ada tiga jenis weight bearing ambulation,
antara lain:
1) Non Weight Bearing (NWB), yaitu tidak menggunakan alat
bantu jalan sama sekali, berjalan dengan tungkai tidak diberi
beban (menggantung) dilakukan selama 3 minggu setelah
paska operasi.

Gambar 10. Non Weight Bearing


2) Partial Weight Bearing (PWB), yaitu penggunaan alat bantu
jalan pada sebagian aktifitas, berjalan dengan tungkai diberi
beban hanya dari beban tungkai itu sendiri, dilakukan bila
kallus mulai terbentuk (3-6 minggu) setelah operasi.

Gambar 11. Partial Weight Bearing

3) Full Weight Bearing (FWB), semua aktifitas sehari-hari


memerlukan bantuan alat, berjalan dengan beban penuh dari
tubuh, dilakukan setelah 3 bulan pasca operasi dimana tulang
telah terjadi konsolidasi.

Gambar 12. Full Weight Bearing

Anda mungkin juga menyukai