Laporan Preplanning Penyuluhan Kesehatan Rehabilitation Exercise Pada Klien Dengan
Laporan Preplanning Penyuluhan Kesehatan Rehabilitation Exercise Pada Klien Dengan
TUGAS
Oleh:
Kelompok 9
Oleh:
Riski Dafianto, S.Kep
122311101052
122311101053
122311101063
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi
Fraktur terjadi apabila tulang mengalami trauma yang melebihi daya lentur
tulang. Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umunya disebabkan
oleh ruda paksa. Terjadinya fraktur paling sering adalah terjadinya kecelakanaan
lalu lintas. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih
dari 5,6 juta orang meninggal karena insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik (Depkes RI, 2011). Salah satu insiden kecelakaan yang
memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah yakni
sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Insiden fraktur di USA
diperkirakan menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya dan
sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur yang berbeda dan penyebab
yang berbeda, hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur
mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress
psikologis karena cemas bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan
dengan baik. Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di
indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi
yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang
dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia 970 orang mengalami fraktur pada tulangtulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan masyarakat yang mengalami
fraktu palling banyak yaitu fraktuk pada ekstremitas bawah. Sehingga kami kami
melakukan
penkes
mengenai
fraktur
dan
rehabilitaton
exercise
ubtuk
adalah
melakukan
pendidikan
kesehatan
tentang
frakturdan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudart (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.( Alih Bahasa
Rini, MA). Jakarta EGC.
Buckley, R. 2004. General Principle of Fracture Care. Canada: Department of
Surgery Division of Orthopaedi, University of Calgary
Buckwalter, J. A.,et al . 2000. Orthopaedic Basic Science Biology and
Biomechanics of The Musculoskeletal System, Second Edition. United
States of America: American Academy of Orthopaedic Surgeons
Cooper, G. 2015. What is the purpose of codman pendulum exercise.
http://www.livestrong.com/article/471961-what-is-the-purpose-of-codmanpendulum-exercises/ [11 Oktober 2016]
Corwin, E J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kaiser. 1996. Cracking Bone Repair. Washington: United States of America
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: FKUI.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit
edisi 6. Jakarta: EGC.
Rasjad, C., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC
Tortora G.J. & Derrickson B. 2008. Principles of Anatomy and Physiology 12th
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Berita acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Satuan Operasional Prosedur (SOP) jika ada
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media Leaflet
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2016/2017
BERITA ACARA
Pada hari ini, tanggal 12 Bulan Oktober tahun 2016 jam .. s/d . WIB
bertempat di Poli Orthopedi dan Traumatologi RSD dr. Soebandi Jember telah
dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan Rehabilitation Exercise oleh
Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh
.. orang (daftar hadir terlampir)
Jember, . 2016
Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Bedah
PSIK Universitas Jember
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2015/2016
DAFTAR HADIR
Kegiatan Pendidikan Kesehatan Rehabilitation Exercise oleh Mahasiswa Program
Profesi Ners Universitas Jember. Pada hari ini, tanggal 12 Bulan Oktober tahun
2016 jam .. s/d . WIB bertempat di Poli Orthopedi dan Traumatologi RSD dr.
Soebandi Jember
NO
NAMA
ALAMAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
TANDA
TANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jember, 2016
Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Bedah
PSIK Universitas Jember
Lampiran 3: SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik/materi : Rehabilitation Exercise
Sasaran
Waktu
: .....-.....WIB
1. Standar Kompetensi
Setelah diajarkan tindakanmasase kaki, sasaran akan dapat mengerti dan
memahami tentang masase kaki.
2. Kompetensi Dasar
Setelah diajarkan masase kaki selama 45 menit sasaran akan mampu :
a. Menjelaskan tentang pengertian masase kaki.
b. Menjelaskan tentang manfaat masase kaki.
c. Menjelaskan tentang mekanisme masase kaki.
3. Pokok Bahasan
Rehabilitation Exercise
4. Subpokok Bahasan
a. Tinjauan teori fraktur ekstremitas bawah;
b. Penatalaksanaan keperawatan fraktur;
c. Jenis-jenis rehabiliation exercise.
5. Waktu
1x45 menit
6. Bahan/ Alat yang digunakan
a. Leaflet
b. LCD
7. Model Pembelajaran
b. Landasan Teori
: Diskusi
c. Landasan Pokok
Kegiatan Penyuluh
1.Salam pembuka
Tindakan
Kegiatan Peserta
Kegiatan peserta
Waktu
5 menit
2.Memperkenalkan diri
3.Menjelaskan tujuan umum
dan tujuan khusus
Pelaksanaan
4.Pre test
1. Menjelaskan
materi
tentang :
menanggapi dengan
a. Tinjauan
teori pertanyaan
fraktur ekstremitas
bawah;
b. Penatalaksanaan
keperawatan
fraktur;\
c. Jenis-jenis
rehabiliation
exercise.
2. Memberikan kesempatan
pada
Memperhatikan,
peseta
untuk
bertanya
3. Menjawab pertanyaan
30 menit
4. Memberikan kesempatan
kepada
peseta
untuk
materi
materi
Memperhatikan dan
10
menanggapi
menit
hasil
pendidikan kesehatan
3. Memberikan
Leaflet
10. Evaluasi
Jawablah pertanyaan ini dengan tepat
a. Tinjauan teori fraktur ekstremitas bawah;
b. Penatalaksanaan keperawatan fraktur;
c. Jenis-jenis rehabiliation exercise.
Lampiran 4: SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
LATIHAN KEKUATAN OTOT
No
1
2
3
Kegiatan
Definisi : Latihan Kekuatan Otot adalah latihan isometrik pengesetan
gluteal dan pengesetan kuadrisep yang dilakukan sebelum tindakan operasi
dengan tujuan untuk memelihara kekuatan otot yang diperlukan untuk
berjalan (Smeltzer & Bare, 2002)
Tujuan : mempertahankan massa otot dan memperkuat serta mencegah
atropi otot (Smeltzer & Bare, 2002)
Langkah Kerja :
a. Fase Orientasi
- Sapa klien dan ucapkan salam
- Perkenalkan diri pada pasien
- Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan kontrak waktu
b. Fase Kerja :
- Yakinkan pasien siap untuk melakukan latihan
- Cuci tangan sebelum tindakan dan pasang sarung tangan
- Jaga Privasi pasien
- Observasi Tanda tanda vital sebelum latihan
- Atur posisi pasien untuk latihan, kemudian ajarkan atau bimbingan
dalam melakukan latihan kekuatan otot selama 3 x dalam 1 hari selama
5- 10 menit untuk satu kali latihan diantaranya :
1) Latihan pengesetan Gluteal (Gluteal set) caranya :
a) Posisikan pasien telentang dengan tungkai lurus bila mungkin
b) Instruksikan pasien untuk mengkontrasikan otot bokong dan
perut
c) Minta pasien untuk menahan kontraksi selama 5 10 detik
d) Biarkan pasien rileks
e) Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga.
2) Latihan pengesetan Kuadriseps caranya :
a) Posisi pasien dengan kondisi telentang dengan tungkai lurus.
b) Instruksikan pasien untuk menekan lutut ke tempat tidur, dengan
mengkontraksikan bagian otot anterior paha.
c) Suruh pasien mempertahankan posisi ini selama 5 10 detik
d) Biarkan pasien rileks
e) Ulangi latihan ini, 10 kali dalam satu jam ketika pasien terjaga.
3) Latihan Ankle Pump caranya :
a) Posisi pasien dengan kondisi telentang dengan tungkai lurus.
Lampiran 5 : Materi
A. Fraktur Ekstremitas Bawah
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, danluka organ-organ tubuh dan dapat
ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika tulang dikenai stress
yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya. Fraktur
terjadi apabila tulang mengalami trauma yang melebihi daya lentur tulang.
Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umunya
disebabkan oleh ruda paksa.
2. Penyebab Fraktur
Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Cedera Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,
penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran atau
penarikan. Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal
berikut, yakni:
1) Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnyarteri
2) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi karena proses penyakit akibat
berbagai keadaan berikut, yakni:
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan
jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
g.
h.
i.
j.
5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
1) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartemen sindrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut.Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena
tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
3) Fat Embolism Syndrom (FES)
Komplikasi serius yang seringterjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sellemak yang dihasilkan bone
pada
Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya
tingkat
(deformitas).Malunion
reimobilisasi yang baik.
6. Proses Penyembuhan Fraktur
kekuatan
dilakukan
dan
dengan
perubahan
bentuk
pembedahan
dan
a) Reduksi tertutup
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen ke posisinya dengan manipulasi dan traksi
manual.
b) Reduksi terbuka
Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam membentuk pen, kawat, sekrup, plat, paku atau
batang logam.
2. Traksi
Alat yang digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya fraksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
3. Imobilisasi fraktur
Merupakan reduksi fraktur, fragmen tulang harus diimobilisasikan
atau dipatahkan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi atau
eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,
fraksi, pen, teknik gips atau fiksator eksterna. Fiksasi interna dengan
implan
logam
yang
berperan
sebagai
bidai
interna
untuk
mengimobilisasi fraktur.
4. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Dilakukan dengan berbagai pendekatan perubahan posisi, strategi,
peredaran nyeri, pemberian analgetik, latihan atau aktivitas sehari-hari
yang diusahakan untuk memperbaiki fungsi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Latihan Rehabilitatif
a) Ankle Pump Exercise
Latihan Ankle Pumping merupakan suatu latihan isometrik
untuk otot betis dan pergelangan kaki. Ankle pumping dilakukan
dengan
mengelevasikan
kaki
dan
mendorong
sendi
pada
untuk
menekan
lutut
ke
tempat
tidur,
dengan
diluruskan
kembali
dan
terapis
membantu
6) Hold relax
Posisi pasien duduk long sitting atau tidur terlentang tangan
kiri terapis memfiksasi atas ankle lalu tangan kanan terapis
berada dibawah tumit kaki pasien dengan lengan bawah berada
di telapak kaki pasien sebagai tahanan. Setelah siap pasien
melakukan gerakan ke arah dorsi fleksi hingga batas nyeri,
setelah itu pasien diminta untuk melawan tahanan ke arah
plantar fleksi lalu terapis memberi aba-aba pertahankan disini.