Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAK

Tujuan
Mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal.
Metode
Penelitian retrospektif selama 5 tahun (2005-2009) dengan desain studi kasus kontrol
di RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang, dengan sampel 200 orang, yang terdiri atas
50 kasus kematian maternal dan control 150 kasus persalinan fisiologis.
Hasil
Selama 5 tahun terdapat 109 kasus kematian maternal. Dari 50 sampel kasus
kematian maternal, penyebab kematian tertinggi adalah preeclampsia/eklampsia
(50%) diikuti dengan perdarahan (28%). Factor risiko terbagi atas factor jauh, factor
antara dan factor hasil, berdasarkan skema yagn dikemukakan McCarthy dan Maine.
Dilakukan analisis bivariate pada semua factor, didapatkan hasil yang bermakna pada
pendidikan ibu dan pekerjaan suami (factor jauh), tempat tinggal, status rujukan,
jumlah kunjungan ANC, penolong pertama, tempat bersalin dan riwayat penyakit ibu
(factor antara), serta jenis persalinan dan komplikasi (factor hasil). Kemudian
dilakukan analisis multivaria untuk mencari factor yang paling mempengaruhi
kematian maternal, didapatkan bahwa pendidikan dan tempat tinggal merupakan
factor yang mempengaruhi terjadinya kematian maternal (OR masing-masing 5,74
dan 4,65 dengan p=0.001).
Kesimpulan
Faktor risiko yang paling berperan terhadap terjadinya kematian maternal adalah
faktor pendidikan ibu dan faktor tempat tinggal.

PENDAHULUAN
Kematian ibu merupakan salah satu indikator untuk menilai kualitas pelayanan
kesehatan di suatu negara.
WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai kematian ibu selama kehamilan atau
dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, terlepas dari usia kehamilan, akibat
semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera.
Kematian ibu di Indonesia belum diketahui penyebabnya secarfa pasti, karena
karena system unruk mwngumpulkan dan melaporkan di skala nasional belum
berjalan dengan sangat baik. Berdasarkan survey demokgrafi dan kesehatan 207
kematian ibu di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target MDGs
tahun 2015 menurunkan angka kematian ibu yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup.

METODE
Desain penelitian ini merupakan case kontrol observasional yang dilakukan di
RSU Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1
Januari 2010 hingga 31 Desember 2011. Data yang digunakan adalah data sekunder
dikumpulkan dari rekam medis, catatan kematian dan laporan kematian ibu pada
pasien rawat inap dalam Departemen Obstetri dan Ginekologi RSU Dr. Mohammad
Hoesin Palembang sejak tanggal 1 Januari 2005 hingga 31 Desember 2009. Sampel
200 orang, yang terdiri atas 50 kasus kematian maternal dan kontrol 150 kasus
persalinan fisiologis.
Faktor risiko yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan skema McCarthy
dan Maine.
a. Faktor Jauh (Pendidikan ibu, pekerjaan suami)
b. Faktor Antara (Tempat tinggal, status rujukan, jumlah kunjungan ANC,
penolong pertama, tempat bersalin dan riwayat penyakit ibu)
c. Faktor Hasil (Jenis persalinan, komplikasi)
Dilakukan analisis multivariat untuk mencari faktor yang paling mempengaruhi
kematian maternal.

HASIL

Berdasarkan table 1 Selama 5 tahun terdapat 109 kasus kematian maternal. Dari 50
sampel

kasus

kematian

maternal,

penyebab

kematian

tertinggi

adalah

Preeklampsia/eklampsia (50%), lalu perdarahan (28%).

Berdasarkan table 2 Terdapat perberdaan yang signifikan pada faktor distant,


intermediate factor ( residence, referal, ANC, first attended, delivery place, prior
medical history), dan pada faktor luar.

Berdasarkan table 3 faktor risiko yang paling berperan terhadap terjadinya


kematian ibu adalah faktor pendidikan ibu dan faktor tempat tinggal.

DISKUSI

Penelitan ini merupakan case control dengan 200 subjek, terdiri dari 50 kasus
subjek (kematian ibu0 dan 150 subjek control.
Penyebab kematian ibu yang paling utama adalah preeclampsia/eklampsia
sebanyak 50%, lalu diikuti kejadian hemorraghe 28%, tapi berdasarkan Bapennas,
penyebab utama kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh kasus perdarahan
sebanyak 30%.
Faktro risiko mekamtian ibu terbagi atas 3 grup yaitu distant, intermediate dan
faktor luar. Distant factor terdiri dari pendidkan ibu dan pekerjaan suami. Hasil
penerlitian kami menunjukan gabungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu
dan pekerjaan suami dengan kejadian kematian ibu.
Intermediate factor terdiri dari usia, paritas, tempat tinggal, rujuka status,
kunjungan ANC, first attendant, fasilitas kehamilan, jarak kelahiran, riwayat
penyakit. Hasil Penelitian kami menunjukan usia dan paritas tidak begitu berarti
pada hubungan kematian ibu. Namun penelitian lain oleh Midhlet di Pakistan
menunjukan terdapat berisiko tinggi yang signifikan pada wanita hamil usia dibawah
20 tahun dan diatas 35 tahun dibandingkan wanita hamil usia 20-34 tahun.
Didalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara kediaman dengan
kejadian kematian ibu, dimana yang tinggal di luar kota Palembang memiliki risko
7.41 kali lebih tinggi atas kejadian kematian ibu dibandingkan dengan yang tinggal
di dalam kota. Penelitian lain oleh Mohammad sudan menunjukan perbedaan antara
penduduk yang tinggal diperkotaan dan di area pedesan.
Pada penelitian ini, kebanyak subjek yang dicari adalah pasien rujukan (84% kasus
grup dan 54% control grup). Alas an ini sesuai dengan status rumah sakit Dr.
Mohammad Hoesin Palembang yang merupakan rumah sakit rujukan, jadi banyak
kasus pasien rujukan. Namun, banyak kematian yang terjadi kurang dari 48 jam
setelah pengurusan administrasi rumah sakit. Indikasinya banyak pasien rujukan yang
tertunda. Menurut Budagama risiko kematian 11 kali lebih tinggi pada pasien rujukan
yang tidak diterima rumah sakit kurang dari 2 jam.
Distribusi jarak kelahiran pada penelitian ini mayoritas grup ini memiliki interval
lebih dari 24 bulan. Jarak kelahiran yang pendek dapat menyebabkan angka kesakitan
dan kematian pada ibu dan anak. Pada penelitian di Negara lain menunjukan
hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran pada risiko kesehatan ibu dan anak.
Pada peneltiian Rahman et al di Bangladesh risiko tinggi kejadian kematian ibu

terjadi pada wanita dengan interval kehamilan kurang dari 24 bulan di bandingkan
dengan wanita yang interval kehamilan 24-59 bulan, tapi tidak menunjukan
perbedaan yang signifikan secara statistical, dimana tidak ada hubungan yang
signifikan antara kehamilan interval dengan kejadian kematian ibu.
Hanya sebagian kecil kasus pada subjek dengan riwayat penyakit dalam periode
kehamilan yaitu sebanyak 12%. Bagaimanapun, terdapat gabungan signifikan dengan
kematian ibu. Menurut Fibrina melaporkan pada wanita yang memiliki riwayat
penyakit sebelum hamil atau selama kehamilan, memiliki risiko lebih tinggi 29.4 kali
lebih banyak dari wanita tanpa riwayat penyekit sebelumnya.
Faktor luar tediri dari tipe melahirkan, komplikasi kehamilan dan kelahiran anak
dan komplikasi dari komplikasi kelahiran anak. Semua faktor memliki gabungan
signifikan dengankejadian kematian ibu.
Namun yang paling dominant dari semua factor risiko kematian ibu adalah tingkat
pendidikanibu dan tempat tingal.

KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan, peneliti menemukan bahwa yang termasuk kategori faktor


risiko kematian ibu adalah distant factor, intermediate factors (residence, refera
status, numbers of ANC visits, first attendant, labor facility and history or frior
medical histiry) dan outcome factors. Namun dari beberapa faktor risiko yang telah
diteliti, faktor risiko yang paling berperan terhadap terjadinya kematian ibu adalah
faktor pendidikan ibu dan faktor tempat tinggal.

DAFTAR PUSTAKA

Abizar et al, maternal mortality and contributing risk factor. 2012. Department
obstetric and gynecology UNSRI.

Anda mungkin juga menyukai