TINJAUAN KEBIJAKAN
DAN KAJIAN LITERATUR
2.1
2033
Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Jambi adalah :
Mewujudkan ruang wilayah yang harmonis dan merata
berbasis pengelolaan sumber daya alam dan infrastruktur
secara optimal dan berkelanjutan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jambi
Tahun 2013 - 2033, ada beberapa strategi yang terkait dengan
Wilayah Kabupaten Sarolangun dan kawasan rawan bencana,
yaitu :
Meningkatkan
pemantapan
fungsi
kawasan
lindung
Kabupaten Sarolangun.
Melakukan
Sikronisasi
fungsi
kawasan
lindung
dengan
II-1
LAPORANANTARA
2.2
RENCANA
TATA
RUANG
WILAYAH
KABUPATEN
SAROLANGUN 2014-2034
Dengan pertimbangan dan fakta ruang yang ada, maka RTRW
Kabupaten Sarolangun Tahun 2014 2034, disusun dengan
tujuan dasar agar tercipta wilayah yang aman, nyaman, produktif
serta berkelanjutan. Secara spesifik penataan ruang Kabupaten
Sarolangun adalah :
Penataan ruang wilayah Kabupaten Sarolangun
bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Sarolangun yang
maju dan sejahtera berbasis sektor perkebunan,
pertanian dan pertambangan yang berwawasan
lingkungan.
Menurut RTRW Kab. Sarolangun tahun 2014-2034, Kabupaten
Sarolangun termasuk ke dalam kawasan rawan bencana longsor,
banjir dan gempa bumi. Berikut penjabaran kawasan rawan
bencana yang ada di Kabupten Sarolangun:
1) Kawasan rawan bencana longsor meliputi:
a. Desa
Temalang,
Maribung, Mersip
di
II-2
LAPORANANTARA
Sarolangun
Kembang,
Kelurahan
Pasar
2.3
PENANGGULANGAN BENCANA
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis,
hidrologis,
klimatologis,
geografis,
sosial,
budaya,
tertentu
yang
mengurangi
kemampuan
mencegah,
UU
ini,
disebutkan
bahwa
Badan
Penanggulangan
II-3
II-3
menginformasikan
peta
rawan
bencana.
penyelenggaraan
penanggulangan
Selain
bencana,
itu
dalam
pemerintah
LAPORANANTARA
2.4
IDENTIFIKASI
KARAKTERISTIK
LOKASI
RAWAN
BENCANA
2.4.1. Kategori Lokasi Rawan Banjir
Berdasarkan
data
sekunder
lain
serta
RTRW
Kabupaten
memiliki
merupakan
meluapnya
aliran
karakteristik
genangan
sungai,
yang
yang
sedangkan
berbeda.
ditimbulkan
genangan
Banjir
oleh
adalah
permukiman
penduduk
sehingga
menimbulkan
termasuk
bencana
alam,
artinya
terjadi
secara
analisis
geomorfologi,
daerah
banjir
biasa
II-4
II-4
LAPORANANTARA
geologi
sangat
menentukan
daerah
rentan
banjir.
antara
tingginya
curah
hujan
dengan
tingkat
Suripin
(2004
339)
Penyebab
banjir
dapat
dibedakan menjadi
3 macam, yaitu:
1. Banjir kiriman
Aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di luar
kawasan yang tergenang. Hal ini terjadi jika hujan yang
terjadi di daerah hulu menimbulkan aliran banjir yang
melebihi kapasitas sungainya atau banjir kanal yang ada,
sehingga terjadi limpasan.
2. Banjir lokal
Genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di
daerah itu sendiri. Hal ini dapat terjadi kalau hujan yang
terjadi melebihi kapasitas sistem drainase yang ada. Pada
banjir lokal, ketinggian genangan air antara 0,2 0,7 m
dan lama genangan 1 8 jam. Terdapat pada daerah yang
rendah.
3. Banjir rob
Banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air pasang
dan/atau air balik dari saluran drainase akibat terhambat
II-5
II-5
LAPORANANTARA
kamus
Ilmiah
Populer,
Lokasi
adalah
tempat,
adalah
melakukan
penyusunan
atribut
dan
banjir.
Makin
besar
pengaruh
parameter
II-6
II-6
Tabel II.1
Pembobotan Variabel
Parameter
LAPORANANTARA
Kelerengan
Jenis Tanah
Curah Hujan
Penggunaan Lahan
Buffer Sungai
Analisis Skoring
Skoring dimaksudkan sebagai pemberian skorterhadap
masing-masing kelas dalam tiap parameter.Pemberian
skor ini didasarkan pada pengeruh kelastersebut tehadap
banjir. Semakin tinggi pengeruhnyaterhadap banjir, maka
skor yang diberikan akan semakintinggi.
a) Pemberian Skor Kelas Kemiringan
Kemiringan
lahan
semakin
tinggi
maka
air
cepat,
dibandingkan
lahan
yang
Tabel II.2
Kelas Kemiringan Lahan
Kelas
Sko Bob
Lereng
r
ot
0- 8%
5
1.5
8 - 16%
4
1.5
16 - 25%
3
1.5
25 - 40%
2
1.5
>40%
1
1.5
halus
memiliki
kasarmemiliki
peluang
kejadian
banjir
yang
II-7
II-7
tanah,
sehinggaterjadi
penggenangan.
LAPORANANTARA
Hal
inidisebabkan
besarnya
kapasitas
kemungkinan
banjir
lebih
kecil
Tabel II.4
Skor Kelas Penutupan Lahan
Sko Bob
Kelas
r
ot
Sawah Tanah Terbuka
5
1.5
Pertanian Lahan Kering,
Pemukiman
4
1.5
Semak Belukar, Alang2
3
1.5
Perkebunan
2
1.5
Hutan
1
1.5
mempengaruhi
terhadap
kejadian
II-8
II-8
LAPORANANTARA
kelas
curah
hujan
dibedakan
No
1
2
3
4
5
Tabel II.5
Skor Kelas Curah Hujan
Sko
Kelas
r
>3000
5
2501-3000
4
2001-2500
3
1501-2000
2
<1500
1
Bob
ot
2
2
2
2
2
untuk
terjadinya
banjir
semakin
tinggi.
No
1
2
3
4
5
Tabel II.6
Skor Kelas Buffer Sungai
Jarak Buffer
Kelas
sangat rawan
0-50
cukup rawan
>50-100
rawan
>100-150
sedang
>150-200
tidak rawan
>200
Sko
r
5
4
3
2
1
Bob
ot
3
3
3
3
3
daerahtehadap
banjir
ditentukan
dari
total
banjir.
Nilai
kerawananditentukan
II-9
II-9
dengan
LAPORANANTARA
Menurut
Kingman
(1991)
untuk
menetukan
lebar
banyak
nilai-nilaiyang
didapat
dengan
jumlah
Daerah
yang
sangat
rawan
terhadap
banjir
akan
kerawanan
banjir
berdasarkan
nilai
karena
pengaruh
gravitasi,
denganjenis
gerakan
II-10
II-10
LAPORANANTARA
kawasan
rawan
gempa.
Pada
kawasanini
sering
dijumpai alur air dan mata air yang umumnya berada di lembahlembahyang subur dekat dengan sungai. Di samping kawasan
dengan
karakteristiktersebut,
kawasan
lain
yang
dapat
2.
yang
terkekarkan
(retakan)
secara
rapat,
dan
mengakibatkan
menurunnya
kestabilan
lereng,
II-11
II-11
LAPORANANTARA
II-12
II-12
LAPORANANTARA
Gambar 2.1
Tipologi Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Hasil Kajian
Hidrogeomorfologi
a. Zona Tipe A
Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung, lereng
pegunungan,lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing
sungai dengan kemiringan lerenglebih dari 40%, dengan
ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaanlaut.
b. Zona Tipe B
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki
pegunungan, kakibukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai
dengan
kemiringan
lereng
berkisarantara
21%
sampai
II-13
II-13
LAPORANANTARA
N
o
II-14
II-14
Tabel II.8
Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona
Berpotensi Longsor Tipe A
(Daerah Lereng Bukit, Lereng Perbukitan, Lereng Gunung,
Lereng Pegunungan
Dan Tebing Sungai, Dengan Kemiringan 40%)
A1: Kriteria Aspek Fisik Alami
Sensitivita
Bobot
s Tingkat
Indikator
Indikator
Verifer
Kerawana
(%)
n
- Lereng
relatif
cembung
denga
Tinggi
kemiringan lebih curam dari (diata
40%
Kemiringan
30%
Lereng
- Lereng relatif landai dengan kemiringa
Sedang
antara 36% s/d 40%
Rendah - Lereng dengan kemiringan 30%-35%
- Lereng tersusun dari tanah penutup teb
(>2m), bersifat gembur dan mudah lolo
air, misalnya tanah residual yan
umumnya menumpang di atas batua
dasarnya (misal andesit, breksi andesi
tuf, napal, dan batu lempung) yang lebi
kompak (padat) dan kedap.
- Lereng tersusun oleh tanah penutup teb
Tinggi
(>2m), bersifat gembur dan mudah lolo
air, misalnya tanah residual atau tana
koluvial, yang didalamnya terdapa
bidang kontras antara tanah denga
kepadatan
lebih
rendah
da
Kondisi Tanah
18%
permeabilitas
lebih
tinggi
yan
menumpang
diatas
tanah
denga
kepadatan lebih tinggi dan permeabilita
lebih rendah
- Lereng tersusun oleh tanah penutup teb
(<2m), bersifat gembur dan mudah lolo
Sedang
air, serta terdapat bidang kontras
lapisan bawahnya
- Lereng tersusun oleh tanah penutup teb
(<2m), bersifat padat dan tidak muda
Rendah
lolos air, tetapi terdapat bidang kontra
di lapisan bawahnya
Batuan
22%
Tinggi
- Lereng yang tersusun oleh batuan deng
Penyusun
bidang diskontinuitas atau struktu
Lereng
retakan/ kekar pada batuan tersebut.
- Lereng yang tersusun oleh perlapisa
batuan miring ke arah luar leren
(perlapisan
batuan
miring
seara
kemiringan lereng), misalnya perlapisa
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Curah Hujan
17%
Kegempaan
3%
Vegetasi
10%
Jumlah bobot
100%
II-15
II-15
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Pola Tanam
10%
Penggalian dan
Pemotongan
Lereng
20%
Pencetakan
Kolam
10%
Drainase
10%
Pembangunan
20%
II-16
II-16
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Kontruksi
Kepadatan
Penduduk
20%
Usaha Mitigasi
10%
Jumlah bobot
100%
N
o
II-17
II-17
Tabel II.9
Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona
Berpotensi Longsor Tipe B
(Daerah Kaki Bukit, Kaki Perbukitan, Kaki Gunung, Kaki
PegununganDan Tebing Sungai,
Dengan Kemiringan Lereng 16%-40%)
B1: Kriteria Aspek Fisik Alami
Sensitivita
Bobot
s Tingkat
Indikator
Indikator
Verifer
Kerawana
(%)
n
- Lereng relatif landai dengan kemiringa
Tinggi
36% - 40%
Kemiringan
Lereng dengan kemiringan landai (31%
30%
Sedang
Lereng
35%)
- Lereng dengan kemiringan kurang da
Rendah
21% - 30%
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Kondisi Tanah
18%
Batuan
Penyusun
Lereng
22%
Curah Hujan
17%
Kegempaan
3%
Vegetasi
II-18
II-18
10%
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Jumlah bobot
Bobot
Indikator
(%)
100%
N
o
Indikator
Pola Tanam
Penggalian dan
Pemotongan
Lereng
II-19
II-19
Bobot
Indikator
(%)
10%
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Pencetakan
Kolam
10%
Drainase
10%
Pembangunan
Kontruksi
20%
Kepadatan
Penduduk
20%
Usaha Mitigasi
10%
Jumlah bobot
100%
II-20
II-20
LAPORANANTARA
N
o
II-21
II-21
Tabel II.10
Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona
Berpotensi Longsor Tipe C
(Dataran Tinggi, Dataran Rendah, Dataran, Tebing Sungai,
Lembah Sungai Dengan Kemiringan Lereng 0%-20%)
C1: Kriteria Aspek Fisik Alami
Sensitivita
Bobot
s Tingkat
Indikator
Indikator
Verifer
Kerawana
(%)
n
Tinggi
- Kemiringan Lereng 16% - 20%
Kemiringan
30%
Sedang - Kemiringan Lereng 9% - 15%
Lereng
Rendah - Kemiringan Lereng 0% - 8%
- Lereng yang tersusun oleh batuan dan
terlihat
banyak
struktur
retakan,
lapisan batuan miring ke arah luar
Tinggi
lereng
- Tebing sungai tersusun oleh batuan yang
mudah tererosi aliran sungai dan
terdapat retakan/kekar pada batuan
- Lereng yang tersusun oleh batuan dan
Kondisi Tanah
18%
terlihat ada struktur retakan, lapisan
batuan miring ke arah luar lereng
Sedang - Tebing sungai tersusun oleh batuan yang
mudah tererosi aliran sungai namun
tidak terdapat retakan/kekar pada
batuan
- Lereng yang tersusun oleh batuan dan
Rendah
tanah, namun tidak ada struktur
retakan/ kekar pada batuan
- Lereng yang tersusun oleh batuan dan
Tinggi
terlihat banyak struktur retakan
- Lereng tersusun oleh batuan dan terlihat
Batuan
Sedang
ada struktur retakan, tetapi lapisan
Penyusun
22%
batuan tidak miring ke arah luar lereng
Lereng
- Lereng yang tersusun oleh batuan dan
Rendah
tanah namun tidak ada struktur
retakan/ kekar pada batuan.
Curah Hujan
17%
- Curah hujan yang tinggi (dapat
mencapai 100 mm/hari atau 70
Tinggi
mm/jam) dengan curah hujan tahunan
lebih dari 2500 mm
- Curah hujan sedang (berkisar 30-70
mm/jam), berlangsung tidak lebih dari
Sedang
2 jam dan hujan tidak setiap hari
(1000-2500 mm)
Rendah - Curah hujan rendah (berkisar 30
mm/jam), berlangsung tidak lebih dari
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Kegempaan
Vegetasi
Bobot
Indikator
(%)
3%
10%
Jumlah bobot
100%
N
o
Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Pola Tanam
10%
Penggalian dan
Pemotongan
Lereng
II-22
II-22
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Pencetakan
Kolam
10%
Drainase
10%
Pembangunan
Kontruksi
20%
Kepadatan
Penduduk
20%
II-23
II-23
LAPORANANTARA
N
o
Indikator
Bobot
Indikator
(%)
Usaha Mitigasi
10%
Jumlah bobot
100%
II-24
II-24
LAPORANANTARA
kebakaran
kampung
hingga
lokasi
jauh
ke
kebakaran
dalam
biasanya
hutan
yang
dari
pada
perubahan
menimbulkan
cuaca
kebakaran
yang
drastis
hutan
yang
dapat
sangat
membahayakan
c) Meluasnya kobaran api di lereng pegunungan sangat
cepat dan meluasnya kobaran api tersebut banyak yang
di
sebabkan
oleh
loncatan
(percikan
api)
sehingga
kebakaran
hutan
dapat
dilakukan
dengan
II-25
II-25
LAPORANANTARA
pohon,
daun
dan
ranting
(yang
jatuh
dan
timbul
pada
saat
terjadinya
kebakaran
berkisar
2-4
km/jam.
Tiupan
angin
akan
II-26
II-26
LAPORANANTARA
kebakaran
hutan
disebabkan
oleh
faktor
lereng
dan
gundukan
tanah
(elevasi).
Sifat
gunung
dapat
mengakibatkan
meluasnya
kobaran api
Angin yang bertiup ke atas dari lembah ke perbukitan
curam
tidak
efektif
sebagai
jalur
pencegah
II-27
II-27
yang
dibiarkan
berserakan
akan
cepat
LAPORANANTARA
rendah
Pengaruh angin sangat kuat dan dapat menentukan arah
tiupan angin
Pada malam hari terutama dini hari, cuaca dingin,
kelembaban
tinggi
serta
tiupan
angin
lemah,
mana
kecepatannya
proporsional
dengan
kecepatan angin
d) Meluasnya kobaran api akibat loncatan api
e) Dalam kebakaran hutan umunya daun kering, ranting,
sarang burung dan kulit kayu yang terbakar terbawa arus
angin dan jatuh di areal yang belum terbakar dapat
menimbulkan terjadinya kebakaran baru.
Pada saat kebakaran batang dan tajuk di daerah lereng
telah mulai mencapai ujung ranting, ranting yang
terbakar apinya akan loncat melewati lembah dan
II-28
II-28
LAPORANANTARA
II-29
II-29
LAPORANANTARA
N
o
1
2
3
Tabel II.11
Pembobotan variabel
Parameter
Kandungan Oksigen di Udara
Landfrom
Penutupan Lahan
Bobot
2/10
3/10
2/10
Analisis Skoring
Skoring dimaksudkan sebagai pemberian skor terhadap
masing-masing kelas dalam tiap parameter. Pemberian skor
ini
didasarkan
pada
pengeruh
kelas
tersebut
tehadap
N
o
1
2
3
4
5
Tabel II.12
Skor Kelas Jumlah Oksigen pada ketinggian
Sko
Bob
Skor x
Kelas
r
ot
Bobot
0-1500 mdpl
5
2
10
>1500-4500
2
mdpl
4
8
>4500-6000
2
mdpl
3
6
>6000-9000
2
mdpl
2
4
>9000 mdpl
1
2
2
II-30
II-30
LAPORANANTARA
Kelas
Kubah Gambut
Dataran Tuf masam
Dataran
Pegunungan dan
plato
Alluvial dan
perbukitan
Skor
Bobot
5
4
3
3
3
3
Skor x
Bobot
15
12
9
infiltrasi.
Daerah
yang
banyak
ditumbuhi
oleh
besarnya
kapasitas
pepohonan
dan
lambatnya
mengalirdisebabkan
tertahan
oleh
serapan
air
air
akar
oleh
limpasan
dan
batang
No
1
2
3
4
5
Tabel II.14
Skor Kelas Penutupan Lahan
Sko Bob
Kelas
r
ot
Perkebunan
5
2
Hutan
4
2
Semak Belukar, Alang2
3
2
Pertanian Lahan Kering,
Pemukiman
2
2
Sawah Tanah Terbuka
1
2
Skor x
Bobot
10
8
6
4
2
II-31
II-31
LAPORANANTARA
Keterangan:
K = Nilai kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas pada parameter ke-i
kelas
dilakukan
dengan
membagi
sama
kebakaran
merupakan
kondisi
yang
berpotensi
II-32
II-32
kebakaran.
Variabel-variabel
terpilih
dalam
LAPORANANTARA
kualitas
Disamping
itu
atap
penilaian
bangunan
juga
dan
aktivitas
internal.
mempertimbangkan
faktor
terhadap kantor
memadamkan
api,
dan
kualitas
bahan
bangunan
II-33
II-33
LAPORANANTARA
No
Indikator
Kepadatan
Bangunan
Kepadatan
Penduduk
Tata Letak
Bangunan
Jarak
Terhadap
Kantor
Pemadan
Kebakaran
Aktivitas
Internal
Kualitas
Bahan
Bangunan
II-34
II-34
Nilai
Bobo
t
0,75
0,5
0,25
0,60
0,40
0,20
0,30
0,20
0,10
0,15
0,10
0,05
0,45
0,30
0,15
0,45
0,30
0,15
LAPORANANTARA
No
Bobot
Indikato
r
Indikator
Sensitivi
tas
Tingkat
Kerawan
an
Bobot
Penilai
an
Verifer
material yang sukar
terbakar
Sumber: Suharyadi dalam Iman (2007) , dengan perubahan Tim Penyusun, 2016
2.2.5 Kekeringan
Menurut BAKORNAS PB (Badan Koordinasi Nasional Penanganan
Bencana, 2007), peristiwa yang pernah terjadi dan dari data
historis, kekeringan di Indonesia sangat berkaitan dengan
fenomena
ENSO
(El-Nino
Southern
musim
tersebut
apalagi
kalau
merupakan
musim
pemicu
kemarau
terjadinya
yang
datang
II-35
II-35
Nilai
Bobo
t