Anda di halaman 1dari 10

1

KEMAMPUAN REPRESENTASI DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Syarifah Fadillah
STKIP PGRI Pontianak

Abstrak

Salah satu keterampilan matematika yang perlu dikuasai siswa menurut NCTM adalah
kemampuan representasi. Representasi adalah ungkapan-ungkapan dari ide matematika yang
ditampilkan siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan
untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi
pikirannya. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata (verbal), tabel, benda
konkrit, atau simbol matematika. Pencantuman representasi sebagai komponen standar proses
dalam Principles and Standards for School Mathematics cukup beralasan karena untuk berpikir
matematika dan mengkomunikasikan ide-ide matematika, seseorang perlu merepresentasikannya
dalam berbagai cara. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa obyek dalam matematika itu
semuanya abstrak dan untuk mempelajari dan memahami ide-ide abstrak itu memerlukan
representasi.
Kata Kunci : Representasi matematik

PENDAHULUAN
Tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan, tidak lagi
hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga diharapkan dapat
meningkatkan

kemampuan:

(1)

komunikasi

matematika

(mathematical

communication); (2) penalaran matematika (mathematical reasoning); (3)


pemecahan masalah matematika (mathematical problem solving); (4) mengaitkan
ide-ide matematika (mathematical connections); (5) representasi matematika
(mathematical representation) (NCTM, 2000)
Salah satu keterampilan matematika yang perlu dikuasai siswa adalah
kemampuan representasi. Standar representasi pada National Council of Teacher
of Mathematics (NCTM), menetapkan bahwa program pembelajaran dari prataman kanak-kanak sampai kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk:
1; menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisir,
mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide matematika;
2; memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematika
untuk memecahkan masalah;

3; menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan


fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematika
(NCTM, 2000).
Ainsworth, Labeke, dan Peevers (2001) mengemukakan bahwa tugas-tugas
kognitif siswa yang berkenaan dengan representasi adalah:
1; Siswa harus memahami suatu representasi (yaitu: mana yang merupakan
bentuk dan operator dari suatu representasi).
2; Siswa harus memahami hubungan antara representasi dan domainnya.
3; Siswa harus menerjemahkan antar representasi.
4; Jika representasi dirancang mereka sendiri, siswa perlu memilih dan
membangun representasi yang sesuai.
Kemampuan representasi merupakan salah satu komponen proses standar
dalam Principles and Standards for School Mathematics selain kemampuan
pemecahan masalah, penalaran, komunikasi dan koneksi. Hal ini mengandung
beberapa alasan. Menurut Jones (2000), terdapat tiga alasan mengapa representasi
merupakan salah satu dari proses standar, yaitu:
1; kelancaran dalam melakukan translasi di antara berbagai jenis
representasi yang berbeda merupakan kemampuan dasar yang perlu
dimiliki siswa untuk membangun suatu konsep dan berpikir matematika;
2; ide-ide matematika yang disajikan guru melalui berbagai representasi
akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap siswa dalam
mempelajari matematika; dan
3; siswa membutuhkan latihan dalam membangun representasinya sendiri
sehingga siswa memiliki kemampuan dan pemahaman konsep yang baik
dan fleksibel yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
Pencantuman representasi sebagai komponen standar proses dalam
Principles and Standards for School Mathematics cukup beralasan karena untuk
berpikir matematika dan mengkomunikasikan ide-ide matematika, seseorang perlu
merepresentasikannya dalam berbagai cara. Selain itu, tidak dapat dipungkiri
bahwa obyek dalam matematika itu semuanya abstrak dan untuk mempelajari dan
memahami ide-ide abstrak itu memerlukan representasi.

DEFINISI REPRESENTASI
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli berkenaan tentang
representasi sebagaimana dikemukakan berikut ini.
1; Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah
atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan
solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,
gambar, kata-kata, atau simbol matematika (Jones & Knuth, 1991).
2; Representasi

merupakan

cara

yang

digunakan

seseorang

untuk

mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematik yang bersangkutan


(Cai, Lane, & Jacabcsin, 1996: 243).
3; Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan
dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam
upayanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya
(NCTM, 2000: 67).
4; Terdapat empat gagasan yang digunakan dalam memahami konsep
representasi. Pertama, representasi dapat dipandang sebagai abstraksi internal
dari ide-ide matematika atau skemata kognitif yang dibangun oleh siswa
melalui pengalaman; kedua, sebagai reproduksi mental dari keadaan mental
yang sebelumnya; ketiga, sebagai sajian secara struktur melalui gambar,
simbol ataupun lambang; dan yang terakhir, sebagai pengetahuan tentang
sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain (Pape & Tchoshanov dalam Luitel,
2001).
5; Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal
mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan
yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan
atau mengenai penggantian suatu obyek, penginterpretasian pikiran tentang
pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman
tentang tanda representasi (Parmentier dalam Ludlow, 2001:39).

6; Representasi merupakan proses pengembangan mental yang sudah dimiliki


seseorang, yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai model
matematika, yakni: verbal, gambar, benda konkret, tabel, model-model
manipulatif atau kombinasi dari semuanya (Steffe, Weigel, Schultz, Waters,
Joijner, & Reijs dalam Hudoyo, 2002: 47).
7; Representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menyajikan suatu benda
dalam suatu cara (Goldin, 2002: 209).
8; Representasi adalah suatu konfigurasi dan sejenisnya yang berkorespondensi
dengan sesuatu, mewakili, melambangkan atau menyajikan sesuatu (Palmer
dalam Kaput & Goldin, 2004: 2).
9; Dalam psikologi umum, representasi berarti proses membuat model konkret
dalam dunia nyata ke dalam konsep abstrak atau simbol. Dalam psikologi
matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan
simbol (Hwang, Chen, Dung, & Yang, 2007).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi adalah
ungkapan-ungkapan dari ide matematika yang ditampilkan siswa sebagai model
atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk
menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari
interpretasi pikirannya. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar,
kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit, atau simbol matematika. Jenis-jenis
representasi akan dibicarakan lebih lanjut di bagian lain dari tulisan ini.
Vergnaud (Goldin, 2002: 207) menyatakan representasi merupakan unsur
yang penting dalam teori belajar mengajar matematika, tidak hanya karena
pemakaian sistem simbol yang juga penting dalam matematik dan kaya akan
kalimat dan kata, beragam dan universal, tetapi juga untuk dua alasan penting
yakni: (1) matematika mempunyai peranan penting dalam mengkonseptualisasi
dunia nyata; (2) matematika membuat homomorphis yang luas yang merupakan
penurunan dari struktur hal-hal lain yang pokok.
Penjelasan kedua alasan di atas yakni matematika merupakan hal yang
abstrak, maka untuk mempermudah dan memperjelas dalam penyelesaian masalah
matematika, representasi sangat berperan, yaitu untuk mengubah ide abstrak

menjadi konsep yang nyata, misalkan dengan gambar, simbol, kata-kata, grafik
dan lain-lain. Selain itu matematika memberikan gambaran yang luas dalam hal
analogi konsep dari berbagai topik yang ada. Dengan demikian diharapkan bahwa
bilamana siswa memiliki akses ke representasi-representasi dan gagasan-gagasan
yang mereka tampilkan mereka, maka mereka memiliki sekumpulan alat yang
secara signifikan siap memperluas kapasitas mereka dalam berpikir secara
matematis (NCTM, 2000).
JENIS-JENIS REPRESENTASI
Hiebert dan Carpenter (dalam Hudojo, 2002) mengemukakan bahwa pada
dasarnya representasi dapat dinyatakan sebagai internal dan eksternal. Berpikir
tentang

ide

matematika

yang

kemudian

dikomunikasikan

memerlukan

representasi eksternal yang wujudnya antara lain: verbal, gambar dan benda
konkrit. Berpikir tentang ide matematika yang memungkinkan pikiran seseorang
bekerja atas dasar ide tersebut merupakan representasi internal.
Representasi internal dari seseorang sulit untuk diamati secara langsung
karena merupakan aktivitas mental dari seseorang dalam pikirannya (minds-on).
Tetapi representasi internal seseorang itu dapat disimpulkan atau diduga
berdasarkan representasi eksternalnya dalam berbagai kondisi; misalnya dari
pengungkapannya melalui kata-kata (lisan), melalui tulisan berupa simbol,
gambar, grafik, tabel ataupun melalui alat peraga (hands-on). Dengan kata lain
terjadi hubungan timbal balik antara representasi internal dan eksternal dari
seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu masalah.
Schnotz (dalam Gagatsis, 2004) membagi representasi eksternal dalam dua
kelas yang berbeda yaitu representasi descriptive dan depictive. Representasi
descriptive terdiri atas simbol yang mempunyai struktur sembarang dan
dihubungkan dengan isi yang dinyatakan secara sederhana dengan makna dari
suatu konvensi, yakni teks, sedangkan representasi depictive termasuk tanda-tanda
ikonic yang dihubungkan dengan isi yang dinyatakan melalui fitur struktural yang
umum secara konkret atau pada tingkat yang lebih abstrak, yaitu, display visual.

Lebih lanjut Gagatsis dan Elia (2004) mengatakan bahwa untuk siswa kelas
1, 2 dan 3 sekolah dasar, representasi dapat digolongkan menjadi empat tipe
representasi, yaitu representasi verbal (representasi descriptive), gambar
informational, gambar decorative, dan garis bilangan (representasi depictive).
Cai, Lane, dan Jacabcsin (1996: 243) menyatakan bahwa ragam representasi
yang sering digunakan dalam mengkomunikasikan matematika antara lain: tabel,
gambar, grafik, pernyataan matematika, teks tertulis, ataupun kombinasi
semuanya. Sementara Steffe, Weigel, Schultz, Waters, Joijner, Reijs (Hudoyo,
2002: 47) menggolongkan representasi menjadi: verbal, gambar, benda konkret,
tabel, model-model manipulatif atau kombinasi dari semuanya.
Shield & Galbraith (dalam Neria & Amit, 2004) menyatakan bahwa siswa
dapat mengkomunikasikan penjelasan-penjelasan mereka tentang strategi
matematika atau solusi dalam bermacam cara, yaitu secara simbolis (numerik
dan/atau simbol aljabar), secara verbal, dalam diagram, grafik, atau dengan tabel
data.
Lesh, Post dan Behr (dalam Hwang, Chen, Dung, & Yang, 2007) membagi
representasi yang digunakan dalam pendidikan matematika dalam lima jenis,
meliputi representasi objek dunia nyata, representasi konkret, representasi simbol
aritmetika, representasi bahasa lisan atau verbal dan representasi gambar atau
grafik. Di antara kelima representasi tersebut, tiga yang terakhir lebih abstrak dan
merupakan tingkat representasi yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah
matematika. Kemampuan representasi bahasa atau verbal adalah kemampuan
menerjemahkan sifat-sifat yang diselidiki dan hubungannya dalam masalah
matematika ke dalam representasi verbal atau bahasa. Kemampuan representasi
gambar atau grafik adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematik ke
dalam gambar atau grafik. Sedangkan kemampuan representasi simbol aritmatika
adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematika ke dalam representasi
rumus aritmatika.
HUBUNGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DENGAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH

Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan


dari gagasan-gagasan atau ide matematika yang ditampilkan siswa dalam
upayanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya.
Dengan demikian diharapkan bahwa bilamana siswa memiliki akses ke
representasi-representasi dan gagasan-gagasan yang mereka tampilkan mereka
memiliki sekumpulan alat yang siap secara signifikan akan mempeluas kapasitas
mereka dalam berpikir secara matematis (NCTM, 2000: 67).
Beberapa bentuk representasi, seperti verbal, numerik, aljabar, tabular,
diagram, dan grafik merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari pelajaran
matematika. Namun dalam pembelajaran matematika, representasi dipelajari atau
diajarkan hanya sebagai pelengkap dalam menyelesaikan masalah matematika.
Seharusnya sebagai komponen pembelajaran yang esensial, kemampuan
representasi matematika siswa perlu senantiasa dilatih dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah.
Kemampuan representasi sangat berhubungan dengan pemecahan masalah.
Pemilihan representasi matematika yang tepat akan memudahkan siswa dalam
melakukan pemecahan masalah. Suatu masalah yang rumit akan menjadi lebih
sederhana jika menggunakan representasi yang sesuai dengan permasalahan
tersebut, sebaliknya pemilihan representasi yang keliru membuat masalah menjadi
sukar untuk dipecahkan. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan ini antara
lain: Brenner dkk (dalam Neria & Amit, 2004) menyatakan bahwa proses dari
kesuksesan pemecahan masalah bergantung pada ketrampilan representasi yang
meliputi konstruksi dan menggunakan representasi matematika dalam kata-kata,
grafik, tabel dan persamaan, memecahkan dan manipulasi simbol. Gagne dan
Mayer (dalam Hwang,

Chen, Dung, & Yang, 2007) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa kemampuan representasi siswa yang yang cerdas


merupakan kunci memperoleh solusi yang tepat dalam memecahkan masalah.
CONTOH SOAL REPRESENTASI

Biaya transportasi dengan menggunakan taxi dalam kota diperlihatkan pada


diagram di bawah ini. Gunakan informasi dari diagram tersebut untuk
menentukan berapa biaya taxi untuk10 km?

Biaya (Rp)

9500
8000
6500
5000
3500 0

Waktu
(menit)

Untuk menyelesaikan soal tersebut siswa dapat menggunakan berbagai


representasi, misalnya menggunakan grafik dengan memperpanjang garisnya, atau
menggunakan tabel data dan dapat pula menyatakannya dengan persamaan
(simbolik), ataupun dengan menggunakan representasi verbal.

DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth S, Labeke V.N., & Peevers G. (2001). Learning with Multiple
Representations. [on-line]. Available: http://www.psychology.nottingham.
ac.uk./ staff/Shaaron,Ainsworth.hmtl [3 Maret 2008].
Cai, Lane, Jacabcsin (1996), Assesing Students mathematical communication.
Official Journal of Science and Mathematics. 96(5)
Gagatsis, A. (2004). A Review of The Research on The Role of External
Representations on Understanding And Learning Mathematics And Problem
Solving. [on-line]. Available: http://www.uia.no/no/content/download/
28532/317673/version/2/file/gagatsis_h04.pdf [18 Desember 2007].
Gagatsis, A. & Elia, I. (2004). The Effects Of Different Modes Of Representation
On Mathematical Problem Solving. Proceedings of the 28th Conference of the

International Group for the Psychology of Mathematics Education, Vol. 2, pp.


447454.
Goldin, G. A. (2002). Representation in Mathematical Learning and Problem
Solving. In L.D English (Ed) International Research in Mathematical
Education IRME, 197-218. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Hudoyo, H (2002). Representasi Belajar Berbasis Masalah. Jurnal Matematika
atau Pembelajarannya. Tahun viii, edisi khusus.
Hwang, W.-Y., Chen, N.-S., Dung, J.-J., & Yang, Y.-L. (2007). Multiple
Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving
using a Multimedia Whiteboard System. Educational Technology & Society,
Vol 10 No 2, pp. 191-212.
Jones, A.D. (2000). The Fifth Process Standart:An Argument to Include
Representation in Standards 2000. [on-line]. Available: http://www.
math.umd.edu/~dac/650/ jonespaper.hmtl [10 Desember 2007].
Jones, B.F., & Knuth, R.A. (1991). What does research ay about mathematics?
[on-line]. Available: http://www. ncrl.org/sdrs/areas/stw_esys/2math.html.
[12 Februari 2008].
Kaput, JJ dan Goldin, G. A. (2004). A Join Persepective on the Idea of
Representation in Learning and Doing Mathematics. [on-line]. Available:
http://www. simlac.usmassad.edu. [18 Desember 2007].
Ludlow, A.S. (2001). The Object-process Duality of Representation: A peircean
Perspective. In H. Hitt (Ed). Working Group on Representation and
Mathematics visualization (1998 2001). [on-line]. Available: http://www.
matedu.cinvestav.mx/Adalira.pdf [10 November 2007].
Luitel, B.C. (2001). Multiple Representations of Mathematical Learning. [online]. Available: http://www. matedu.cinvestav.mx/adalira.pdf [18 Desember
2007].
National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standards
for School Mathematics. Reston. VA: NCTM.
Neria, Dorit & Amit, Miriam. (2004). Students Preference Of Non-Algebraic
Representations In Mathematical Communication. Proceedings of the 28th
Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics
Education Vol. 3, pp. 409 - 416

10

Anda mungkin juga menyukai