Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendekatan

psikoanalisa

dikembangkan

oleh

Sigmund

Freud (1856-1939). Sigmund Freud merupakan orang Jerman


keturunan Yahudi lahir 6 Mei 1856 di Freiberg dan meninggal di
London 23 September 1939. Psikoanalisis mulai diperkenalkan
oleh Freud pada buku pertamanya yaitu penafsiran atas mimpi
(Dream Interpretation) pada tahun 1900.
Istilah psikoanalisa mula-mula hanya digunakan pada halhal yang berhubungan dengan Freud saja, sehingga psikoanalisis
dan psikoanalisis

freud memiliki arti yang sama. Hal ini

disebabkan karena murid-murid freud yang mengembangkan


teori psikoanalisis baik yang sejalan maupun tidak, pada
umumnya menggunakan istilah atau menggunakan nama yang
berbeda untuk menunjukkan identitas ajaran mereka. Seperti
Carl Gustav Jung dan Alfred Adler yang menciptakan psikologi
analitis

(analytical

psychology)

dan

psikologi

individual

(individual psychology). Namun sejak psikoanalisis menjadi mode


yang tersebar luas, istilah psikoanalisis banyak digunakan tidak
saja pada hal-hal yang bersangkutan dengan Freud. Sampai akhir
abad

ke-19,

ilmu

kedokteran

berpendapat

bahwa

semua

gangguan psikis berasal dari salah satu kerusakan organis dalam


otak. Belum banyak iluan yang meneliti area afektif yang
menyebabkan gangguan psikis. Psikoanalisis merupakan salah
satu factor yang memberikan pengaruh dalam mengubah
pendapat tentang penyebab gangguan psikis.
Psikoanalisa juga merupakan suatu metode penyembuhan
yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama
psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Konsep Freud

yang Anti

rasionalisme mendasari tindakannya dengan motivasi yang tidak


sadar, konflik dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia
1

secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongandorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di
dalam ke arah dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional, tidak
sosial dan destruktif terhadap dirinyadan orang lain. Libido
mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, libido
terbagi menjadi 2, yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan
thanatos sebagai dorongan untuk mati.

1.2 Rumusan Masalah


1) Konsep Dasar Psikoanalisa
2) Asumsi perilaku bermasalah
3) Hakekat Manusia
4) Hakekat Konseling
5) Tujuan Konseling
6) Karakteristik
7) Peran dan Fungsi Konselor
8) Hubungan Konselor dengan Klien
9) Tahap Konseling
10)
Teknik Konseling
11)
Kelebihan dan Keterbatasan
12)
Contoh penerapan

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk

Mengetahui

Psikoanalisa
2) Untuk Mengetahui

Landasan
Asumsi

Historis

Perilaku

Konsep

Dasar

Bermasalah

Dalam

Psikoanalisa
3) Untuk mengetahui hakekat manusia dalam pendekatan
konseling psikoanalisa
4) Untuk Mengetahui Hakekat Konseling dalam Pendekatan
Konseling Psikoanalisa
5) Untuk Mengetahui Tujuan Konseling Pendekatan Konseling
Psikoanalisa
6) Untuk Mengetahui

Karakteristik

Psikoanalisa
7) Untuk Mengetahui

Peran

dan

Pendekatan
Fungsi

Konseling

Konselor

dalam

Pendekatan Konseling Psikoanalisa


8) Untuk Mengetahui Hubungan Konselor dengan Klien dalam
Pendekatan Konseling Psikoanalisa
9) Untuk Mengetahui Tahap Konseling Psikoanalisa
10)
Untuk Mengetahui Teknik Konseling Psikoanalisa
2

11)

Untuk

Mengetahui

Kelebihan

Pendekatan Konseling Psikoanalisa


12)
Untuk mengetahui Contoh

dan

Keterbatasan

penerapan

konseling

psikoanalisa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
Psikoanalisa merupakan suatu sistem psikologi. Sebagai
suatu sistem psikologi, psikoanalisa merupakan sistem yang
paling

lengkap

yang

tersedia.

Psikoanalisa

mengandaikan

pengalaman individu baik dimasa kini maupun dimasa lampau,


baik situasi individunya maupun situasi sosialnya. Psikoanalisa
pada hakikatnya merupakan sebuah teori kepribadian. Menurut
Freud mengenai kepribadian dapat diikhtisar menjadi tiga yaitu rangka sruktur
kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.
1. Rangka Struktur
a) Struktur mental
Struktur mental terdiri atas tiga tingkat kesadaran, yaitu :
Kesadaran : Kesadaran, menunjuk pada apa yang sedang kita persepsi
(rasakan, pikirkan dan amati) Atau dengan kata lain kesadadran itu
merupakan suatu komponen superego yang berisikan perilakuperilaku
yang mendapatkan hukuman. Misalnya, ketika kita merasakan adanya
sensasi kontraksi dalam perut kita, kita mengatakan,wah saya lapar
nih! jadi apa yang kita rasakan itu merupakan bentuk kesadaran kita.
Ambang Sadar: Ambang sadar, berisikan ingatan-ingatan tentang
peristiwaperistiwa masa lampau yang siap masuk ke dalam
kesadaran sewaktuwaktu diperlukan. Misalnya jika seseorang
bertanya kepada kita tentang nomer telepon rumah atau telepon
seluler kita, hanya dengan sedikit upaya kita akan segera mampu
untuk mengingat dan kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Itu
karena ingatan kita tentang nomer telepon kita berada diambang
sadar.
3

Ketidaksadaran.: Ketidaksadaran, ditampilkan sebagai suatu gudang


dan imej-imej yang tak dapat diterima (ditolak oleh norma atau kode
moral tertentu), peristiwa masa lampau, impulsimpuls dan
keinginankeinginan yang tidak kita sadari. Atau dengan kata lain
ketidaksadaran

itu

merupakan

aspek

psikis

(mental)

yang

menyimpan dorongandorongan yang tidak terpenuhi dan menjadi


kompleks terdesak.
b. Struktur kepribadian
1. Sadar (conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita
cermati pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian
kecil

saja

perasaan,

dari
dan

kehidupan
ingatan)

mental

yang

(fikiran,

masuk

ke

persepsi,
kesadaran

(consciousness)
2. Prasadar (preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory),
yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara
sadar dan tidak sadar.
3. Tak sadar (unconscious)
Yaitu bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran
dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa
manusia. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuks dan
drivers

yang

dibawa

dari

lahir,

dan

pengalaman-

pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak)


yang ditekan oleh kesadaran di pindah ke daerah tak sadar.
Wilayah pikirannya adalah :
1. Id
Id adalah sistem kepribadian yang orisinil, kepribadian
setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan.id
kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id
bersifat tidak logis, amoral, dan disorong oleh suatu
kepentingan memuaskan kebutuhan kebutuhan naluriah,
Id adalah sumber segala dorongan reservasi nalurinaluri. Dengan kata lain id adalah aspek biologis yang
merupakan sistem kepribadian yang asli.

Id

beroperasi

berdasarkan

prinsip

kenikmatan

(pleasure principle) yaitu berusaha memperoleh kenikmatan


dan menghindari rasa sakit. Pleasure principle diproses
dengan dua cara yaitu :
a. Tindak refleks (refleks actions)
Adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir
seperti

mengejapkan

mata

yang

dipakai

untuk

menangani pemuasan ranjang sederhana dan biasanya


segera dapat dilakukan.
b. Proses primer (primery process)
Adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu
yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangandipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi
yang

lapar

membayangkan

makanan

atau

putting

ibunya.
2. Ego
Merupakan Bagian rasional dan dasar dari pikiran,
yang membuat keputusan dan berhadapan dengan realitas
dunia luar. Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia
kenyataan.
Secara teoretis ego lebih mudah menghadapi nahayabahaya eksternal daripada bahaya-bahaya internal. Bahaya
eksternal dihadapi dengan cara menghindar, sementara
bahaya internal tidaklah mungkin ditangani dengan cara
demikian. Guna melindungi organism yang mudah menjadi
rusak sebagai akibat pemunahan atau bahkan kesadaran
terhadap

dorongan-dorongan

inernal

ini,

suatu

ego

dikembangkan dengan beragam pertahanan.


3. Super ego
Merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilainilai tradisional serta cita-cita masyarakat yang ada di
dalam kepribadian individu. Super ego juga merupakan
moral (conscience), gudang peraturan dan larangan
berkenaan dengan yang harus anda lakukan dan tidak anda
5

lakukan. Sikap yang dimiliki seseorang dalam super ego


sebagian besar merupakan internalisasi dari sikap orang
tuanya.
2. Dinamika kepribadian
1. insting sebagai energi psikis :
Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh
yang menuntut pemuasan misalnya insting lapar berasal dari
kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan nutrisi,
dan secara psikologis dalam bentuk keinginan makan.
- Sumber insting : kondisi jasmaniah atau kebutuhan tubuh
menuntut keadaan yang seimbang serta terus menerus dan
kekurangan

nutrisi

misalnya

akan

mengganggu

keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.


- Tujuan insting : segala aktivitas yang menjadi perantara
keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. Misalnya, tujuan
insting lapar ialah menghilangkan keadaan kekurangan
makan dengan cara makan.
- Obyek insting : misalnya obyek insting makan, bukan hanya
makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli
makanan dan meyajikan makanan itu.
- Pendorong atau penggerak insting : misalnya makin lapar
orang (sampai

batas

tertentu)

penggerak

instingnya

semakin besar.
2. jenis-jenis insting :
- insting hidup (Life Instinct): Disebut juga EROS adalah
dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti
lapar, haus, dan seks.
- Insting mati (Death Instinct): Disebut juga insting-insting
merusak

(destruktif).

Ini

fungsinya

kurang

jelas

jika

dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu


dikenal.
3. Kecemasan
Adalah

variabel

penting

dari

hampir

semua

teori

kepribadian. Kecemasan akan timbul manakala orang tidak


siap menghadapi ancaman.

a. Kecemasan realities (Realitic Anxienty): Adalah takut kepada


bahaya yang nyata ada didunia luar.
b. Kecemasan neureotis (Neurotic anxiety): Ketakutan terhadap
hukuman yang bakal diterima dari orangtua atau figur
penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting
dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai
hukuman. Hukuman belum diterimanya, karena orang tua
belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya,
dan misalnya orang tua mengetahui jug belum tentu
menjatuhkan hukuman.
c. Kecemasan moral (Moral Anxiety): Kecemasan kata hati,
kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai
orang tua.
4. Mekanisme pertahanan super ego
Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah
mekanisme yang rumit dan banyak macamnya, adapun
mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari
ada tujuh macam, yaitu :
1. Identifikasi
Cara meredukasi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau
mengidentifikasikan dirinya dengan orang yang dianggap lebih
berhasil memuaskan hasratnya disbanding dirinya. Mekanisme
pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam
tujuan yaitu :
- Merpakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu
(obyek) yang telah hilang
- Untuk mengatasi rasa takut
- Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan
mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan.
2. Pemindahan/reaksi kompromi
Ada tiga macam reaksi kompromi yaitu :
- Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi
budaya yang lebih tinggi, diterima, masyarakat sebagai
cultural kreatif.
7

- Subtitusi

adalah

pemindahan

atau

kompromi

dimana

kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan


aslinya.
- Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang
harus dipuaskan.
3. Represi
Adalah proses

ego

memakai kekuatan anticathexes

untuk

menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang


dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.
4. Fiksasi dan Regresi
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap
perkembangan

tertentu

karena

perkembangan

lanjutannya

sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan


yang

terlalu

kuat.

Frustasi,

kecemasan

dan

pengalaman

traumatik yang sangat kuat pada tahap perkembangan tertentu,


dapat berkibat orang regresi : mundur ketahap perkembangan
yang terdahulu, dimana ia merasa puas disana.
5. Proyeksi
Adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral
menjadi kecemasan realistis, dengan cara melemparkan impulsimpuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek diluar,
sehingga

seolah-olah

ancaman

itu

terproyeksi

dari

obyek

eksternal kepada diri orang itu sendiri.


6. Introyeksi
Adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan
sifat-sifat positif orang lain kedalam egonya sendiri. Misalnya,
seseorang anak yang meniru gaya tingkah laku bintang film
menjadi introyeksim kalau peniruan itu dapat meningkatkan
harga diri dan menekankan perasaan rendah diri, sehingga anak
itu merasa lebih bangga dengan dirinya sendiri.
7. Pementukan reaksi
Misalnya, benci diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan
ekpresi persahabatan
3. Perkembangan kepribadian
Freud berpendapat, bahwa kepribadian pada dasarnya telah terbentuk pada
akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan
8

penghalusan struktur dasar itu. Kepribadian itu berkembang dalam hubumgan dengan
empat sumber tegangan pokok yaitu proses pertumbuhan fisiologis, prustasi, konflik
dan ancaman. Metodemetode atau cara yang dipergunakan oleh individu untuk
mrngatasi prustasi, konflik, serta kecemasan, yaitu sebagai berikut :
a) Identifikasi Identifikasi
yaitu metode yang dipergunakan orang dalam menghadapi orang lain dan
membuatnya menjadi bagian dari pada keprubadiannya.
b) Pemindahan objek
Apabila objek pilihan sesuatu instink yang asli tidak dapat dicapai karena
rintangan (anti cathexis) baik dari dalam maupun dari luar. Adapun arah
pemindahan objek ditentukan oleh dua faktor yaitu : Kemiripan objek pengganti
terhadap objek aslinya. Sanksi sanksi dan larangan larangan masyarakat.
c) Mekanisme pertahanan ego
Karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang betlebihan, maka ego
terkadang mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau mereduksikan
tegangan atau disebut mekanisme pertahanan. Bentuk bentuk pokok mekanisme
pertahanan itu adalah :
Denial / Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup
mata

terhadap

kenyataan

yang

mengancam.

Individu

mempunyai

kecenderungan untuk menolak sejumlah aspek kenyataan yang terlalu

menyakitkan untuk diterima.


Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat sifat tertentu yang tidak bisa diterima
oleh ego kepada orang lain. Dengan proyeksi, individu akan menyalahkan orang
lain atas kesalahan yang dibuatnya sendiri, dan menyangkal bahwa dia memiliki

dorongan negatif.
Fiksasi
Fiksasi yaitu terpaku atau tetap pada tahap tahap perkembangan yang lebih
awal karena individu memiliki kecemasan untuk mengambil langkah ke tahap
berikutnya. Anak yang memakai mekanisme pertahanan fiksasi biasanya

mempunyai hambatan dalam perkembangan dan menjadi tidak mandiri.


Regresi
Regresi yaitu melangkah mundur ke tahap perkembangan sebelumnya dimana
tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
Rasionalisasi

Rasionalisasi

adalah

menciptakan

alasan-alasan

yang

baik

untuk

menghindarkan ego dari cedera, memalsukan diri sehingga kenyataan yang


mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.

Sublimasi
Sublimasi yaitu menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau lebih dapat
diterima secara sosial, mekanisme pertahanan sublimasi ini lebih bersifat positif
karena individu mencari jalan lain bagi pengungkapan perasaan agresinya dengan

cara yang lebih bermanfaat.


Displacement
Displacement adalah mengarahkan energi kepada obyek atau orang lain ketika

obyek asal tidak terjangkau.


Represi
Represi adalah melupakan peristiwa traumatis yang bisa membangkitkan
kecemasan, dengan menekannya ke alam bawah sadar sehingga tidak lagi menjadi
hal hal yang menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang
paling penting, karena merupakan dasar bagi sebagian besar pertahanan ego yang
digunakan individu.
Formasi Reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat
hasrat tak sadar. Ketika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan
ancaman, maka individu berusaha menampilkan tingkah laku yang berlawanan
untuk menyangkal perasaan-perasaan negatifnya.
4. Periode Perkembangan Psikoseksual
Menurut Freud, perkembangan kepribadiansehat dan tidak sehatsangat
berhubungan dengan cara-cara yag digunakan oleh individu dalam melewati fasefase

perkembangan

pada

enam

tahun

pertama

kehidupannya.

Tahapan

perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena memperesentasikan suatu


kebutuhan (dan pemuasan) seksual yang menonjol pada stiap tahapan
perkembangan. Hambatan yang terjadi pada proses pemenuhan kebutuhan seksual
pada setiap tahapan tahapan disebut fiksasi berpotensi menyebabkan gangguan
perilaku pada waktu dewasa. Freud berpendapat bahwa tahapan perkembangan
individu yang terpenting terjadi pada 5 tahun pertama kehidupannya, dan periode
perkembangan

psikoseksual

pada

masa

ini

merupakan

landasan

bagi

perkembangan kepribadian individu selanjutnya, Tahapantahapan perkembangan


psikoseksual :
a) Tahap oral (01 tahun)
10

Kontak pertama yag dilakuka oleh bayi setelah kelahirannya adalah


melalui mulut (oral). Kepuasan seksual (kesenangan) pada saat ini diperoleh
melalui mulut, yakni melalui berbagai aktivitas mulut seperti makan, minum,
dan menghisap atau menggigit. Fiksasi pada tahap ini menyebabkan orang
mengembangkan kepribadian oral, yakni menjadi orang yang tergantung dan
lebih senang untuk bertindak pasif dan menerima bantuan dari orang lain.
Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, baik
kepada diri sendiri, dan orang lain. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap
ketakutan dan ketidakamanan. Anak anak yang dicintai tidak akan banyak
menemui kesulitan dalam menerima dirinya, sebaliknya anak-anak yang
merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai cenderung
mengalami kesulitan dalam menerima dirinya sendiri, dan belajar untuk tidak
mempercayai orang lain, serta memandang dunia sebagai tempat yang
mengancam. Efek penolakan pada fase oral akan membentuk anak menjadi
pribadi yang penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci, dan
kesepian.
b) Tahap anal (1 3 tahun)
Interaksi melalui fungsi pembuangan isi perut (anal) dan memperoleh
kesenangan melalui aktivitas aktivitas pembuangan. Pada fase anal anak
banyak berhadapan dengan tuntutan tuntutan orangtua, terutama yang
berhubungan dengan toilet training, dimana anak memperoleh pengalaman
pertama dalam hal kedisiplinan. Fiksasi pada tahapan ini menyebabkan anak
mengembangkan kepribadian anal, yakni menjadi orang yang sangat
menekankan kepatuhan, konformitas, keteraturan, menjadi kikir, dan suka
melawan atau memberontak. Tugas perkembangan pada fase ini adalah anak
harus belajar mandiri, dan belajar mengakui dan menangani perasaan-perasaan
negatif. Banyak sikap terhadap fungsi tubuh sendiri yang dipelajari anak dari
orangtuanya. Selama fase anal anak akan mengalami perasaan- perasaan negatif
seperti benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya, namun mereka harus
belajar bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa diterima. Hal penting lain yang
harus dipelajari anak adalah bahwa mereka memiliki kekuatan, kemandirian,
dan otonomi.
c) Tahap palis (3 5 tahun)
Pada fase ini anak lakilaki dan perempuan senang menyentuh
(mengeksploitasi) organ kelaminnya untuk memperoleh kesenangan sambil
11

melakukan fantasifantasi seksual. Anak lakilaki mengembangkan fantasi


seksual dengan ibunya disebut oedipus complex dan anak perempuan
mengembangkan fantasi seksual dengan ayahnya disebut electra complex. Jika
konflik oedipal ini tak terpecahkan, anak lakilaki aka berkembang menjadi
homoseksual atau heteroseksual sedangka anak perempuan akan menjadi
wanita genit penggoda pria atau lesbian.. Fase Phalic juga merupakan periode
perkembangan hati nurani, dimana anak belajar mengenai standar standar
moral. Selama fase ini anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya
sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara
sehat. Mereka membutuhkan contoh yang memadai bagi identifikasi peran
seksual, untuk mengetahui apa yang benar dan salah, serta apa yang maskulin
dan feminin, sehingga mereka memperoleh perspektif yang benar tentang peran
mereka sebagai anak laki laki atau anak perempuan.
d) Tahap laten (6 12 tahun)
Pada tahap ini anak laki-laki dan anak perempuan menekankan semua isu
isu oedipal dan kehilangan minat seksualnya. Sebaliknya, mereka mulai
melibatkan dirinya ke dalam kelompok bermain yang terdiri atas anak-anak lain
dari jenis kelamin yang sama, baik kelompok yang kelompok yang bersifat full
male atau full female. Namun berkurangnya perhatian pada masalah seksual itu
bersifat laten dan masih akan terus memberikan pengaruh pada tahap
perkembangan kepribadian berikutnya.
e) Tahap genital (12 tahun keatas)
Fase genital dimulai pada usia 12 tahun, yaitu pada masa remaja awal dan
berlanjut terus sepanjang hidup. Pada fase ini energi seksual anak mulai terarah
kepada lawan jenis bukan lagi pada kepuasan diri melalui masturbasi, dan anak
mulai mengenal cinta kepada lawan jenis. Ketika memasuki masa pubertas anakanak mulai tertarik satu sama lain dengan lawan jenisnya dan menjadi manusia
yang lebih matang. Mereka saling mengembangkan afeksi (hubungan) dan
minat minat seksual, cinta, dan bentuk bentuk keterikatan yang lain.
2.2 Asumsi Perilaku Bermasalah
Menurut teori ini individu yang menyimpang atau bermasalah adalah jika
terdapat dinamika yang tidak efektif antara Id, Ego dan Superego, dimungkinkan
Ego selalu mengikuti dorongan dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral
atau Ego selalu mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau
kebutuhan dan juga proses belajar yang tidak benar pada masa kanak kanak.
12

Mekanisme pertahanan diri merupakan jalan pintas individu mengatasi


kecemasannya. Mekanisme pertahanan diri ini bukan jalan penyelesaian yang
tepat terhadap masalah yang dihadapi. Mekanisme pertahanan diri boleh
dilakukan oleh individu, tetapi jika telah menjadi kecenderungan individu setiap
mengalami masalah atau kegagalan memenuhi keinginannya dan selalu puas
dengan cara ini maka akan menjadi dan merupakan perilaku yang salah dalam
penyesuaian diri yang dalam jangka panjang dapat membentuk perilaku
abnormal. Dalam psikoanalisa klasik ada dua faktor yang menyebabkan perilaku
bermasalah, yaitu :
(1) dinamika yang tidak efektif antara id, superego, dan ego, dan
(2) diperoleh melalui proses belajar sejak kecil.
Dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan superego ditandai oleh
ketidakmampuan ego mengendalikan keinginan- keinginan dan tuntutan moral.
Ketidakmampuan pengendalian ini dimungkinkan dalam bentuk ego selalu mengikuti
dorongan dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral, atau sebaliknya ego selalu
mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau kebutuhan.
.ketidakseimbangan ini menimbulkan perilaku yang salah. Sedangkan yang kedua
bahwa sepanjang hidup individu pada dasarnya terjadi proses dinamika id, ego, dan
superego. Dalam pandangan Freud, pengalaman masa kanakkanak sangat
mempengaruhi pola kehidupan hingga dewasa. Jika sejak masa kanak kanak selalu
menekan (represi) pengalaman pengalamannya dan dimasukkan ke dalam alam
bawah sadar maka pada suatu saat pengalaman itu akan dimunculkan ke alam sadar.
Saat itulah penyesuaian yang salah dapat muncul pada individu. Jika individu dapat
menyalurkan keinginankeinginannya secara wajar, yaitu yang masih berada dalam
pengendalian ego yang rasional dan sesuai dengan realitasnya, maka gangguan tidak
terjadi, anak akan menjadi sehat. Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi Sehat
Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut
pola perkembangan yang ilmiah, mampu belajar dalam mengatasi tekanan dan
kecemasan, memiliki kesehatan mental yang baik. Kepribadian yang sehat
memiliki mekanisme pertahanan yang baik. Maksudnya pribadi yang bisa
mengorganisir struktur kepribadiannya dengan baik dan bisa menyelaraskan antara
id, ego, dan superegonya. Dalam hal ini individu tidak mengalami pengalaman
frustasi yang berlebihan dan Ego bertindak secara rasional dalam mengambil
tindakan tindakan untuk mengatasi tekanan dan kecemasan yang muncul.
13

Pribadi Bermasalah
Kepribadian yang bermasalah memiliki mekanisme pertahanan yang buruk.
Pribadi yang bermasalah adalah pribadi yang tidak bisa mengorganisir struktur
kepribadiannya dengan baik dan tidak bisa menyelaraskan antara id, ego, dan
superegonya, dimungkinkan Ego selalu mengikuti dorongandorongannya dan
mengabaikan tuntutan moral atau Ego selalu mempertahankan kata hatinya tanpa
menyalurkan keinginan atau kebutuhan atau Ego bisa saja membiarkan dorongandorongan atau menekan perasaanperasaan seksual dengan melakukan tindakan
yang irasional dalam menghadapi kecemasan dan juga proses belajar yang tidak
benar pada masa kanakkanak

2.3 Hakekat Manusia


a) Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa
kanak-kanak.
b) Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental
yang tidak di sadari.
c) Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah
di

peroleh

sejak

lahir,

terutama

kecenderungan

mengembangkan dirinya.
d) Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada
tujuan untuk meredakan ketegangang, menolak dan kesakitan
dan mencari kenikmatan.

2.4 Hakekat Konseling


Freud dalam pendapatnya menyatakan bahwa konseling
merupakan

proses

membantu

individu untuk

menyadari

ketidaksadarannya, dengan kata lain agar individu mengetahui


ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada
tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampumemilih secara
rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego.Seperti
diketahui secara umum hakikat konseling adalah mengubah
perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisa hakikat konseling
adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih
realistik dan rasional. Freud menganggap bahwa seseorang yang
14

telah

dapat

menyadari

dengan

sendirinya

akan

dapat

mengembangkan tingkah laku yang sesuai yakni tingkah laku


yang sesuai dan dapat diterima secara sosial. Dalam proses
konseling belajar yakni mengenali bahwa dalam dirinya ada
resistensi emosional yang kuat. Proses konseling mementingkan
faktor

afektif

serta

penekanannya

terletak pada

faktor

interpersonal.
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses
konseling, yaitu :
1. Kontrak dan mengatur teknik.
Didalam kontrak dan mengatur teknik ini lebih mengarah
bagaimama seorang konselor mampu membuat kesepakatankesepakatan dengan klien, baik dari sisi batasan waktu untuk
memulai dan mengakhiri, cara menghadapai klien serta
bagaimana konselor mampu membuat kondisi klien nyaman
namun tidak menyebabkan kecanduan (addict).
2. Fase pembukaan analitik
Dalam fase ini merupakan fase dimana seorang konselor
dituntutuntuk

mampu mengungkapkan

permasalahnnya,

sehingga dalam analisisnya konselor mampu membedakan


klien yang menunjukkan gejala histeria atau obsesi klien yang
mengalami kelainan tingkah laku. Selain daripada itu didalam
konseling

juga

terdapat

teknik-teknik

untuk intervensi konseling.

2.5 Tujuan Konseling


Sesuai dengan asumsiasumsi dasar tentang sifat dasar manusia yang
dipegang, konseling pendekatan psikoanalisa bertujuan untuk membantu konseli
agar mampu mengoptimalkan fungsi ego dengan cara mencapai keseimbangan
psikologis. Keseimbangan psikologis ini dicapai dengan cara meniadakan
kecemasan atau menangani konflik konflik intrapsikis.
Tujuan konseling pendekatan psikoanalisa adalah untuk membentuk
kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal yang tidak
disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititik beratkan pada usaha
konselor agar konseli dapat menghayati, memahami dan mengenal pengalaman15

pengalaman masa kecilnya terutama antara umur 25 tahun. Pengalamanpengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan
tujuan agar kepribadian konseli dapat direkontruksi kembali. Jadi penekanan
konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya
ketidaksadaran manusia. Sudah barang tentu tilikan kognitif tetap diperhatikan,
akan tetapi tidak sepenting aspek afektif.
Menurut Corey (2005), tujuan konseling psikoanalisa adalah untuk
membentuk kembali struktur karakter individu, dengan cara merekonstruksi,
membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalamanpengalaman
masa lampau, yang terjadi di masa kanakkanak. Membantu konseli untuk
membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan halhal yang tidak
disadari menjadi disadari oleh konseli. Secara spesifik, membawa konseli dari
dorongandorongan

yang

ditekan

(ketidaksadaran)

yang

mengakibatkan

kecemasan kearah perkembangan kesadaran intelektual, menghidupkan kembali


masa lalu konseli dengan menembus konflik yang ditekan, memberikan
kesempatan kepada konseli untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal
mengatasinya.
Menurut Lubis (2010), tujuan khusus psikoanalisa adalah membentuk
kembali struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal hal yang tidak
disadari. Untuk itu konseli akan dibawa mundur kepada pengalaman masa
kanakkanaknya yang kemudian pengalaman tersebut akan dianalisis dan
ditafsirkan sehingga terjadilah rekkonstruksi kepribadian pada diri konseli.
Menurut Alwisol (2006 : 42) tujuan konseling psikoanalisa bukan sematamata untuk menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki, tetapi bertujuan
memperkuat ego sehingga mampu mengontrol implus insting, dan memperbesar
kapasitas individu untuk mencintai dan berkarya. Konseli belajar bagaimana
mensublimasikan implus agresi dan implus seksual, belajar bagaimana
mengarahkan keinginan dan bukan malah diarahkan oleh keinginan.
Menurut Baker ( 1985 ) mengemukakan lima tujuan khusus konseling
psikoanalisa, yakni membantu individu agar mampu untuk: Meningkatkan
kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls impuls dan berbagai bentuk
dorongan naluriah yang tidak rasional.

Memperkaya sifat dan macam

mekanisme pertahanan ego sehingga lebih efektif, lebih matang, dan lebih dapat
diterima. Mengembangkan perspektif yang lebih berlandaskan pada assesmen
realitas

yang

jelas

dan

akurat

dan

yang

mendorong

penyesuaian.
16

Mengembangkan kemampuan untuk membentuk hubungan yang akrab dan sehat


dengan cara yang menghargai hakhak pribadi dan orang lain. Menurunkan sifat
perfeksionis (mengejar kesempurnaan), rigid (kaku), dan punitive (menghukum).
Menurut Prayitno, (1998: 44) tujuan dari konseling psikoanalisisa adalah:
Membawa konseli kepada kesadaran dorongandorongan yang ditekan
ketidaksadaran yang mengakibatkan kecemasan. Dalam hal ini, menurut
Rochman Natawidjaya (dalam Taufik, 2009 : 36) menjelaskan bahwa tujuan dari
konseling itu adalah usaha menata kembali struktur watak dan kepribadian
konseli. Dalam mencapai tujuan tersebut, jalan yang ditempuh adalah dengan
cara membuat konflikkonflik yang tidak disadari menjadi disadari dan dengan
menguji serta menjajaki materi yang bersifat intrapsikis Memberikan kesempatan
kepada konseli menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
Dalam hal ini konselor membantu konseli menghidupkan kembali pengalaman
pengalaman masa kanakkanak dini dengan menembus konflikkonflik yang
direpresi (Taufik, 2009:37). Setelah pengungkapan materi yang tidak disadari dan
mengganggu itu, kemudian konselor berusaha merasionalkan kesankesan itu,
sehingga konseli menyadari bahwa kesan yang dibawanya tersebut tidaklah
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Secara spesifik tujuan psikoanalisa
yaitu : Pada dasarnya konselor menyadarkan konseli dari ketidaksadaran menuju
ke kesadaran atas dorongandorongan yang menyebabkan perilaku bermasalah.
Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada
mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri. Membawa konseli dari dorongan
dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah
perkembangan kesadaran intelektual. Menghidupkan kembali masa lalu konseli
dengan

menembus

konflik

yangdirepres.

Membentuk

kembali

struktur

kepribadian klien dengan jalan mengembalikanhalhal yang tak disadari menjadi


sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan
pengalaman-pengalaman masa kanakkanak, terutama usia 2-5 tahun, untuk
ditata, disikusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseli bisa
direkonstruksi lagi. Memperkuat agar ego lebih riel dalam bertindak, serta
mampu berkembang sesuai dengan potensipotensi yang dimiliki dan dapat
beradaptasi dengan lingkungan dengan lebih baik.

Memberikan kesempatan

kepada konseli untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.

17

2.6 Karakteristik
Karakteristik dari teori ini adalah :
- Anti rasionalisme.
- Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar,
konflik dan simbolisme.
- Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan
dorongan-dorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan
fungsi yang di dalam ke arah dorongan tadi. Libido atau eros
mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, sebagai
lawan lawan dari Thanatos.
- Semua kejadian psikis ditentukan

oleh

kejadian

psikis

sebelumnya.
- Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak
merupakan proses mental yang berciri biasa.

2.7

Peran konseling

Peran Konselor
Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli
dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang
lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui caracara yang realistis,
serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang
impulsif dan irasional. Konselor membangun hubungan kerja sama dengan
konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan
menafsirkan. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk
mempercepat proses penyadaran halhal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
Sementara konseli berbicara, konselor berperan mendengarkan dengan penuh
perhatian, menganalisis dan menginterpretasikan ungkapanungkapan konseli,
kemudian memberikan tafsirantafsiran terhadap informasi konseli, selain itu
konselor juga harus peka terhadap isyaratisyarat non verbal darikonseli.
Konselor memberikan penjelasan tentang makna proses kepada konseli
sehingga konseli mencapai pemahaman terhadap masalahnya sendiri,
mengalami peningkatan kesadaran atas caracara berubah, sehingga konseli
mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.

18

Karakteristik konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya


anonim serta hanya berbagi sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya
kepada konseli. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu
konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi
yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang
realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya
yang impulsif dan irasional. Konselor membangun hubungan kerja sama
dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan
dan menafsirkan. Konselor juga memberikan perhatian kepada resistensi
konseli untuk mempercepat proses penyadaran halhal yang tersimpan dalam
ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara, konselor berperan mendengarkan
dan kemudian memberikan tafsirantafsiran terhadap informasi konseli,
konselor juga harus peka terhadap isyaratisyarat non verbal dari konseli. Salah
satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan proses arti proses kepada
konseli

agar

mendapatkan

pemahaman

terhadap

masalahnya

sendiri,

mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli


mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.
Lebih jelasnya, peran konselor adalah :
- Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak
dikenal oleh konseli.
bicara tentang

- Sedikit

dirinya

dan

jarang

sekali

menunjukkan reaksi pribadinya.

- Konselor membuat suatu hubungan kerja dengan konseli.


- Konselor mendengarkan dan kemudian memberikan
tafsiran terhadap pernyataan konseling.
memberikan perhatian terhadap

- Konselor

keadaan

resistensi konseli yaitu suatu keadaan dimana konseli


melindungi suatu perasaan, trauma, dan kegagalan
konseli terhadap konselor.
- Mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan
dalam ketidaksadaran konseli yang dilindungi dengan

cara transferensi.
Fungsi Konselor :
Berusaha membantu

konseli

dalam

mencapai

kesadaran

diri,

kejujuran,keefektifan dalam melakukan hubungan personal. Menangani

19

kecemasan secara realistis. Memperoleh kendali atas tingkah laku yang


implisit dan irasional. Mendorong pemindahan perasaan.

Peran Konseli
Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif,
dan melakukan asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang
terlintas dalam pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan
esensi dari kegiatan konseling psikoanalisa. Pada kasuskasus tertentu
konseli diminta secara khusus untuk tidak mengubah gaya hidupnya selama
proses konseling. Dalam pelaksanaan konseling psikoanalisa, konseli
menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan
mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.
Pengalaman Konseli dalam Konseling yaitu bersedia melibatkan diri
kedalam

proses

konseling

yang

intesif

danberjangka

panjang.

Mengambangkan hubungan dengan konselor. Mengalami krisis treatment.


Memperoleh pemahaman atas masa lampau konseli yang tidak disadari.
Mengembangkan resistensiresistensi untuk belajar lebih baik tentang diri
sendiri.

Mengembangkan suatu hubungan traferansi yang tersingkap.

Memperdalam proses konseling.

Menangani resistensiresistensi dan

masalah yang terungkap. Mengakhiri proses konseling.

Hubungan

Konselor dengan Konseli. Dalam konseling psikoanalisa terdapat tiga


bagian hubungan konselor dengan konseli, yaitu aliansi, transferensi, dan
kontratransferensi :
1. Aliansi
Aliansi yaitu sikap konseli kepada konselor yang relatif
rasional, realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk
terwujudnya keberhasilan konseling).
2. Transferensi
Transferensi yaitu pengalihan segenap pengalaman konseli di
masa lalunya terhadap orangorang yang menguasainya, yang
ditujukan kepada konselor dan merupakan bagian dari hubungan yang
sangat penting untuk dianalisis kemudian membantu konseli untuk
mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam
menerima, menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada
saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
3. Kontratransferensi
20

Kontratransferensi

yaitu

kondisi

dimana

konselor

mengembangkan pandanganpandangan yang tidak selaras dan berasal


dari konflikkonfliknya sendiri. Kontratransferensi bisa terdiri dari
perasaan tidak suka, atau justru keterikatan atau keterlibatan yang
berlebihan, kondisi ini dapat menghambat kemajuan proses konseling
karena konselor akan lebih terfokus pada masalahnya sendiri. Konselor
harus menyadari perasaaannya terhadap konseli dan mencegah
pengaruhnya yang bisa merusak. Konselor diharapkan untuk bersikap
relatif obyektif dalam menerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan
emosiemosi kuat lainnya dari konseli.
Proses Konseling Secara sisitematis proses konseling yang
dikemukakan dalam urutan fasefase konseling dapat diikuti sebagai
berikut : Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal
konseling. Tahap krisis bagi konseli yaitu kesukaran dalam
mengemukakan masalahnya, dan melakukan tranferensi.

Tilikan

terhadap masa lalu konseli terutama pada masa kanakkanak.


Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri. Pengembangan
hubungan transferensi klien dengan konselor. Melanjutkan lagi halhal
yang resistensi. Menutup wawancara konseling.

2.8 Hubungan Konselor Dengan Klien


- Kontertrafensi (istilah yang mengacu pada kebutuhan konflik
yang belum terpecahkan dan reaksi irasional yang konselor
miliki kearah yang sedang ditanganinya).
- Apabila konselor berhasil mengelola

secara

positif

transferensi klien dan mengontrol kemungkinan adanya


kontertraferensinya.

- Konselor netral/anonim dan klien mengembangkan proyeksi


kepada konselor. Pusatnya pada mengurangi resistensi dan
mengembangkan tranferensi.

2.9 Tahap Konseling


1. Tahap pembukaan Tahap ini terjadi pada permulaan interview
hingga masalah klien di tetapakan.
2. Pengembangan tranferensi
21

Perkembangan dan analisis transferensi merupakan inti


dalam psikoanalisis. Pada fase ini perasaan klien mulai di
tunjukan kepada konselor, yang di anggap sebagai orang
yang telah menguasainya di masa lalunya.
3. Bekerja melalui transferensi
Tahap
pengertian

ini

mencakup

klien

sebagi

mendalami
orang

yang

pemecahan
terus

dan

melakukan

transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap


sebelumnya, hanya saja transferensi terus berlangsung, dan
konselor berusaha memahami tentang dinamika kepribadian
kliennya.
4. Resolusi transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku
neoretik klien yang di tunjukan kepada konselor sepanjang
hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangan
hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada klien
dan

menghindari

adanya

ketergantungan

klien

kepada

konselornya.
Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi
bekerja terus, konseling dapat di akhiri untuk menghindari
klien melawan konselor. Jika hubungan konseling tidak di
akhiri maka konselor dapat mengikuti transferensi itu untuk
mengembangkan secara objektif sehingga tercapai otonomi
klien.

2.10 Teknik Konseling


1. Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi
bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan
pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin
untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang
pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui
perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa
sensor. Metode ini adalah metode mengungkapkan pengalaman
masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan
22

dengan situasi traumatik

dimasa lalu, klien memperoleh

pengetahuan dan evaluasi diri sendiri. Hal ini disebut sebagai katarsis.
Katarsis secara sementara dapat mengurangi pengalaman klien yang
menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama dalam proses
penyembuhan. Sebagai suatu cara membantu klien memperoleh pengetahuan
dan evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi
kinci dari asosiasi bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor adalah untuk
mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan terkunci dalam ketaksadaran.
2. Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis
asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis ristensi dan analisis
transpsransi.

Prosedurnya

terdiri

atas

penetapan

analisi,

penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku


dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan
hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah
membiarkan

ego

untuk

mencerna

materi

baru

dan

mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.


Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari klien.
Hal yang terpenting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada
waktu-waktu yang tepat karena kalau tidak, klien dapat menolaknya. Ada tiga
hal yang harus diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi adalah
sebagai berikut :
- Interpretasi disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan
terhubung erat dengan hal-hal yang disadari klien.
- Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yang
dalam (dialami oleh situasi emosional klien).
- Menetapkan
resistensi
atau
pertahanan

sebelum

menginterpretasikan emosi atau konflik.


3.

Analisis Mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal
yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh
tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. proses

23

terjadinya mimpi adalah karena di waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan
kompleks yang terdesakpun muncul ke permukaan karena dalam mimpi semua
keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan.
4.

Analisis dan interpretasi transferensi


Transferensi (pemindahan). Transferensi muncul dengan
sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatankegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang
lain, menyebabkan dia mengubah masa kinidan mereaksi
kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau
ayahnya atau siapapun.
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar
teringkap neurosisnya terutama pada usia selam lima tahun pertama hidupnya.
Konselor manggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonym, dan pasif agar
terungkap transferensi tersebut

Tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut :


- Klien memperoleh pemahaman atas

pengalaman-

pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau


terhadap kehidupan sekarang.
- Memungkinkan klien menembus konflik lampau yang
dipertahankan

hingga

sekarang

dan

menghambat

perkembangan emosinya.
5.

Analisis dan Interpretasi resistensi


Resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang
mendorong

seseorang

untuk

mempertahankan

terhadap

kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan


kepada

bantuan klien

untuk

menyadari

alasan timbulnya

resistensi.

2.11 Kelebihan dan Keterbatasan


Kelebihan dari pendekatan ini adalah :
1. Menggunakan interview sebagai terapi
2. Pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan
kepribadian
3. Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari
4. Adanya penyesuaian antara teori dan teknik
24

5. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat


memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
6. Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpimimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
7. Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual
untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan
fungsi simptomatologi
Keterbatasan dari teori ini adalah :
1. Terlalu banyak menekankan pada masa kanak-kanak dan
menganggap

kehidupan

seolah-olah

sepenuhnya

ditentukan masa lalu. Hal ini memberikan gambaran


2.
3.
4.
5.
6.

seolah-olah tanggung jawab indiidu berkurang.


Terlalu meminimalkan rasionalitas.
Perilaku hanya ditentukan oleh energi psikis.
Penyembuhan dalam psikoanalisa terlalu rasional.
Penelitian kurang banyak medukung data.
Pandangan yang terlal deterministik di nilai terlalu

meendahkan martabat kemanusiaan.


7. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya.
2.12 Contoh Penerapan

25

Naskah Dialog Pelaksanaan Konseling


Konseli : ( Mengetuk pintu ). Assalamualaikum.
Konselor :Waalaikum salam warahmatullahi wa Barokatuh. Mari silakan masuk.
(Menghampiri Konseli, menjabat tangan Konseli dan membawanya memasuki
ruangan). Silahkan duduk Senang sekali hari ini bisa bertemu dengan kamu.
Bagaimana kabarnya?
(Attending, refleksi perasaan)
Konseli : Ya, Pak..... Saya baik baik saja. Ada apa pak, saya dipanggil ke sini?
Konselor : Ada sesuatu yang ingin bapak bicarakan dengan kamu, bapak memperoleh
informasi dari salah satu guru kalau kamu mempunyai masalah dengan kehadiran,
kalau boleh bapak tahu apa yang menyebabkan kamu tidak masuk sekolah, maukah
kamu menceritakannya pada bapak?
(Refleksi Perasaan)
Konseli : Baik pak.
Konselor : Saya senang kalau kamu mau menceritakannya, terimakasih kalau kamu
bersedia bercerita kepada bapak.

26

Konseli : Begini pak, saya merasa mengalami kebosanan berada di sekolah ini dan saya
merasa belum menemukan teman yang benarbenar cocok dengan saya di sekolah
ini.
(Personalizing)
Konselor : Lalu (Pertanyaan terbuka)
Konseli : Selain itu saya juga memiliki masalah dengan Guru Matematika saya pak, saya
merasa kesal dengan guru Matematika tersebut yang bernama Bu suratmi saya
merasa diperlakukan dengan tidak baik dia sering menghina saya dan selalu
membawabawa nama orang tua saya jika menghina, jika dikelas Bu suratmi selalu
bilang pada anakanak kalau saya anak yang tidak baik, suka membuat onar, dan
bodoh.
Konselor : Ooh terus?.
( Respon minimal )
Konseli : Ya selain menghina saya dengan perkataan yang membuat saya tidak nyaman,
selain itu bu suratmi juga sering mengatakan kalau anak nakal itu bagaimana orang
tuanya kalau orang tuanya benar anaknya juga tidak akan nakal. Saya tidak suka
kalau bu suratmi membawabawa nama orang tua saya apalagi di depan kelas pada
saat belajar. Makanya saya sering tidak masuk pada saat mata pelajarannya bu
suratmi karena saya kesal sering dihinahina sama dia.
Konselor : Memangnya kenapa kamu merasa bosan dan tidak nyaman berada di sekolah?
(Pertanyaan Terbuka)
Konseli : Saya merasa bosan dan tidak nyaman di sekolah selain karena saya kesal dengan
bu suratmi , saya juga merasa tidak mempunyai kecocokan dengan temanteman
yang ada di sekolah, saya merasa lebih cocok dengan temanteman lama saya
sewaktu di SD.
Konselor : Apakah temanteman yang sering membolos bersama kamu berbeda sekolah?
(Pertanyaan terbuka)

27

Konseli : Iya pak temanteman saya yang lain berbeda SMP dengan saya, kami biasanya
membolos dan nongkrong di suatu tepat, kami berkumpul dan menghabiskan jam
sekolah disana.
Konselor : Mengapa kamu merasa tidak memiliki kecocokan dengan temanteman di
sekolah, memangnya kamu tidak memiliki teman dekat di sekolah? apa yang membuat
kamu tidak cocok dengan teman anda?
(Eksplorasi)
Konseli : Saya merasa tidak nyaman saja pak, ada pak saya memiliki teman dekat namanya
boy, saya juga kalau bolos bareng dengan dia.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------Konselor : Lalu apa saja yang kamu lakukan jika membolos dengan temanteman kamu?
Konseli : Saya dan temanteman hanya mengobrol dan bercanda-canda saja.
Konselor : Oh...ya, tentang bu suratmi apakah kamu tau mengapa bu suratmi sering berkata
sepert itu sama kamu, apa yang menyebabkan bu suratmi bersikap seperti itu?
(Eksplorasi)
Konseli : Mungkin karena saya di kelas suka membuat onar dan bodoh, bu suratmi itu hanya
memperhatikan anakanak yang pintar saja bu di kelas. Padahal saya sudah
berusaha untuk meminta maaf pada bu suratmi kalau saya memiliki kesalahan tapi
bu suratmi malah mencuekan saya dan tidak menghiraukan maaf saya, itu
membuat saya menjadi tambah kesal sama bu suratmi, mungkin memang bu
suratmi tidak menyukai saya pak.
Konselor : Ya mungkin saja Bu suratmi bersikap seperti itu terhadap kamu karena sikap
kamu yang membuat bu suratmi jengkel. Saya mengerti perasaan kamu
(Respon perasaan)
Konseli : Iya pak.... tapi kan saya sudah berusaha untuk meminta maaf pada Bu suratmi dan
sudah merubah sikap saya pada saat mata pelajaran dia tapi tetap saja Bu suratmi
masih suka menghina saya. Setiap orang juga kan bisa berubah sepertinya Bu
suratmi tidak percaya kalau saya ingin berubah.
28

Konselor : Apakah ada hal lain yang membuat Bu suratmi seperti itu dan hal lain yang
membuat kamu tidak betah di sekolah? (Eksplorasi pengalaman)
Konseli : Saya rasa tidak ada pak, Ya pak... saya merasa teman teman yang lain pada takut
sama saya dan tidak ada yang berani kepada saya.
Konselor : Apakah dengan tidak masuk pelajaran Bu Suratmi itu tidak merugikan kamu dan
tidak membuat kamu tertinggal pelajaran?
Konseli : Iya pak... Itu sangat merugikan bagi saya.
Konselor : Mengapa mereka takut pada kamu?
Konseli : Mungkin karena saya pernah menonjok teman sekelas saya karena kesal pak.
Konselor : Mengapa kamu seperti itu?
Konseli : Karena saya kesal pak.
Konselor : Sekarang menurut kamu apakah semua perbuatan kamu itu benar?
Konseli : Tidak pak
Konselor : Apakah dengan membolos dapat menguntungkan kamu dan membuat menjadi
lebih baik.
( Konfrontasi )
Konseli : Tidak pak
Konselor : Saya ingin kamu menjadi lebih baik dan dapat merubah semua sikap kamu, jika
kamu bersikap baik maka pandangan temanteman dan bu Suratmi akan baik
juga sama kamu. Kamu mau kan merubah sikap kamu, ini semua buat kamu
kalau kamu melakukan halhal yang merugikan dampaknya juga kan tidak baik
buat diri kamu sendiri. Saya senang jika orangorang berpandangan positif
tentang kamu, kamu pasti senang kan jika kamu dianngap anak yang baik oleh
temanteman danBu Suratmi. Dan apakah kamu juga tidak mau menjadi contoh
bagi temanteman kamu yang lainnya dan membawanya untuk berubah
Konseli : Saya mengerti pak , dan saya juga ingin berubah?

29

( Initiating )
Konselor : Bagus sekali jika kmau ingin berubah, saya ingin melihat kamu menjadi anak
yang berhasil dan dapat dibanggakan oleh orang tua kamu. Bagaimana dengan Bu
Suratmi, apakah kamu akan terus seperti itu?
Konseli : Kalau Bu Suratmi, Saya juga tidak tahu harus bagaimana?
Konselor : Ya memang ya kamu setiap orang itu mempunyai karakteristiknya masing
masing, nah...kamu kan sudah meminta maaf sama Bu Suratmi, saya ingin kamu
memahami kalau Bu Suratmi dengan karakteristiknya yang seperti itu dan
memahami sikap Bu Suratmi, saya tidak mau kalau kamu tertinggal mata
pelajaran IPA hanya karena Bu Suratmi, sekarang Kamu mencoba membuktikan
pada Bu Suratmi kalau kamu juga bisa menjadi lebih baik. Bagaimana? Nah...
sekarang apa yang ingin kamu lakukan?
( Initiating )
Konseli : Ya pak, saya ingin mencoba untuk berubah, tapi saya bingung jika ada teman saya
yang mengajak membolos lagi?
Konselor : kamu harus mmepunyai sikap yang asertif, kamu harus bisa berkata tidak jika
kamu ingin berubah kamu harus memiliki komitmen yang kuat untuk berubah,
semua tergantung pada diri kamu sendiri jika kamu mempunyai keinginan yang
besar untuk berubah, saya yakin pasti kamu bisa untuk berubah.
Konseli : Baik pak, kalau begitu saya akan mencoba untuk dapat berubah dan berusaha
untuk menjadi lebih baik. Saya juga ingin menjadi orang yang bisa dibanggakan
orang tua dan diapandang baik oleh orangorang.
Konselor : Ya bagus... Saya senang sekali mendengarnya jika kamu mau berusaha untuk
berubah. Apakah ada yang ingin kamu bicarakan lagi?
Konseli : Saya kira seperti sudah cukup pak.
Konselor : Baiklah jika tidak ada yang ingin di bicarakan lagi, cukup diskusi kita hari.
Terimakasih kamu sudah percaya kepada saya untuk menceritakan masalah kamu.
( Closing )
30

Konseli : Sama sama pak.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikoanalisa

berkembang

dari

ilmu

kedokteran

dan

konsepnya dipakai tidak hanya dalam bidang psikologi tetapi


juga bidang lain di luar psikologi. Teori Psikoanalisa dari freud
dapat berfungsi sebagai 3 macam teori, yaitu teori kepribadian,
sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi
(penyembuan).
Pada

dasarnya

psikoanalisa

yaitu

pendekatan

yang

membahas kepribadian. Dalam tiga aspek yaitu: Struktur


kepribadian yang terdiri dari id, ego, superego. Aspek kedua
yaitu dinamika kepribadian, serta yang ketiga perkembangan
kepribadian. Id adalah komponen biologis, Ego adalah komponen psikologis,
sedangkan Superego merupakan komponen sosial. Teknik teknik dalam
psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan
intelektual ke dalam prilaku konseli, dan memahami gejala gejala yang nampak
dari konseli. Ada lima teknik dasar dalam teori psikoanalisa yaitu, Asosiasi
31

Daftar pustaka
Bertens, K. (2006). Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Breman, james F. 2006. Sejarah dan sisem psikologi. Jakarta: PT.
Raja Grafndo Persada.
(Inggris) Ciccarelli, S. K., White, N. J. (200). Psychology. New Jersey:
Pearson.
(Inggris) Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT
Penerbitan Universitas Muhammadiyah.
http://ibnusuny.blogspot.com/2010/06/pendekatan-psikoanalisis-dalam.html
http://rasyaamalia.blogspot.com/2013/05/pendekatan-konseling-psikoanalisa- pa.html
http://agusnoffitasepti.blogspot.com/2012/04/teori-psikoanalisa.html
http://hifasmadasolusi.blogspot.com/2012/11/pendekatan-psikoanalisis_27.html
http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/teori-dan-pendekatan-konseling.html
http://chabib-agung.blogspot.com/
32

http://juergenkollink.blogspot.com/2013/04/psikoanalisa-freud-teknik-dalam.html
http://13nixa3asti2.blogspot.com/2012/08/psychoanalysis-counseling.html
http://080222.blogspot.com/2013/05/makalah-pendekatan-psikoanalisa.html
http://dwiamaliamulyani.blogspot.com/2013/05/makalah-psikoanalisa.html
http://modelkonseling.blogspot.com/2013/09/konseling-psikoanalisa.html
http://putriroshe2010b.blogspot.com/2012/05/teori-konseling-psikoanalisa.html
http://my-lieza.blogspot.com/2014/09/konseling-psikoanalisis-klasik.html
Kramer, G.P., et all. (2010). Introduction to Clinical Psychology (7th
ed). New Jersey: Pearson.
Pujosuwarno Sayekti, 1993, Berbagai Pendekatan Dalam Konseling, Yogyakarta :
Menara Mas Offseta
Suryabrata,

S.

(2000).

Psikologi

Kepribadian.

Jakarta:

PT

RajaGrafindo Persada.

33

Anda mungkin juga menyukai