2010-2013
Posted about 50 days ago |acehterkini.com
Setelah ditetapkannya Al-Amin Nasution (PPP) & Sarjan Tahir (Demokrat) dalam kasus pengalihan lahan hutan di
bagansiapi2(sumsel) & bintan (kepri), kini menurut pengakuan Sekda Bintan Azirwan, ada 4 oknum anggota DPR yang
juga terlibat dalam kasus pengalihan hutan di bintan. Pesan juga untuk KPK, kapan Bupati Bintan ditetapkan jadi
tersangka? Kenapa hanya level sekda yang tersentuh? Menhut MS Kaban juga diperiksa dong, enggak mungkin hanya
legeslatif & eksekutif di daerah yang terlibat? Jangan tebang pilih begitu dong?
Azirwan Sebut Empat Anggota DPR Terlibat
Tuesday, 08 July 2008
JAKARTA(SINDO) Sebanyak empat anggota Komisi IV DPR disebut ikut terlibat dalam perkara dugaan suap Sekretaris
Daerah Bintan,Kepulauan Riau,Azirwan kepada anggota Komisi IV DPR,Al Amin Nur Nasution.
Uang suap diberikan untuk memuluskan perizinan alih fungsi kawasan hutan lindung Bintan. Penyelidik Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Sagita Haryadi, saat bersaksi dalam sidang perkara itu di Pengadilan Khusus Tindak
Pidana Korupsi menyebut anggota DPR yang sempat terlibat pembicaraan dengan Azirwan adalah Hilman Indra dari Fraksi
Bintang Pelopor Demokrasi (BPD), Sujud Sirajudin dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN),Azwar Chesputra dan Syarfi
Hutauruk dari Fraksi Partai Golkar (FPG).
Sagita adalah petugas KPK yang bertugasmenyelidiki,termasukmenyadap pembicaraan melalui telepon yang dilakukan
Azirwandengansejumlahpihak. Pembicaraan telepon itu sebagian berisi tentang pemberian uang kepada anggota DPR dan
pejabat di eksekutif. Sagita membeberkan keempat anggota DPR itu terlibat pembicaraan dengan Azirwan, sebelum
Sekretaris Daerah Bintan itu aktif berkomunikasi dengan Al Amin Nur Nasution.
Sagita bertugas menyelidiki kasus itu sejak November 2007,termasuk melakukan penyadapan.Selama itu beberapa
anggota DPR telah menjalin komunikasi, bahkan sempat menggelar pertemuan dengan Azirwan. Salah satu komunikasi
antara Azirwan dan beberapa anggota DPR itu terjadi pada 20 Juni 2007.
Komunikasi itu antara lain menyepakati komitmen pemberian uang kepada sejumlah anggota DPR. Komunikasi antara
anggota DPR dan Azirwan itu kemudian tertunda sehingga komunikasi kemudian ditangani Al Amin Nur Nasution. Ada
kesulitan Hilman Indra menghubungi Azirwan, akhirnya Al Amin yang menangani, ungkap Sagita.
Penyelidik KPK lain yang bersaksi,Amir Arif,mengaku melihat dua anggota Komisi IV selain Al Amin sebelum suami
penyanyi dangdut Kristina itu tertangkap petugas KPK di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, pada 8 April 2008. Saya melihat
Azirwan bersama dua orang wanita, katanya sembari menyatakan Azirwan memasuki Mistre Pub di Hotel Ritz Carlton
pada malam hari.
Kedatangan Azirwan, menurut Amir,disusul Al Amin. Amir memastikan dua anggota DPR lain juga menyusul Amin dan
Azirwan di sana. Saya ketahui dua orang itu adalah Syarfi Hutauruk dan Sujud Sirajudin, kata Amir. Di dalam tempat
hiburan, semua orang itu duduk terpisah.
Azirwan duduk bersama seorang laki-laki,sementara Al Amin duduk di seberang Azirwan bersama dua wanita yang
mengapitnya.Sujud dan Syarfi duduk di kursi lain. Menurut Amir, Azirwan dan Al Amin sempat menghampiri Sujud dan
Syarfi.Setelah Amin dan Azirwan kembali ke tempat semula,Sujud dan Syarfi meninggalkan tempat hiburan itu.
Tidak lama setelah itu, kata Amir, Azirwan beberapa kali bertemu dengan Al Amin di lorong toilet. Amir mengamati mereka
dari jarak sekitar tiga meter. Di tempat itulah Azirwan memberikan uang kepada Al Amin. Setelah meninggalkan tempat
hiburan,Azirwan dan Al Amin ditangkap secara terpisah oleh petugas KPK.
Bersama Al Amin ditemukan uang sedikitnya Rp3,9 juta dan Rp60 juta di mobil Al Amin. Sebaliknya, bersama Azirwan
ditemukan dokumen hasil rapat Komisi IV DPR dengan Menteri Kehutanan MS Kaban. Dalam surat dakwaan jaksa
penuntut umum (JPU) menyebutkan terjadinya pemberian uang oleh Azirwan kepada Al Amin dalam jumlah lebih banyak
daripada yang ditemukan saat penangkapan.
Pemberian itu terjadi sebelum penangkapan dalam beberapa tahap. Salah satu anggota Komisi IV DPR yang disebut
terlibat, Azwar Chesputra,belum bersedia berkomentar menyangkut dugaan keterlibatannya dalam kasus suap alih fungsi
hutan lindung di Bintan. Sementara ini no commentdulu, apalagi kasusnya masih dalam proses. Tunggu saja hasilnya
nanti,kata Azwar saat dihubungi tadi malam.
Menhut Terbawa
Seseorang bernama Kaban juga disebut terlibat dan menerima jatah dalam kasus dugaan pemberian uang oleh Azirwan
kepada Al Amin Nur Nasution. Sagita membenarkan adanya hubungan telepon antara Azirwan dan seseorang yang
namanya diringkas menjadi AN pada 14 November 2007. Dalam transkrip pembicaraan yang dibacakan di sidang
terungkap,Azirwan mengatakan kepada AN bahwa ada investor yang bersedia memberikan dana Rp4 miliar untuk alih
fungsi hutan lindung.
Empat miliar ini harus kitahematjuga,kata Azirwan. Saya usahakan dua miliar ke DPR dan satu miliar ke menteri, kata
Azirwan menambahkan tentang penggunaan uang Rp4 miliar itu. Berikutnya terungkap bahwa Azirwan akan menemui
seorang bernama Kaban. Hal itu dinyatakan dalam pembicaraan telepon antara Azirwan dengan seorang yang namanya
disebut male dalam transkrip pembicaraan.
Mungkin mereka mau buat saya jumpadenganPakKaban sekali, kata Azirwan kepada male yang tercatat dalam
transkrip pembicaraan. Sagita membenarkan pula terjadinya hubungan telepon antara Azirwan dan male pada 30 Januari
2008. Dalam pembicaraan itu, Azirwan mengatakan urusan dengan Menhut sudah selesai.
Menhut sudah selesai, tinggal DPR, kata Azirwan seperti terungkap dalam transkrip pembicaraan. Azirwan tidak
menyangkal telah melakukan pembicaraan dengan sejumlah pihak dalam proses pemberian uang kepada anggota DPR.
Namun dia dengan tegas menyatakan tidak pernah berinisiatif menyuap,melainkan hanya memenuhi permintaan anggota
DPR.
Menanggapi hal itu, MS Kaban sebagai menteri kehutanan alias menhut mengaku tidak tahu dugaan suap alih fungsi hutan
lindung yang dilontarkan Azirwan. Disebut apa, yang nyebut siapa, kata MS Kaban saat dimintai konfirmasi oleh SINDO
tadi malam. Menhut mengatakan persoalan alif fungsi hutan sudah berjalan sesuai mekanisme yang berlaku.
Kalau ada dugaan dia menerima dana, itu hanya isu tanpa fakta. Wah saya apes dong, tidak dapat bagian apa-apa, tapi
dapat baunya saja,jelasnya. Mengenai langkah yang bakal dilakukan untuk menepis dugaan suap yang disebutkan sekitar
Rp1 miliar itu Kaban menjawab, Enggak perlu ada langkah apaapa. Memang langkah apa yang diperlukan?ujarnya. (m
purwadi)
JAKARTA, KOMPAS.com 16 Okt 2012 Ketua Komisi II DPR Agun Gunanjar menilai, secara teknis prosedural pengaktifan
kembali Azirwan, mantan terpidana kasus korupsi, menjadi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau tidak
bermasalah. Menurutnya, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Karena di dalam PP itu mengatur PNS diperbolehkan, maka secara teknis prosedural sudah sesuai," ujar Agun, Selasa
(16/10/2012), di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Dalam PP Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS itu mengatur soal penonaktifan kembali PNS jika masa hukumannya
kurang dari empat tahun. Azirwan sendiri divonis 2 tahun 6 bulan penjaradan membayar denda Rp 100 juta atau subsider tiga bulan
penjara. Azirwan terbukti menyuap Anggota DPR Al Amin Nasution terkait pembahasan alih fungsi hutan lindung di Bintan pada
2008. Meski secara teknis prosedural tidak menyalahi aturan, Agun menilai kebijakan pengaktifan kembali ini sudahmengabaikan
ranah etika.
"Keputusan itu tidak mempertimbangkan aspek etika meski secara legalitas formalitasnya tidak menyalahi aturan," ujarnya.
Oleh karena itu, Agun melihat perlunya mempercepat realisasi Rancangan Undang-Undang tentang Etika Birokrasi.
"Saat dulu saya di Baleg, RUU Etika Pemerintahan ini pernah dibahas. Di dalamnya mengatur sebuah larangan dan kewajiban
terhadap aparat negara yang terkena sanksi hukum. Ini yang harus didorong," kata Agun.
Ia menambahkan, jika etika birokrasi dikembangkan, pemerintah akan mendapatkan kepercayaan publik. "Kalau terus begini, etika
birokrasi tidak dikembangkan, trust publik juga tidak akan terjadi," ujarnya lagi.
Diberitakan sebelumnya, Azirwan, mantan terpidana korupsi dalam kasus alih fungsi hutan lindung di Pulau Bintan, diaktifkan
kembali sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu. Mantan Sekretaris Daerah
Kabupaten Bintan itu bebas dari tahanan sekitar tahun 2010. Azirwan dan Al Amin Nasution (waktu itu anggota Komisi IV DPR)
ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, pada 8 April 2008.
Inggried Dwi W
TERKAIT:
Rizal Ramli: Kasus Pajak, Pengalihan Isu yang Kena Muka Sendiri
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan anggota Pansus Hak Angket Century Bambang Susatyo berkeyakinan skandal Bank Century
senilai Rp 6,7 triliun akan terbongkar, cepat ataupun lambat. Kalaupun tidak terselesaikan dalam masa pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono saat ini, pemerintahan mendatang mulai 2014 nanti yang akan membongkarnya.
Hal ini disampaikan Bambang Soesatyo saat meluncurkan bukunya Skandal Gila Bank Century, Minggu (11/4/2010), di Doekoen
Coffe, Jakarta. "Century ini persoalan besar. Kalau tak selesai sekarang, pemerintahan mendatang yang akan mengungkap," kata
anggota Komisi III DPR ini.
Ia mengatakan, skandal Century telah tercatat dan terdokumentasikan dalam catatan negara. "Ini akan terus diingat dan didorong
pada pemerintahan mendatang," katanya.
Sementara untuk saat ini, kata Bambang, pihaknya di DPR masih terus mengupayakan pembentukan tim pengawas untuk
mengawal penyelesaian kasus Bank Century di aparat penegak hukum.
"Tugas ini pengawas penting untuk mengawal proses hukum menuntaskan kasus aliran dana dengan tim gabungan Polri, PPATK,
BPK, dan KPK," tuntasnya.
Editor :
wah