Anda di halaman 1dari 16

Chapter Sembilan

PENELITIAN EKSPERIMENTAL

KELOMPOK 6
Armizha Rahmatika
041524253005
Yolanda Hartati S.
041524253023

Program Studi Magister Akuntansi


Universitas Airlagga Surabaya
2016
0

Chapter Sembilan
PENELITIAN EKSPERIMENTAL
Penelitian eksperimental (percobaan) dibangun diatas prinsip-prinsip
pendekatan positivitis. Para ilmuwan alam (misalnya ahli kimia atau ahli
biologi)dan pneliti dalam bidang terapan terkait (misalnya, ahli kimia atau ahli
biologi) dan peneliti dalam bidang terapan terkait (misalnya pertanian, teknik,
dan kedokteran) melakukan percobaan. Dilakukan juga eksperimen dalam
bidang pendidikan, peradilan pidana, jurnalistik, pemasaran, keperawatan, ilmu
politik, psikologi, pekerjaan sosial, dan sosiologi untuk menelaah berbagai
persoalan sosial dan teori.
Dalam bahasa yang masuk akal, eksperimen berarti mengubah satu hal
dalam suatu situasi dan kemudian membandingkan hasilnya dengan hal yang
ada tanpa modifikasi. Dibandingkan dengan teknik penelitian sosial, penelitian
eksperimental menawarkan uji hubungan kausal yang paling kuat. Hal ini terjadi
karena kita secara sadar merancang percobaan untuk memenuhi tiga kondisi
untuk kausalitas (yaitu, urutan sementara dengan variabel independen
mendahului variabel dependen, bukti hubungan, dan mengsampingkan
penyebab alternatif).
TEKNIK YANG TEPAT
Orang yang baru terjun dalam penelitian sosial mungkin cemas dengan
teknik penelitian mana yang paling sesuai dengan pertanyaan penelitian
tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari kelebihan dan kelemahan
berbagai teknik riset, membaca bagian metodologi dari berbagai terbitan
penelitian, membantu peneliti sosial yang berpengalaman, dan memperoleh
pengalaman praktis dengan melakukan penelitian sendiri.
Eksperimental dapat dengan kuat menguji dan memfokuskan bukti
mengenai hubungan kausal. Dibandingkan dengan teknik penelitian lain,
percobaan memiliki kelebihan dan keterbatasan, dan hal ini membantu untuk
melihat situasi/kondisi saat percobaan menjadi teknik yang paling sesuai.
Eksperimental sering bersifat artifisial. Hal ini merupakan penyederhanaan
yang disengaja dari dunia sosial yang kompleks. Artifisial (buatan) berarti bahwa
eksperimen secara sengaja mengontrol situasi penelitian dan sengaja
menggabungkan variabel-variabel yang secara teoretis relevan sewaktu
mengesampingkan variabel tanpa kepentingan kausal untuk suatu hipotesis.
Artifisial juga berarti mempertajam fokus dan mempersempit target pengaruh
yang tidak dapat dengan mudah kita temui di dunia nyata. Kita menyertakan
variabel dependen dan independen, tetapi tidak memasukkan variabel yang
tidak relevan atau variabel rancuan (yaitu, variabel yang bukan merupakan
bagian dari uji hipotesis kita).
Teknik eksperimental biasanya paling sesuai untuk masalah yang memiliki
lingkup atau skala yang sempit. Kita sering dapat merakit dan melakukan
berbagai eksperimen dengan sumber daya yang terbatas dalam waktu singkat
namun tetap menguji hipotesis yang secara teoretis signifikan.

Eksperimental mendorong untuk mengisolasi dan menargetkan satu atau


beberapa variabel kausal. Di luar kekuatan untuk menunjukkan efek kausal dari
satu atau dua variabel, eksperimen tidak efektif jika kita ingin
mempertimbangkan lusinan variabel secara bersamaan. Hal ini jarang sesuai
untuk pertanyaan yang meminta untuk menguji dampak dari banyak variabel
bersama-sama atau untuk menilai kondisi pada berbagai latar yang kompleks
atau berbagai macam kelompok sosial.
Percobaan memberikan uji hipotesis yang terfokus dengan setiap
eksperimen yang mempertimbangkan satu atau dua variabel dalam latar tertetu.
Pengetahuan mengalami kemajuan secara perlahan dengan mengumpulkan,
membandingkan, dan menyatukan temuan dari berbagai percobaan yang
terpisah. Strategi untuk membangun pengetahuan ini berbeda dari teknik
penelitian lain yang satu penelitiannya mungkin memeriksa 15 atau 20 variabel
secara bersamaan dalam beragam latar sosial.
Variabel rancuan (confounding variables). Dalam penelitian percobaan,
faktor-faktor yang bukan merupakan bagian dari hipotesis yang dimaksudkan
untuk diuji, tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel yang diamati dan
mengancam validitas internal.
EKSPERIMEN DAN TEORI
Dua percobaan ilmu sosial berbasis empiris dan mengarah pada teori.
Percobaan berbasis empiris bertujuan untuk menentukan signifikansi pengaruh
variabel bebas terhadap variabel dependen tertentu.
Dalam percobaan arahan teori (theory-directed), kita melakukannya
secara deduktif dengan mengubah model abstrak dari bagaimana kita percaya
dunia beroperasi (yaitu, teori) ke dalam desain studi tertentu dengan ukuran
tertentu. Eksperimen tersebut merupakan replika dari model teoretis. Ketika
menggeneralisasi dari percobaan arahan teori, kita menggeneralisasi teori
tersebut sebagai model dari cara dunia beroperasi. Tugas utamanya adalah
untuk menguji teori dan mengetahui ada tidaknya bukti empiris tersebut.
Perhatiannya tidak terletak pada upaya mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen, sebaliknya, perhatian kita bertumpu pada temuan bahwa harapan
atau prediksi tertentu suatu teori sesuai dengan temuan empiris. Kita tidak
terlalu mengkuatirkan apakah uji eksperimental terhadap teori bersifat sangat
artifisial dan tidak realistis dalam dunia nyata. Perhatian utamanya adalah
kesesuaian hasil empiris terhadap teori. Kita mencari banyak replikasi
eksperimen untuk menunjukkan secara berulang kali bahwa buktinya sesuai
dengan teori atau teori dapat bertahan terhadap berbagai tes.
Kita sering menggunakan teknik statistika dalam penelitian eksperimen
untuk melihat seberapa besar kemungkinan terjadinya hasil yang diprediksi oleh
teori. Jika hasil dari prediksi teori memiliki probabilitas yang rendah tetapi terjadi
secara berkala, keyakinan kita dalam kebenaran teori tersebut tumbuh.
PENUGASAN ACAK
Penugasan acak memfasilitasi perbandingan antar kelompok dengan
menciptakan kelompok-kelompok yang serupa. Untuk tujuan perbandingan, kita
tidak ingin adanya perbedaan kelompok sehubungan dengan variabel yang
dapat memberikan alternatif penjelasan untuk hubungan kausal.
2

Mengapa Menugaskan secara Acak


Penugasan acak adalah metode untuk menetapkan kasus (misalnya
individu, organisasi) ke dalam kelompok untuk membuat perbandingan. Hal ini
merupakan suatu cara untuk membagi sekumpulan peserta menjadi dua
kelompok atau lebih untuk meningkatkan rasa pecaya bahwa kelompok tidak
berbeda secara sistematis. Metode ini merupakan metode mekanis yang murni,
penugassan atau penunjukannya bersifat otomatis. Tidak dapat ditetapkan
berdasarkan preferensi pribadi atau peserta atau ciri-ciri pesertanya (misalnya,
menempatkan semua orang yang datang terlambat dalam satu kelompok).
Penugasan acak bersifat acak dalam arti statistik atau matematika, bukan
dalam pengertian sehari-hari. Kita dapat mengatakan acak berarti tidak
direncanakan, serampangan, atau tidak disengaja. Dalam teori probabilitas, acak
adalah suatu proses yang setiap kasusnya memiliki peluang yang sama untuk
terpilih. Dengan pemilihan acak, secara matematis dapat dihitung peluang
bahwa kasus tertentu muncul dalam satu kelompok atas kelompok yang lain.
Penugasan acak tidak bias karena keinginan kita untuk menyesuaikan
hipotesis atau kepentingan pribadi peserta penelitian itu tidak masuk ke dalam
proses seleksi. Tidak bias tidak berarti kelompok akan serupa dalam setiap
pemilihan penugasan acak tertentu tetapi hampir mendekati hal berikut ini: Kita
dapat menentukan probabilitas memilih suatu kasus secara matematis dan,
dalam jangka panjang, alam berbagai pilihan yang terpisah, rata-rata dalam
semua kelompok akan sama.
Pengambilan sampel acak dan penugasan acak merupakan proses untuk
memilih kasus untuk di masukkan dalam suatu penelitian. Ketika menunjuk
secara acak, kita memilah sekumpulan kasus menjadi dua atau lebih kelompok
dengan menggunakan proses acak. Ketika menetapkan secara acak, kita memilih
sub himpunan kasus yang lebih kecil dari sekumpulan kasus yang jauh lebih
besar (lihat gambar 9.1)
Cara Menugaskan Secara Acak
Penugasan acak (random assignment) peserta dibagi menjadi beberapa
kelompok pada awal penelitian eksperimental dengan menggunakan proses acak
sehingga peneliti percobaan dapat menganggap kelompok-kelompok tersebut
sepadan.
Penugasan acak pada praktiknya bersifat sederhana. Dimulai dengan
sekumpulan kasus (yaitu, individu, tim, perusahaan, atau apa pun unit
analisisnya) dan kemudian membagi kumpulan tersebut menjadi dua atau lebih
kelompok dengan menggunakan proses acak, seperti meminta orang untuk
berhitung (count of), melempar koin, atau melempar dadu.

Pemadanan versus Penugasan Acak


Apabila tujuan penugasan acak adalah memperoleh dua (atau lebih)
kelompok yang sepadan. Beberapa peneliti (memadankan) kasus-kasus dalam
kelompok berdasarkan karakteristik tertentu seperti usia dan gender.
Pemadanan (matching) adalah alternatif untuk penugasan acak, tetapi hal itu
jarang digunakan.
Matching mengandung masalah: apa saja karakteristik relevan yang harus
dipadankan, dan dapatkah seseorang menemukan kesesuaian yang tepat sama?
Kasus individu berbeda dalam ribuan cara, dan kita tidk bisa tahu mana yang
mungkin relevan.

LOGIKA RANCANGAN EKSPERIMEN


Bahasa Penelitian Eksperimen
Dalam banyak penelitian eksperimen, banyak studi yang menyebut
pesertanya sebagai subjek, walaupun dalam tahun-tahun belakangan ini,
peserta penelitian lebih umum digunakan.
Bagian dari Penelitian Eksperimen. Penelitian eksperimen memiliki tujuh
bagian. Tidak semua percobaan memiliki semua bagian ini, dan beberapa
memiliki ketujuh bagian ditambah bagian-bagian lain.
1. Perlakuan atau variabel bebas (independen)
2. Variabel terikat (dependen)
3. Prauji
4. Pascauji
5. Kelompok eksperimen
6. Kelompok kontrol
7. Penugasan acak
Dalam kebanyakan penelitian percobaan, kita menciptakan situasi atau
masuk ke dalam situasi yang berkesinambungan dan memodifikasikannya. Kita
memberikan perlakuan (stimulus/rangsangan atau manipulasi. Perlakuan ini
merupakan variabel independen atau kombinasi dari beberapa variabel
independen.
Variabel terikat (dependen), atau hasil dalam penelitian eksperimental,
adalah kondisi fisik, perilaku sosial, sikap, perasaan, atau keyakinan peserta
yang berubah sebagai respons terhadap perlakuan. Kita dapat mengukur
variabel dependen dengan menggunakan indikator tertulis, pengamatan,
wawancara, atau respons fisiologis (misalnya detak jantung atau telapak tangan
berkeringat).
Seringkali, kita mengukur variabel dependen lebih dari sekali selama
percobaan. Prauji adalah pengukuran variabel dependen sebelum diberikan
perlakuan. Pascauji adalah pengukuran variabel dependen setelah perlakuan
diberikan ke dalam situasi eksperimental.
Kita sering membagi peserta menjadi dua kelompok atau lebih untuk
tujuan perbandingan. Suatu percobaan sederhana memiliki dua kelompok, hanya
satu yang menerima perlakuan. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang
menerima perlakuan atau yang mendapat perlakuan. Kelompok yang tidak
menerima perlakuan adalah kelompok kontrol. Ketika variabel independen
memiliki nilai-nilai yang berbeda, lebih dari satu kelompok eksperimen yang
digunakan.
Beberapa Tahapan dalam Melakukan Percobaan
Setelah melakukan beberapa tahapan dasar dalam proses penelitian, kita
memutuskan suatu topik, mempersempitnya menjadi masalah penelitian atau
pertanyaan yang dapat diuji, dan kemudian mengembangkan hipotesis dengan
beberapa variabel. Tahap awal yang penting adalah merencanakan desain
eksperimental tertentu. Sewaktu merencanakan, kita memutuskan jumlah
kelompok yang akan digunakan, cara dan waktu untuk menciptakan kondisi
5

perlakuan, berapa kali mengukur variabel dependen,dan apa yang akan dialami
oleh kelompok peserta dari awal hingga akhir penelitian. Kita sering melakuak uji
coba (pilot test) terhadap percobaan (yaitu, melakukannya sebagai gladi resik).
Kontrol dalam Eksperimen
Kontrol penting dalam penelitian eksperiman. Mengendalikan seluruh
aspek situasi percobaan untuk memisahkan efek perlakuan. Dengan mengontrol
variabel-variabel yang bertentangan (membingungkan), kita menyingkirkan
alternatif penjelasan yang dapat merusakkan upaya kita untuk menetapkan
kausalitas.
Terkadang menggunakan penipuan untuk mengontrol pengaturan
eksperimental. Penipuan terjadi ketika kita sengaja menyesatkan peserta
penelitian melalui perintah tertulis atau lisan, tindakan terhadap orang lain, atau
aspek-aspek pengaturan//latar. Menggunakan penipuan mungkin melibatkan
persekongkolan (konfederasi)yakni, seseorang yang berpura-pura menjadi
peserta penelitian lain atau pengamat tetapi yang benar-benar bekerja untuk
peneliti dan sengaja menyesatkan peserta.
Tujuan penipuan adalah untuk mengontrol hal-hal yang didengar dan
dilihat oleh para peserta dan hal-hal yang didengar dan dilihat oleh para peserta
dan hal-hal yang mereka yakini sedang terjadi. Hal ini biasanya berarti membuat
cerita rekaan, penjelasan palsu mengenai tujuan penelitian yang diberikan
kepada peserta untuk menyesatkan mereka dari tujuan yang sesungguhnya.
Cerita rekaan membantu memuaskan rasa ingin tahu tetapi mengurangi
karakteristik permintaan.
Jenis-Jenis Rancangan
Penggabungan bagian-bagian dari percobaan (misalnya, prauji, kelompok
kontrol) ke dalam rancangan percobaan. Beberapa desain memiliki prauji,
beberapa tidak memiliki kelompok kontrol, dan yang lain memiliki banyak
kelompok eksperimental. Penting untuk mempelajari desain standar untuk dua
alasan. Pertama, ketika membaca laporan penelitian, peneliti mungkin menamai
desain standar bukan menjabarkannya. Kedua, desain standar mengilustrasikan
cara umum untuk menggabungkan bagian-bagian desain. Kita bisa
menggunakannya untuk eksperimen yang kita lakukan atau membuat variasi.
Rancangan Percobaan Klasik. Semua desain merupakan variasi dari
rancangan percobaan klasik, jenis desain yang dibahas sejauh ini, yang memiliki
penugasan acak, prauji dan pascauji, kelompok eksperimental, dan kelompok
kontrol.
Rancangan Pra-Percobaan. Beberapa desain memiliki penugasan acak dan
bersifat kompromi atau jalan pintas. Kita menggunakan acak dan bersifat
kompromi atau jalan pintas. Kita menggunakan desain pra-percobaan ini dalam
situasi yang sulit untuk menggunakan desain klasik. Desain ini memiliki
kelemahanyang mempersulit penarikan kesimpulan mengenai hubungan kausal.

One-Shot Case-Study Design. Juga disebut one-group posttest-only design,


rancangan studi kasus sekaligus hanya memiliki satu kelompok, perlakuan,
dan pascauji. Karena hanya ada satu kelompok, tidak ada penugasan acak.
One-Group Pretest Posttest Design. Rancangan ini memiliki satu kelompok,
prauji, perlakuan, dan pascauji. Desain ini tidak memiliki kelompok kontrol dan
penugasan acak. Desain ini merupakan perbaikan atas studi kasus sekaligus
(one-shot) karena mengukur variabel dependen sebelum dan setelah perlakuan.
Akan tetapi, desain ini tidak memiliki kelompok kontrol. Kita tidak dapat
mengetahui ada tidaknya hal lain selain perlakuan yang terjadi antara prauji dan
pascauji yang menyebabkan hasilnya.
Static Group Comparison. Juga disebut posttest-only nonequivalent group
design, perbandingan kelompok statis memiliki dua kelompok, satu pascauji,
dan perlakuan. Desain ini tidak memiliki penugasan acak danprauji.
Kelemahannya adalah bahwa setiap perbedaan hasil pascauji antara kelompok
bisa disebabkan oleh perbedaan kelompok sebelum perlakuan, bukan karena
perlakuan.
Quasi-Experimental and Special Designs. Desain-desain ini, seperti
rancangan klasik, menyebabkan identifikasi hubungan kausal menjadi lebih pasti
daripada rancangan pra-eksperimental. Rancangan
kuasi-eksperimen
membantu dalam menguji hubungan kausal dalam situasi saat rancangan klasik
sulit atau tidak tepat. Kita menyebutnya kuasi karena merupakan variasi dari
rancangan percobaan klasik. Beberapa memilikipengacakan tetapi tidak memiliki
prauji, beberapa menggunakan lebih dari dua kelompok, dan yang lainnya
mengganti berbagai pengamatan dari satu kelompok dari waktu ke waktu untuk
suatu kelompok kontrol. Secara umum, penelitikurang memiliki kendali atas
variabel independen dibandingkan dalam rancangan klasik (lihat tabel 9.1).
Two-Group Posttest-Only Design. Rancangan ini identik dengan static group
comparison dengan satu pengecualian: anda menetapkan secara acak.
Rancangan inni memiliki semua bagian dari rancangan klasik kecuali prauji.
Penugassan acak mengurangi kemungkinan adanya perbedaan kelompok
sebelum perlakuan, tetapi tanpa prauji, anda tidak dapat yakin bahwa kelompok
tertentu mengawali penelitian pada tingkat yang sama dalam variabel

dependen.
7

Interrupted Time Series. Dalam rancangan deret waktu terputus, anda


mengukur variabel dependen pada satu kelompok dari waktu ke waktu dengan
menggunakan ukuran beberapa variabel dependen sebelum (prauji) dan setelah
perlakuan (pascauji)
Equivalent Time Series. Rancangan deret waktu ekuivalen adalah desain satu
kelompok yang mirip dengan desain deret waktu terputus. Desain ini
diperpanjang selam periode waktu tertentu, tapi diperpenajnag selama periode
waktu tertentu, tetapi bukannya memiliki perlakuan tunggal, desain deret waktu
ekuivalen memiliki perlakuan yang sama beberapa kali. Seperti desain deret
waktu terputus, kita mengukur variabel dependen beberapa kali sebelum dan
sesudah perlakuan.
Latin Square Design. Kadang-kadang kita tertarik pada pengaruh beberapa
variabel bebas dalam urutan atau deret waktu yang berbeda terhadap variabel
dependen. Rancangan Petak Latin memungkinkan kita untuk memeriksa jenis
situasi ini.
Solomon Four-Group Design. Kita percaya bahwa ukuran prauji mungkin
memiliki pengaruh padda perlakuan atau variabel dependen. Prauji kadangkadang dapat menyadarkan peserta terhadap perlakuan atau meningkatkan
kinerja mereka pada pascauji. Richard L. Solomon mengembangkan rancangan
empat Kelompok Solomon untuk mengatasi masalah efek prauji. Rancangan ini
menggabungkan rancangan percobaan klassik dengan desain dua kelompok
hanya-pascauji dan secara acak menunjuk peserta ke dalam salah satu dari
empat kelompok.
Factorial Designs
Rancangan
faktorial
merupakan
rancangan
percobaan
yang
mempertimbangkan dampak dari beberapa variabel independen secara
bersamaan/simultan. Pada jenis desain ini, perlakuannya bukan masing-masing
variabel independen, melainkan setiap kombinasi kategori variabel. Rancangan
factorial dua kali tiga ditulis 2x3. Hal ini berarti bahwa ada dua perlakuan
dengan dua kategori dalam satu variabel dan tiga kategori dalam variabel
lainnya. Dalam rancangan faktorial, perlakuan dapat memiliki dua jenis efek
pada variabel dependen: efek utama dan efek interaksi. Efek interaksi
merupakan hasil dari dua variabel independen yang beroperasi secara
bersamaan dan secara kombinasi terhadap suatu variabel dependen, sedangkan
efek utama hanya akan timbul dalam desain satu faktor atau perlakuan tunggal.
8

Notasi Rancangan
Notasi rancangan adalah sistem singkatan untuk melambangkan bagian-bagian
dalam rancangan percobaan yang selanjutnya dapat digunakan untuk membuat
diagram.

1.

2.

3.

4.

VALIDITAS INTERNAL DAN EKSTERNAL


Logika dari Validitas Internal
Validitas internal terjadi ketika variabel independen dan tidak ada selain
daripadanya, mempengaruhi variabel dependen. Apapun selain variabel
independen yang mempengaruhi variabel dependen mengancam validitas
internal. Variabel ini disebut dengan variabel rancuan, yaitu suatu variabel
yang mengacaukan logika percobaan untuk mengecualikan semuanya kecuali
hubungan antara berbagai variabel dalam hipotesis peneliti.
Selain itu, ada juga yang disebut dengan artefak. Artefak merupakan hasil
dari variabel rancuan atau variabel yang tidak diinginkan yang tidak datang
dari hubungan alami yang sedang diperiksa tetapi oleh pengaturan
percobaan tertentu. Artefak muncul secara tidak sengaja karena selama
persiapan penelitian, peneliti tanpa sengaja memperkenalkan sesuatu yang
mengubah berbagai hal. Artefak dan variabel rancuan dapat dihilangkan
dengan cara mengendalikan kondisi percobaan dan dengan menggunakan
rancangan percobaan.
Ancaman terhadap Validitas Internal
Bias Seleksi
Bias seleksi dapat terjadi ketika percobaan memiliki lebih dari satu
kelompok peserta, dimana satu kelompok dengan yang lainnya tidak
setara/ekuivalen pada awal percobaan sehubungan dengan variabel
dependen. Contoh: percobaan mengenai kemampuan orang dalam
menghindari lalu lintas yang sangat padat, dimana satu kelompok berasal
dari pedesaan dengan sedikit pengalaman lalu lintas dan satu kelompok
lainnya berasal dari kota besar dengan banyak pengalaman lalu lintas.
Efek Sejarah
Efek sejarah merupakan hasil dari suatu peristiwa yang tidak terkait
dengan perlakuan yang terjadi selama percobaan dan mempengaruhi
variabel dependen. Efek sejarah umumnya terjadi dalam percobaan yang
berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Pematangan
Efek pematangan adalah hasil dari ancaman bahwa proses biologis,
psikologis, atau emosional dalam peserta selain perlakuan terjadi selama
percobaan dan mempengaruhi variabel dependen. Periode waktu untuk
efek pematangan dapat terjadi dalam hitungan jam, bulan, atau tahun
bergantung pada variabel dependen dan desain studi.
Pengujian
Efek pengujian merupakan hasil yang mengancam validitas internal
karena proses pengukuran dasar dalam prauji dapat memiliki dampak
terhadap variabel dependen. Contohnya ketika peneliti melakukan prauji
untuk menentukan seberapa banyak peserta mengetahui geografi dan
geologi. Perlakuan anda adalah serangkaian video mengenai geologi dan
9

5.

6.

7.

8.

9.

10.

geografi yang ditonton selama dua hari. Jika peserta mengingat


pertanyaan prauji dan hal ini mempengaruhi apa yang mereka pelajari
atau cara menjawab pertanyaan pada pascauji, maka muncullah efek
pengujian.
Instrumentasi
Instrumentasi merupakan ancaman terhadap validitas internal yang terjadi
ketika instrument atau ukuran variabel dependen berubah selama
percobaan. Sebagai contoh, dalam percobaan penurunan berat badan,
pegas pada skala timbangan melemah selama percobaan, memberikan
skala yang lebih rendah pada pascauji.
Mortalitas eksperimental
Mortalitas eksperimental merupakan ancaman terhadap validitas internal
yang terjadi ketika beberapa peserta penelitian tidak berpartisipasi hingga
keseluruhan percobaan selesai.
Efek regresi statistik
Efek regresi statistik merupakan ancaman terhadap validitas internal atas
sarana
pengukuran
yang
memberikan
nilai-nilai
ekstrim
dan
kecenderungan bagi galat (error) acak untuk memindahkan hasil yang
esktrim menuju nilai rata-rata. Hal ini dapat terjadi dalam dua situasi.
Situasi pertama terjadi ketika peserta tidak terbiasa dengan variabel
dependen, Situasi kedua melibatkan masalah dengan instrumen
pengukuran.
Difusi Perlakuan atau Kontaminasi
Difusi (bauran) perlakuan adalah ancaman bahwa peserta penelitian
dalam kelompok yang berbeda akan berkomunikasi satu sama lain dan
mempelajari mengenai perlakuan peserta lain.
Perilaku Kompensatori
Perilaku Kompensatori adalah tingkah laku yang menjadi ancaman
terhadap validitas internal ketika para peserta dalam kelompok kontrol
memodifikasi perilaku mereka untuk mengejar ketertinggalan karena tidak
mendapatkan perlakuan yang sama. Ketidaksetaraan antara kelompok
yang satu dengan yang lain mungkin menciptakan persaingan kompetitif
atau bahkan kemerosotan moral penuh amarah.
Harapan Peneliti
Harapan peneliti merupakan perilaku peneliti yang dapat mengancam
validits internal ketika peneliti secara tidak langsung mengkomunikasikan
hasil yang diinginkan. Harapan peneliti dapat dikontrol dengan
menggunakan percobaan buta gandayaitu dimana tidak seorang pun di
antara peserta ataupun orang atas nama peneliti yang secara langsung
berhubungan dengan para peserta, mengetahui spesifikasi percobaan
tersebut.

10

11.

12.

Karakteristik Permintaan
Karakteristik permintaan merupakan ancaman bagi validitas internal
terkait dengan reaktivitas. Hal ini terjadi ketika peserta penelitian
memperoleh petunjuk tentang hipotesis atau tujuan percobaan dan
kemudian memodifikasi perilaku mereka sesuai dengan perkiraan mereka
mengenai tuntutan penelitian terhadap mereka (yaitu, mendukung
hipotesis)
Efek Plasebo
Efek Plasebo merupakan hasil yang terjadi ketika para peserta tidak
menerima perlakuan sesungguhnya tetapi menerima perlakuan non-aktif
atau tiruan tetapi merespons seolah-olah mereka telah menerima
perlakuan yang sesungguhnya.
Dalam meningkatkan validitas internal, peneliti sering melakukan cek
manipulasi. Cek manipulasi merupakan proses untuk memverifikasi variabel
penting secara teoritis (misalnya, variabel independen, dependen). Tujuannya
ialah untuk memeriksa validitas pengukuran (misalnya, variabel benar-benar
mengukur konsep teoritis) mengenai apakah kondisi dalam percobaan
memiliki efek yang dimaksud. Dengan adanya cek manipulasi, kita dapat
memastikan bahwa berbagai variabel dan kondisi dalam percobaan
beroperasi sebagaimana yang dimaksud dan membantu mengesemapingkan
kemungkinan ancaman terhadap validitas internal. Cek manipulasi dapat
dilakukan dengan uji perintis dan pembekalan percobaan. Uji perintis
merupakan uji coba dari keseluruhan prosedur percobaan, dimana dalam uji
ini
peneliti dapat mencari
potensi kelemahan, kecelakaan
dan
kesalahpahaman. Selanjutnya, peneliti dapat melakukan pembekalan
percobaan sesudah melakukan uji perintis atau percobaan yang sebenarnya.
Peneliti dapat mewawancarai peserta mengenai rincian percobaan.
11

Validitas Eksternal dan Percobaan Lapangan


Validitas eksternal merupakan kemampuan menggeneralisasi temuan di
luar penelitian tertentu. Ketika sebuah studi tidak memiliki validitas eksternal
maka temuan tersebut mungkin hanya berlaku untuk percobaan tertentu
saja. Dalam suatu penelitian, peneliti mencari pengetahuan teoritis umum
dan temuan dasar yang berhubungan dengan masalah kehidupan nyata
dalam penelitian terapan, temuan yang kekurangan validitas eskternal dapat
dikatakan tidak ada manfaatnya. Beberapa persoalan yang terkait dengan
validitas eksternal antara lain:

1.

Generalisasi Populasi
Pertanyaan kunci terkait generalisasi populasi adalah bisa
tidaknya peneliti menggeneralisasi dari apa yang dipelajari dengan
sekumpulan orang tertentu dalam penelitian untuk jagad/semesta
atau populasi orang/kasus secara akurat. Untuk meningkatkan
bentuk generalisasi populasi dari validitas eskternal dalam
percobaan, peneliti dapat mengambil sampel acak dari suatu
populasi dan melakukan percobaan pada peserta yang menjadi
sampelnya.
2. Generalisasi Naturalistis
Pertanyaan kunci terkait generalisasi naturalistis ialah mengenai
bagaimana kemampuan peneliti menggeneralisasi dari hal-hal yang
12

terjadi dalam latar bercobaan atau situasi mirip laboratorium


terkendali yang diciptakan secara artifisial ke dalam latar alamiah
kehidupan nyata secara akurat. Untuk generalisasi naturalistis,
kita perlu mempertimbangkan dua hal, yaitu realisme duniawi dan
reaktivitas.
a. Realisme Duniawi
Realisme duniawi menanyakan kemiripan suatu percobaan
dengan dunia nyata.
b. Reaktivitas
Reaktivitas merupakan hasil yang terjadi karena ancaman umum
terhadap validitas eksternal yang timbul karena para peserta
sadar bahwa mereka berada dalam percobaan dan sedang
diamati. Salah satu jenis reaktivitas tertentu yang mungkin
timbul ialah efek Hawthorne, yaitu hasil reaktivitas yang
dinamakan dari kasus terkenal dimana para pesertanya lebih
merespons terhadap suatu fakta bahwa mereka sedang berada
dalam suatu percobaan dibandingkan terhadap perlakuannya.
Reaktivitas merupakan hal yang sangat mungkin terjadi dalam
percobaan yang sangat terkendali, yang para peserta
penelitiannya tahu bahwa peneliti telah menciptakan kondisi dan
mengamati perilaku atau respons mereka.
3. Generalisasi Teoritis
Pertanyaan kunci terkait generalisasi teoritis ialah mengenai
kemampuan peneliti untuk melakukan generalisasi dari konsep dan
hubungan dalam teori abstrak yang ingin diuji untuk serangkaian
ukuran dan pengaturan kegiatan dalam percobaan tertentu.
Realisme percobaan merupakan dampak dari perlakuan eksperimen
atau latar belakang orang. Hal ini terjadi ketika para peserta
terjebak dalam percobaan dan benar-benar terpengaruh oleh
percobaan tersebut. Peneliti dapat melakukan percobaan dalam
kondisi yang terkendali dari laboratorium (percobaan laboratorium)
dan dalam latar kehidupan nyata atau lapangan yang kurang bisa
dikendalikan untuk kondisi percobaan (percobaan lapangan).
Jumlah kontrol peneliti berkaitan dengan validitas internal dan
eksternal. Percobaan laboratorium cenderung memiliki validitas
internal yang lebih tinggi tetapi validitas eksternalnya rendah. Hal
itu dikarenakan percobaan laboratorium lebih terkontrol tetapi
kurang bisa digeneralisasikan. Sedangkan, percobaan lapangan
memiliki validitas internal yang lebih rendah tetapi validitas
eskternalnya tinggi. Hal ini dikarenakan percobaan lapangan kurang
terkontrol tetapi lebih bisa digeneralisasikan.

PERTIMBANGAN PRAKTIS

13

Terdapat tiga teknik yang dapat menjelaskan perbedaan antara


keberhasilan penelitian dari peneliti yang berpengalaman dan kesulitan
yang dihadapi oleh peneliti pemula. Teknik-teknik tersebut antara lain:
a. Perencanaan dan Uji Coba
Selama fase perencanaan, peneliti dapat mengantisipasi penjelasan
alternatif atau ancaman terhadap validitas internal, mengembagkan
sistem yang teratur untuk merekam data, dan melakukan uji coba
pada setiap alat yang akan digunakan, lalu selanjutnya, peneliti
dapat mewawancarai peserta untuk menemukan kelemahan
percobaan yang mungkin dapat disempurnakan.
b. Instruksi kepada peserta
Peneliti diharuskan membuat instruksi secara jelas dan hati-hati
serta mengikuti naskah yang telah dipersiapkan sehingga semua
peserta mendengar hal yang sama persis agar dapat menjamin
realibilitas.
c. Wawancara Pasca Percobaan
Pada akhir percobaan, peneliti diharuskan mewawancarai peserta
untuk tiga alasan. Pertama, untuk menjelaskan tujuan percobaan
yang sebenarnya dan menjawab setiap pertanyaan peserta. Kedua,
peneliti dapat mempelajari pikiran peserta dan bagaimana definisi
mereka atas situasi ini yang mempengaruhi perilaku mereka.
Terakhir, peneliti dapat menjelaskan kepada peserta agar tidak
mengungkapkan sifat percobaan yang sebenarnya kepada calon
peserta lainnya.

HASIL DARI PENELITIAN PERCOBAAN


Dengan berhati-hati dalam memeriksa hasil penelitian percobaan,
peneliti dapat belajar mengenai kemungkinan ancaman terhadap
validitas internal dan efek perlakuan pada variabel dependen. Peneliti
juga dapat membuat perbandingan untuk menganalisis data kuantitatif
untuk mengetahui pengaruh efek variabel independen dan
mempertimbangkan potensi kekuatiran validitas internal.

ETIKA
Pertimbangan etis adalah persoalan yang signifikan dalam sebagian
besar percobaan karena sering bersifat mengganggu dan terdapat
ketidakjujuran. Ketika melakukan eksperimen sosial, terkadang peneliti
menggunakan penipuan dengan cara menyesatkan peserta untuk
sementara waktu. Oleh karena itu, peneliti diharuskan memberitahu
peserta penelitian secepat mungkin bahwa mereka telah ditipu untuk
sementara waktu dan menjelaskan situasi yang sebenarnya.

KESIMPULAN

14

Penelitian eksperimen memberikan bukti yang tepat dan relative


tidak ambigu untuk hubungan kausal. Hal ini sejalan dengan prinsipprinsip pendekatan positivis untuk ilmu sosial dan menghasilkan hasil
kuantitatif yang dapat dianalisis dengan statistik. Kekuatan sesungguhnya
dari penelitian eksperimen adalah kontrol dan kekakuan logis dalam
membangun bukti kausalitas. Secara umum, penelitian eksperimen
(percobaan) lebih mudah ditiru dan lebih murah. Namun, penelitian ini
juga memiliki beberapa keterbatasan. Salah satunya ialah bahwa
eksperimen biasanya menguji satu atau beberapa hipotesis pada waktu
bersamaan, sehingga hal ini dapat memecah pengetahuan dan
mengharuskan untuk mengsintesis hasil dalam berbagai laporan
penelitian.

15

Anda mungkin juga menyukai