Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak teori yang menjelaskan mengenai kedatangan islam ke Indonesia,
baik mengenai asal-usul, waktu dan para pembawanya. Di antaranya ada yang
mengatakan bahwa agama islam datang langsung dari timur tengah, langsung dari
arab dan sudah terjadi pada abad pertama hijriyah.Hal itu dibuktikan dangan
ditemukannya beberapa situs kuno di Sumatra. Bukti itu di perkuat dengan informasi
data yang di peroleh dari berita seorang pendeta budha dari cina bernama ITsing,bahwa sekitar tahun 674 M sudah ada sebuah perkampungan arab di Sumatra
selatan. I-Tsing menyebutnya denganpo-sse dan Ta-shih. Mereka mendapat fasilitas
perkampungan di Palembang dan dari situ, antara lain, agama islam tersebar. Islam
yang datang ke sini berasal langsung dari arab, bukan Persia atau india.
Selain itu, ditemukan istilah bersila dalam nomenklatur melayu. Kata ini
menunjukkan adanya menunjukan adanya hubungan antara raja Budha di Palembang
dengan masyarakat non budha Hindu, yang tidak menyembah selain kepada tuhan.
Mereka ini bisa diidentifikasi sebagai umat islam pertama di Indonesia. Kemudian
pada masa-masa sesudahnya, hubungan perdagangan antara kerajaan-kerajaan
nusantara dengan kerajaan, seperti india dan timur tengah, semakin intens dilakukan.
Hubungan ini semakin memperteguh umat islam untuk menyebarkan ajaran islam ke
tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Selain itu, ditemukan juga bukti-bukti peninggalan sejarah di aceh dan jawa
timur, terutama di Leran, Gresik. Di Leran, ditemukan makam fathimah binti
maimun, salah seorang saudagar muslim yang meninggal dan dimakamkan di
gresik.Terdapat teori lain yang dikembangkan oleh C. Snouck Hurgronye. Dalam
teorinya ia mengatakan bahwa agama islam masuk ke Indonesia bukan dari arab,
tetapi dari Gujarat, india. Hal itu dibuktikan dengan adanya unsur local yang

berpengaruh dalam pengembangan ajaran islam di nusantara. Para penyebar islam


menggunakan cara-cara perdagangan, perkawinan, pendidikan dan tasawuf dalam
penyebaran islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil singkat Negara Indonesia?
2. Bagaimana sejarah masuknya Islam ke Indonesia?
3. Apa corak mazhab d bidang fiqih dan aqidah Indonesia?
4. Bagaimana hukum perkawinan Islam di Indonesia?
5. Apa peradilan Agama di Indonesia?
6. Apa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?
7. Bagaimana karakterisitik Muslim di Indonesia?
8. Apa ideologi Trans Nasional di Indonesia?
9. Bagaimana akulturasi Islam dan Budaya di Indonesia?
10. Bagaimana pendidikan keislaman di Indonesia?
11. Bagaimana organisasi keislaman di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui profil singkat Negara Indonesia.
2. Untuk mengetahui sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
3. Untuk mengetahui corak mazhab d bidang fiqih dan aqidah Indonesia.
4. Untuk mengetahui hukum perkawinan Islam di Indonesia.
5. Untuk mengetahui peradilan Agama di Indonesia.
6. Untuk mengetahui kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
7. Untuk mengetahui karakterisitik Muslim di Indonesia.
8. Untuk mengetahui ideologi Trans Nasional di Indonesia.
9. Untuk mengetahui akulturasi Islam dan Budaya di Indonesia.
10. Untuk mengetahui pendidikan keislaman di Indonesia.
11. Untuk mengetahui organisasi keislaman di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Singkat Negara Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dunia yang mempunyai 17.508
pulau. Pulau-pulau Indonesia terbentuk pada jaman antara lain Palaeocene ( 70 juta
tahun sebelum masehi). Pengetahuan berikut sangat bermanfaat untuk meperjelas

pengetahuan tentang dasar negara, posisi geografis, sejarah geologi, demografi,


ekonomi, seni budaya, dan politik Indonesia tercinta.1
Penduduk Indonesia dapat dibagi secara garis besar dalam dua kelompok. Di
bagian barat Indonesia penduduknya kebanyakan adalah suku Melayu sementara di
timur adalah suku Papua, yang mempunyai akar di kepulauan Melanesia. Banyak
penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku
yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa,
Sunda atau Batak.
Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas
diantaranya adalah Etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke
nusantara dengan jalur perdagangan sejak abad ke 8 SM dan menetap menjadi bagian
dari Nusantara.
Di Indonesia terdapat sekitar 3% populasi etnis Tionghoa. Angka ini berbedabeda karena hanya pada tahun 1930-an terakhir kalinya pemerintah melakukan sensus
dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan
keturunannya. Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2%
penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim
terbanyak di dunia. Sisanya beragama Protestan (8,9%); Katolik (3%); Hindu (1,8%);
Buddha (0,8%); dan lain-lain (0,3%).
Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai
bahasa ibu, namun bahasa resmi Indonesia, bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh
sekolah-sekolah di Negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.
2.2 Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke tujuh atau
ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang
wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang
1 http://wandimashum.blogspot.co.id/2013/08/profil-negara-indonesia-lengkap.html, diakses
pada tanggal 30 september 2016

bertahun 475 H atau 1082 M. Sedangkan menurut laporan seorang musafir Maroko
Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudra Pasai dalam perjalanannya ke Negeri Cina
pada 1345M, Agama islam yang bermadzhab SyafiI telah mantap disana selama
seabad. Oleh karena itu, abad XIII biasanya dianggap sebagai masa awal
masuknya masuknya agama Islam ke Indonesia.2
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti
animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia
bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan
Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya.
Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik,
karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara
manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga
adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah
syahadat dan tidak ada paksaan.
Agama Islam berasal dari tanah Arab dan dari tanah Arab berkembanglah
agama Islam kemana-mana, diantaranya ke Gujarat (India) dan Persia. Demikian pula
berangsur-angsur

meluas

kearah

timur

hingga

Semenanjung

Malaka.

Menurut kesimpulan Seminar Masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963,


Islam masuk ke Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M).
Seminar Masuknya Islam di Indonesia tersebut menghasilkan keputusan sebagai
berikut:3
1) Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah
masuk ke Indonesia pada abad pertama hijrah (abad ke 7 atau 8 M) dan langsung dari
Arab.
2 Sudrajat,budi,Sejarah kebudayaan islam,Jakarta:Yudhistira,2007
3 Murodi,Sejarah kebudayaan islam,Semarang:PT karya toha putra, 2008

2) Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera dan bahwa
setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di
Aceh.
3) Mubaliq-mubaliq Islam pertama yang datang ke Indonesia merangkap sebagai
saudagar.
4)

Penyiaran

itu

di

Indonesia

dilakukan

secara

damai.

5) Kedatangan Islam membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam


membentuk kepribadian bangsa Indonesia dalam menahan penderitaan dan
perjuangan melawan penjajahan bangsa asing.
a. Cara masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan
abad ke-1 atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.
1. Jalur Utara, dengan rute:
Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus Bagdad Gujarat
Srilangka Indonesia
2. Jalur Selatan, dengan rute :
Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman Gujarat Srilangka Indonesia.
Daerah yang mula-mula menerima Agama Islam adalah Pantai Barat pulau Sumatera.
Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa tempat
penyebarannya adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
b.

Pesisir Sumatera bagian Utara di Aceh


Pariaman di Sumatera Barat
Gresik dan Tuban di Jawa Timur
Demak di Jawa Tengah
Banten di Jawa Barat
Palembang di Sumatera Selatan
Banjar di Kalimantan Selatan
Makassar di Sulawesi Selatan
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo di Maluku
Sorong di Irian Jaya
Jalur-jalur yang Penyebaran Agama Islam di Indonesia
Proses penyebaran Islam di Indonesia berjalan secara damai. Hal ini terjadi

karena penyebaran Islam di Nusantara dilaksanakan melalui penyesuaian diri dengan

adat istiadat pendidika tanpa paksaan dan kekerasan. Itulah penyebab utama agama
Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Faktor lainnya adalah karena
agama Islam mengajarkan persamaan derajat dan martabat manusia, tidak membedabedakan baik jenis kelamin maupun kedudukan. Uka Tjandra Sasmita, menyatakan
bahwa proses masuknya Islam di Indonesia dilakukan melalui beberapa cara sebagai
berikut:4
1. Perdagangan
Perdagangan merupakan proses pertama Islamisasi di Indonesia. Pada Abad ke-7
M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang dari Arab, Persia dan India. Mereka
telah mengambil bagian dari kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal itu,
mengakibatkan adanya jalinan hubungan dagang antara pedagang Indonesia
dengan pedagang Islam yang datang dari Arab, Persia dan India.
Kegiatan berdagang dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Selama melakukan
kegiatan dagang, para pedagang Muslim juga melakukan kegiatan dakwah. Dakwah
ini sangat efektif, karena dakwah itu kemudian diteruskan oleh pedagang Indonesia
yang telah masuk Islam, ketika mereka berdagang ke tempat lain. Sasmita
menyatakan banyak di antara para pedagang Islam yang kemudian tinggal menetap di
daerah pesisir di pulau Jawa dan Sumatera.
2. Perkawinan
Pedagang pada saat itu merupakan orang yang dihormati dan memiliki kedudukan
yang tinggi di tengah masyarakat. Kondisi ini mengakibatkan penduduk pribumi
menginginkan untuk menikahkan putri-putrinya dengan para pedagang tersebut,
dengan terlebih dahulu mereka diislamkan. Cara ini merupakan langkah efektif,
karena dengan pernikahan ini akan terlahir seorang anak yang muslim juga. Harapan
lainnya, dengan pernikahan akan terbentuk masyarakat sehingga suatu saat dapat
terbentuk kerajaan dan pemerintahan Islam.

4 Mubarok, jaih,sejarah peradaban islam,Bandung:Pustaka Bany Quraisy,2004

Contoh peristiwa pernikahan antara pedagang Islam dengan penduduk pribumi


adalah perkawinan Raden Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nya Manila,
perkawinan Sunan Gunung Djati dengan putri Kawungaten, perkawinan antara Raja
Brawijaya dengan putri Jeumpa yang bergama Islam yang kemudian berputra Raden
Patah yang menjadi Raja Demak.
3. Politik
Islamisasi jalur politik dilakukan secara berkesinambungan antara penguasa dan
pemerintahan. Setelah penguasa atau raja masuk Islam, hampir dapat dipastikan
bahwa rakyatnya juga masuk Islam. Misalnya yang terjadi di Maluku dan Sulawesi.
Hal itu terjadi karena masyarakat memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap
pemerintah, dan seorang raja akan menjadi panutan bahkan menjadi contoh bagi
rakyatnya.
Di Jawa proses perkaninan para wali dan juru dakwah dengan putri-putri
keturunan kerajaan, membuat status dakwah dan penyebaran Islam mendapatkan
perlindungan dan berkembang lebih cepat. Setelah raja dan rakyat memeluk Islam,
kepentingan politik dilakukan dengan cara perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti
dengan penyebaran agama Islam. Misalnya Sultan Demak yang mengirimkan
pasukan di bawah komandi Fatahillah untuk menguasai wilayah Jawa Barat dan
menyebarkan Islam di wilayah tersebut.
4. Pendidikan
Islamisasi jalur pendidikan dilakukan melalui pendidikan pesantren oleh para
guru agama, kiyai dan ulama. Bahkan banyak diantara para santri itu yang
mendirikan dan memiliki pondok pesantren sendiri.
Tujuan pendidikan di pondok pesantren adalah untuk mempermudah penyebaran
dan pemahaman agama Islam. Contoh pesantren perintis penyebaran Islam seperti
pesantren yang didirikan oleh Raden Rakhmat di Ample Denta-Surabaya, Pesantren
Sunan Giti di Giri. Santri yang belajar di pesantren tersebut bukan hanya berasal dari
lingkungan sekitar, akan tetapi banyak yang datang dari jauh bahkan dari luar pulau
jawa semisal Kalimantan, Maluku, Makasar dan Sumatera.

5. Tasawuf
Para sufi mengajarkan tasawuf yang diramu dengan ajaran yang suda h dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Seorang sufi biasa dikenal dengan gaya hidup yang penuh
kesederhanaan. Seorang sufi biasa menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup
bersama di tengah-tengah masyarakat. Para sufi terbiasa membantu masyarakat,
diantara mereka ada yang ahli dalam menyembuhkan penyakit. Selain itu juga aktif
menyiarkan dan mengajarkan ajaran Islam. Diantara para sufi itu yang melakukan
islamisasi dengan pendekatan tasawuf adalah Hamzah Fansuri dari Aceh dan Ki
Ageng Pengging di Jawa.
6. Kesenian
Islamisasi jalur kesenian yang paling terkenal adalah dengan cara mengadakan
pertunjukan seni gamelan dan wayang. Cara ini banyak ditemukan di kawasan
Yogyakarta, Solo, Cirebon. Seni wayang, adalah kesenian yang memiliki banyak
penggemar pada saat itu. Dengan mengemas cerita wayang, para ulama menyisipkan
ajaran Islam ke dalamnya sehingga masyarakat dapat dengan mudah menangkap dan
memahami ajaran Islam. Contoh pertunjukan wayang yang dilaskanakan oleh Sunan
Kalijaga, dimana dalam pertunjukannya masyarakat dapat menonton dengan karcis
membaca dua kalimat syahadat.
Kesenian lainnya yang juga berkembang dan menjadi jalur dalam penyebaran
Islam adalah seni bangunan, seni rupa (kaligrafi), seni tarik suara, permainan anakanak.
Selain beberapa cara di atas, ada beberapa faktor yang menjadi sebab kenapa
Islam mudah berkembang di tanah air, yaitu:
a.

Agama Islam bersifat terbuka sehingga penyiaran dan pengajaran agama

b.
c.

Islam dapat dilakukan oleh setiap orang Islam;


Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara damai;
Islam tidak mengenal diskriminasi dan tidak membedakan kedudukan

d.

seseorang dalam masyarakat;


Perayaan-perayaan dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana;

e.

Dalam Islam dikenal adanya kewajiban bagi orang yang mampu untuk
mengeluarkan zakat. Zakat ini bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan

kepedulian hidup di masyarakat.


2.3 Corak Mazhab di Bidang Fiqih dan Aqidah di Indonesia
Kata madzhab berasal dari bahasa Arab yaitu isim makan (kata benda
keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi). Jadi, mazhab itu secara bahasa
artinya, tempat pergi, yaitu jalan (ath-tharq). Sehingga dapat disimpulkan
pengertian madzhab menurut istilah dalam kalangan umat Islam ialah sejumlah dari
fatwa-fatwa dan pendapat-pendapat seorang alim besar di dalam urusan agama, baik
ibadah maupun lainnya.5
1.Mazhab Mazhab Fiqih Islam
a. Madzhab Hanafi
Pendiri madzhab Hanafi ialah: Nu'man bin Tsabit bin Zautha. Dilahirkan pada
masa sahabat, yaitu pada tahun 80 H = 699 M. Beliau wafat pada tahun 150 H
bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi'i R.A. Beliau lebih dikenal dengan sebutan:
Abu Hanifah An Nu'man. Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah.
Dalam bidang fiqh beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman pada awal abad
kedua hijriah dan banyak belajar pada ulama-ulama Tabi'in, seperti Atha bin Abi
Rabah dan Nafi' Maula Ibnu Umar. Mazhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama
imamnya, Abu Hanifah. Jadi mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan
pendapat-pendapat yang berasal dari Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta
pendapat-pendapat yang berasal dari para pengganti mereka sebagai perincian dan
perluasan pemikiran yang telah digariskan oleh mereka yang kesemuanya adalah
hasil dari pada cara dan metode ijtihad ulama-ulama Irak (Ahlu Ra'yi). Maka disebut
juga mazhab Ahlur Ra'yi masa Tsabi'it Tabi'in.
Metode fiqh madzhab hanafi adapun metodenya dalam Fiqh sebagaimana
perkataan beliau sendiri: Saya mengambil dari Kitabullah jika ada, jika tidak saya
5 Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2003

temukan saya mengambil dari Sunnah dan Atsar dari Rasulullah saw yang shahih dan
saya yakini kebenarannya, jika tidak saya temukan di dalam Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah saw, saya cari perkataan Sahabat, saya ambil yang saya butuhkan dan saya
tinggalkan yang tidak saya butuhkan, kemudian saya tidak akan mencari yang di luar
perkataan mereka, jika permasalahan berujung pada Ibrahim, Syabi, al-Hasan, Ibnu
Sirin dan Said bin Musayyib (karena beliau menganggap mereka adalah mujtahid)
maka saya akan berijtihad sebagaimana mereka berijtihad. Metode yang dipakainya
itu jika kita rincikan maka ada 7 Ushul Istinbath yang digunakan oleh Imam Abu
Hanifah yaitu Al-Quran, Sunnah/Hadits, perkataan shahabah, qiyas, ihtishan, ijma
dan urf. Kitab imam hanafi adalah Kitab "Al-Faraid".
b. Mazhab Maliki
Madzhab Maliki adalah merupakan kumpulan pendapat-pendapat yang
berasal dari Imam Malik dan para penerusnya di masa sesudah beliau meninggal
dunia. Nama lengkap dari pendiri madzhab ini ialah: Malik bin Anas bin Abu Amir.
Lahir pada tahun 93 M = 712 M di Madinah. Metode fiqih mazhab maliki adalah
Nashul Kitab (ayat Al Quran yang jelas artinya, yang tidak dapat dipalingkan artinya
kepada arti yang lain). Dzaahirul Kitab (umum, ayat Al Quran yang jelas artinya,
yang tidak dapat dipalingkan artinya kepada arti yang lain). Dalilul Kitab (mafhum
mukholafah dari suatu ayat Al Quran). Mafhum muwafaqah dari suatu ayat Al
Quran. Tanbihul Kitab, terhadap illat (sesuatu yang menjadi tujuan ditetapkannya
hukum,

dengan

kata

lain

illat

merupakan

pemicu/dasar/latar

belakang

disyariatkannya hukum). Nash-nash Sunnah (matan hadist yang jelas artinya yang
tidak dapat dipalingkan artinya kepada arti yang lain). Kitab kitab karya dari imam
maliki adalah Kitab Muwaththa, kitab yang termasyhur merupakan kitab yang
mengandung hadist-hadist dan hukum. Kitab Mudawanah Al-Qubra, yang berisi
fatwa-fatwa dan jawaban Imam Malik atas berbagai persoalan.
c. Mahdzab Syafii
Mazhab ini dibangun oleh Al-Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi'I seorang
keturunan Hasyim bin Abdul Muthalib bin Abdi Manaf. Beliau lahir di Gaza

10

(Palestina) tahun 150 H bersamaan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah yang
menjadi Mazhab yang pertama. Metode fiqhnya diambil berdasarkan: Al-Quran,
tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan bahwa yang dimaksud
bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i pertama sekali selalu mencari alasannya dari AlQur'an dalam menetapkan hukum Islam. As Sunnah, beliau tidak hanya mengambil
hadits mutawatir saja (sunnah yang diriwayatkan dari rasulullah oleh sekelompok
perawi yang menurut kebiasaan, masing-masing tidak mungkin sepakat untuk
berbohong, karena jumlah mereka yang bayak, kejujuran dan perbedaan pandangan
serta lingkunggan mereka) tetapi hadits-hadits ahad juga beliau pakai untuk dalil.
Dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak ditemukan rujukan dari AlQuran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya terhadap sunnah sehingga dijuluki
Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah Nabi). Al-Ijma' atau kesepakatan para Sahabat
Nabi, yang tidak terdapat perbedaan pendapat dalam suatu masalah. Ijma' yang
diterima Imam Syafi'i sebagai landasan hukum adalah ijma' para sahabat, bukan
kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum, karena
menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi. Al-Qiyas yang dalam Ar-Risalah
disebut sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya. Akan
tetapi Imam Syafi'i menolak dasar istihsan dan istislah sebagai salah satu cara
menetapkan hukum Islam. Istidlal, mencari alasan berdasarkan atas kaidah-kaidah
agama meskipun dari agama ahli kitab (Yahudi dan Nasrani). Kitab-kitab karya imam
syafiI yaitu Kitab al-Risalah, tentang ushul fiqh. Kitab al-Umm, sebuah kitab fiqh
yang didalamnya dihubungkan pula sejumlah kitabnya.6
d. Mahdzab Hambali
Pendiri Madzhab Hambali ialah: Al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal
bin Hilal Azzdahili Assyaibani. Beliau lahir di Bagdad pada tahun 164 H. dan wafat
tahun 241 H. Metode fiqhnya diambil berdasarkan. Al-Quran atau As Sunnah yaitu
apabila beliau menemukan nash baik dari Al-Quran maupun hadist beliau tidak lagi
6 Ismail, Ahmad Satori, Pasang Surut Perkembangan Fiqih Islam, Jakarta: Pustaka
Tarbiatuna, 2003

11

memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak pula memperhatikan pendapatpendapat para sahabat. Fatwa sebagian sahabat, yaitu jika beliau tidak mendapatkan
nash maka beliau berpegang teguh pada fatwa sahaby jika fatwa tersebut tidak ada
yang menantangnya. Pendapat sebagian sahabat, beliau memandang pendapat
sebagian sahabat sebagai dalil hukum. Jika terdapat beberapa pendapat dalam suatu
masalah maka beliau mengambil pendapat yang lebih dekat kepada Kitab dan
Sunnah. Hadist mursal atau hadist dhoif, yakni Hadits yang dimarfukan (diangkat)
oleh seorang tabiin kepada Rasulullah saw, baik berupa sabda, perbuatan dan taqrir,
baik itu tabiin kecil ataupun besar. Hal ini dipakai jika hadis tersebut tidak
berlawanan dengan suatu atsar atau pendapat seorang sahabat. Qiyas, jika beliau tidak
memperoleh sesuatu dasar diantara yang tersebut di atas maka dipergunakanlah qiyas.
Kitab-kitab karya imam hambali adalah Kitab Al-Musnad. Kitab Tafsir al-Quran.
Kitab al-Nasikh dan al-Mansukh.
2. Mazhab Mazhab Akidah Islam
a. Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah berkata: Aku berpegang kepada kitab Allah. Kemudian
yang tidak aku dapatkan (di dalam kitab Allah, aku berpegang) kepada Sunnah
Rasulullah n . Jika aku tidak mendapatkannya di dalam kitab Allah dan Sunnah
Rasulullah, aku berpegang kepada perkataan-perkataan para sahabat Beliau. Aku akan
berpegang kepada perkataan orang yang aku kehendaki, dan aku tinggalkan perkataan
orang yang aku kehendaki di antara mereka. Dan aku tidak akan meninggalkan
perkataan mereka (dan) mengambil perkataan selain (dari) mereka. [Riwayat Ibnu
Main di dalam Tarikh-nya, no. 4219. Dinukil dari Manhaj As Salafi Inda Syaikh
Nashiruddin Al Albani, hlm. 36, karya Amr Abdul Munim Salim]. Imam Abu Jafar
Ath Thahawi (wafat 321 H), salah seorang ulama Hanafiyah, menulis sebuah risalah
tentang aqidah, yang kemudian terkenal dengan nama Aqidah Ath Thahawiyah.
Beliau membukanya dengan perkataan: Ini peringatan dan penjelasan aqidah Ahlis
Sunnah wal Jamaah di atas jalan ahli fiqih-ahli fiqih agama: Abu Hanifah Numan
bin Tsabit Al Kufi, Abu Yusuf Yaqub bin Ibrahim Al Anshari, Abu Abdillah

12

Muhammad bin Al Hasan Asy Syaibani g , dan yang mereka yakini, berupa
ushuluddin (pokok-pokok agama), dan cara beragamanya mereka (dengannya)
kepada Rabbul Alamin. [Kitab Aqidah Ath Thahawiyah]. As Subki rahimahullah
memberikan komentar terhadap Aqidah Ath Thahawiyah dengan perkataan :
Madzhab yang empat ini segala puji hanya bagi Allah- satu dalam aqidah, kecuali
di antara mereka yang mengikuti orang-orang Mutazilah dan orang-orang yang
menganggap Allah berjisim, Namun mayoritas (pengikut) madzhab empat ini, berada
di atas al haq. Mereka mengakui aqidah Abu Jafar Ath Thahawi yang telah diterima
secara utuh oleh para ulama dahulu dan generasi berikutnya. [Ushuluddin Inda
Aimmatil Arbaah Wahidah, hlm. 28, karya Dr. Nashir bin Abdillah Al Qifari].
Penerimaan para ulama terhadap Aqidah Ath Thahawiyah adalah secara umum.
Karena ada beberapa perkara yang perlu dikoreksi, sebagaimana hal itu telah
dilakukan oleh pensyarah (pemberi penjelasan) Aqidah Ath Thahawiyah, (yaitu)
Imam Ibnu Abil Izzi Al Hanafi. Demikian juga oleh para ulama belakangan, seperti
Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam taliq (komentar) beliau, Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al Albani dalam syarah dan taliq beliau, dan Syaikh Dr. Muhammad bin
Abdurrahman Al Khumais di dalam Syarh Al Aqidah Ath Thahawiyah Al Muyassar.
b. Imam Malik Bin Anas
Imam Malik bin Anas dikenal sebagai ulama yang tegas dalam menyikapi
bidah. Di antara perkataan beliau yang masyhur ialah: Barangsiapa membuat bidah
(perkara baru) di dalam Islam (dan) ia menganggapnya sebagai kebaikan, maka ia
telah menyangka bahwa (Nabi) Muhammad n telah mengkhianati risalah. Karena
Allah Taala berfirman:


















Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan
kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu. [Al Maidah:3]

13

Maka apa-apa yang pada hari itu bukan agama, pada hari ini pun tidak menjadi
agama. 7
Imam Ibnu Abi Zaid Al Qairawani rahimahullah, (wafat 386 H), salah seorang ulama
Malikiyah, menulis sebuah risalah tentang aqidah, dan berisi aqidah Ahlu Sunnah,
sama dengan aqidah ulama lainnya.
a. Imam Syafii
Imam SyafiI berkata: Selama ada Al Kitab dan As Sunnah, maka (semua)
alasan tertolak atas siapa saja yang telah mendengarnya, kecuali dengan mengikuti
keduanya. Jika hal itu tidak ada, kita kembali kepada perkataan-perkataan para
sahabat Nabi n , atau salah satu dari mereka. [Riwayat Baihaqi di dalam Al Madkhal
Ilas Sunan Al Kubra, no. 35. Dinukil dari Manhaj As Salafi Inda Syaikh Nashiruddin
Al Albani, hlm. 36]. Dan telah masyhur perkataan Imam Syafii rahimahullah : Aku
beriman kepada Allah dan kepada apa yang datang dari Allah (yakni Al Quran, Pen),
sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Aku beriman kepada utusan Allah dan kepada
apa yang datang dari utusan Allah (yakni Nabi Muhammad n , Pen), sesuai dengan
yang dikehendaki utusan Allah. Imam Abu Bakar Al Ismaili Al Jurjani
rahimahullah, (wafat 371 H), salah seorang ulama Syafiiyah, menulis sebuah risalah
tentang aqidah. Beliau membukanya dengan perkataan: Ketahuilah, semoga Allah
memberikan rahmat kepada kami dan kalian, bahwa jalan Ahli Hadits, Ahli Sunnah
wal Jamaah, ialah mengakui kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya,
rasul-rasulNya, dan menerima apa yang dikatakan oleh kitab Allah Taala, dan apa
yang telah shahih riwayatnya dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam8
b. Imam Ahmad Bin Hambal
Imam Ahmad bin Hambal berkata: Pokok-pokok Sunnah menurut kami ialah,
berpegang kepada apa yang para sahabat Rasulullah n berada di atasnya, dan
7 Asy Syatibi, Al Itisham
8 Abdurrahman Al Khumais, Muhammad, Itiqad Aimmatil Hadist

14

meneladani mereka [Riwayat Al Lalikai]. Imam Abu Muhammad Al Hasan bin


Ali bin Khalaf Al Barbahari rahimahullah (wafat 329 H), salah seorang ulama
Hanbaliyah, menulis sebuah risalah tentang aqidah; aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah,
yang bernama Syarhus Sunnah. Di antara yang beliau katakan di awal kitab ini ialah:
Ketahuilah, semoga Allah memberikan rahmat kepadamu. Bahwa agama hanyalah
yang datang dari Allah Tabaraka wa Taala (Yang Banyak Memberi Berkah dan Maha
Tinggi), tidak diletakkan pada akal-akal manusia dan fikiran-fikiran mereka. Dan
ilmunya (agama) di sisi Allah dan di sisi RasulNya. Maka janganlah engkau
mengikuti sesuatu dengan hawa-nafsumu, sehingga engkau akan lepas dari agama
dan keluar dari Islam. Sesungguhnya tidak ada argumen bagimu, karena Rasulullah n
telah

menjelaskan

Sunnah

(ajaran

agama/aqidah)

kepada

umatnya,

telah

menerangkannya kepada para sahabat Beliau, dan mereka adalah Al Jamaah. Mereka
adalah As Sawadul Azham (golongan mayoritas). Dan As Sawadul Azham (yang
dimaksudkan) adalah al haq dan pengikutnya. Barangsiapa menyelisihi para sahabat
Rasulullah n di dalam sesuatu dari urusan agama, (maka) dia telah kafir. 9

2.4 Hukum Perkawinan Islam di Indonesia.


2.4.1 Pengertian perkawinan
Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa arab disebut
dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Kedua kata ini yang terpakai dalam
kehidupan sehari- hari orang arab dan banyak terdapat dalam Al-Quran dan hadis
Nabi.
Hukum Islam mengatur agar perkawinan itu dilakukan dengan akad atau
perikatan hukum antara pihak-pihak yang bersangkutan dengan disaksikan dua orang
laki-laki. Perkawinan menurut Islam ialah suatu perjanjian suci yang kuat dan kokoh
9 Albar bahari, Imam, Syarhus Sunnah

15

untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
membentuk keluarga yang kekal, santun menyantuni, kasih mengasihi, aman
tenteram, bahagia dan kekal.10
2.4.2

Sumber Hukum Perkawinan di Indonesia


1.
Al-Quran
Ayat-ayat Al-Quran tentang perkawinan salah satu contohnya adalah:

Perkawinan adalah tuntutan kodrat hidup dan tujuannya antara lain adalah untuk
memperoleh keturunan, guna melangsungkan kehidupan jenisnya terdapat didalam
QS. Al-Dzariyat:49, QS.Yasin:36, QS.al-Hujurat:13, QS.al-Nahl:72.
2.

Al Hadist

Meskipun Al-Quran telah memberikan ketentuan-ketentuan hukum perkawinan


dengan sangat terperinci sebagaimana disebutkan diatas, tetapi masih diperlukan
adanya penjelasan penjelasa dari sunnah, baik mengenai hal-hal yang tidak
disinggung maupun mengenai hal-hal yang telah disebutkan Al-Quran secara garis
besar. Beberapa contoh sunnah mengenai hal-hal yang tidak disinggung dalam AlQuran dapat disebutkan antara lain sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Hal-hal yang berhubungan dengan walimah.


Tata cara peminangan.
Saksi dan wali dalam akad nikah.
Hak mengasuh anak apabila terjadi perceraian.
Syarat yang disertakan dalam akad nikah.

Beberapa contoh penjelasan sunnah tentang hal-hal yang disebutkan dalam AlQuran secara garis besar sebagai berikut:11
a. Pengertian quru yang disebutkan dalam Al-Quran mengenai masa iddah
perempuan yang ditalak suaminya.
b. Bilangan susuan yang mengakibatkan hubungan mahram.
c. Besar kecilnya mahar.
d. Izin keluar rumah bagi perempuan yang mengalami iddah talak raji.
10 Jamaluddin, dkk, Buku Ajar Hukum Perkawinan, Sulawesi, 2016
11 Ibid, hal 22

16

e. Perceraian yang terjadi karena lian merupakan talak yang tida


memungkinkan bekas suami istri kembali nikah lagi.
3. Ijma Ulama Fiqih
Para ahli fiqh Munakahat banyak memberikan pemikiran, pendapat tentang
perkawinan yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadis dengan melakukan
interprestasi serta analisis yang melahirkan hukum Fiqh dalam bidang perkawinan
yang menjadi sumber hukum perkawinan Indonesia.
4. Ijtihad
Hal yang tidak disinggung dalam Al-Quran atau Sunnah, tetapi memerlukan
ketentuan hukum dengan ijtihad misalnya mengenai harta bersama yang diperoleh
selama perkawinan berlangsung, perkawinan wanita hamil karena zina, akibat
pembatalan pertunangan, terhadap hadiah-hadiah pertunangan dan sebagainya.
2.4.3

Hukum Perkawinan Islam di Indonesia


Indonesia telah memiliki undang-undang nasional yang berlaku bagi seluruh
warga Negara Republik Indonesia, yaitu UU Perkawinan. Sebelum diberlakukannya
UU Perkawinan ini, Indonesia telah memberlakukan peraturan-peraturan perkawinan
yang diatur dalam KUH Perdata (BW) , Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen
(Huwelijks Ordonansi voor de Christens Indonesiers) Staatsblaad 1933 No.74,
Peraturan Perkawinan Campuran (Regeling op de gemengde Huwelijken), Staatsblaad
1898 No. 158. Selain itu, diberlakukan juga Undang-Undang Pencatatan Nikah,
Talak, dan Rujuk (NTR) dalam lembaran negara 1954 No.32 serta peraturan Menteri
Agama mengenai pelaksanaannya. Undang-Undang Pencatatan NTR hanya mengenai
teknis pencatatan nikah, talak, dan rujuk umat islam, sedangkan praktek hukum
nikah, talak, dan rujuk pada umumnya menganut ketentuan-ketentuan fiqh mazhab
Syafii.12
Agama Islam di nusantara sudah ada sebelum penjajahan belanda datang ke
nusantara, sehingga dimana masyarakat islam berada, disitu sudah berlaku hukum
12 Ibid, hal 26

17

islam, meskipun dalam lingkup masyarakat yang jumlahnya masih sangat minim.
Dibeberapa kerajaan Nusantara waktu itu, hukum islam diakui dan dianut oleh
masyarakat, seperti disumatera terdapat Kerajaan Sultan Pasai di Aceh serta Kerajaan
Pagar Ruyung dan Kerajaan Paderi kedua-duanya di Minang Kabau. Di Jawa terdapat
Kerajaan Demak, Mataram, dan Sultan Agung: di Makassar terdapat Kerajaan
Hasanuddin: dan sebagainya, bahkan Malaka serta Brunai (sekarang Brunai
Darussalam) di semenangjung Melayu.
Berikut pasal dari hukum perkawinan islam di Indonesia: Pasal 2 ayat 1 KHI
menyebutkan bahwa : Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Ketentuan ini tidak ada beda
dengan Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan yang menyatakan perkawinan adalah sah
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
Ini menunjukakan isi dari Kompilasi Hukum Islam masih mengakui pluralisme dalam
hukum perkawinan di indonesi. Namun dapat ditegaskan bahwa bagi umat Islam
berlaku hokum perkawinan Islam, sedangkan bagi agama selain islam berlaku hokum
perkawinan yang diatur dalam agamanya. Dalam Hukum perkawinan islam mengatur
agar perkawinan itu dilakukan dengan akad antara pihak-pihak yang bersangkutan
dengan disaksikan dua orang laki-laki setelah dipenuhi syarat-syarat lain menurut
hukum islam.
Dengan dikukuhkannya hukum agama (Fiqh Munakahat) sebagai syarat
sahnya suatu perkawinan, maka berlakunya hukum islam di Indonesia bukan lagi
berdasarkan kepada teori resepsi, melainkan langsung berdasarkan kepada UU
Perkawinan. Dengan demikian, pelaksanaan Hukum Perkawinan Islam itu disamping
menjadi tanggung jawab pribadi umat islam, juga menjadi tanggung jawab
pemerintah untuk ikut mengawasinya. Adanya pengawasan pemerintah itu
dimaksudkan agar supaya dalam pelaksanaan Hukum perkawinan Islam itu tidak
disalah gunakan.
2.5 Peradilan Agama di Indonesia

18

Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan


kehakiman untuk menyelenggarakan penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat
pencari keadilan dalam perkara tertent antara orang-orang yang beragama Islam
dibidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, sedekah, dan ekonomi
syariah. Dengan penegasan kewenangan peradilan agama dalam menyelesaikan
perkara tertentu tersebut, termasuk pelanggaran atas undang-undang perkawinan dan
peraturan pelaksanaanya dan memperkuat landasan hukum Mahkamah Syariah dalam
melaksanakan kewenangannya di bidang jinayah berdasarkan qanun.
Cakupan atau batasan peradilan agama meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
1. Kekuasaan negara, yaitu kekuasaan yang bebas dari campur tangan kekuasaan negara
lainnya dari puhak luar. Secara operasiaonal kekuasaan itu sendiri kekuasaan absolut
(wewenang perkara) atau absolut competensi dan relatif(kekuasaan relatif), yakni
2.

wilayah kekuasaan daerah.


Badan peradilan agama, sebagai satuan penyelenggara kekuasaan kehakiman. Ia
meliputi hirarki, susunan, pimpinan, hakim, panitera dan unsur lain dalam struktur

3.

organisasi pengadilan.
Prosedur perkara di pengadilan, yang mencakup jenis perkara, hukum prosedural
(hukum acara) dan produk-produk (putusan dan penetapan). Prosedur itu meliputi
tahapan kegiatan menerima, memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan

4.

perkara-perkara yang diajukan ke pengadilan.


Perkara-perkara dalam bidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, dan

sadaqah.
5. Orang-orang yang beragama Islam sebagai pihak yang berperkara atau sengketa atau
6.

para pencari keadilan.


Hukum Islam sebagai hukum substansial yang dijadikan rujukan dalam proses

7.

peradilan.
Penegakan hukum dan keadilan sebagai tujuan.13
13 Halim, Abdul, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002

19

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan


menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang:
a.
b.

Pekawinan;
Kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum

c.

Islam; dan
Wakaf dan sedekah

Kewenangan dibidang perkawinan, menurut pasal 49 ayat (2) ialah hal-hal yang
diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku.
Penjelasan pasal tersebut menyebutkan:
Yang dimaksud dengan bidang perkawinan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan antara lain:
1. Izin beristri lebih dari seorang
2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 tahun
dalam hal orang tua atau wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan
pendapat
3. Dispensasi kawin
4. Pencegahan perkawinan
5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah
6. Pembatalan perkawinan
7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri
8. Perceraian karena anak
9. Gugatan perceraian
10. Penyelesaian harta bersama
11. Mengenai penguasaan anak-anak
12. Ibu dapat memikul biaya penghidupan anak bilamana bapak yang seharusnya
bertanggung jawab tidak memenuhinya
13. Penentuan kewajiaban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas
istri atau penetuan suatu kewajiaban bagi bekas istri
14. Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak
15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua
16. Pencabutan kekuasaan wali
17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wali dicabut

20

18. Menunjuk seseorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18
tahun yang ditinggal kedua orang tuanya pada hal tidak ada penunjukan wali
oleh orang tuanya
19. Pembebanan kewajiban kerugian terhadap wali yang telah menyebabkan
kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya
20. Penetapan asal-usul seorang anak
21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran, dan
22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawianan dan dijalankan menurut peraturan
yang lain.
Kewenangan dibidang perkawinan lainnya adalah memeriksa dan menetapkan
wali adalah atas permohonan calon mempelai wanita. Kewenangan dibidang
kewarisan, menurut pasal 49 ayat (3) ialah penetuan siapa yang menjadi ahli waris,
penentuan mengenai harta peniggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris,
dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut.
Kewenangan absolutlainnya adalah wasiat dan hibah yang dilakukan bersarkan
hukum Islam serta wakaf dan sedekah Kewenangan relatif adalah kekuasaan
mengadili berdasarkan wilayah atau daerah. Kewenangan relatif Pengadilan Agama
sesuai dengan tempat dan kedudukannya. Pengadilan Agama berkedudukan di ibu
kota atau di ibu kota kabupaten dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau
kabupaten. Pengadilan Tinggi Agama berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah provinsi.14
2.6 Kerajan-kerajaan Islam di Indonesia
Berkembangnya agama Islam secara cepat dan meluas di Indonesia terutama di
daerah pesisir karena adanya kontak dagang antara pedagang Islam dengan pedagang
Indonesia. Makin kuatnya pengaruh Islam di kalangan penduduk mendorong

14 A Rasyid, Roihan, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada,
2003

21

tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di kepulauan Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam


terkenal di Indonesia yaitu:15
1. Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra
Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama Sultan Malik al
Saleh. Letak kerajaan berada di daerah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe.
Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat untuk melanjutkan
pemerintahan ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326
Sultan Mahmud juga wafat. Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai
dipimpin oleh Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa
pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan Ibnu
Batuta, utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa Samudra Pasai
merupakan bandar utama pelabuhan yang sangat penting. Karena di pelabuhan ini
menjadi tempat bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa oleh para
pedagang dari dalam dan luar negeri (India dan Cina).
2. Kerajaan Islam Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan
kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah. Ia
sebenarnya adalah salah seorang bupati di kerajaan Majapahit yang berkedudukan di
Demak dan telah menganut Islam. Kekuasaan Majapahit ketika itu sudah lemah.
Keadaan ini mendorong Raden Patah untuk mendirikan kerajaan Islam Demak.
Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak berarti Raden Patah telah melepaskan diri
dari pengaruh kekuasaan Majapahit. Berdirinya kesultanan Demak mendapat
dukungan pula dari daerah-daerah lain di Jawa Timur yang sudah Islam seperti
Jepara. Tuban dan Gresik. Kemudian pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia
digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus. Pemerintahannya hanya berlangsug selama
15 Buku Modul Sejarah Kesetaraan Paket B, 2011

22

3 tahun karena setelah itu ia wafat. Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin oleh
Sultan Renggono, Adim Pati Unus.
3. Kerajaan Islam Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan
Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak.
Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan
kerajaan Demak. Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah
Sultan Adiwijoyo wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto
(dari Demak) mencoba merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu
menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran
Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan
kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo
menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama
Sutowojoyo karena tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh
Sutowijoyo pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah
kerajaan Pajang.16
4. Kerajaan Islam Mataram
Pada tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama
Sutowijoyo yang bergelar Panembahan Senopalti Ing. Letak kerajaan ini berada di
Kotagede, Sebelah tenggara kota Yogyakarta. Ketika memerintah dikerajaan
Mataram, banyak bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya. Diantara para
bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya adalah bupati Ponogorogo,
Madiun, Kediri, Pasuruan, Surabaya, Cirebon dan Galuh. Namun upaya mereka untuk
melepaskan diri tidak behasil karena Sutowijoyo dikenal memiliki keahlian di bidang
kemiliteran berhasil mengatasi semua pemberontakan tersebut. Pada awal
16 Soeroto, Sejarah Indonesia, Jakarta: Gajah Mada, 1968

23

pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yang masing-masing


dilakukan oleh Demak dan Ponorogo. Tetapi Mas Jolang berhasil memadamkan
pemberontakan tersebut. Pemberontakan terhadapnya tampaknya belum berakhir. Pda
tahun 1612 Surabaya melakukan perlawanan. Mas Jolang kemudian mengirimkan
tentaranya berusaha menumpas pemberontakan. Sementara upaya memadamkan
pemberontakan terus berlangsung dan belum berhasil dipadamkan, Mas Jolang wafat.
Ia dimakamkan di Kotagede.
5. Kerajaan Islam Cirebon
Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yang sekaligus
menjadi rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa
Barat. Di bawah pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan.
Daerah kekuasaanya bertambah luas. Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan
yang baik dengan kerajaan Islam Mataram. Pada thaun 1570 Fatahillah wafat.
Selanjutnya ia digantikan oleh putranya bernama pangeran Pasarean. Dalam
perkembangannya kemudian pada tahun 1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi
dua kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pada masa tersebut kedudukan VOC di
Batavia semakin kuat. Mereka bermaksud meluaskan kekuasaannya ke Cirebon.
Maka Belanda dan VOC-nya mengatur siasat dengan menerapkan politik adu domba
atau Devide et Impera. Hal ini bertujuan untuk memperlemah kerajaan Islam Cirebon.
Kerajaan Islam Cirebon yang sudah dipecah menjadi dua, oleh Belanda VOC dipecah
lagi menjadi tiga masing-masing Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan. Dengan
terpecahnya kerajaan Islam Cirebon menjadi tiga menyebabkan kerajaan Islam
Cirebon semakin lemah kedudukannya. Keadaan ini terus dimanfaatkan oleh Belanda
dan VOC untuk mengadu domba. Akhirnya padda abad ke-17 Cirebon berhasil
dikuasai VOC.
6. Kerjaan Islam Banten
Pada tahun 1552 berdiri kerajaan Islam Banten. Pendiri kerajaan ini bernama
Hasanuddin. Ia naik tahta menjadi raja di Banten setelah memperoleh mandat dari

24

ayahnya Fatahillah. Seperti telah kita ketahui bahwa Fatahillah pada mulanya
menguasai daerah Sunda Kelapa, Cirebon dan Banten. Setelah Hasanuddin wafat
digantikan oleh putranya bernama Pangeran Yusuf. Ia meluaskan daerah
kekuasaannya dan menaklukan Pakuan Pajaran (tahun 1579). Kemudian pada thaun
1580 Pangeran Yusuf wafat. Kemunduran kerajaan Islam Banten terjadi sejak masa
pemerintahan Sultan Abdul Mufakkir di mana Belanda terus melakukan blokadeblokade yang mengakibatkan sempitnya ruang gerak kerajaan Islam Banten.
Walaupun demikian semangar rakyat Banten yang anti penjajah Belanda tetap
menyala.
7. Kerajaan Islam Ternate dan Tidore
Pada abad ke-13 di Maluku telah berdiri beberapa kerajaan seperti ternate, Tidore,
Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut, ternyata kerajaan ternate dan
Tidore yang berkembang lebih maju. Hal ini disebabkan hasil buminya yang berupa
rempah-rempah terutama cengkeh. Banyak pedagang dari kepulauan Nusantara dan
Timur tengah yang pergi berlayar ke Ternate. Para saudagar membawa barang-barang
dagangan berupa pakaian, beras dan sebagainya untuk dipertukarkan dengan rampahrempah. Pada abad ke-14 agama Islam berkembang pesat di Ternate. Dalam
perkembangannya kemudian Ternate berubah menjadi kerajaan Islam. Kerajaan ini
dipimpin oleh Sultan Harun. Pada masa pemerintahannya orang-orang Portugis
banyak yang datang berdagang di Maluku. Tetapi mereka sering membuat masalah
seperti melakukan monopoli dagang secara paksa, bertindak sewenang-wenang,
mencampuri urusan pemerintahan dalam negeri. Akibatnya sering terjadi pertempuran
antara penduduk Maluku dengan orang-orang Portugis. Akhornya pada tahun 1570
Portugis dengan Sultan Ternate sepakat untuk melakukan perjanjian damai melalui
perundingan. Tetapi Portugis menipu Sultan Harun sewaktu berada dalam
perundingan, ia pun dibunuh oleh orang Portugis atas suruhan gubernur mereka.
Sementara itu di kerajaan Tidore agama Islam pun bekembang pesat. Seperti halnya
Ternate, kerajaan Tidore berubah menjadi kerajaan Islam Tidore yang dipimpin oleh

25

sultan Tidore. Kedua kerajaan ini pada mulanya hidup berdampingan secara damai,
saling menghormati kedaulatan masing-masing. Tetapi oleh bangsa Portugis dan
Spanyol kedua kerajaan ini diadu domba. Sehingga nyaris terjadi petentangan yang
menjurus perang. Untung saja kedua pimpinan kerajaan menyadari hal ini. Mereka
tidak mau diadu domba dengan bangsa sendiri. Kemudian kerajaan ini bersatu, bahumembahu dalam menghadapi Portugis.17
8. Kerajaan Islam Makassar
Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan seperti
Gowa, Bone, Wajo, Luwu, dan Soppeng. Dalam perkembangannya kerajaan Gowa
dan Tallo mengalami kemajuan yang lebih pesat dibandingkan yang lainnya. Hal ini
disebabkan letak kerajaan ini sangat strategis dan menguntungkan yakni terletak di
tengah-tengah lalu-lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku. Kedua kerajaan yaitu
Gowa dan Tallo, yang rajanya telah menganut agama Islam bersepakat menyatukan
kerajaan mereka menjadi kerajaan Islam Makassar. Rajanya bernama Sultan
Alauddin. Ia semua bernama Daeng Manrabia, raja Gowa. Sedangkan Mangkubumi
bernama Sultan Abdullah. Ia semua bernama karaeng Matoaya, raja Tallo. Kerajaan
Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah Sultan hasanuddin
berkuasa (tahun 1654-1669).
Ketika Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan Hasanuddin agar melarang
rakyatnya berdagang di Maluku, karena hal itu dianggap pelanggaran monopoli.
Maka Sultan hasanuddin dengan tagas menjawab: "Tuhan menciptakan dunia ini
untuk kebahagiaan sekalian umat manusia. Ataukah tuan menyangka bahwa Allah
mengecualikan pulau-pulau Maluku yang jauh dari tempat bangsa tuan ini sematamata untuk perdagangan tuan". Dalam peperangan ini Sultan Hasanuddin mendapat
tekanan hebat dari pasukan Belanda, maka akhirnya pada tahun 1669 Sultan
Hasanuddin terpaksa menyerah dan Makassar pun dikuasai penjajah Belanda.
Meskipun demikian dalam diri orang-orang Makassar tetap tumbuh semangat anti
17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Umum, Jakarta, 1980

26

penjajahan. Karena itu banyak diantara merek yang pergi merantau ke Madura,
Banten dan sebagainya membantu daerah-daerah yang masih berperang melawan
Belanda.
2.7 Karakteristik Muslim di Indonesia
1. Majemuk atau Plural
Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat Indonesia pada umumnya.
Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam Islam. Seorang
antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah membagi perilaku
keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu abangan, santri
dan priyai. Abangan merupakan turunan dari kata abang (Jawa: merah). Istilah
abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu memperhatikan perintah
perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
agamanya. Santri merupakan penganut islam yang taat. Istilah ini seringkali kita
dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di pesantren. Priyai adalah
kelompok ketiga penganut Islam, yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas
elit. Biasanya adalah mereka yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim
berdasi.
2. Toleran
Toleransi adalah salah satu semangat dari Islam. Semangat ini tumbuh seiring
dengan perkawinan antara budaya Islam dan budaya lokal. Sehingga corak
singkretisme (campuran faham) tidak isa dihindarkan. Sifat toleransi Muslim
Indonesia muncul karena bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim
Indonesia sudah terbiasa dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.
3. Moderat
Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat. Moderat dalam hal ini
dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang berada di tengahtengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius,
umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini berarti bahwa religiusitas bangsa
Indonesia adalah cerminan religiusitas umat Islam itu sendiri. Islam indonesia
merupakanagama yang melindungi kehidupan agama dan kepercayaan lain. Agama

27

dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan damai di tengah-tengah mayoritas umat
Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan keadaan umat Islam di beberapa negara yang
hidup mayoritas di tengah-tengah mayoritas agama lain.
4. Singkretik
Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan akibat dari akulturasi Islam dan
budaya lokal. Makna singkretik di sini maksudnya adalah adanya campuran unsur
Islam dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan semangat fundamental Islam
itu sendiri. Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah yang melahirkan Islam dalam
bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan peci hitam sebenarnya
adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi pakaian orang Indonesia,
terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam ritual-ritual Islam, unsurunsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada sebagian bangunan masjid. Jadi
meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan Islam di Indonesia tidak selalu
bernuansa Arab.18
2.8 Ideologi Trans Nasional di Indonesia
Transnasional adalah kosakata yang belakangan ini semakin popular dan
diperbincangkan dengan serius, bukan saja di Indonesia, melainkan juga di belahan
dunia yang lain. Secara literal, kata berbahasa Inggris atau Amerika ini, berarti lintas
nasional, atau lintas kebangsaan. Ideologi Transnasional bukan semata sebuah istilah
tanpa makna yang penting. Ia kini dipahami sebagai sebuah istilah bagi gerakan
politik internasional yang berusaha mengubah tatanan dunia berdasarkan ideologi
keagamaan fundamentalistik, radikal dan sangat puritan. Istilah-istilah yang ini dalam
pengertian umum menunjuk pada cara pandang dan ideologi yang berusaha
mendirikan sebuah tatanan dunia baru yang didasarkan pada kekuasaan atas nama
Tuhan (hakimiyyah Allah) dan bersikap eksklusif. Mereka menyebutnya Nizam
Islami (Sistem Islam). Di dalamnya aturan-aturan keagamaan (syariah)- tentu saja
menurut tafsir mereka- dan tunggal wajib diberlakukan bagi semua wilayah
18 https://ferarita.wordpress.com/2012/01/14/makalah-islam-di-indonesia/, diakses pada
tanggal 30 September 2016

28

kekuasaannya yang mendunia itu. Mereka menolak kekuasaan manusia. Menurut


mereka aturan-aturan manusia telah menyingkirkan kekuasaan Tuhan. Ideologi ini
dengan begitu menentang negara bangsa (nation state). Untuk mewujudkan impian
tersebut ideologi tersebut kemudian mengembangkan berbagai cara, termasuk
memaksakan

kehendak

melalui

tindakan

kekerasan,

represi,

teror, seraya

mengingkari, menafikan atau membidatkan keyakinan orang lain (the others), dan
mengkafirkan selain mereka, baik dari kalangan umat agama lain maupun dalam
internal Islam yang tidak sejalan dengan ideologi mereka. Gerakan politik
transnasional tak ragu-ragu melakukan klaim kebenaran sepihak atas nama agama
atau Tuhan.
2.9 Akulturasi Islam dan Budaya di Indonesia
2.9.1 Akulturasi Kebudayaan Lokal Indonesia dengan Budaya Hindu-Budha
Masuk dan berkembangnya budaya India ke Indonesia membawa pengaruh
yang sangat besar yang menyebabkan interaksi sehingga menciptakan berbagai jenis
kebudayaan yang merupakan perpaduan antara budaya India dengan Indonesia
diantaranya adalah:
a. Seni Bangunan
Munculnya budaya Hindu-Budha di Indonesia sangat besar terhadap bangunan
terutama pada bangunan candi. Pada dasarnya bangunan candi merupakan
pembangunan bangsa Indonesia pada zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak yang mendapat pengaruh dari Hindu-Budha sehingga berwujud sebuah
candi.
b. Seni Ukir/Seni Rupa
Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia terbukti dengan ditemukannya patung
Budha berlanggam gandaran di kota bangun dan juga dapat ditemukan di candi
borobudur berupa relief yang menceritakan Budha Gautama serta direlief ini dilukis
rumah panggung, perahu bercadik dan hiasan burung merpati yang merupakan

29

lukisan asli Indonesia. Selain candi borobudur di candi lain di Indonesia juga terdapat
seni ukir/seni rupa perpaduan antara budaya India dengan budaya Indonesia.
c. Seni Sastra
Seni sastra India turut memberi warna dalam seni sastra di Indonesia. Bahasa
Sansekerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia,
terbukti dengan banyak ditemukannya prasasti-prasasti di Indonesia yang
menggunakan bahasa sansekerta dan hurup pallawa. Dalam perkembangannya bahasa
Indonesia dewasa ini mendapat pengaruh bahasa sansekerta dan sangat dominan
terutama dalam istilah pemerintahan serta dalam kitab-kitab kuno juga menggunakan
bahasa sansekerta.
d. Sosial
Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tatanan kehidupan sosial
masyarakat, misalnya dalam Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta.
e. Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak
terjadi

perubahan,

karena

masyarakat

Indonesia

telah

mengenal

aktivitas

perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh


Hindu-Budha.
f. Kalender
Wujud akulturasi kebudayaan Hindu ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia
adalah dengan diadopsinya sistem penanggalan India yang menggunakan tahun saka,
telah

diapakai

dalam

sistem

penanggalan,

disamping

itu,

ditemukan

candrasangakala / kronogram, dalam usaha memperingati peristiwa dengan


kalender saka.
g. Filsafat
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah
mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu animisme dan dinamisme, kemudian
masuknya

pengaruh

Hindu-Budha

ke

Indonesia

mengakibatkan

terjadinya

percampuran antara kedua kepercayaan itu namun tidak meninggalkan kepercayaan

30

asli Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan roh nenek moyang dan pemujaan
terhadap dewa-dewa alam.
h. Pemerintahan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia sistim pemerintahan berlaku
di Indonesia adalah kepala suku dimana salah seorang kepala suku merupakan
pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya karena memiliki kelebihan dibanding
anggota lain dan berlangsung secara demokrasi, akan tetapi setelah masuknya
pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan sesuai dengan pemerintahan di India yaitu
seorang raja bukan seorang kepala suku, dan pemerintahan raja memerintah secara
turun temurun.19
2.9.2

Akulturasi Kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan Islam


Budaya Islam di Indonesia telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bangsa
Indonesia, namun dalam perkembangannya, pola dasar kebudayaan setempat yang
tradisional masih tetap kuat, sehingga terdapat suatu bentuk perpaduan kebudayaan
itu disebut dengan akulturasi kebudayaan.
a. Seni bangunan
Perpaduan antara seni budaya Indonesia dan budaya Islam dalam bangunan dapat
dilihat melalui bangunan masjid, makam dan bangunan yang lainnya.
1. Masjid
Dapat dilihat dari sudut arsitekturnya, masjid-masjid yang terdapat di Indonesia
terutama pada masjid-masjid kuno berbeda dengan masjid di negara lain. Khususnya
gaya arsitektur ini terlihat dari bentuk atapnya yang bertingkat, denahnya bujur
sangkar dan biasanya ditambah dengan bangunan serambi di depan maupun di
samping, pondasinya sangat kuat dan agak tinggi di bagian depan / samping terdapat
kolam.
2. Makam
19 Hamid, Abdul, Sejarah Umum untuk SMA, Jakarta: Depdikbud, 1981

31

Kuburan atau makam biasanya diabadikan atau diperkuat dengan bangunan dari
sebuah batu yang disebut jirat/kijing dan dan diatasnya biasanya didirikan sebuah
rumah yang disebut dengan cangkup yang sebenarnya bertentangan ajaran agama
Islam karena di dalam Islam terdapat larangan untuk menembok kuburan apalagi
membuat rumah di atasnya, tapi cangkup didirikan untuk mengenang orang-orang
penting. Gugusan makam ini dibagi lagi dalam berbagai halaman menurut kelompok,
keluarga masing-masing gugus dipisahkan oleh tembok-tembok tapi dihubungkan
oleh gapura-gapura dan pada umumnya makamnya terletak di lereng gunung.
b. Aksara dan Seni Rupa
Penulisan aksara-aksara arab di Indonesia, biasanya dipadukan dengan seni jawa yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia. Huruf-huruf arab yang ditulis sangat indah yang
disebut seni kaligrafi. Seperti juga jenis seni rupa Islam lainnya perkembangan seni
kaligrafi arab di Indonesia kurang begitu pesat dibanding dengan negara lain. Seni
kaligrafi biasanya digunakan untuk hiasan masjid, motif hiasan batik, batu nisan dll.
Sampai saat ini seni kaligrafi terus berkembang di Indonesia, terutama dalam seni
ukir sebagaimana dikembangkan oleh masyarakat dari Jepara.
c. Seni Sastra
Perkembangan seni sastra Indonesia pada zaman Islam berkisar sekitar Selat Malaka
dan di Jawa. Dibandingkan dengan seni sastra zaman hindu, hasil-hasil seni sastra
zaman Islam tidak terlalu banyak yang sampai pada kita disebabkan seni sastra
daerah belum sebagai tempat menyimpan dan meneruskan hasil karangan sastra Islam
kepada kita.
Sebagian besar seni sastra zaman Islam yang berkembang di Indonesia mendapat
pengaruh dari Persia.
d. Filsafat dan Ajaran Islam
Dalam perjalanannya, Islam sebagai agama mengalami banyak perkembangan dalam
alam pikir yang pada hakikatnya untuk mengimbangi perkembangan jiwa masyarakat
pendukungnya, dalam abad ke-8 M tersusun dasar-dasar ilmu fiqih, ilmu kalam dan

32

ilmu tasawuf, ketiga ilmu itulah yang mendasar pada filsafat dan pegangan umat
Islam.
e. Sistem Pemerintahan
Sejalan dengan melemahnya kekuasaan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia,
pedagang-pedagang Islam dan para mubaligh menggunakan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan dagang dan politik. Mereka juga mendukung munculnya
daerah-daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam. Dalam
perkembangan selanjutnya di daerah-daerah lain mulai bermunculan sistim
pemerintahan bercorak Islam dan pada abad 10 M Islam sudah hampir tersebar di
seluruh Indonesia.
f. Gubahan Seni Sastra Zaman Hindu
Seni sastra zaman Hindu tidak kurang peranannya dalam perkembangan sastra Islam
di Jawa. Seni sastra yang muncul pun pada zaman Hindu disesuaikan dengan
perkembangan keadaan zaman Islam. Disamping seni sastra juga terdapat kitab suluk
(primbon). Kitab ini bercorak megis dan berisi ramalan-ramalan dan penentuan hari
baik dan buruk serta pemberian makna pada suatu kejadian.20
2.10 Pendidikan Keislaman di Indonesia
Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang, dalam pengertian yang
seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu
sendiri di indonesia.21
2.10.1Pendidikan Etimologi dan Terminologi
Adapun penjelasan tentang pendidikan etimologi dan terminology adalah
sebagai berikut:
a. Pendidikan Etimologi

20 Idris, ZH, dkk, Sejarah Umum untuk SMA, Jakarta: Penerbit Mutiara , 1980
21 Azyumardi, Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2002

33

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etimologi (semantic atau kebahasaan)


pendidikan diartikan perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik. Selain kata
pendidikan sering pula dijumpai kata pengajaran. Kata ini memiliki arti
berbeda, yakni cara (perbuatan dan sebagainya) mengajar atau mengajarkan.
Kata yang serumpun dengan ini, adalah mengajar yang berarti memberi
pengetahuan atau pelajaran.

Dalam Islam ada tiga istilah yang umum

digunakan dalam pendidikan, yaitu at-tarbiyyah, at-talim dan attadib. Kata


tarbiyah mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Di dalam
kata tarbiyah terdapat makna mengajar atau allama, sedangkan kata tadib
mengacu pada kata addaba dan variatifnya.22
Di kalangan ahli pendidikan, selanjutnya ada perbedaan mengenai
pemakaian kata-kata dari bahasa Arab tersebut dalam hubungannya dengan
pendidikan. Abdurrahman al-Nahlawi, misalnya cenderung dengan kata
tarbiyah untuk kata pendidikan. Dengan alasan karena memberi pengetahuan,
menumbuhkan potensi, membersihkan jiwa, dan memelihara peserta didik.
Sayyid Muhammad Naquib al-Attas lebih cenderung dengan tadib, karena
menurutnya tarbiyah sangat luas maknanya mencakup pendidikan untuk hewan.
12 Dan Abdul Fattah Jalal berpendapat yang lebih komprehensip adalah talim
untuk memaknai pendidikan, karena talim lebih berhubungan dengan
pemberian bekal pengetahuan. Sayyid Muhammad Naquib al Attas menjelaskan
karena istilah tarbiyyah tidak tepat dan tidak mewadahi untuk membawakan
konsep pendidikan dalam Islam, sebagaimana penggantinya yang lebih tepat
yaitu tadib. Hal ini disebabkan:23
a. Menurut tradisi bahasa Arab, istilah tadib mengandung tiga unsur, yaitu
pengembangan ilmiah, ilmu dan amal.

22 Ibid, hal 22
23 Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987, hal 5

34

b. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah telah bersabda:addabani Rabbi


faahsana tadibi, secara eksplisit dipakai istilah tadib dari addaba yang
berarti mendidik.
c. Dalam kerangka pendidikan istilah tadib mengandung arti ilmu, pengajaran
dan pengasuhan yang baik.
d. Pentingnya pembinaan akhlak dalam pendidikan yang hanya terdapat dalam
istilah tadib.
2. Pendidikan Terminologi
Beranjak dari perbedaan segi etimologi tentang pendidikan di atas, Imam
Bawani, M.A, menjelaskan bahwa dari sudut bahasa istilah pendidikan Islam
tentu saja asalnya dari khazanah bahasa Arab, mengingat dalam bahasa itulah
ajaran Islam diturunkan. Bahwa istilah pendidikan Islam terjalin dari dua
kata, Pendidikan dan Islam. Dalam hal ini kata kuncinya adalah Islam yang
berfungsi sebagai sifat, penegas dan pemberi ciri khas bagi kata Pendidikan.
Dengan demikian Pendidikan Islam adalah pendidikan yang secara khas
memiliki ciri Islami, berbeda dengan konsep atau model pendidikan yang lain.24
Menurut Musthofa al Ghulayani, pendidikan adalah: Pendidikan ialah
penanaman akhlak yang mulia dalam jiwa anak didik serta mengarahkannya
dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi suatu kecenderungan jiwa yang
akan membuahkan keutamaan, kebaikan dan cinta beramal agar berguna bagi
tanah air.25
Sedangkan Shaleh Abdul Aziz mendefinisikan pendidikan sebagai: Sarjana
Barat mengartikan pendidikan dengan, Education, in the sense used here, is a
process or an activity which is directed at producing desirable changes in the
behavior og human beings.
24 Imam Banawi, Tradisinonalisme dalam Pendidikan Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, hal
59
25 Al Ghulayani, Idhah an Nasyiin, Pekalongan: Raja Murah, 1979, hal 189

35

Menurut Carter V. Good seperti dikutip M. Djumbaransyah Indar, bahwa


pendidikan

mengandung

pengertian:

Pertama,

proses

perkembangan

kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam
masyarakatnya. Kedua, proses sosial di mana seseorang yang dipengaruhi oleh
sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat
mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.26
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan ialah usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis
melalui kegiatan bimbingan dan pengembangan baik mental, fisik maupun
moral agar individu mempunyai akhlak mulia, diterima dalam kehidupan sosial
dan berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan tanah air serta berlangsung
semasa hidup.
2.11 Organisasi Islam di Indonesia
Adapun oraganisasi-organisasi islam di Indonesia yaitu sebagai berikut:
2.11.1 Organisasi Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul

Ulama (Kebangkitan

Ulama atau Kebangkitan

Cendekiawan

Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi
ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan ,sosial,
dan ekonomi. Sebab jauh sebelum NU lahir dalam bentuk jamiyyah (organisasi), ia
terlebih dahulu mewujud dalam bentuk jamaah (community) yang terikat kuat oleh
aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakter tersendiri. Dalam merespon
persoalan,

baik

kemasyarakatan,

yang

berkenaan

Nahdlatul

Ulama

dengan

persoalan

memiliki manhaj

keagamaan
Ahlis

maupun

Sunnah

Wal-

Jamaah sebagai berikut:27


26 Indar, Filasafat Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, 1994, hal 17-18
27 Ramli Muhammad Idrus, Risalah Ahlusunnah Wal-jamaah dari Pembinasaan Menuju
Pemahaman dab Pembelaan akidah NU, Surabaya: Khalista, 2012

36

1.

Dalam bidang Aqidah/teologi, Nahdlatul Ulama mengikuti Manhaj dan

2.

pemikiran Abu Hasan Al-Asyari dan Abu Mansur Al-Maturidi.


Dalam bidang Fiqih/Hukum Islam, Nahdlatul Ulama bermadzhab secara qauli
dan manhaji kepada salah satu al-Madzahib al-Arbaah (Hanafi, Maliki,
Syafii, Hanbali)

3.

Dalam Bidang Tasawuf, Nahdlatul Ulama mengikuti Imam al-Junaid alBaghdadi (w.297H) dan Abu Hamid al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M).

2.11.2 Organisasi Muhammadiyah (MD)


Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi Islam modern yang berdiri di
Yogyakarta pada 18 November 1912. Organisasi ini terbentuk karena masyarakat
islam yang berpandangan maju menginginkan terbentuknya sebuah organisasi yang
menampung aspirasi mereka dan menjadi sarana bagi kemajuan umat islam.
Keberadaan tokoh-tokoh Islam yang berpandangan maju tersebut terbentuk karena
pendidikan serta pergaulan dengan kalangan Islam di seluruh dunia melalui ibadah
haji. Salah seorang tokoh tersebut ialah KH. Ahmad Dahlan yang kemudian
mendirikan organisasi ini. Muhammadiyah didirikan atas dasar agama dan bertujuan
untuk melepaskan agama Islam dari adat kebiasaan yang jelek yang tidak berdasarkan
Al-Quran dan sunnah Rasul. Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama dalam
Muhammadiyah secara garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai berikut:28
1. Aqidah untuk menegakkan aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala
kemusyrikan, bidah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut
ajaran Islam.
2. Akhlaq untuk menegakkan nilai-nilai akhlaq mulia dengan berpedoman kepada
ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai
ciptaan manusia.

28 Majelis Diktilitbang, 1 Abad Muhammdiyah Gagasan Pembaruan Sosial Keagamaan,


Jakarta: Buku Kompas, 2010

37

3. Ibadah untuk menegakkan ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah S.A.W.


tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
4. Muamalah dunyawiyat untuk terlaksananya

muamalah

dunyawiyat

(pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran


Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah
kepada Allah SWT.
2.11.3 Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
Penggagas dan penghimpun tertinggi pertama LDII (Lembaga Dakwah Islam
Indonesia) adalah Al-Imam NurHasan Ubaidah Lubis Amir (nama kebesaran dalam
jamaahnya). Nama kecilnya ialah Madekal/Madigol atau Muhammad Madigol,
keturunan asli pribumi Jawa Timur. Faham yang dianut oleh LDII telah dilarang oleh
Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971. Setelah aliran tersebut dilarang,
kemudian berganti nama dengan Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI) pada tahun
1972. Lalu pada tahun 1981 berganti nama dengan Lembaga Karyawan Dakwah
Islam yang juga di singkat dengan LEMKARI. Kemudian LEMKARI berganti nama
lagi sesuai keputusan kongres/muktamar tahun 1990 dengan nama Lembaga Dakwah
Islam Indonesia (LDII). Perubahan nama tersebut dengan maksud menghilangkan
citra lama LEMKARI yang tidak baik dimata masyarakat.
Sebagian ajaran-ajaran dan konsepsi LDII:29
1. Kalau disuatu wilayah (negara) minimal ada 3 orang dan salah satunya tidak
mau mengangkat imam, maka dikatakan bahwa hidupnya tidak halal (nafasnya
haram, shalatnya haram, hajinya haram, dan bahkan jimanya haram), dan
kemudian statusnya disamakan dengan orang-orang kafir.
2. Dikatakan bahwa presiden bukanlah seorang imam, karena presiden hanya
mengurusi masalah dunia saja, tidak pernah mengajak rakyatnya, meramut

29 Djamuludin, M.Amin, Kumpas Tuntas Kesesatan dan Kebohongan LDII, Jakarta: Gema
insani, 2008

38

rakyatnya untuk mengaji Al-Quran dan al-Hadits yang hal itu berbeda dengan
imam-imam mereka.
3. Mengharamkan taqlid dalam fiqh.
4. Mengharamkan budaya-budaya seperti yasinan, tahlilan, maulid Nabi
Muhammad dan lain-lain.
5. Mereka hanya mau mendengar pengajian isi kandungan/arti Al-Quran dan AlHadits hanya dari orang-orang yang mengaji dengan guru/imam mereka. Bagi
mereka arti yang disampaikan oleh imamnya adalah bak wahyu yang tidak
boleh dibantah. Keluar dari pemahaman yang diartikan oleh imamnya adalah
sesat.
2.11.4 Organisasi Salafi
Kata Salafi adalah

sebuah

bentuk

penisbatan kepada as-salaf.

Kata as-

salaf sendiri secara bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup
sebelum zaman kita. Adapun makna teminologis As-Salaf adalah generasi yang
dibatasi oleh sebuah penjelasan Rasulullah SAW. Dalam haditsnya, Sebaik-baik
manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti mereka (tabiin),
kemudian yang mengikuti mereka (tabiat-tabiin). (HR. Bukhari dan Muslim).
Kelompok yang sekarang mengaku-aku sebagai Salafi ini, dahulu dikenal dengan
nama Wahabi. Tidak ada perbedaan antara Salafi yang ini dengan Wahabi. Mereka
lebih tepat jika disebut Salafi Wahabi, yakni pengikut Muhammad ibnu Abdul Wahab
yang lahir di Uyainah, Najd, Saudi Arabia tahun 1115 H (1703 M) dan wafat tahun
1206 H (1792 M). Pendiri Wahabi ini sangat mengagumi Ibnu Taimiyah, seorang
ulama kontroversial yang hidup di abad ke-8 H dan banyak mempengaruhi cara
berpikirnya.30
Ajaran-ajaran dari salafi adalah:
1.

Mengkafirkan seperti Ibnu Arabi, Ibnu Sabin, Ibnu Faridh, Abu Yazid alBusthami, Maruf al-Karkhi dan lain-lain.

30 Idahram, Syaikh. Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mereka Membunuh Semuanya
Termasuk Para Ulama, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011

39

2.

Mengkafirkan dan menganggap sesat pengikut madzab Asyariyah dan

3.
4.

Maturidiyyah.
Sebagian dari mereka ada yang anti qiyas.
Menolak segala bentuk bidah meskipun yang kategori baik (hasanah), karena

5.

menurut mereka, semua bidah adalah sesat.


Menolak sholat qabliyah jumat, yang menurut mereka tidak ada dalil dan

6.
7.
8.

hadistnya.
Mereka menilai acara yasinan dan tahlilan adalah ritual bidah.
Mereka juga ada yang menolak ziarah kubur.
Mereka menolak qunut subuh, dengan alasan hadist tentang qunut adalah dhaif

9.

semua.
Mereka memvonis syirik akbar terhadap pengamal tawassul dengan lewat
manusia.

2.11.5 Majelis Tafsir Al-quran (MTA)


Majelis Tafsir Al-quran adalah kelompok islam yang berpusat di kota Solo
yang didirikan oleh Abdullah Thufail Saputra pada tanggal 19 September 1972.
Karena tidak ada kecocokan dengan ajaran Muhammadiyah, ia mendirikan sekolah
organisasi MTA. Dan Abdullah Thufail pun menjabat sebagai ketuanya. Dan ajaran
NU, seperti yasinan, membaca maulid Nabi, adalah objek utama mereka dalam
berdakwah. Dalam menyampaikan dakwahnya, mereka memang tidak pernah
mengkritik NU secara langsung, amaliyyah Nahdhiyyin yang sudah mengakar erat di
masyarakat lah yang mereka kritik dan cela dengan ungkapan yang sangat menyakiti
pengamalnya. 31
Berikut beberapa faham MTA :
1.
2.
3.
4.

Menolak semua hadist dhaif secara mutlak.


Mengharamkan maulidan, yasdinan dan tahlilan.
Mengharamkan walimah kematian 7 hari, 40 hari, 100 hari.
Memahami hadist dan Al-qurandengan pemahaman pribadinya sehingga

banyak sekali hukum yang dicetuskan secara ngawur.


5. Tidak percaya adanya ilmu santet dan tenung (sihir).
31 Ramli, Muhammad Idrus. Pengantar Sejarah Ahlusunnah Wal-jamaah, Surabaya:
Khalista,2011

40

6. Menghalalkan anjing dan memperbolehkan memakannya, meski akhir-akhir


lebih melunak karena mendapat kritikan hebat.
7. Memperbolehkan zakat diberikan orang kafir.
8. Mengharamkan adzan dan iqamah saat bayi dilahirkan.
2.11.6 Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya
tanggal 12 September 1923 di Bandung. Idenya bermula dari seorang alumnus Dr
al-Ulm Mekkah bernama H. Zamzam yang sejak tahun 1910-1912 menjadi guru
agama di sekolah agama Dr al-Muta'alimn. Persatuan Islam menghendaki apa yang
seharusnya disakralkan dan apa yang tidak seharusnya disakralkan oleh umat Islam.
Karena penilaian terhadap sesuatu yang bersifat sakral itu berkaitan erat dengan
kualitas ketauhidan dan bahkan pula berkaitan dengan wawasan keislaman yang
dimiliki. Jika setiap berbahasa Arab identik dengan Islam, disitu wawasan keislaman
yang dimiliki seseorang adalah tergolong awam. Ada beberapa metode yang
diterapkan oleh persis yaitu:32
1. Mendahulukan zhahr ayat al-Quran daripada tawl dan memilih cara-cara
tafwdl dalam hal-hal yang menyangkut masalah itiqdiyah.
2. Menerima dan meyakini isi kandungan al-Quran sekalipun tampaknya
bertentangan dengan aqli dan ady, seperti masalah Isra dan Miraj.
3. Mendahulukan makna haqqi daripada makna majzi kecuali jika ada alasan
(qarnah), seperti kalimat: Aw lamastumun nisa dengan pengertian
bersetubuh.
4. Apabila ayat al-Quran bertentangan dengan al-Hadits, maka didahulukan ayat
al-Quran sekalipun Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muttafaq Alaih, seperti
dalam hal menghajikan orang lain.
5. Menerima adanya naskh dalam al-Quran dan tidak menerima adanya ayat-ayat
yang manskh (naskh al-kulli).

32 Rahmat, M. Imdadun, Arus Baru Islam Radikal Transmisi Revivalisme Islam Timur
Tengah ke Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2007

41

6. Menerima tafsr dari para sahabat dalam memahami ayat-ayat al-Quran (tidak
hanya penafsiran ahl al-bait), dan mengambil penafsiran sahabat yang lebih ahli
jika terjadi perbedaan penafsiran di kalangan para sahabat.
7. Mengutamakan tafsr bi al-Matsr dari pada bi al-Rayi.
8. Menerima Hadits-hadits sebagai bayan terhadap al-Quran, kecuali ayat yang
telah diungkapkan dengan shighat hasr, seperti ayat tentang makanan yang
diharamkan.

42

Anda mungkin juga menyukai