Panduan Pelayanan Pasien
Panduan Pelayanan Pasien
Menimbang :
a.
b.
c.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
Ditetapkan di Cilacap
Pada tanggal : Oktober 2016
DIrektur RSUD CIlacap
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP............................................................................................................2
Pemberian Pelayanan Untuk Semua Pasien................................................................................2
Pelayanan Pasien Risiko Tinggi Dan Penyediaan Pelayanan Risiko Tinggi...............................4
Makanan Dan Terapi Nutrisi........................................................................................................5
Pengelolaan Pelayanan Rasa Nyeri.............................................................................................6
Pelayanan Pada Tahap Terminal (Akhir Hidup)..........................................................................9
Pelayanan Yang Seragam bagi Semua Pasien............................................................................11
Catatan Perkembangan Terintegrasi (Integrated Progress Note)...............................................11
Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan Keluarga...................................................12
Tindakan Sedasi, Anestesi dan Pembedahan pada Pasien.........................................................13
Tindakan Pembedahan...............................................................................................................15
Pelayanan Obat untuk Pasien di RS..........................................................................................16
BAB III TATA LAKSANA............................................................................................................20
Aspek keperawatan....................................................................................................................20
Aspek medis...............................................................................................................................21
BAB IV DOKUMENTASI............................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan Pasien adalah hal penting yang terdapat di rumah sakit , pasien dengan masalah
kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapat kualitas asuhan yang sama di
rumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip kualitas asuhan yang setingkat, Rumah sakit adalah
organisasi yang berkiprah dalam bidang jasa pelayanan kesehatan perorangan. Dalam
penyelenggaraan upaya pelayanan pada pasien rumah sakit didukung oleh banyak jenis
keterampilan SDM baik yang berbentuk profesi maupun non profesi. Dalam menjalankan
kegiatannya rumah sakit menyadari bahwa pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam
bentuk bermacam macam asuhan yang merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang
terintegrasi dengan para profesional di bidang pelayanan kesehatan.
Dengan adanya pedoman ini diharapkan rumah sakit dapat menerapkan model pelayanan
yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan, menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien
dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian
merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatnya mutu
asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Setiap pasien
yang datang kerumah sakit harus dijamin aksesnya untuk mendapatkan pelayanan yang
dibutuhkan, terjamin pula kontinuitas pelayanan yang didapat, serta mendapatkan pelayanan
yang terkoordinasi dan terintegrasi dari berbagai asuhan dari para profesional pemberi asuhan
pasien. Sehingga dapatlah diharapkan hasil pelayanan yang efektif, efisien dan menjamin
keselamatan pasien, yang akhirnya bermuara pada kepuasan pasien dan pemenuhan hak pasien.
Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah mengenali dengan baik
kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani oleh rumah sakit, mengatur pemberian
pelayanan yang efisien kepada pasien, dan melakukan rujukan ke pelayanan yang tepat baik di
dalam maupun keluar rumah sakit serta mengatur pemulangan pasien yang tepat ke rumah.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Pemberian Pelayanan Untuk Semua Pasien
Pelayanan berfokus pasien Adalah asuhan yang menghormati dan responsif terhadap
pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai pasien
menjadi panduan bagi semua keputusan klinis.
Penyediaan pelayanan yang paling sesuai di suatu rumah sakit untuk mendukung dan
merespon setiap kebutuhan pasien yang unik, memerlukan perencanaan dan koordinasi tingkat
tinggi. Ada beberapa aktivitas tertentu yang bersifat dasar bagi pelayanan pasien. Untuk semua
disiplin yang memberikan pelayanan pasien, aktivitas ini termasuk :
a) Perencanaan dan pemberian asuhan kepada setiap/masing-masing pasien;
b)Pemantauan pasien untuk mengetahui hasil asuhan pasien;
c) Modifikasi asuhan pasien bila perlu;
d)Penuntasan asuhan pasien; dan
e) Perencanaan tindak lanjut.
Banyak praktisi kesehatan yaitu ; dokter, perawat, apoteker, nutrisionis, terapis
rehabilitasi, dan praktisi pelayanan kesehatan lain melaksanakan aktivitas tersebut. Masingmasing praktisi pelayanan kesehatan mempunyai peran yang jelas dalam asuhan pasien. Peran
tersebut ditentukan oleh lisensi; kredensial; sertifikat; undang-undang dan peraturan;
ketrampilan (skill) khusus individu, pengetahuan, pengalaman, juga kebijakan rumah sakit atau
uraian tugas. Sebagian pelayanan bisa dilaksanakan oleh pasien, keluarganya, atau pembantu
pelaksana asuhan lainnya yang terlatih.
Konsep dasar Pelayanan berfokus Pasien :
a) Martabat dan rasa hormat.
1) Pemberi pelayanan kesehatan mendengarkan & menghormati pandangan dan pilihan
pasien & keluarga.
2) Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien & keluarga
dimasukkan dlm perencanaan dan pemberian pelayanan kesehatan
b) Berbagi informasi.
1) Pemberi pelayanan kesehatan mengkomunikasikan dan berbagi informasi secara
lengkap pasien & keluarga.
2) Pasien & keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat
2
c) Partisipasi.
Pasien & keluarga didorong dan didukung utk berpartisipasi dlm asuhan dan pengambilan
keputusan / pilihan mereka
d) Kolaborasi / kerjasama.
Pimpinan pelayanan kesehatan bekerjasama dgn pasien & keluarga dalam pengembangan,
implementasi dan evaluasi kebijakan dan program;
Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak mendapat
kualitas asuhan yang sama di rumah sakit. Untuk melaksanakan prinsip kualitas asuhan
yang setingkat, mengharuskan pimpinan merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan
pasien. Secara khusus, pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada
berbagai unit kerja, dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang menghasilkan pelayanan
yang seragam. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa rumah sakit
menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama setiap hari dalam seminggu dan pada
setiap shift. Kebijakan dan prosedur tersebut harus sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku yang membentuk proses pelayanan pasien dan dikembangkan
secara kolaboratif. Asuhan pasien yang seragam terefleksi sebagai berikut dalam:
a. Akses untuk asuhan dan pengobatan, yang memadai, tidak tergantung atas
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
b. Akses untuk asuhan dan pengobatan, serta yang memadai, yang diberikan oleh
praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu
tertentu.
c. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
d. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anestesia)
sama di seluruh rumah sakit.
e. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setingkat diseluruh rumah sakit.
f. Asuhan pasien yang seragam menghasilkan penggunaan sumber daya yang efisien
dan sehingga mendapatkan evaluasi hasil (outcome) yang sama untuk asuhan di
seluruh rumah sakit.
Semua proses asuhan pasien oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) harus dicatat
dalam berkas rekam medis pasien secara runtut sesuai dengan perjalanan asuhan yang
dialami pasien di RS, mulai dari Assesmen Awal sampai pada Resume Pulang. Pencatatan
dalam berkas rekam medis mengikuti kaidah Problem Oriented Medical record (POMR)
yaitu dengan pola S (subyektif, keterangan/keluhan pasien), O (objektif, fakta yang
ditemukan pada pasien melalui pemeriksaan fisik dan penunjang), A (analisis, merupakan
kesimpulan/diagnose yang dibuat berdasarkan S dan O) dan P (plan, rencana asuhan yang
akan diterapkan pada pasien).
3
6)
7)
8)
9)
b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
c. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah
yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem
saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus.
2. Nyeri berdasarkan sifatnya:
a. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu yang lama.
c. Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap 10-15 menit, lalu menghilang,
kemudian timbul lagi. \
3. Nyeri berdasarkan berat ringannya
a. Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas yang rendah
b. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
c. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
4. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
a. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui
dengan jelas. B
b. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Pola nyeri
ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari
nyeri lalu nyeri timbul kembali. Adapula pola nyeri kronis yang terusmenerus terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya walaupun
telah diberikan pengobatan.
2) Strategi Penatalaksanaan Nyeri Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik
secara farmakologis maupun secara nonfarmakologis.
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis. Penatalaksanaan nyeri secara
farmakologis yaitu kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik dan
anestesi. Analgesik merupakan metode yang umum untuk mengatasi nyeri.
Anestesi lokal dan regional, anestesi lokal adalah suatu keadaan hilangnya
sensasi pada lokalisasi bagian tubuh. Analgesia Epidural adalah suatu anestesia
lokal dan terapi yang efektif untuk menangani nyeri pascaoperasi akut, nyeri
persalian dan melahirkan, dan nyeri kronik, khususnya yang berhubungan
dengan kanker (Potter & Perry, 2006).
Penatalaksanaan nyeri secara nonfarmakologis Metode pereda nyeri
nonfarmakologi biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah. Metode ini
diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa
detik atau menit (Smeltzer & Bare, 2002). Penatalaksanaan nyeri secara
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri terdiri dari beberapa teknik diantaranya
adalah:
7
1. Distraksi.
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain dan
dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Potter & Perry, 2006).
2. Relaksasi
Teknik relaksasi adalah tindakan relaksasi otot rangka yang
dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot
yang mendukung rasa nyeri (Tamsuri, 2007). Teknik relaksasi dapat
dilakukan dengan cara melakukan teknik relaksasi napas. Teknik relaksasi
adalah suatu bentuk tindakan keperawatan yang mana perawat mengajarkan
kepada pasien bagaimana cara melakukan napas dalam untuk mengurangi
nyeri. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan
dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung
dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (hirup, dua, tiga) dan
ekshalasi (hembuskan, dua, tiga). Pada saat perawat mengajarkan teknik ini,
akan sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien pada
awalnya. Ada tiga hal yang utama yang diperlukan dalam relaksasi yaitu
posisi yang tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien
diatur senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh disokong (misal
bantal menyokong leher), persendian fleksi, dan otot-otot tidak tertarik
(misal tangan dan kaki tidak disilangkan). Untuk menenangkan pikiran
pasien dianjurkan pelan-pelan memandang sekeliling ruangan.Untuk
melestarikan muka, pasien dianjurkan sedikit tersenyum atau membiarkan
geraham bawah kendor (Priharjo, 2002). Menurut Potter & Perry (2006)
efek relaksasi antara lain: Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan,
penurunan konsumsi oksigen, penurunan ketegangan otot, peningkatan
kesadaran global, kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan, tidak ada
perubahan posisi yang volunteer, perasaan damai dan sejahtera, periode
kewaspadaan yang santai, terjaga, dan dalam
3. Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif
tertentu (Smeltzer & Bare, 2002)
4. Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah
analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis (Smeltzer & Bare,
2002).
D. Pelayanan Pada Tahap Terminal (Akhir Hidup)
Pasien yang menuju akhir hidupnya, dan keluarganya, memerlukan asuhan yang
terfokus akan kebutuhan mereka yang unik. Pasien dalam tahap terminal dapat
8
mengalami gejala yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau
memerlukan bantuan yang berhubungan dengan masalah-masalah psikososial, spiritual
dan budaya yang berkaitan dengan kematian dan proses kematian. Keluarga dan
pemberi pelayanan dapat diberikan kelonggaran dalam melayani anggota keluarga
pasien yang sakit terminal atau membantu meringankan rasa sedih dan kehilangan.
1) Kondisi Terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau penyakit
dimana terjadi kerusakan organ multiple yang dengan pengetahuan dan teknologi
kesehatan terkini tak mungkin lagi dapat dilakukan perbaikan sehingga akan
menyebabkan kematian dalam rentang waktu yang singkat. Pengaplikasian terapi
untuk memperpanjang/mempertahankan hidup hanya akan berefek dan memperlama
proses penderitaan/sekarat pasien.
2) Pasien Tahap Terminal adalah pasien dengan kondisi terminal yang makin lama
makin memburuk
3) Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.
4) Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
5) Mati Biologis adalah proses mati/ rusaknya semua jaringan, dimulai dengan neuron
otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh
jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.
6) Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh
isisaraf/neuronal intrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang otak dan
serebelum.
7) Alat Bantu Napas (Ventilator )adalah alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
8) Witholding life support adalah penundaan bantuan hidup
9) Withdrowing life support adalah penghentian bantuan hidup
10) Mengelola Akhir Kehidupan (End of Life) adalah pelayanan tindakan penghentian
bantuan hidup (Withdrowinglife support) atau penundaan bantuan hidup
(Witholding life support).
11) Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju(consent) atau
ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas,rasional, tanpa paksaan
(voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi yang cukup(informed) tentang kedokteran yang dimaksud.
12) Donasi Organ adalah tindakan memberikan organ tubuh dari donor kepada resipien
13) Perawatan Paliatif adalah upaya medik untuk meningkatkan atau mepertahankan
kualitas hidup pasien dalam kondisi terminal
Pasien yang dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk dilayani
dengan penuh hormat dan kasih. Untuk mencapai ini semua staf harus sadar akan
uniknya kebutuhan pasien dalam keadaan akhir kehidupannya. Perhatian terhadap
kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek asuhan slama stadium
akhir hidup. Asuhan akhir kehidupan yang diberikan rumah sakit termasuk :
9
1) Pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan pasien dan
keluarga
2) Menyampaikan isu yang sensitive seperti autopsy dan donasi organ
3) Menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
4) Mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan
5) Memberikan respon pada masalah - masalah psikologis, emosional, spiritual dan
budaya dari asien dan keluarganya. Untuk mencapai tujuan ini semua staf harus
menyadari akan kebutuhan pasien yang unik pada akhir hidupnya
11
Rumah sakit mendidik pasien dan keluarganya, sehingga mereka mendapat pengetahuan
dan ketrampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan pengambilan keputusan asuhan
pasien. Setiap rumah sakit mengembangkan/memasukkan pendidikan ke dalam proses
asuhan berbasis misi, jenis pelayanan yang diberikan dan populasi pasien. Pendidikan
direncanakan untuk menjamin bahwa setiap pasien diberikan pendidikan sesuai
kebutuhannya. Rumah sakit menetapkan bagaimana mengorganisasikan sumber daya
pendidikan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, rumah sakit perlu menetapkan
koordinator pendidikan atau komite pendidikan, menciptakan pelayanan pendidikan,
mengatur penugasan seluruh staf yang memberikan pendidikan secara terkoordinasi.
Semua kegiatan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarganya,
haruslah tercatat dalam berkas medis pasien. Oleh karenanya rumah sakit akan
menyediakn lembar khusus dalam berkas rekam medis untuk mencatat kegiatan ini.
Asuhan pasien di akhir kehidupan yang diberikan rumah sakit :
a) pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan pasien
dan keluarga;
b) menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ;
c) menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya;
d) mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan;
e) memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual
dan budaya dari pasien dan keluarganya.
Untuk mencapai tujuan ini semua staf harus menyadari akan kebutuhan pasien yang unik
pada akhir hidupny. Rumah sakit mengevaluasi mutu asuhan akhir-kehidupan,
berdasarkan evaluasi (serta persepsi) keluarga dan staf, terhadap asuhan yang diberikan.
Rumah sakit perlu mengupayakan :
1. Semua staf harus diupayakan memahami kebutuhan pasien yang unik menjelang akhir
kehidupan.
2. Asuhan akhir kehidupan oleh rumah sakit mengutamakan kebutuhan pasien
menjelang akhir kehidupan dengan memperhatikan, sedikitnya termasuk elemen a)
s/d e) tersebut diatas.
3. Kualitas asuhan akhir kehidupan dievaluasi oleh staf dan keluarga pasien.
I. Tindakan Sedasi, Anestesi dan Pembedahan pada Pasien
Sedasi :
Sedasi baik sedasi yang moderat maupun dalam, menghadapkan risiko kepada pasien,
karenanya perlu dilengkapi dengan definisi, kebijakan serta prosedur yang jelas.
Derajat sedasi terjadi dalam suatu kontinuum, seorang pasien dapat bergerak dari satu
derajat tertentu menuju derajat yang lain, berdasarkan medikasi yang diberikan, rute dan
dosisnya. Pertimbangan penting mencakup kemampuan pasien untuk mempertahankan
refleks protektif; saluran pernafasan yang paten-independen-berkesinambungan; dan
mampu berespon terhadap stimulasi fisik atau instruksi lisan.
Kebijakan dan prosedur sedasi adalah sebagai berikut :
a) penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara populasi dewasa dan anak
atau pertimbangan khusus lainnya;
12
b) dokumentasi yang diperlukan tim pelayanan untuk dapat bekerja dan berkomunikasi
secara efektif;
c) persyaratan persetujuan (consent) khusus, bila diperlukan;
d) frekuensi dan jenis monitoring pasien yang diperlukan;
e) kualifikasi atau ketrampilan khusus para staf yang terlibat dalam proses sedasi; dan
f) ketersediaan dan penggunaan peralatan spesialistik.
Hal yang juga penting adalah kualifikasi petugas yang terlibat dengan kegiatan sedasi
(para dokter, dokter gigi dan perawat anestesi) yang bertanggung jawab atas pasien yang
menerima sedasi moderat maupun dalam harus kompeten dalam :
g)
h)
i)
j)
k)
14
J. Tindakan Pembedahan
Karena pembedahan membawa risiko dengan tingkatan yang tinggi, maka
penggunaannya haruslah direncanakan secara seksama. Asesmen pasien adalah dasar
untuk memilih prosedur pembedahan yang tepat. Asesmen memberikan informasi
penting terhadap :
a) Pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang optimal;
b) Melaksanakan prosedur secara aman;
c) Menginterpretasi temuan dalam monitoring pasien
Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status fisik, dan data diagnostik
termasuk risiko dan manfaat prosedur bagi pasien. Pemilihan prosedur
mempertimbangkan informasi dari asesmen saat masuk rawat inap, tes diagnostik, dan
sumber lain yang tersedia. Proses asesmen dijalankan dalam kerangka waktu
dipersingkat bilamana pasien secara darurat membutuhkan pembedahan.
Asuhan bedah yang direncanakan bagi pasien didokumentasikan dalam status pasien,
termasuk diagnosis pra operatif. Nama dari prosedur bedah saja tidak bisa untuk
menegakkan suatu diagnosis.
Persetujuan Tindakan (Informed Consent)
Manfaat, risiko, dan alternatif didiskusikan dengan pasien dan keluarganya atau orang
yang berwenang membuat keputusan bagi pasien.
Pasien dan keluarganya atau para pembuat keputusan menerima informasi yang adekuat
untuk berpartisipasi dalam keputusan pemberian asuhan dan memberikan persetujuan
(informed consent) yang diperlukan dalam pemenuhan hak pasien. Informasi
termasuk :
a)
b)
c)
d)
15
Sebelum pasien meninggalkan lokasi pemulihan pasca anestesi, suatu catatan singkat
tindakan bedah bisa digunakan sebagai pengganti laporan tertulis tindakan bedah.
Laporan tertulis tindakan bedah atau catatan singkat operasi tersebut minimum
memuat :
a)
b)
c)
d)
e)
16
2. Ada proses untuk menetapkan batas bagi petugas, bila perlu, untuk praktek penulisan
resep atau pemesanan obat.
3. Petugas-petugas yang diijinkan untuk menuliskan resep dan memesan obat dikenal
oleh unit pelayanan farmasi atau orang lain yang mengeluarkan obat-obat
Pendokumentasian obat
Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan dicatat dalam rekam medis pasien
Pencatatan setiap pasien yang menerima obat, rekam medisnya berisi daftar obat yang
diresepkan atau dipesan untuk pasien beserta dosis dan berapa kali obat diberikan.
Termasuk pula obat yang diberikan bila perlu. Bila informasi ini dicatat pada lembaran
obat yang terpisah, maka lembaran tersebut diselipkan dalam rekam medis pasien saat
dipulangkan atau dipindahkan.
Rumah sakit menyalurkan obat melalui pengisian formulir yang paling sederhana untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pendistribusian dan pemberian.
Ketika suatu obat dikeluarkan dari kemasannya yang asli atau disiapkan dan disalurkan
dalam bentuk / wadah (container) yang berbeda dan tidak segera diberikan obat
harus diberi label dengan nama obat, dosis/konsentrasi obat, tanggal penyiapan dan
tanggal kadaluwarsa. Farmasi sentral dan titik distribusi obat yang lain di seluruh rumah
sakit menggunakan sistem yang sama. Sistem menunjang pengeluaran obat secara akurat
dan tepat waktu.
Dalam kaitan ini maka rumah sakit harus menetapkan sistem yang baku berupa :
a) Ada sistem yang seragam di rumah sakit dalam penyaluran dan pendistribusian
obat
b) Setelah disiapkan, obat diberi label secara tepat, dengan nama obat, dosis/
konsentrasi, tanggal penyiapan, tanggal kadaluwarsa, dan nama pasien
c) Obat disalurkan dengan bentuk yang-paling-siap-diberikan
d) Sistem mendukung penyaluran obat secara akurat
e) Sistem mendukung penyaluran obat tepat waktu
Siapa yang berhak memberikan obat
Pemberian obat untuk mengobati seorang pasien membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman yang spesifik.
Setiap rumah sakit bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi petugas dengan pengetahuan dan pengalaman sesuai persyaratan dan
yang juga diijinkan berdasarkan lisensi, sertifikasi, undang-undang atau peraturan untuk
pemberian obat. Suatu rumah sakit bisa membuat batasan bagi petugas dalam pemberian
obat, seperti bahan yang diawasi atau radioaktif dan obat investigatif. Dalam situasi
emergensi, rumah sakit mengidentifikasi setiap petugas tambahan yang diijinkan untuk
memberikan obat.
Apa yang harus dilakukan rumah sakit adalah :
17
18
BAB III
TATA LAKSANA
A. Aspek keperawatan
a. Assesmen Keperawatan
Perawat dapat berbagi penderitaan pasien menjelang ajal dan mengintervensi dengan
melakukan assesmen yang tepat sebagai berikut :
i. Asesmen tingkat pemahaman pasien dan keluarga a) Closed awareness : pasien dan
atau keluarga percaya bahwa pasien akan segera sembuh. b) Mutual pretense :
keluarga mengetahui kondisi terminal pasien dan tidak membicarakannya lagi, kadang
- kadang keluarga menghindari percakapan tentang kematian demi menghindarkan
dari tekanan. c) Open awareness : keluarga telah mengetahui tentang proses kematian
dan tidak merasa keberatan untuk mempebincangkannya walaupun terasa sulit dan
sakit. Kesadaran ini membuat keluarga mendapatkan kesempatan untuk
menyelesaikan masalah - masalah, bahkan dapat berpartisipasi dalam merencanakan
19
pemakaman. Pada tahapan ini, perawat atau dokter dapat menyampaikan isu yang
sensitive bagi keluarga seperti autopsi atau donasi organ.
ii. Assesmen factor fisik pasien Pada kondisi terminal atau menjelang ajal pasien
dihadapkan pada berbagai masalah menurunya fisik, perawat harus mampu mengenali
perubahan fisik yang terjadi pada pasien terminal meliputi :
1. Pernafasan (breath)
a. Apakah teratur atau tidak teratur.
b. Apakah ada suara napas tambahan seperti ronki, wheezing, stridor, crackles,
dll.
c. Apakah terjadi sesak nafas.
d. Apakah ada batuk , bila ada apakah produktif atau tidak.
e. Apakah ada sputum, bila ada bagaimana jumlah warna, bau, dan jenisnya.
f. Apakah memakai ventilasi mekanik (ventilator) atau tidak
2. Kardio varkuler (blood)
Bagaimana irama jantung, apakah regular atau ireguler. Bagaimana akral,
apakah hangat, kering, merah, dingin, basah dan pucat. Bagaimana pulsasi, apakah
sangat kuat, kuat teraba, lemah teraba, hilang timbul atau tidak teraba. Apakah ada
perdarahan atau tidak, bila ada dimana lokasinya. Apakah ada CVC atau tidak, bila
ada berapa ukurannya dalam Cm H2O. Berapa tensi dan MAP dalam ukuran
mmHg.
3. Persyarafan (brain)
a. Bagaimana ukuran GCS dan total untuk mata, verbal, motoric dan kesadaran
pasien.
b. Berapa ukuran ICP dalam Cm H2O.
c. Apakah ada tanda TIK seperti nyeri kepala atau muntah proyektil.
d. Bagaimana konjungtiva, apakah anemia atau kemerahan.
e. Perkemihan (blader)
f. Musculoskeletal / Intergumen
Bagaimana kemampuan pergerakan sendi, bebas, atau terbatas. Bagaimana
warna kulit, apakah ikterus, sianotik, kemerahan pucat atau hiperpigmentasi .
Apakah ada odema atau tidak, bila ada dimana lokasinya. Apakah ada
dekubitus atau tidak, bila ada dimana lokasinya. Apakah ada luka atau tidak
bila ada dimana lokasinya dan apajenis lukanya. Apakah ada kontraktur atau
tidak, bila ada dimana lokasinya.
iii. Assesmen tingkat nyeri
Pasien Lakukan asesmen rasa nyeri pasien.Bila nyeri sangat mengganggu,
makasegera lakukan menajemen nyeri yang memadai.
iv. Assesmen faktor kulturpsikososial
1. Tahap Denial: Asesmen pengetahuan pasien, kecemasan pasien danpenerimaan
pasien terhadap penyakit, pengobatan dan hasilnya.
2. Tahap Anger: pasien menyalahkan semua orang, emosi tidakterkendali, komunikasi
ada dan tiada, orientasi pada diri sendiri.
3. Tahapan Bargaining: pasien mulai menerima keadaan dan berusahauntuk mengulur
waktu, rasa marah sudah berkurang.
20
21
BAB IV
DOKUMENTASI
1
2