UJI TARIK
MUHAMMAD MUKHLISIN
6508040025
BAB I
UJI TARIK
1. 1 Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
yang
di
dapat
dari
hasil
pengujian.
2. Mahasiswa
mampu
menjelaskan,
terdiri
maksimum,
dari
kekuatan
tarik
kekuatan
tarik
luluh,
B0
= 30 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali
panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah itu nilainya
I-2
Wo
o
Gambar 1.2 Spesimen Round Bar
1.2.3 Spesimen beton neser
Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya
dapat diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang dapat
diratakan dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat pemotong logam.
Setelah itu diukur panjang batang uji dengan menggunakan jangka sorong, lalu
ditentukan titik tengahnya dan dapat ditandai dengan menggunakan penitik.
I-3
Bo
Gauge
Length
C
I-4
I-5
garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak
0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat pada perpotongan garis tersebut dengan
kurva - ditunujukkan pada gambar 1.5.
P tersebut
selama pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi
yang man deformasi permanen tidak di perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi
luas penampang konstans tersebut maka persamaan yang di gunakan adalah :
t = P/Ao ....................(1.1)
I-6
t 100
................
(1.2)
di mana t tegangan teknik (kN/mm2)
P = tegangan teknik (kN)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
t = regangan teknik (%)
= panjang awal spesimen (mm)
dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada)
dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala
pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang
pertambahan total pada kurva dari perhitungan tersebut akan di dapatkan data:
1mm : ........... kN
1mm : ........... mm
3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di
sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f). Tentukan besar
beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala yang
telah di buat di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada daerah
elastis, tentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional dengan
memakai persamaan Hooke di bawah ini:
......................................................................................................(1.3)
di mana
= tg (1.4)
4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik t dengan
menggunakan persamaan 1 dan konversikan pertambahan panjangnya ke
regangan teknik t dengan memakai persamaan 2.
5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar t dan sumbu tegak t berdasarkan ke
sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.6) akan mirip dengan
kurva P , karena pada dasarnya grafik t t dengan kurva P
identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.
I-8
t t terletak pada keadaan kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada grafik
t t setelah titik u, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture), sedangkan
pada grafik s s kurva akan terus naik sampai patah di titik f. Kenaikkan tersebut
di sebabkan tegangan yang terjadi di perhitungkan untuk luas penampang
sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat pengecilan
penampang lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.
Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di gunakan adalah:
s = t ( 1 + t )...................................................................................................
(1.5)
s = n
( 1 + t )..................................................................................................
(1.6)
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik t t ke dalam
grafik s s adalah sebagai berikut:
1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik t t yang merupakan konversi
dari grafik P .Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya gunakan
persamaan 1.5 sedangkan untuk nilai regangan sebenarnya gunakan persamaan
1.6. Persaman tersebut hanya berlaku sampai titik maksimum yaitu titik 1-8
.Sedangkan nilai ke dua titik lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah
puncak kurva akan mengalami perubahan.
2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya pada
kedua titik tersebut gunakan persamaan berikut:
s P Ai .......................................................................................................(1.7)
s =
(Ao/Ai).................................................................................................
(1.8)
di mana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10 adalah luas
penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya antara A8
dengan A10.
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar s dan sumbu tegak s berdasarkan ke
sepuluh titik acuan tersebut.
I-9
100 0 0 .............................................................................(1.11)
di mana
= regangan (%).
100%
1.3 Metodologi
1.3.1 Material
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Spesimen uji tarik deformat.
4. Specimen uji tarik beton neser.
5. Kertas milimeter.
1.3.2 Peralatan
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.
1.3.3 Langkah kerja
1. Menyiapkan Spesimen
Mengambil spesimen dan menjepit pada ragum.
Mengambil kikir, dan mengikikir bekas machining pada spesimen yang
memungkinkan menyebabkan salah ukur.
Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
I-11
1 mm = 0,9962 kN
skala l
I-12
= 0,2567 mm
Skala
No
(mm)
P(KN)
(mm)
o
Ao(mm)
A1(mm)
t (KN/mm)
(KN/mm)
0,2467
0,9962
61
120,7
120,7
20
0,2467
0,9962
1,9736
19,924
61
120,7
116,91725
0,165070423
0,032354098
0,170411127
15
45
0,2467
0,9962
3,7005
44,829
61
120,7
113,79665
0,371408451
0,060663934
0,393939549
16
44
0,2467
0,9962
3,9472
43,8328
61
120,7
113,36439
0,36315493
0,064708197
0,38665403
18
42
0,2467
0,9962
4,4406
41,8404
61
120,7
112,50967
0,346647887
0,072796721
0,371882717
19
43
0,2467
0,9962
4,6873
42,8366
61
120,7
112,08712
0,354901408
0,076840984
0,382172382
29
55
0,2467
0,9962
7,1543
54,791
61
120,7
108,02987
0,453943662
0,117283607
0,507183812
40
60
0,2467
0,9962
9,868
59,772
61
120,7
103,89315
0,495211268
0,161770492
0,575321838
54
61
0,2467
0,9962
13,3218
60,7682
61
120,7
99,065146
0,503464789
0,218390164
0,613416546
0,495211268
0,250744262
0,650334668
0,371408451
0,303319672
0,963235926
91,90
10
62
60
0,2467
0,9962
15,2954
59,772
61
120,7
11
75
45
0,2467
0,9962
18,5025
44,829
61
120,7
96
46,54
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Round Bar adalah
sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 42,39 kN/ 120,70 mm
= 0,3512 kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 60,77kN / 120,70 mm.
= 0,5035kN/mm2
Regangan maksimum
I-13
max = (L/Lo)x100%
= (18,5 mm /61 mm) x 100%
= 30,33 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 A1)/A0 x 100%
= (120,70 46,54)mm / 120,70 mm x 100%
= 61,44 %
= 99,07 +
x ( 59,77 60,77)
= 95,78 mm2
Dari tabel diatas maka dapat di buat grafik tegangan-regangan teknik dan teganganregangan sebenarnya pada spesimen 1 (Round Bar)
I-14
= (77,70-60,10) mm / 86 unit
= 0,20465 mm/unit
1 unit = 0.20465 mm
Data spesiman plat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.2 Spesimen Plat
Skala
Skala
No
l (mm)
P(KN)
(mm)
Ao(mm)
A1(mm)
t (KN/mm)
(KN/mm)
0,2046
1,0276
60,1
119,7
119,7
0,2046
1,0276
0,6138
7,1932
60,1
119,7
118,48987
0,060093567
0,010212978
0,060707302
0,01016117
I-15
10
19
0,2046
1,0276
2,046
19,5244
60,1
119,7
115,75918
0,163111111
0,034043261
0,168663945
0,03347661
17
38
0,2046
1,0276
3,4782
39,0488
60,1
119,7
113,15152
0,326222222
0,057873544
0,345101858
0,05626080
19
38
0,2046
1,0276
3,8874
39,0488
60,1
119,7
112,42792
0,326222222
0,064682196
0,347322992
0,06267634
29
50
0,2046
1,0276
5,9334
51,38
60,1
119,7
108,94441
0,429239766
0,098725458
0,471616658
0,09415083
42
56
0,2046
1,0276
8,5932
57,5456
60,1
119,7
104,72609
0,480748538
0,142981697
0,54948678
0,13364037
63
58
0,2046
1,0276
12,8898
59,6008
60,1
119,7
98,561306
0,497918129
0,214472546
0,604707897
0,19430986
70
57
0,2046
1,0276
14,322
58,5732
60,1
119,7
96,664562
0,489333333
0,238302829
0,605942851
0,21374175
10
79
51
0,2046
1,0276
16,1634
52,4076
60,1
119,7
79,172851
0,437824561
0,268941764
0,661939028
0,41335516
11
86
41
0,2046
1,0276
17,5956
42,1316
60,1
119,7
50,02
0,351976608
0,292772047
0,842295082
0,87256568
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Plat adalah
sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 40,79kN/ 119,70 mm
= 0,34077 kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 59,60 / 119,70 mm.
= 0,49791 kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (17,60 mm /60,10 mm) x 100%
= 29,28 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 A1)/A0 x 100%
= (119,70 50,02)mm / 50,02 mm x 100%
= 58,21 %
Modulus Elastisitas titik ke-2
E = /
= (0,052046784kN/mm2) / 0,014475874
= 3,5954157 kN/mm2
I-16
A10
= 96,66 +
x ( 52,41 58,57)
= 79,17 mm2
Dari tabel diatas maka dapat di buat grafik tegangan-regangan teknik dan teganganregangan sebenarnya pada spesimen 2 (plat).
56,38 kN
56 mm
= 1,0067 kN / mm
1mm = 1,0067 kN
skala l
I-17
Skala
No
(mm)
P(KN)
(mm)
o
Ao(mm)
A1(mm)
t (KN/mm)
(KN/mm)
s
s
0,2276
1,0067
71,55
111,3
111,3
14
0,2276
1,0067
1,3656
14,094
71,55
111,3
109,21552
0,126628931
0,019085954
0,12904576
0,018906
11
25
0,2276
1,0067
2,5036
25,168
71,55
111,3
107,53718
0,226123091
0,034990915
0,23403534
0,0343926
17
39
0,2276
1,0067
3,8692
39,261
71,55
111,3
105,59002
0,352752022
0,054076869
0,37182775
0,0526653
20
41
0,2276
1,0067
4,552
41,275
71,55
111,3
104,64265
0,370841869
0,063619846
0,39443477
0,0616780
22
40
0,2276
1,0067
5,0072
40,268
71,55
111,3
104,02046
0,361796945
0,069981831
0,38711616
0,0676416
24
41
0,2276
1,0067
5,4624
41,275
71,55
111,3
103,40562
0,370841869
0,076343816
0,39915335
0,0735699
23
40
0,2276
1,0067
5,2348
40,268
71,55
111,3
103,71213
0,361796945
0,073162823
0,38826703
0,070610
65
55
0,2276
1,0067
14,794
55,369
71,55
111,3
92,230091
0,4974708
0,2067645
0,6003301
0,1879428
10
92
54
0,2276
1,0067
20,9392
54,362
71,55
111,3
88,818082
0,488425876
0,292651293
0,6120578
0,225639
11
96
45
0,2276
1,0067
21,8496
45,302
71,55
111,3
58,11
0,407021563
0,305375262
0,77958183
0,6498914
Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Beton
Neser adalah sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 39,76 kN / 111,30 mm
= 0,3572kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 56,38kN/ 111,30 mm.
= 0,5065kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
I-18
= 92,23 +
x ( 54,36 55,37)
= 88,82 mm2
Dari tabel diatas maka dapat di buat grafik tegangan-regangan teknik dan teganganregangan sebenarnya pada spesimen 3 (Beton Neser) sperti ditunjukkan pada gambar di
bawah ini :
I-19
1.5 Kesimpulan
Dari hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1.4 Sifat mekanik
No Spesimen
1 Round Bar
2 Plat
Beton
3
y(kN/mm2)
0,351
0,340
u(kN/mm2)
0,503
0,498
E(kN/mm2)
3,678
3,595
max(%)
30,33
29,28
RA(%)
61,44
58,21
0,357
0,506
3,433
30,54
47,79
Neser
I-20
Daftar Pustaka
1.
Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta
2.
3.
4.
M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal, PPNS
5.
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS
I-21
LAMPIRAN
I-22