Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

UJI TARIK

MUHAMMAD MUKHLISIN
6508040025

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2009

BAB I
UJI TARIK
1. 1 Tujuan
Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik


(tensile test) terhadap suatu material.

Tujuan Instruksional Khusus

: 1. Mahasiswa mampu membuat diagram


tegangan-regangan teknik dan sebenarnya
berdasarkan diagram beban-pertambahan
panjang

yang

di

dapat

dari

hasil

pengujian.
2. Mahasiswa

mampu

menjelaskan,

menganalisa sifat-sifat mekanik material


yang

terdiri

maksimum,

dari

kekuatan

tarik

kekuatan

tarik

luluh,

reduction of area, elongation dan modulus


elastisitas.
1.2 Dasar Teori
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan tarik
suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan berdasarkan
standar pengujian yang telah baku seperti ASTM (Assotiation Society Test and
Material), JIS (Japan Industrial Standart), DIN (Deutches Institut for Nurmunge).dan
yang lainnya.
Terdapat beberapa Spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
1.2.1 Spesimen plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60
mm. Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0 = 30 mm &

B0

= 30 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali
panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah itu nilainya

I-2

dimasukkan kedalam penandaan (L0). Gambar spesimen plat seperti ditunjukkan


pada gambar 1.1.

Wo

Gambar 1.1 Spesimen Plat


1.2.2 Spesimen round bar
Batang uji berupa rounded ditentukan dulu gauge lenghtnya, yaitu 60
mm lalu ditentukan titik tegah gauge lenghtnya. Stelah itu diukur lagi panjang
gauge length dari A ke B untuk dimasukkan kedalam penandaan (Lo). Setelah itu
ditandai dengan penitik. Gambar spesimen round bar seperti ditunjukkan pada
gambar 1.2.

o
Gambar 1.2 Spesimen Round Bar
1.2.3 Spesimen beton neser
Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya
dapat diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang dapat
diratakan dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat pemotong logam.
Setelah itu diukur panjang batang uji dengan menggunakan jangka sorong, lalu
ditentukan titik tengahnya dan dapat ditandai dengan menggunakan penitik.

I-3

Setelah itu ditentukan gauge lenghtnya , yaitu 70 mm sehingga A0 dan B0 adalah


masing-masing 35 mm dan juga ditandai dengan penitik. Baru kemudian diukur
lagi panjang gauge lenghtnya (A ke B) yang kemudian hasil pengukuran
dimasukkan kedalam penandaan (Lo). Gambar spesimen beton neser seperti
ditunjukkan pada gambar 1.3.
C
Pot C-C
o
Ao

Bo

Gauge

Length
C

Gambar 1.3 Spesimen Beton Neser


Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin besar
secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen mengalami
perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (L) tercatat pada
mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang
dan disebut sebagai grafik P - L dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik
- ) yang menggambarkan sifat bahan secara umum, seperti ditunjukkan pada
grafik 1.4.

I-4

Gambar 1.4 grafik P- hasil pengujian tarik beberapa logam


Dari gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan sebanding
dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik
p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p di sebut juga
batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan batas elastis di
mana bila beban di hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan
spesimen kembali kepanjang semula. Daerah di bawah titik e di sebut daerah elastis.
Sedangkan di atasnya di sebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni di mana
logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti.
Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana spesimen terdeformasi dengan
beban minimum. Deformasi yang yang di mulai dari titik y ini bersifat permanen
sehingga bila beban di hilangkan masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan
panjang yang di sebut deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara
ke tiga titik p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali
keberadaan ke tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y saja. Dalam kurva titik y
ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap. Penampakan
titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet seperti besi murni
dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada umumnya
penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y
dengan menggunakan metode offset. Metode offset di lakukan dengan cara menarik

I-5

garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak
0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat pada perpotongan garis tersebut dengan
kurva - ditunujukkan pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield


Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin
besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di tunjukkan dengan
puncak kurva sampai pada beban maksimum ini, deformasi yang terjadi masih
homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban
maksimum akan terjadi pengecilan penampang setempat (necking), selanjutnya beban
turun dan akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle),
spesimen akan patah setelah tercapai beban maksimum.

Grafik Tegangan-Regangan Teknik t t


Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva

P tersebut

sebenarnya belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan


kekuatan spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik
P tersebut harus di konversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik
t t ). Grafik t t di buat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan

selama pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi
yang man deformasi permanen tidak di perbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi
luas penampang konstans tersebut maka persamaan yang di gunakan adalah :
t = P/Ao ....................(1.1)

I-6

t 100

................

(1.2)
di mana t tegangan teknik (kN/mm2)
P = tegangan teknik (kN)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
t = regangan teknik (%)
= panjang awal spesimen (mm)

' = panjang spesimen setelah patah (mm)

= pertambahan panjang (mm)


'
=

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva P ke dalam


grafik t t adalah sebagai berikut:
1. Ubahlah kurva P menjadi grafik P dengan cara menambahkan
sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai .
2. Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang pada grafik
P . Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang di dapat

dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada)
dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala
pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang
pertambahan total pada kurva dari perhitungan tersebut akan di dapatkan data:

Skala beban (P)

1mm : ........... kN

Skala pertambahan panjang

1mm : ........... mm

3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di
sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f). Tentukan besar
beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala yang
telah di buat di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada daerah
elastis, tentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional dengan
memakai persamaan Hooke di bawah ini:

......................................................................................................(1.3)
di mana

= tegangan/ stress (kg/mm2, MPA,Psi)


= modulus elastisitas (kg/mm2,MPA,Psi)
I-7

= regangan/strain (mm/mm, in/in)


dari persamaan 1.3 di dapatkan

= tg (1.4)
4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik t dengan
menggunakan persamaan 1 dan konversikan pertambahan panjangnya ke
regangan teknik t dengan memakai persamaan 2.
5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar t dan sumbu tegak t berdasarkan ke
sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.6) akan mirip dengan
kurva P , karena pada dasarnya grafik t t dengan kurva P
identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

Gambar 1.6 Grafik t t hasil konversi grafik P

Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya s s


Grafik tegangan-regangan sebenarnya s s di buat dengan kondisi
luas penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya
pada manufaktur di mana deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk
proses pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan grafik

I-8

t t terletak pada keadaan kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada grafik
t t setelah titik u, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture), sedangkan

pada grafik s s kurva akan terus naik sampai patah di titik f. Kenaikkan tersebut
di sebabkan tegangan yang terjadi di perhitungkan untuk luas penampang
sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat pengecilan
penampang lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.
Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di gunakan adalah:
s = t ( 1 + t )...................................................................................................
(1.5)
s = n

( 1 + t )..................................................................................................

(1.6)
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik t t ke dalam
grafik s s adalah sebagai berikut:
1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik t t yang merupakan konversi
dari grafik P .Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya gunakan
persamaan 1.5 sedangkan untuk nilai regangan sebenarnya gunakan persamaan
1.6. Persaman tersebut hanya berlaku sampai titik maksimum yaitu titik 1-8
.Sedangkan nilai ke dua titik lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah
puncak kurva akan mengalami perubahan.
2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya pada
kedua titik tersebut gunakan persamaan berikut:
s P Ai .......................................................................................................(1.7)

s =

(Ao/Ai).................................................................................................

(1.8)
di mana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10 adalah luas
penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya antara A8
dengan A10.
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar s dan sumbu tegak s berdasarkan ke
sepuluh titik acuan tersebut.

I-9

Gambar 1.7 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya s s


Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik
1. Tegangan Tarik Yield y
y Py A ...........(1.9)

di mana y = tegangan yield (kN/mm2)


Py = beban yield (kN)
2. Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate u
u Pu A ..........................(1.10)

di mana u = tegangan ultimate (kN/mm2)


pu = beban ultimate (kN)
3. Regangan

100 0 0 .............................................................................(1.11)
di mana

= regangan (%).

= pertambahan panjang (mm)


= panjang awal spesimen (mm)

Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.


4. Modulus Elastisitas (E)
I-10

Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas


menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan
semakin kakunya suatu material. Harga E ini di turunkan dari persamaan
hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada persamaan 3 dan 4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material
relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan pada
garis proporsional. Semakin besar

, semakin kaku material tersebut.

5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )


RA=[(A0-A)/A0]

100%

di mana A = luas penampang setelah patah (mm2)


Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan
material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.

1.3 Metodologi
1.3.1 Material
1. Spesimen uji tarik pelat.
2. Spesimen uji tarik round bar.
3. Spesimen uji tarik deformat.
4. Specimen uji tarik beton neser.
5. Kertas milimeter.
1.3.2 Peralatan
1. Mesin uji tarik.
2. Kikir.
3. Jangka sorong.
4. Ragum.
5. Penitik.
6. Palu.
1.3.3 Langkah kerja
1. Menyiapkan Spesimen
Mengambil spesimen dan menjepit pada ragum.
Mengambil kikir, dan mengikikir bekas machining pada spesimen yang
memungkinkan menyebabkan salah ukur.
Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

I-11

2. Pembuatan gauge length


Mengambil penitik dan menandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50
mm. Memposisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi
Mengambil spesimen dan mengukur dimensinya.
Mencatat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
Mengulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik
Catat data mesin pada lembar kerja.
Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah
sebagaimana yang tampak pada monitor beban.
Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang
yang patah .
Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
1.4 Analisa dan Pembahasan
1.4.1 spesimen 1 ( Round Bar)
Skala beban

= Beban maksimum dari mesin uji tarik


Tinggi kurva Maksimum
= 60,77 kN
61 mm
= 0,9962 kN/mm

1 mm = 0,9962 kN
skala l

perpanjangan setelah specimen patah

I-12

Pertambahan panjang total pada kurva


= 79,50-61 mm
75 unit
= 0,2567 mm/unit
1unit

= 0,2567 mm

Data Spesimen Round Bar ditunjukkan pada tabel di bawah ini.


Tabel 1.1 Spesimen Round Bar
Skala

Skala

No

(mm)

P(KN)

(mm)

o
Ao(mm)

A1(mm)

t (KN/mm)

(KN/mm)

0,2467

0,9962

61

120,7

120,7

20

0,2467

0,9962

1,9736

19,924

61

120,7

116,91725

0,165070423

0,032354098

0,170411127

15

45

0,2467

0,9962

3,7005

44,829

61

120,7

113,79665

0,371408451

0,060663934

0,393939549

16

44

0,2467

0,9962

3,9472

43,8328

61

120,7

113,36439

0,36315493

0,064708197

0,38665403

18

42

0,2467

0,9962

4,4406

41,8404

61

120,7

112,50967

0,346647887

0,072796721

0,371882717

19

43

0,2467

0,9962

4,6873

42,8366

61

120,7

112,08712

0,354901408

0,076840984

0,382172382

29

55

0,2467

0,9962

7,1543

54,791

61

120,7

108,02987

0,453943662

0,117283607

0,507183812

40

60

0,2467

0,9962

9,868

59,772

61

120,7

103,89315

0,495211268

0,161770492

0,575321838

54

61

0,2467

0,9962

13,3218

60,7682

61

120,7

99,065146

0,503464789

0,218390164

0,613416546

0,495211268

0,250744262

0,650334668

0,371408451

0,303319672

0,963235926

91,90
10

62

60

0,2467

0,9962

15,2954

59,772

61

120,7

11

75

45

0,2467

0,9962

18,5025

44,829

61

120,7

96
46,54

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Round Bar adalah
sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 42,39 kN/ 120,70 mm
= 0,3512 kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 60,77kN / 120,70 mm.
= 0,5035kN/mm2
Regangan maksimum

I-13

max = (L/Lo)x100%
= (18,5 mm /61 mm) x 100%
= 30,33 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 A1)/A0 x 100%
= (120,70 46,54)mm / 120,70 mm x 100%
= 61,44 %

Modulus Elastisitas titik ke-2


E = /
= (0,164043082kN/mm2)/0,044590164
= 3,6789074kN/mm2
Interpolasi A pada titik 10
A10

= 99,07 +

x ( 59,77 60,77)

= 95,78 mm2
Dari tabel diatas maka dapat di buat grafik tegangan-regangan teknik dan teganganregangan sebenarnya pada spesimen 1 (Round Bar)

I-14

Gambar 1.8 Grafik Tegangan dan Regangan


1.4.2 Spesimen 2 ( Plat ).
Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik
Tinggi kurva Maksimum
= 59,60 kN
58 mm
= 1,02759 kN/mm
1 mm = 1,02759 kN
Skala l

perpanjang setelah patah spesimen


Pertambahan panjang plastis pada kurva

= (77,70-60,10) mm / 86 unit
= 0,20465 mm/unit
1 unit = 0.20465 mm
Data spesiman plat ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.2 Spesimen Plat
Skala

Skala

No

l (mm)

P(KN)

(mm)

Ao(mm)

A1(mm)

t (KN/mm)

(KN/mm)

0,2046

1,0276

60,1

119,7

119,7

0,2046

1,0276

0,6138

7,1932

60,1

119,7

118,48987

0,060093567

0,010212978

0,060707302

0,01016117

I-15

10

19

0,2046

1,0276

2,046

19,5244

60,1

119,7

115,75918

0,163111111

0,034043261

0,168663945

0,03347661

17

38

0,2046

1,0276

3,4782

39,0488

60,1

119,7

113,15152

0,326222222

0,057873544

0,345101858

0,05626080

19

38

0,2046

1,0276

3,8874

39,0488

60,1

119,7

112,42792

0,326222222

0,064682196

0,347322992

0,06267634

29

50

0,2046

1,0276

5,9334

51,38

60,1

119,7

108,94441

0,429239766

0,098725458

0,471616658

0,09415083

42

56

0,2046

1,0276

8,5932

57,5456

60,1

119,7

104,72609

0,480748538

0,142981697

0,54948678

0,13364037

63

58

0,2046

1,0276

12,8898

59,6008

60,1

119,7

98,561306

0,497918129

0,214472546

0,604707897

0,19430986

70

57

0,2046

1,0276

14,322

58,5732

60,1

119,7

96,664562

0,489333333

0,238302829

0,605942851

0,21374175

10

79

51

0,2046

1,0276

16,1634

52,4076

60,1

119,7

79,172851

0,437824561

0,268941764

0,661939028

0,41335516

11

86

41

0,2046

1,0276

17,5956

42,1316

60,1

119,7

50,02

0,351976608

0,292772047

0,842295082

0,87256568

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Plat adalah
sebagai berikut :
Tegangan yield
y = Py/A0
= 40,79kN/ 119,70 mm
= 0,34077 kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 59,60 / 119,70 mm.
= 0,49791 kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (17,60 mm /60,10 mm) x 100%
= 29,28 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 A1)/A0 x 100%
= (119,70 50,02)mm / 50,02 mm x 100%
= 58,21 %
Modulus Elastisitas titik ke-2
E = /
= (0,052046784kN/mm2) / 0,014475874
= 3,5954157 kN/mm2

Interpolasi A pada titik 10

I-16

A10

= 96,66 +

x ( 52,41 58,57)

= 79,17 mm2

Dari tabel diatas maka dapat di buat grafik tegangan-regangan teknik dan teganganregangan sebenarnya pada spesimen 2 (plat).

Gambar 1.9 Grafik Tegangan dan Regangan


1.4.3 Spesimen 3 ( Beton Neser)
Skala beban = Beban maksimum dari mesin uji tarik
Tinggi kurva Maksimum
=

56,38 kN
56 mm

= 1,0067 kN / mm
1mm = 1,0067 kN
skala l

Panjang setelah patah spesimen

Pertambahan panjang plastis pada kurva

I-17

= (93,40 71,55) mm / 96 unit


= 0,2276 mm/unit
1 unit = 0,2276 mm
Data spesiman Beton Neser ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.3 Spesimen 3 (Beton Neser)
Skala

Skala

No

(mm)

P(KN)

(mm)

o
Ao(mm)

A1(mm)

t (KN/mm)

(KN/mm)

s
s

0,2276

1,0067

71,55

111,3

111,3

14

0,2276

1,0067

1,3656

14,094

71,55

111,3

109,21552

0,126628931

0,019085954

0,12904576

0,018906

11

25

0,2276

1,0067

2,5036

25,168

71,55

111,3

107,53718

0,226123091

0,034990915

0,23403534

0,0343926

17

39

0,2276

1,0067

3,8692

39,261

71,55

111,3

105,59002

0,352752022

0,054076869

0,37182775

0,0526653

20

41

0,2276

1,0067

4,552

41,275

71,55

111,3

104,64265

0,370841869

0,063619846

0,39443477

0,0616780

22

40

0,2276

1,0067

5,0072

40,268

71,55

111,3

104,02046

0,361796945

0,069981831

0,38711616

0,0676416

24

41

0,2276

1,0067

5,4624

41,275

71,55

111,3

103,40562

0,370841869

0,076343816

0,39915335

0,0735699

23

40

0,2276

1,0067

5,2348

40,268

71,55

111,3

103,71213

0,361796945

0,073162823

0,38826703

0,070610

65

55

0,2276

1,0067

14,794

55,369

71,55

111,3

92,230091

0,4974708

0,2067645

0,6003301

0,1879428

10

92

54

0,2276

1,0067

20,9392

54,362

71,55

111,3

88,818082

0,488425876

0,292651293

0,6120578

0,225639

11

96

45

0,2276

1,0067

21,8496

45,302

71,55

111,3

58,11

0,407021563

0,305375262

0,77958183

0,6498914

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen Beton
Neser adalah sebagai berikut :

Tegangan yield
y = Py/A0
= 39,76 kN / 111,30 mm
= 0,3572kN/mm
Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 56,38kN/ 111,30 mm.
= 0,5065kN/mm2
Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
I-18

= (21,85 mm/71,55 mm) x 100%


= 30,54 %
Reduksi penampang (Reduction of Area)
RA = (A0 A1)/A0 x 100%
= (111,30 -58,11 )mm / 111,30 mm x 100%
= 47,79 %
Modulus Elastisitas titik ke-2
E = / teknik
= (0,129559748 kN/mm2) / 0,037735849
= 3,433333327 kN/mm2
Interpolasi A pada titik 10
A10

= 92,23 +

x ( 54,36 55,37)

= 88,82 mm2
Dari tabel diatas maka dapat di buat grafik tegangan-regangan teknik dan teganganregangan sebenarnya pada spesimen 3 (Beton Neser) sperti ditunjukkan pada gambar di
bawah ini :

I-19

Gambar 1.10 Grafik Tegangan dan Regangan

1.5 Kesimpulan
Dari hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1.4 Sifat mekanik
No Spesimen
1 Round Bar
2 Plat
Beton
3

y(kN/mm2)
0,351
0,340

u(kN/mm2)
0,503
0,498

E(kN/mm2)
3,678
3,595

max(%)
30,33
29,28

RA(%)
61,44
58,21

0,357

0,506

3,433

30,54

47,79

Neser

Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa:

Spesimen 3 memiliki kekuatan elastic Paling besar karena nilai tegangan


yieldnya paling besar

Spesimen 3 memiliki kekuatan tarik paling besar karena memiliki tegangan


maksimum paling besar

Spesimen 1 memiliki kekakuan paling besar karena modulus elastisitasnya


paling tinggi.

Spesimen 3 memiliki keuletan paling tinggi karena memiliki elongation paling


besar.

I-20

Daftar Pustaka
1.

Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT.
Pradya Paramita, Jakarta

2.

Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik


Mesin FTI, ITS

3.

Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin


FTI, ITS

4.

M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik
Bangunan Kapal, PPNS

5.

Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS

I-21

LAMPIRAN

I-22

Anda mungkin juga menyukai