Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PERTUMBUHAN IKAN NILA(Oreochromis niloticus)

Oleh
Merlinda Septia Nitami
1514111028

ABSTRAK

Praktikum Biologi Perikan yang dilakukan adalah melakukan analisis pertumbuhan ikan,
terutama ikan nila. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Perikanan Universitas lampung.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan panjang, berat dan faktor
kondisi ikan nila. Praktikum ini dilakukan pada tanggal 24September 2016. Hubungan
panjang dan berat merupakan aspek biologi perikanan yang perlu di pelajari. Panjang
tubuh sangat berhubungan dengan panjang dan berat seperi hukum kubik yaitu bahwa berat
se-bagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan
sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Pengamatan
pertumbuhan ikan, baik panjang dan berat merupakan salah satu hal yang penting untuk
diamati selama proses budidaya ikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kenormalan
pertumbuhan ikan.
Key Word : Analisis, berat, ikan, panjang, pertumbuhan.

A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi ikan khusus mempelajari tentang kehidupan ikan-ikan yang berupa pertumbuhan ikan, tentang
bagaimana ikan-ikan dalam suatu populasi melakukan pemijahan, tumbuh dan menentukan
kebiasaan makanan. Dinamika populasi ikan khusus mempelajari perubahan populasi ikan, tentang
bagaimana kecepatan populasi ikan tumbuh, mati dan memperbanyak keturunan, selain itu dapat
menentukan penyebaran, mengetahui jumlah telur dan tingkat kematangan gonad ikan.
Hubungan panjang dan berat merupakan aspek biologi perikanan yang perlu di pelajari. Panjang
tubuh sangat berhubungan dengan panjang dan berat seperi hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai
pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian
karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.
Pengamatan pertumbuhan ikan, baik panjang dan berat merupakan salah satu hal yang
penting untuk diamati selama proses budidaya ikan. Hal ini dilakukan agar kenormalan pertumbuhan
ikan dapat diketahui sedini mungkin. Hubungan panjang dan berat (Length-weight relationship/LWR)
merupakan hal yang penting dalam penelitian ilmiah perikanan, karena hal ini memberikan informasi
parameter-parameter populasi pada setiap pertumbuhan ikan untuk melihat seberapa besar atau
kenaikan yang terjadi dalam satu periode setiap populasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini dalam mengkaji pertumbuhan dan aspek umur adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisis parameter panjang, berat dan
morfologi ikan,
2. Memprediksi pola pertumbuhan ikan, faktor kondisi, kelompok umur dan
3. Menduga pola perkembangan populasi ikan.
A. METODELOGI
B.1 Metode Kerja
B.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi perikanan yang membahas tentang Analisis Pertumbuhan Ikan Nila, dilaksanakan
pada tanggal 24 September 2016 pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Perikanan Jurusan
Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B.1.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Penggaris,Kertas Label, ,Kain lap dan tissue, Jarum pentul, Botol film (6 buah perorang),Kantong
plastik/kresek,Alat bedah (satu set lengkap perindividu), Bahan yang di pakai adalah ikan nila
(Oreochromis niloticus) dan formalin,m Alat tulis,Benang jahit, dan Spidol permanen. Timbangan
berskala minimal 0,01 gram
B.1.3 Prosedur Kerja
Berikut ini adalah langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu :
1. Disiapkan ikan yang akan diamati di atas baki.
2. Dikeringkan dengan tissue.
3. Diberi nomor ikan dengan kertas label.
4. Diukur panjang total ikan, panjang cagak, dan panjang baku (panjang ikan dinyatakan
5. dalam satuan mm).
6. Ditimbang berat ikan anda kemudian dicatat (catat dalam satuan gram).
7. Diperhatikan morfologi ikan yang diamati mulai dari bentuk tubuh, posisi mulut,
8. kelengkapan sirip (tulislah rumus sirip-siripnya).
9. Diambil pinset untuk mencabut sisik kedua ikan (masing-masing dua buah). Sisik yang
10. diambil tersebut harus tepat di atas garis LL di belakang operculum. Simpanlah sisik ke dalam
botol film berlabel.

11. Diamati setiap sirip ikan, yaitu dorsal, pectoral, ventral, anal, dan caudal. Kemudian catat rumus
dan jumlahnya.
12. Pembedahan organ dalam (jangan lupa digambar).
13. Ikan yang akan dibedah dipegang dengan tangan kiri.
14. Dibedah dengan menggunakan gunting yang ujungnya runcing terlebih dahulu. Setelah ada celah,
diganti dengan gunting yang tumpul,
15. Digunting dari anus sampai tutup insang atau gunting ikan mulai dari belakang operculum ke atas
sampai garis LL, kemudian diarahkan gunting sampai ke anus.
16. Dibuka lapisan daging ikan yang telah digunting agar terlihat isi perutnya,
17. Dilihat organ-organ dalam ikan dan kemudian diambil gonad ikannya.
18. Ditentukan jenis kelamin ikan dan tingkat kematangan gonadnya. Lalu disimpan gonad ikan dalam
botol film dan diberi label.
19. Kemudian diuraikan usus ikan yang menggulung dan direntangkan. Kemudian diikat kedua
ujungnya dan diukur panjang usus ikan dengan mistar, lalu dimasukkan ke dalam botol film
berlabel sebelumnya diikat kedua ujung usus dengan benang.
20. Setelah semua dilakukan, diberi formalin 4 % pada masing masing botol film sampai
21. gonad dan usu tenggelam, ditutup rapat kemudian disimpan.
B.2 METODE DATA
1. Pertumbuhan Panjang.
Analysis pertumbuhan panjang model yang digunakan adalah model Von Bartalanffy plot ( VBP ).
Bartalanffy mengembangkan model terutama untuk mengetahui laju pertumbuhan panjang. Setelah
diketahui kelompok ukuran dengan model Batacharya, maka dilakukan pendekatan untuk menduga
tingkat pertumbuhan. Secara khusus data yang dianalisis adalah nilai tengah dari kelompok ukuran
yang diperoleh.
Dalam menganalisis pertumbuhan panjang, langkah yang harus dilakukan adalah : pertama
menentukan jumlah kelas dengan rumus kelas = 1 + 3,32 Log n dimana n = jumlah keseluruhan
data. Kedua menentukan lebar kelas dengan rumus :
Lk =

Nilai max - nilai min


kelas

Ketiga buat tabel frekuensi dari selang kelas dan ke empat buatlah grafik histogram nya
Langkah langkah analisis pertumbuhan panjang dilakukan dengan model Von Bartalanffy ( VBP )
sebagai berikut :
a. Membuat selang kelas panjang dari data N ikan yang didapat kemudian menentukan frekuensi
setiap selang kelas,
b. Menentukan titik tengah selang, nilai Log F, dan Log F pada masing masing selang, dan
c.. Menentukan kelompok ukuran ( cohort ) berdasarkan model Batacharya dengan melakukan
pendekatan untuk menduga tingkat pertumbuhan. Penurunan Log F minimal 3 kali secara
berurutan disebut 1 cohort.
2. Pertumbuhan Berat.
Analisis pertumbuhan berat hampir sama dengan model pendekatan pertumbuhan panjang. Tetapi
sebaliknya dilakukan pada kelompok ikan yang belum memijah secara rutin, karena berat ikan yang
relative berubah. Apabila panjang ikan dengan umur tertentu diplotkan dengan panjang ikan dengan
umur yang lebih muda satu tahun akan menghasilkan garis lurus dengan sudut yang lebih kecil dari
satu.

Sudut Walford besarnya sama dengan e-k , jadi logaritma natural sudut Walford dengan tandanya
berubah merupakan penduga dari koefisien pertumbuhan k.
Persamaan Walford Ln+1 = L ( 1 ek ) + Lte-k dimana k = - log natural sudut Walford, L = intersep / 1
b.
1. Hubungan Panjang dan Berat
Analisis pertumbuhan dengan menggunakan parameter panjang dan berat menggunakan rumus:
( Bal dan Rao, 1984 )
W = aLb dimana ; W = berat ( garam ) ; L = panjang ( mm ) ; a,b = konstanta
Berdasarkan pola hubungan linier maka dapat dilihat bahwa :
Log W = Log a + b Log L atau Y = a + bX
Korelasi parameter dari hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b ( sebagai
penduga tingkat kedekatan kedua parameter ).
-Jika b = 3, disebut hubungan yang isometrik dimana pola pertambahan panjang sama dengan pola
pertumbuhan berat.
-Jika b < 3, disebut hubungan allometrik negatif, dimana pertambahan panjang lebih dominan.
-Jika b > 3, disebut hubungan allometrik positif, dimana pertumbuhan berat lebih dominan.
Untuk mengantisipasi sulit untuk memberikan kesimpulan atau ketetapan pada nilai yang didapat
dilapangan( kelemahan) tersebut maka perlu diadakan uji statistik. Uji yang digunakan yaitu uji t.
Dimana kita dihadapkan pada proses atau usaha untuk melakukan penolakan atau penerimaan
terhadap hipotesis yang kita buat ( Stell and Torie, 1989 ). Hipotesis :
Ho : b= 3
H1: b 3
T hit = b1-b0
Sb1
dimana Sb1 adalah simpangan koefisien b yang dapat ditentukan dari rumus berikut :
S2b1

= KTS

x2-1/n (X)2
Dimana KTS dicari melalui analisa varian :
JKT = Y2-1/n (Y)2
JKR = b1 ( XY - /n X Y )
JKS = JKT JKR
Kaidah keputusan adalah dengan membandingkan hasil T hitung dengan T Tabel pada Selang
Kepercayaan 95 %. Jika hit > T tabel maka menolak hipotesis nol dan jika T hit < T tabel maka
menerima hipotesis nol.
2. Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka
berdasarkan pada data panjang dan berat. Dalam menganalisa konsis ikan terlebih dahulu
dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya. Ikan dengan jenis kelamin yang sama dilihat koefisien
pertumbuhan (model gabungan panjang dan berat). Setelah itu pola pertumbuhan panjang dapat
diketahui, maka baru dapat ditemukan kondisi dari ikan tersebut, yaitu :
K = 105 W
L3
Jika pola pertumbuhan yang ditemukan adalah allometrik, maka digunakan rumus:

K=W
aLb
Keterangan :
1. K = faktor kondisi
2. W = berat ikan ( gram )
3. L = panjang ikan ( mm )
a,b = konstanta hasil regresi dari log W terdahulu dengan nilai a di anti log kan.

3. Cohort ( kelas ukuran )


Kelompok yang tumbuh berkembang pada waktu yang sama, mendapat pasokan makanan yang
sama pula disebut kohort. Salah satu cara untuk menyeragamkan ukuran pada saat panen ikan
budidaya adalah dengan melakukan penebaran dengan umur yang sama, sedangkan untuk ikan laut
lepas dengan selektifitas alat tangkap. Ikan yang berada di perairan terbuka sulit sekali ditentukan
umurnya. Maka alternative yang ditempuh adalahdengan membuat pengelompokkan ikan
berdasarkan ukuran. Metode ini dikembangkan oleh Battacharya (1967 ) dalam WHO ( 1992 ).
Penentuan kelas ukuran ini adalah untuk menentukan ukuran tangkap dari populasi tersebut.
Kelompok ukuran ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan panjang ikan.
Tahapan kegiatan dalam penentuan kohort adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Tentukan selang kelas ukuran panjang dari ikan yang diamati secara statistik,
Tentukan frekuensi masing-masing kelas ukuran tersebut
Lakukan transformasi nilai panjang agar data yang kita pakai lebih baik,
Tentukan nilai beda dari hasil transformasi tersebut dengan mengurangi nilai kedua dengan nilai
pertama, demikian seterusnya sampai proses pengurangan selesai,
Buatlah nilai tengah dari kelas ukuran panjang tersebut ( X ),
Tentukan dan hitung nilai yang mengalami penurunan dari transformasi beda frekuensi (Y).
Minimal ada tiga nilai yang menurun yang baru bisa dikatakan satu kohort.
Lakukan proses regresi linier dari nilai X dan Y,
Tentukan rata-rata dari cohort Rataan L = - bo/b1dengan bo dan b1 adalah koefisien regresi
Tentukan standar deviasunya
SD=

1
b 1 , lalu buat plot dari nilai X dan Y Kemudian plot garis dari persamaan regresi.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


C.1 Pertumbuhan Panjang Ikan Nila

N
o.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Xi

Log
Fi

Log
F

125.5

0.60

14

137.5

1.15

0.54

28

149.5

1.45

0.30

156-167

14

161.5

1.15

-0.30

168-179

173.5

0.95

-0.19

180-191

185.5

0.30

-0.65

192-203

197.5

0.00

-0.30

Selang
Kelas

Fi

120-131

132-143
144-155

Tabel.1 Pertumbuhan Panjang Ikan Nila

C
o
h
o
r

Pertumbuhan Panjang Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Fi

30
25
20
15
10
5
0

Selang Kelas

Dari data yang telah didapatkan diketahui bahwa pertumbuhan panjang ikan yang paling banyak
terdapat di antara kelas 144 155 dan pertumbuhan panjang ikan yang paling sedikit ada diantara
kelas 180 - 191 dan 192 - 203.
Menurut Kimball (1994), menyatakan bahwa dalam pertumbuhan suatu organisme, yang biasanya
dapat di-bedakan menjadi beberapa periode. Periode pertama yaitu periode lamban adalah ciri
adanya sedikit pertumbuhan atau tidak ada pertumbuhan yang sebenarnya dan dalam periode ini
organisme mempersiapkan diri untuk pertumbuhan
Tabel 2. Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Jantan
No
.

Selang
Kelas

Fi

1.

130-141

2.

142-153

3.

154-165

4.

166177

5.

178-189

6.

190-201

Xi
135.
5
147.
5
159.
5
171.
5
183.
5
195.
5

Log
Fi

Log
F

0.7

0.95

0.25

0.6

-0.35

0.48

-0.12

-0.48

Grafik 2. Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Jantan


e rtu
P
bu
m
Pa
n
a
h
jg Ik
n
N ila
n
a
n ta
J
n

Dari data yang telah didapatkan diketahui bahwa pertumbuhan panjangikan nila jantan, yang paling
banyak terdapat di antara kelas 142-153 dan pertumbuhan panjang ikan yang paling sedikit ada
diantara kelas 178-189 dan 190-201
Tabel 3. Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Betina
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Selang
Kelas
120129
130139
140149
150159
160169
170-

Fi
1
1
19
11
11
5

Xi
124.
5
134.
5
144.
5
154.
5
164.
5
174.

Log
Fi

Log F

1.28

1.28

1.04

-0.24

1.04
0.7

0
-0.34

C
o
h
o
r
t

7.

179
180189

5
184.
5

-0.7

Grafik 3. Pertumbuhan Panjang Ikan Nila Betina


Pertum buhan Panjang Ikan Nila Betina (Oreochrom is niloticus)

20
15
10
Fi 5
0

Selang Kelas

Berdasarkan table 3 dan grafik diatas adalah data pertumbuhan panjang ikan nila betina, yang kami
peroleh dalam praktikum, Dari data yang telah didapatkan diketahui bahwa pertumbuhan panjang
ikan nila betina yang paling banyak terdapat di antara kelas 140-149 pertumbuhan panjang ikan
yang paling sedikit ada diantara kelas 180-189 dapat kami katakana bahwa pertumbuhan panjang
ikan nila betina tertinggi terdapat pada selang 140-149 dengan frekuensi sebesar 9, sedangkan.
penjang ikan nila betina terendah terdapat pada selang 120-129, 130-139, dan 180-189 dengan
frekuensi masing-masing 1
C2. Pertumbuhan Berat Ikan Nila
Tabel 1. Pertumbuhan Berat Ikan Nila
No
.

Selang
Kelas

1.

41.5-54.92
54.9368.35
68.3681.78
81.7995.21
95.22108.64
108.65122.07
122.08135.5

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Fi

Xi

Log Fi

Log
F

13

48.21

1.11

35

61.64

1.54

0.43

12

75.07

1.08

-0.46

88.5

0.9

-0.18

101.93

0.3

-0.6

115.36

128.79

0.3

Grafik 1. Pertumbuhan Berat Ikan Nila


e rtu
P
bu
m
nB
a
h
t Ik
ra
e
nN
a
(O re
ila
h ro
c
o
is n
m
t ic
ilo
)
s
u

Berdasarkan data yang telah didapatkan diketahui bahwa pertumbuhan berat ikan nila yang paling
banyak terdapat di antara kelas 54,93- 68,35 dan pertumbuhan panjang ikan yang paling sedikit ada
diantara kelas 95,22-108,64 dan 108,65-122,07.
Menurut Nontji (1999), me-nyatakan bahwa berat dapat kita sebut sebagai suatu fungsi dari panjang,
dan hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yang menjelaskan bahwa berat
ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya
tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan terdapat perbedaan.
Tabel 2. Pertumbuhan Berat Ikan Nila Jantan

No
.

Selang
Kelas
41.557.13
57.1472.77
72.7888.41
88.42104.05
104.06119.69
119.70135.33

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Fi

Xi

Log
Fi

Log F

49.31

0.9

64.96

0.85

-0.05

80.60

0.78

-0.07

96.24

111.88
127.5
2

C
o
h
o
r
t

Grafik 2. Pertumbuhan Berat Ikan Nila Jantan


pe rtum buhan be rat ik an nila jantan

30
25
20
15
10
5
0

Berdasarkan tabel dan grafik diatas menunjukan frekuensi tertinggi senilai 8 dicapai pada selang
kelas 41.5-57.13, sedang berdasarkan grafiknya nilai massa ikan nila jantan relatif menurun pada
selang kelas awal sampai dengan selang kelas berfrekuensi 0, lalu mengalami penaikan pada selang
kelas berikutnya.
Pengukuran panjang ikan dalam penelitian biologi perikanan hendaknya mengikuti suatu ketentuan
yang sudah lazim digunakan. Dalam hal ini panjang ikan dapat diukur dengan menggunakan sistem
metrik ataupun sistem lainnya (Sucipto, 2007).
Tabel 3. Pertumbuhan Berat Ikan Nila Betina
No
.
1
2
3
4
5
6
7

Selang
Kelas
41,853,86
53,8765,93
65,9478
78,0190,07
90,08102,14
102,15114,21
114,22126,28

Fi

Xi

Log
Fi

Log F

8
2
2

47.83

0.9

59.9

1.34

0.44

71.97

0.9

-0.44

84.04

0.85

-0.05

96.11
108.1
8
120.2
5

0.3

-0.55

-0.3

1
1

Grafik 3. Pertumbuhan Berat Ikan Nila Betina

Pertum buhan Berat Ikan Nila Betina (Oreochrom is niloticus)

Fi

25
20
15
10
5
0

Selang Kelas

Berdasarkan tabel 3 dan grafik pertumbuhan berat ikan nila betina tertinggi terdapat pada selang
53,87-65,93 gram dengan frekuensi sebesar 22 ekor, sedangkan pertumbuhan berat ikan nila betina
terendah terdapat pada selang 102,15-114,21 dan 114,22-126,28 dengan masing masing frekuensi 1
ekor.
Berdasarkan perbandingan grafik ikan nila jantan dan betina terdapat perbedaan yang signifikan
dalam tabel dapat kita lihat berat tertinggi dan berat terendah pada masing- masing ikan, ternyata
ikan nila betina memiliki bobot yang lebih dominan dibandingkan ikan nila jantan hal ini dapat
disebabkan karena sebagian ikan nila betina yang sudah matang gonad, seiring berkembangnya
gonad maka bertambah volume yang mengakibatkan kenaikan berat bada pada ikan nila betina.
Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang atau beratnya. Ikan yang lebih tua umumnya lebih
panjang dan gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina biasanya lebih berat dari ikan jantan. Pada
saat matang telur, ikan mengalami penambahan berat dan volume. Setelah bertelur beratnya akan
kembali turun. Tingkat pertumbuhan ikan jugadapat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan yang
terdapat dilingkungan hidupnya (Poernomo, 2002 ).

C3. Hubungan Panjang dan Berat


Grafik 1. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nila
Hubungan panjang dan berat ikan nila

Log w

f(x) = 2.08x - 2.73


R = 0.62
2.00 2.10 2.20 2.30 2.40
Log L

Dari grafik yang telah di buat dan berdasarkan pada hubungan liniernya dapat dilihat bahwa Log W=
Log a + b Log L atau Y= a + bx. Dari hasil yang didapat berdasarkan table, nilai b<3, yaitu Y= 2,081x 2,728. Jadi hubungan panjang dan beratnya bersifat allometrik positif, dimana pertambahan panjang
seimbang daripada pertambahan berat. Artinya, ikan nila tersebut normal .
Perbedaan ukuran berat dan panjang antara tiap ikan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti yang telah dikemukakan oleh Fujaya (1999), dimana ada dua faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam ini sulit untuk
dilakukan pengontrolan, sedangkan faktor luar mudah untuk pengontrolannya .

Grafik 2. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nila Jantan


Hubungan panjang dan berat ikan nila jantan

2.50
2.00
1.50

f(x) = 2.26x - 3.11


R = 0.73

log w 1.00
0.50
0.00
2.10 2.20 2.30 2.40
Log L

Berdasarkan grafik diatas diketahui hubungan panjang ikan dan berat pada ikan jantan sebaran
panjang tubuhnya memiliki sebaran yang rapat pada kisaran angka 120- 200mm dengan rata-rata
bobot tubuh 40-120 gram. Namun kontribusi penyebaran bobot ikan nila jantan ini relatif tidak merata
jika dilihat melalui grafik yang ada.
Berat dapat di anggap sebagai suatu fungsi dari panjang, hubungan panjang dan berat hampir
mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya.Tetapi hubungan yang
terdapat pada ikan sebenarnya tidak tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.
(Effendi. 2002).

Grafik 3. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Nila Betina


Hubungan panjang dan berat ikan nila betina

Log w

f(x) = 2.95x - 4.6


R = 0.35

2.10 2.20 2.30


2.05 2.15 2.25
Log L

Berdasarkan grafik diatas dapat diperoleh nilai a sebesar -4,597 dan nilai b 2,946 sehingga grafik
tersebut menjelaskan tentang hubungan allometrik negative dimana pertambahan panjang lebih
dominan karena nilai b < 3 berat ikan nila jantan didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) adalah
0,350 artinya sampel mewakili 35 %populasi di alam.
C4. Faktor Kondisi
Grafik 1. Faktor Kondisi Ikan Nila

Faktor Kondisi Ikan Nila


3.00
2.00
f(x) = 2.08x - 2.73
Faktor Kondisi 1.00R = 0.62
0.00
2.00

2.20

2.40

Berat Ikan Nila

Dari grafik yang telah di buat dan berdasarkan pada hubungan liniernya dapat dilihat bahwa dari hasil
yang didapat berdasarkan table, nilai b<1, yaitu Y=2,081 2,728. Jadi artinya, ikan nila tersebut
normal, Nilai b diperoleh sebesar 2,081 nilai b tersebut menunjukan berat ikan nila sedangkan y
merupakan faktor-faktor ikan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa rata-rata ikan berkondisi sedang
dengan beberapa ikan yang hanya berkondisi kurus. Sedangkan untuk

=0,617 yang

menyatakan adanya faktor kondisi yang mempengaruhi berat ikan nila.


Grafik 2. Faktor Kondisi Ikan Nila Jantan
Faktor Kondisi Ikan Nila Jantan
3.00
2.00

f(x) = 2.26x - 3.11


R = 0.73

Faktor Kondisi 1.00


0.00

2.10 2.20 2.30 2.40


Berat Ikan Nila

Dari grafik yang telah di buat dan berdasarkan pada hubungan liniernya dapat dilihat bahwa dari hasil
yang didapat berdasarkan table, nilai b<1, yaitu Y== 2,255x - 3,107. Jadi artinya, ikan nila jantan
tersebut normal. Nilai b diperoleh sebesar 2,255 nilai b tersebut menunjukan berat ikan nila
sedangkan y merupakan faktor-faktor ikan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa rata-rata ikan
berkondisi sedang dengan beberapa ikan yang hanya berkondisi kurus. Sedangkan untuk

R2

=0,728 yang menyatakan adanya faktor kondisi yang mempengaruhi berat ikan nila.
Grafik3. Faktor Kondisi Ikan Nila Betina
Faktor Kondisi Ikan Nila Betina

4.00
Faktor Kondisi

2.00

f(x) = 2.95x - 4.6


R = 0.35

0.00
2.00 2.20 2.40
Berat Ikan Nila

Dari grafik yang telah di buat dan berdasarkan pada hubungan liniernya dapat dilihat bahwa dari hasil
yang didapat berdasarkan table, nilai b<1, yaitu Y=2,946 - 4,597. Jadi artinya, ikan nila jantan
tersebut normal.

Nilai b diperoleh sebesar 2,946 nilai b tersebut menunjukan berat ikan nila sedangkan y merupakan
faktor-faktor ikan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa rata-rata ikan berkondisi sedang dengan
beberapa ikan yang hanya berkondisi kurus. Sedangkan untuk

R2 =0,350 yang menyatakan

adanya faktor kondisi yang mempengaruhi berat ikan nila.

D.PENUTUP
D.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah kami lakukan dan berdasarkan data-data yang telah
kami peroleh diatas yaitu sebagai berikut:
1.

Ikan nila yang di analisis dalam praktikum ini adalah ikan nila yang memiliki ukuran tubuh
yang normal
2. Hubungan berat dan panjang pada ikan nila berhubungan pula dengan jenis kelamin ikannya.
Dimana jantan lebih panjang namun lebih kurus dibandingkan betina yang lebih gemuk dibanding
jantan namun ukuran panjang tubuhnya lebih pendekFaktor kondisi ikan nila baik ikan nila jantan
maupun ikan nila betina dapat dikatakan memiliki tubuh yang sedang dan hanya beberapa ekor
saja yang memiliki tubuh kurus.
3. Faktor kondisi ikan nila baik ikan nila jantan maupun ikan nila betina dapat dikatakan memiliki
tubuh yang sedang dan hanya beberapa ekor saja yang memiliki tubuh kurus.

D.2 Saran
Adapun saran yang terdapat dalam praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Dalam praktikum sebaiknya sampel yang digunakan tidak melebihi peserta praktikan sehingga
praktikum dapat lebih efisien.
2. Waktu untuk praktikum dapat lebih diperpanjang agar praktikan dapat melakukan praktikum lebih
teliti dan lebih baik lagi.
3. Kedisplinan dalam praktikum lebih dapat ditingkatkan lagi

DAFTAR PUSTAKA
Battacharya. 1967.Nitrification filter for aquatic culture sistem. State of Art.J. World mariculture,
Soc:1439-324.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Fujaya, Y, 1999. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta,.Jakarta.
Poernomo. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sucipto, Adi. 2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromissp.). Direktorat Jendral Perikanan Budidaya,
Balai Besar Pengembangan Sukabumi.

Fujaja. 1999. Physiology of Fishin Intansive Culture Sistem. Chapman and Hill.
Kimball. 1994 .Makalah Teknologi Produksi Benih Ikan Nila Jantan. Bogor: IPB.

Nontji . 1999 . Pengaruh pembatasan konsumsi pakan terhadap bobot ikan nila (Oreochromis sp.)
siap panen. Jurnal Perikanan Unram 1 (1):8-13.

Anda mungkin juga menyukai