org
Hitung Leukosit
Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter darah.
Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing,
mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan indikator yang
baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada
bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/l. Jumlah leukosit tertinggi pada
bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /l. Setelah itu jumlah leukosit turun secara
bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500- 11.000/l. Pada
keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 10.000/l. Jumlah
leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari
11.000/l. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan
penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara automatik
menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual dengan
menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang
diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu 2%, sedang pada cara manual
kesalahannya sampai 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk
memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini.
Nilai normal leukosit:
Dewasa
: 4000-10.000/ L
Bayi / anak
: 9000-12.000/ L
: 9000-30.000/ L
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebutleukositosis.
Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik
dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus
dan haid.
Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya
pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi miokard infark,
sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik, anemia sel
sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun gangguan emosi. Peningkatan
leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium
yodida, sulfonamide, haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin,
eritromisin, kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/L darah. Karena pada
hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu
leukopenia disebabkan netropenia.
Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria,
alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa).
Leokopenia dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama saetaminofen, sulfonamide, PTU,
barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa,
rimpamfin, fenotiazin, dan antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol
Referensi
Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin Dunia
Kedokteran. 1983; 30: 28-31.
Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.
Ronald AS, Richard AMcP, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati
Hartanto, Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC; 2004.
Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: Amara
Books; 2008. hal. 17-35.
Theml H, Diem H, Haferlach T. Color atlas of hematology; principal microscopic and clinical
diagnosis. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2004.
Vajpayee N, Graham SS, Bem S. Basic examination of blood and bone marrow. In: Henrys
clinical diagnosis and management by laboratory methods. 21st ed. Editor: McPherson RA, Pincus
MR. China: Saunders Elsevier; 2006. hal. 9-20.
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Thalassemia adalah penyakit hemolitik bawaan yang disebabkan oleh defisiensi
pembentukan rantai globin alpha atau beta yang menyusun hemoglobin, sehingga
dibedakan menjadi thalassemia alpha dan thalassemia beta. Secara klinis,
thalassemia dibedakan menjadi thalassemia mayor, intermediate dan thalassemia
minor. Thalassemia mayor memperlihatkan gejala klinis sedangkan thalassemia
minor tidak memperlihatkan gejala klinis.1
lebih
yang
kurang
33%
berasal
dari
dari
kegasanasan
sel-sel
induk
pediatrik. Leukemia
sistem
hematopoietik
adalah
yang
mengakibatkan ploriferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah
merah namun sangat jarang.3
Leukemia limfoblastik akut (LLA) berjumlah kira-kira 75% dari semua kasus,
dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun. Leukemia mieloblastik akut (LMA)
berjumlah kira-kira 20% dari leukemia, dengan insidensi yang tetap dari lahir
sampai usia 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Leukemia sisanya ialah
bentuk kronis yaitu leukemia limfositik kronis (LLK) yang jarang ditemukan pada
anak. Insidensi tahunan dari keseluruhan leukemia adalah 42,1 tiap juta anak kulit
putih dan 24,3 tiap juta anak kulit hitam. Perbedaan itu terutama disebabkan oleh
rendahnya kejadian kejadian LLA pada orang kulit hitam. Gambaran klinis yang
umum dari leukemia adalah serupa karena semuanya melibatkan kerusakan hebat
fungsi sumsum tulang. Tetapi, gambaran klinis dan laboratorium spesifik berbeda
dan ada perbedaan dalam respon terhadap terapi dan perbedaan dalam prognosis.
Fisioterapi memainkan peran yang penting dalam penanganan kasus ini.
Fisioterapi
dapat
(misalnya
infeksi
menangani
dan
pernafasan),
II.
mengontrol
pengembalian
gejala,
mencegah
aktivitas
komplikasi
fungsional,
dan
Tujuan Penulisan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
A. Definisi
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu thalassa yang berarti laut. Yang
dimaksud laut tersebut adalah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini mula-mula
ditemukan di sekitar Laut Tengah. Thalassemia merupakan kelainan genetik yang
ditandai oleh penurunan atau tidak adanya sintesis satu atau beberapa rantai
polipeptida globin.5
Thalassemia adalah kelainan kongenital, anomali pada eritropeisis yang
diturunkan, dimana hemoglobin dalam eritrosit sangat kurang. Oleh karena itu,
akan terbentuk eritrosi yang relatif mempunyai fungsi yang sedikit berkurang.
Thalassemia merupakan kelompok kelainan genetik heterogen yang timbul akibat
berkurangnya kecepatan sintesis rantai alpha atau beta. 6,7
Penderita thalassemia tidak mampu memproduksi salah satu dari protein
tersebut dalam jumlah yang cukup sehingga sel darah merahnya tidak terbentuk
dengan sempurna. Akibatnya, hemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen dalam
jumlah yang cukup. Hal ini mengakibatkan anemia yang dimulai sejak usia anakanak hingga sepanjang hidup penderita. Thalassemia diturunkan oleh orang tua
yang carrier kepada anaknya.8
B.
Klasifikasi Thalassemia
Secara garis besar, thalassemia dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
thalassemia alpha dan thalassemia beta sesuai dengan kelainan berkurangnya
produksi rantai polipeptida.9
i.
Thalassemia Alpha
10
a.
b.
c.
melalui
pemeriksaan
elektroforesis atau
sediaan
retikulosit.
Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali hingga
anemia yang berat yang disertai splenomegali.
d.
tipe
ini
merupakan
kondisi
yang
paling
berbahaya
pada
thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk
sehingga tidak ada hemoglobin A tau hemoglobin F yang diproduksi. Pada awal
kehamilan, biasanya janin yang menderita thalassemia alpha mayor mengalami
anemia, membengkak karena kelebihan cairan, pembesaran limpa. Janin yang
mengamai kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama
setelah dilahirkan.
ii.
Thalassemia Beta
10
beta
trait
(minor)
merupakan
kelainan
yang
diakibatkan
membawa
keturunannya
kelainan
kelak.
genetiknya
Penderita
tersebut
thalassemia
minor
untuk
diturunkan
merupakan
kepana
carrier
pada
thalassemia beta.
b.
Thalassemia Intermedia
Pada kondisi ini, kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi
sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya
tergantung dari mutasi gen yang terjadi.
Anemia, pengapuran dan pembesaran pembuluh darah merupakan gejala yang
ditimbulkan oleh kekurangan protein beta dalam jumlah yang cukup signifikan.
Rentang gejala thalassemia intermedia dengan thalassemia mayor hampir mirip
sehingga penderita sering memperoleh kerancuan diagnosis. Indikator yang sering
menjadi acuan adala jumla transfusi darah yang diberikan pada penderita. Semakin
sering penderita menerima darah tansfusi, maka dapat dikategorikan sebagai
thalassemia mayor.
c.
kondisi ini, kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai
beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa
anemia yang berat.10
C.
Gambaran Klinis
Berdasarkan gejala klinis thalassemia dapat dibagi dalam beberapa tingkatan,
yaitu mayor, intermedia dan minor (pembawa sifat). Batas di antara tingkatan
tesebut sering tidak jelas.
Pada thalassemia mayor, gejala klinis berupa muka mongoloid, pertumbuhan
badan kurang sempurna, pembesaran hati dan limpa, perubahan pada tulang
karena hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas dan fraktur spontan
pertumbuhan gigi biasanya buruk, sering disertai rarefaksi tulang rahang. Biasanya
mengalami anemia berat dan mulai muncul gejalanya pada usia beberapa bulan
serta menjadi jelas pada usia 2 tahun. Ikterus jarang terjadi dan bila ada biasanya
ringan.11
Pada thalassemia intermedia umumnya tidak ada splenomegali, dan bila terjadi
anemia ringan, maka disebabkan oleh masa hidup eitrosit yang memendek.
Sedangkan pada thalassemia minor umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang
khas.11
D. Diagnosis
i.
12
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien denga thalassemia beta minor, akan mengalami anemia ringan
dengan hematokrit berkisar anatar 28 % sampa 40 %. Kadar MCV adalah antara 5575 fL dan angka eritrosit bisa normal atau meningkat. Apusan darah tepi
A. Definisi
Leukimia akut merupakan suatu penyakit serius, berkembang dengan cepat dan
apabila tidak diterapi dapat menyebabkan kematian dalam beberapa minggu atau
bulan. Leukimia akut dapat mempengaruhi jalan perkembangan sel limfoid akut
atau jalur perkembangan sel mieloid akut. 13
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah penyakit yang berkaitan dengan sel
jaringan tubuh yang tumbuhnya melebihi dan berubah menjadi tidak normal serta
bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang serharusnyamembentuk limfosit
berubah menjadi ganas.
LLA merupakan kanker yang paling banyak dijumpai pada anak, yaitu 25-30 %
dari seluruh jenis kanker pada anak. Angka kejadian tertinggi dilaporkan
antara usia 3-6 tahun, dan laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah tubuh lemah dan sesak nafas akibat
anemia, infeksi dan demam akibat kekurangan sel darah putih normal, serta
pendarahan akibat kurangnya trombosit.
Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan remaja menderita LLAsetiap
tahun. Insiden LLA terjadi jauh lebih tinggi pada anak- anak kulit putih
daripada kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian
LLA lebih tinggi pada anak laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per
100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun.P u n c a k insiden pada umur 2-5 tahun
dan menurun pada dewasa.
Pengobatan pada LLA memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang pada
sistem musculoskeletal dan neuromuskular, meskipun hanya sedikit yang meneliti
tentang pengaruhnya terhadap mobilitas fungsional. Marchese et all (2004),
mencatat beberapa efek jangka panjang dari penggunaan kemoterapi vincristine
pada anak dengan diagnosis LLA menjadi mengalami keterlambatan motorik kasar
dan halus, hipoesktensibilitas dari otot gastrocnemius dan soleus, penurunan
energi, disabilitas pengetahuan, nekrosis avascular, osteopenia dan osteoporosis.
Klasifikasi
i.
14
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anakanak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun,
setelah usia 15 tahun LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel
normal.
Secara morfologik menurut FAB LLA dibagi menjadi tiga yaitu:
a.
L1: LLA dengan sel limfoblas kecil-kecil dan merupakan 84% dari LLA.
b.
L2: sel lebih besar, inti regular, kromatin bergumpal, nucleoli prominen dan
sitoplasma agak banyak. Merupakan 14% dari LLA
c.
L3: LLA mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu sitoplasma basofil dengan banyak
vakuola, hanya merupakan 1% dari LLA
ii.
b.
c.
d.
e.
M4-acute myelomonocytic
f.
1)
2)
g.
M6-erythroleukemia
h.
C.
Etiologi14
i.
a.
Faktor Predisposisi
Penyakit
defisiensi
imun
tertentu,
misalnya
agannaglobulinemia;
kelainan
Virus. Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus diteliti. Sel leukemia
mempunyai enzim trankriptase (suatu enzim yang diperkirakan berasal dari virus).
Limfoma Burkitt, yang diduga disebabkan oleh virus EB, dapat berakhir dengan
leukemia.
c.
Radiasi ionisasi. Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi pada
ibu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko pada janinnya. Baik dilingkungan
kerja, maupun pengobatan kanker sebelumnya. Terpapar zat-zat kimiawi seperti
benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
d.
Herediter. Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung terutama pada
kembar monozigot.
e.
ii.
a.
Faktor Lain
Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen,
preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
b.
c.
D. Manifestasi Klinis
14
Gejala klinik leukemia akut sangat bervariasi, tetapi pada umumnya timbul
cepat,
dalam
beberapa
hari
sampai
minggu.
Gejala
leukemia
akut
dapat
Anemia menimbulkan gejala pucat dan lemah. Disebabkan karena produksi sel
darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah
merah.
Ditandai
dengan
berkurangnya
konsentrasi
hemoglobin,
turunnya
hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia
mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
b.
c.
mukosa,
seperti
perdarahan
gusi
dan
epistaksis.
Tanda-tanda
perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi,
hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia.
Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar
trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
ii.
a.
Kaheksia
b.
Keringat malam
c.
seperti:
a.
b.
Limfadenopati superficial
c.
d.
e.
Sindrom meningeal: sakit kepala, mual muntah, mata kabur, kaku kuduk.
f.
g.
Manifestasi
ilfiltrasi
organ
lain
yang
kadang-kadang
terjadi
termasuk
pembengkakan testis pada ALL atau tanda penekanan mediastinum (khusus pada
Thy-LLA atau pada penyakit limfoma T-limfoblastik yang mempunyai hubungan
dekat.
iv.
a.
b.
Koagulapati dapat berupa DIC atau fibrinolisis primer. DIC lebih sering dijumpai
pada leukemia promielositik akut (M3). DIC timbul pada saat pemberian kemoterapi
yaitu pada fase regimen induksi remisi.
c.
Hiperurikemia yang dapat bermanifestasi sebagai arthritis gout dan batu ginjal.
d.
Sindrom lisis tumor dapat dijumpai sebelum terapi, terutama pada LLA. Tetapi
sindrom lisis tumor lebih sering dijumpai akibat kemoterapi.
E.
Komplikasi15
i.
Infeksi
Komplikasi ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa anak-anak
adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak paling
rentan terhadap infeksi berat selama tiga fase penyakit berikut:
a.
Pada saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses leukemia
telah menggantikan leukosit normal
b.
c.
ii.
Perdarahan
Anemia
Pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat penggantian total sumsum
tulang oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi, transfusi darah mungkin
diperlukan. Tindakan kewaspadaan yang biasa dilakukan dalam perawatan anak
yang menderita anemia harus dilaksanakan.
F.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
i.
a.
Hitung darah lengkap (Complete Blood Count) dan Apus Darah Tepi.
Jumlah leukosit dapat normal, meningkat, atau rendah pada saat diagnosis. Jumlah
leukosit biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit
neutrofil seringkali rendah.
b.
Hiperleukositosis (> 100.000/mm3) terjadi pada kira-kira 15% pasien dan dapat
melebih 200.000/mm3.
c.
d.
e.
f.
Apus sumsum tulang tampak hiperselular dengan limpoblast yang sangat banyak
lebih dari 90% sel berinti pada LLA dewasa. Jika sumsum tulang seluruhnya
digantikan oleh sel-sel leukemia, maka aspirasi sumsum tulang dapat tidak berhasil,
sehingga touch imprint dari jaringan biopsy penting untuk evaluasi gambaran
sitologi.
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran monoton, yaitu hanya
terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder).
iii.
Sitokimia
Pada LLA, pewarnaan Sudan Black dan mieloperoksidase akan memberikan hasil
yang negative. Mieloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang ditemukan pada
granula primer dari precursor granulositik yang dapat dideteksi pada sel blast
AML.Sitokimia berguna untuk membedakan precursor B dan B-LLA dari T-LLA.
Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang gans, sedangkan sel B
dapat memberikan hasil yang positif pada pewarnaan periodic acid Schif (PAS). TdT
yang
diekspresikan
oleh
limpoblast
dapat
dideteksi
dengan
Reagen yang dipakai untuk diagnosis dan identifikasi subtype imunologi adalah
antibody terhadap:
a.
Untuk
sel
precursor
B:
CD
10
(common
ALL
c.
antigen),
v.
Biopsi limpa
pemeriksaan ini memeperlihatkan poriferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak, seperti limposit normal, RES, granulosit, dan pulp cell.
G. Pemeriksaan Diagnostik16
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama bahwa
leukemia tersebut mungkin timbul. Semua jenis leukemia tersebut didiagnosis
dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Contoh ini biasanya didapat dari tulang
iliaka dengan pemberian anestesi lokal dan dapat juga diambil dari tulang sternum.
Pada leukemia akut sering dijumpai kelainan laboratorik seperti:
1.
Darah tepi
a.
b.
c.
Leukosit meningkat, tetapi dapat juga normal atau menurun (aleukemic leukemia).
Sekitar 25% menunjukan leukosit normal atau menurun, sekitar 50% menunjukan
leukosit meningkat 10.000-100.000/mm3 dan 25% meningkat 100.000/mm3
d.
Apusan darah tepi: khas menunjukan adanya sel muda (mieloblast, promielosit,
limfoblast, monoblast, erythroblast atau megakariosit ) yang melebih 5% dari sel
berinti pada darah tepi. Sering dijumpai pseudo Pelger-Huet Anomaly yaitu netrofil
dengan lobus sedikit (dua atau satu) yang disertai dengan hipo atau agranular.
2.
Sumsum tulang
Merupakan pemeriksaan yang sifatnya diagnostik. Ditemukan banyak sekali sel
primitif. Sumsum tulang kadang-kadang mengaloblastik; dapat sukar untuk
membedakannya dengan anemia aplastik. Harus diambil sampel dari tempat ini.
(Rendle.Ikhtisar Penyakit Anak.1994;184). Hiperseluler, hampir semua sel sumsum
tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya
leukomic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang
matang, tanpa sel antara). System hemopoesis normal mengalami depresi. Jumlah
blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel pada
apusan sumsum tulang).
3.
Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan
ini
menjadi
sangat
penting
untuk
menentukan
klasifikasi
Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan dalam
diagnosis
leukemia
karena
kelainan
kromosom
dapat
dihubungkan
dengan
prognosis.
H. Pengobatan4
Penanganan pada kanker spesifik sesuai diagnosis dan usia anak. Terdapat 3
kunci modalitas yang dikembangkan untuk menangani kanker : kemoterapi,
radioterapi, dan bedah. Transplantasi sumsum tulang juga biasa dimasukkan dalam
daftar pengobatan kanker.
1.
Kemoterapi
Kemoterapi merujuk pada penggunaan agen sitotoksik untuk menghancurkan
sel-sel kanker dengan menghentikan siklus hidupnya. Tujuan utama kemoterapi :
a.
Mengobati kanker
b.
c.
Menghentikan metastasis
d.
e.
a.
Myelosupresi
Salah satu efek samping kemoterapi adalah myelosupresi, penurunan produksi
sel darah merah, sel darah putih dan platelet oleh sumsum tulang, dan hal ini
memberikan efek yang besa dalam penanganan fisioterapi.
Anemia dapat menyebabkan cepat leah, platelet yang rendah dapat membatasi
aktifitas fisik karena risiko perdarahan. Nilai platelet yang rendah (biasanya dibawah
20x109/l)
juga
membatasi
penggunaan manual
chest
physiotherapy karena
Neurotoxic
Nyeri sensori neuropati atau gabungan sensorimotor/autonom neuropati dapat
terjadi bergantung pada obat yang diberikan. Efek yang ditimbulkan bergantung
pada dosis kumulatif, meskipuan masalahnya dapat terjadi pada awal pemberiaan
obat. Penyembuhan tergantung pada kemampuan dari sistem saraf tepi untuk
memperbaiki
dirinya
dengan
kehadiran
substansi
toxic
dan
hal
ini
dapat
berlangsung dalam waktu yang lama. Terdapat dua obat yang khususnya
digunakan dalam penangan kanker dan memiliki efek neurotoxic :
1)
2)
Cisplatin dan carboplatin adalah dua obat yang juga memberikan efek neurotoxic.
Cisplatin lebh toxic daripada carboplatin. Keduanya lebih mempengaruhi saraf
sensori daripada saraf motorik. Efeknya berupa parastesi pada tangan dan kaki,
hilangnya refleks tendon, hilangnya propriosensor sendi dan pada beberapa kasus
menyebabkan ataxia.
d.
Steroid-induced myopathy
Steroid digunakan dalam pengobatan beberapa kanker. Dalam penggunaan yang
lama, pola kelemahan otot dapat terjadi. Kelemahan cenderung di proksimal
daripada distal dan simetris daripada asimetris. Ektremitas bawah cenderung lebih
terpengaruh daripada ektremitas atas. Masalah fungsional berupa naik tangga dan
bangun dari kursi atau lantai biasanya muncul dan juga ketidakmampuan berjalan
dalam jarak dekat atau menengah.
dalam
membutuhkan
tempo
modifikasi
yang
sesuai
singkat
dan
perkembangan
kondisi pasien.
2.
3.
4.
5.
Penggunaan
kateter
menyebabkan
nyeri
vena
leher,
sentral
kekakuan,
dapat
dan
2.
Radioterapi
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
TIF.
2008. Guidelines
for
The
Clinical
Management
of
Thalassemia. www.
Thalassaemia.org.cy
3.
Charette.2000. Rencana
Asuhan
Keperawatan
Health : Philadelphia.
5.
6.
7.
8.
9.
10. PMI Jatim. 2007. Thalassemia, Penyakit Kelainan Darah yang Membutuhkan
Transfusi. www.pmijatim.org.
11. Suyono, S. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
12. Permono,B. 2006. Thalassemia. www.pediatrik.com
13. Rahmatia, A dan Novianty R. 2006. At Glance Medicine. Erlangga : Jakarta.
14. Ariany, Arin. 2012. Leukimia Limfoblasti Akut (ALL). Asuhan Keperawatan.
15. Wong, Donna L.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatriks,Vol 2.Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
16. Gale dkk. 2000. Rencana
Asuhan
Keperawatan
Onkologi. Penerbit
Buku
KedokteranEGC : Jakarta
17. Howard W. Makofsky. 2003. Spinal Manual Therapy. New York.
18. Ck.Giam.Kc, Teh. 2004. The FITT Formula. Sport Medicine and Fitness a Guide For
Every One. Singapore Council.
19. Prentice, William E. 2002. Therapeutic Modalities For Physical Therapist. McGrawHills Companies.
20. Neil, F.Gordon. 1989. The Cooper Clinic And Research Institute Fittness Series.
Dallas America
http://monaziters.blogspot.co.id/2013/01/thalassemia-dan-leukimia-limfoblastik.html
kuman pembawa bibit penyakit. Beruntung, tidak setiap serangan tersebut bisa
merobohkan tubuh, berkat pasukan tempur yang selalu siap melawan kuman. Pasukan
tempur itu adalah sel darah putih yang dikenal dengan sebutan leukosit.
Sebagai gambaran, luka akibat goresan merupakan pintu masuk bagi kuman. Nah, di
daerah luka itulah sel darah putih akan berkumpul dan berperang melawan kuman hingga
tuntas. Bagian tubuh yang luka seringkali tampak merah dan membengkak serta seringkali
mengeluarkan nanah. Itu merupakan efek dari peperangan kuman melawan sel darah
putih.
Jika sel darah putih menang, kuman akan hilang dan tubuh kembali normal. Sebaliknya,
jika sel darah putih kalah, diperlukan obat-obatan dari luar untuk membantu sel darah putih
melawan kuman. Bisa dibayangkan betapa pentingnya sel darah putih dalam tubuh kita.
Kekurangan sel darah putih bisa menyebabkan seseorang rentan terserang penyakit
ataupun infeksi. Bahkan penyakit ringan seperti flu saja bisa membuat pasien leukopenia
menderita hebat.
Ini diakibatkan kurangnya pasukan tempur dalam tubuh. Penyakit yang seharusnya bisa
dengan mudah ditangani oleh tubuh menjadi sulit sembuh.
ATASI PENYEBABNYA
Leukopenia seringkali diketahui ketika pasien memeriksakan diri ke dokter karena keluhan
penyakit. Penyakit yang dialami itu kerap kali merupakan gejala dari leukopenia.
Cara tercepat untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes jumlah darah putih.
Kemudian dokter akan memeriksa penyebab terjadinya penurunan jumlah sel darah putih.
Jika sudah diketahui, barulah bisa ditentukan cara pengobatannya.
Untuk saat ini cara paling efektif untuk menangani leukopenia adalah dengan mengatasi
penyebabnya. Jika leukopenia disebabkan oleh infeksi, obati saja infeksinya. Jika
disebabkan oleh kanker, obatilah kankernya.
Belu ada pola makan atau diet yang berhubungan untuk menambah jumlah sel darah putih.
Kalau leukopenia dikarenakan kanker, pola makan tidak bisa menaikkan jumlah leukosit.
Karena itu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang lebih untuk membantu
proses pemulihan.
PENYEBAB LEUKOSIT TURUN NAIK
Kadar sel darah putih atau leukosit yang terlalu tinggi atau leukositosis, bisa
mengindikasikan:
* Naiknya produksi leukosit guna melawan infeksi.
* Reaksi obat-obatan.
* Penyakit pada sumsum tulang, sehingga produksi leukosit menjadi abnormal.
* Gangguan sistem imun.
Pemicu spesifik yang meningkatkan kadar sel darah putih, yaitu:
* Leukemia limfositik akut/ kronis.
* Leukemia myelogenous akut/ kronis.
* Alergi parah.
* Obat kortikosteroid dan epinefrin.
* Campak.
* Infeksi bakteri.
* Infeksi virus
* Rematoid artritis.
* Penyakit TBC.
* Batuk rejan.
Gejala leukemia antara lain: demam, mudah lelah, kehilangan berat secara drastis, atau
mudah berdarah. Bisa juga sering tersengal-sengal, rasa sakit pada tulang, dan berkeringat
sangat banyak terutama di malam hari.
Gejala ini tentu tidak semua sama pada setiap orang. Pada orang-orang tertentu bisa saja
muncul sebagai gejala flu atau demam biasa, sehingga terabaikan. Bahkan ada yang tidak
menggejala sama sekali.
Namun, gejala tadi tidak bisa menjadi acuan pasti adanya leukemia. Bisa saja karena tubuh
sebenarnya sedang melawan kuman, jadi memproduksi leukosit lebih banyak.
Untuk memastikan perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Terutama pemeriksaan
jumlah sel darah putih.
FAKTOR LEUKEMIA
Beberapa faktor leukemia antara lain: sering menjalani kemoterapi dan bekerja dengan
bahan kimia. Meski demikian, tidak setiap orang yang memiliki faktor risiko akan mengalami
leukemia.
Ada orang yang tidak memiliki faktor risiko, tetapi terkena leukemia. Itu bisa saja karena
faktor genetik.
MACAM_MACAM TERAPI LEUKEMIA
Leukemia bukan kanker berbentuk padat yang dapat diangkat lewat operasi. Pengobatan
leukemia terbilang rumit, tergantung dari usia, kondisi tubuh pasien, dan tipe leukemianya.
Belum lagi jika kanker tersebut sudah menyebar ke banyak bagian tubuh.
Pilihan terapi untuk leukemia antara lain:
1. KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah: pengobatan yang umum dilakukan untuk menangani leukemia. Terapi
ini menggunakan cairan kimia untuk membunuh sel leukemia.
Pasien bisa hanya menerima satu jenis obat atau berbagai macam obat, bergantung dari
jenis leukemianya. Cara pengobatannya bisa dalam bentuk pil atau disuntikkan ke dalam
saluran darah.
2. TERAPI BIOLOGIS
Dikenal juga sebagai terapi imuno.Terapi biologis menggunakan berbagai macam substansi
untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien agar kuat melawan sel kanker.
3. TERAPI KINASE INHIBITOR
Obat yang mengandung zat imatinib mesilat ini merupakan pilihan pertama bagi
kebanyakan penderita leukemia jenis myelogen kronis.