Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

PENCEGAHAN DAN PEMULIHAN


KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
oleh : Selin

NAMA KELOMPOK :
SOUHA NADALA (4415210128)
SHARKY FAZRIANSYAH (4415210122)
SYAHIDA BURDAH (4415210132)
SYIFA FAOZIA (4415210133)
VEMMY WULANDARI (4415210138)

TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PANCASILA

ABSTRAK
Suatu kerusakan lingkungan yang sangat merugiakan seluruh makhluk
hidup. Kebakaran lahan dan hutan sangat meresahkan seluruh makhluk hidup.
Bencana yang banyak diakibatkan karena ulah manusia ini merupakan bencana
yang pemulihannya membutuhkan waktu yang lama. Sungguh perbuatan yang
sangat tidak bertanggung jawab.
Kebakaran hutan yang merupakan bencana yang diakibatkan karena ulah
manusia atau alam. Jika kebakaran hutan terjadi diakibatkan oleh alam maka perlu
diadakannya suatu pencegahan.
Pencegahan merupakan kegiatan yang dilakukan agar tidak terjadi suatu
peristiwa yang tidak diinginkan. Tetapi saat suatu kebakaran suda terjadi maka
perlu melakukan suat pemulihan agar pemanfaatan lahan dan hutan kembali
dengan baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kebakaran hutan dan gambut antara lain harga kayu bulat, harga ekspor CPO, el
nino, anggaran Kementerian Kehutanan, krisis ekonomi dan jumlah hotspot.
Determinan yang teridentifikasi memberikan pengaruh besar pada luas kebakaran
hutan dan gambut adalah jumlah hotspot. Pengendalian jumlah hotspot secara
nyata menurunkan luas kebakaran hutan. Untuk itu perlu perubahan paradigma
dalam pengendalian kebakaran hutan dari kegiatan pemadaman kebakaran hutan
menjadi upaya prefentif pencegahan terjadinya hotspot sebagai indikasi awal
kebakaran hutan.

PENDAHULUAN
Hutan dan lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai potensi
yang tinggi saat suatu negara dapat memanfaatkannya dengan baik dan
benar. Indonesia merupakan negara dengan kekayaan hutan yang sangat luar
biasa. Dengan hutan yang sangat luas dapat membantu perekonomian warga
negaranya. Akan tetapi pemanfaatan hutan dan lahan hanya beberapa kelompok
yang dapat menikmatinya. Hutan dan lahan akan menjadi ancaman bagi setiap
orang jika tidak dilestarikan. Salah satu ancaman dari lahan dan hutan yaitu,
kebakaran.
Kurangnya pelastarian dan penjagaan hutan akan mengakibatkan masalah
bagi seluruh makhluk hidup.Kebakaran hutan dan lahan mempunyai dampak buruk
terhadap tumbuhan/tanaman, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Kebakaran
hutan juga dapat mempengaruhi pembangunan disuatu negara.
Masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa kebaaran hutan adalah
suatu bencana alam, seperti tsunami, gempa bumi, dll. Padahal bencana kebakaran
hutan dan lahan banyak khasus yang mengungkapkan bahwa bencana ini
diakibatkan oleh ulah manusia.
Kebakaran hutan dan lahan dapat dicegah/dikendalikan, karena kita telah
mengetahui bahwa apabila musim kemarau atau daerah rawan kebakaran tidak
diadakan pencegahan sudah dapat dipastikan akan terjadi kebakaran hutan/lahan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, sudah saatnya pengendalian kebakaran hutan dan
lahan ditangani secara terencana, menyeluruh, dan berkelanjutan. Pengendalian ini
dilakukan bukan hanya saat musim kemarau saja melainkan pada musim hujan.
Saat suatu lahan yang sudah terkena kebakaran kita harus memulihkan kembali
agar lahan tidak terbengkalai. Salah satu cara untuk memulihkan kembali lahan
yaitu dengan reboisasi.

KAJIAN PUSTAKA / TEORI


Istilah lahan digunakan berkenaan dengan permukaan bumi beserta segenap
karakteristik-karakteristik yang ada padanya dan penting bagi perikehidupan
manusia (Christian dan Stewart, 1968). Secara lebih rinci, istilah lahan atau land
dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua
komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di
atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief,
hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas
manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap
penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang
(Brinkman dan Smyth, 1973; dan FAO, 1976).
Hutan menurut Kadri adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang
secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati berserta alam
lingkungannya atau ekosistem. Menurut Arief, Pengertian Hutan ialah masyarakat
tumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan di permukaan tanah dan
terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosiste yang
berada dalam keseimbangan yang
dinamis. Soerianegara dan Indrawan mengatakan bahwaPengertian
Hutan merupakan mayarakat tetumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh
pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dikeadaan luar
hutan. Pengertian Hutan Menurut Undang-undang No. 41 Tahun 1999 adalah
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya yang tidak dapat dipisahkan.
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan
terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi
bangsa Indonesia, karena dilihat dari manfaatnya sebagai paru-paru dunia,
pengatur aliran air, pencegah erosi dan banjir serta dapat menjaga kesuburan
tanah. Selain itu, hutan dapat memberikan manfaat ekonomis sebagai
penyumbang devisa bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia. Karena itu
pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5
tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan
beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan
Dirjen Pengusahaan Hutan.
Hutan yang sangat melimpah di Indonesia kini banyak terjadi kerusakan yang
dapat merugikan warganya sendiri. Kerusakan yang terjadi merupakan akibat ulah
menusia yang kurang bertanggung jawab. Salah satu kerusakan hutan tersebut
adalah kebakaran hutan.

Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat, situasi dan
waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan pada umumnya sulit
untuk dikendalikan.Kebakaran dan pembakaran merupakan sebuah kata dengan
kata dasar yang sama tetapi mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran indentik
dengan kejadian yang tidak disengaja sedangkan pembakaran identik dengan
kejadian yang sengaja diinginkan tetapi tindakan pembakaran dapat juga
menimbulkan terjadinya suatu kebakaran. Penggunaan istilah kebakaran hutan
dengan pembakaran terkendali merupakan suatu istilah yang berbeda. Penggunaan
istilah ini sering kali mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap
dampak yang ditimbulkannya.
Kebakaran-kebakaran yang sering terjadi digeneralisasi sebagai kebakaran
hutan, padahal sebagian besar (99,9%) kebakaran tersebut adalah pembakaran
yang sengaja dilakukan maupun akibat kelalaian, baik oleh peladang berpindah
ataupun oleh pelaku binis kehutanan atau perkebunan, sedangkan sisanya (0,1%)
adalah karena alam (petir, larva gunung berapi). Saharjo (1999) menyatakan bahwa
baik di areal HTI, hutan alam dan perladangan berpindah dapat dikatakan bahwa
99% penyebab kebakaran hutan di Indonesia adalah berasal dari ulah manusia,
entah itu sengaja dibakar atau karena api lompat yang terjadi akibat kelalaian pada
saat penyiapan lahan. Bahan bakar dan api merupakan faktor penting untuk
mempersiapkan lahan pertanian dan perkebunan (Saharjo, 1999). Pembakaran
selain dianggap mudah dan murah juga menghasilkan bahan mineral yang siap
diserap oleh tumbuhan. Banyaknya jumlah bahan bakar yang dibakar di atas lahan
akhirnya akan menyebabkan asap tebal dan kerusakan lingkungan yang luas.
Untuk itu, agar dampak lingkungan yang ditimbulkannya kecil, maka
penggunaan api dan bahan bakar pada penyiapan lahan haruslah diatur secara
cermat dan hati-hati. Untuk menyelesaikan masalah ini maka manajemen
penanggulangan bahaya kebakaran harus berdasarkan hasil penelitian dan tidak
lagi hanya mengandalkan dari terjemahan textbook atau pengalaman dari negara
lain tanpa menyesuaikan dengan keadaan lahan di Indonesia (Saharjo, 2000).
Jika sudah terjadi suatu bencana kebakaran, maka hal yang harus dilakukan
agar lahan bekas kebakaran dapat berfungsi sepeti semula maka perlu dilakukan
suatu tindakan. Salah satu hal yang harus dilakukan yaitu reboisasi. Reboisasi
adalah penanaman kembali hutan yang telah gundul atau tandus, tidakan reboisasi
ini untuk menanami hutan yang gundul akibat di tebang atau akibat bencana alam.
Tujuan dari reboisasi ini yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup makhluk hidup
khususnya manusia melalui kualitas peningkatan sumber daya alam. Reboisasi
sangat erat hubungannya dengan kata penghijauan, dengan menggalakkan
penghijauan maka lingkungan sekitar tempat tinggal akan terasa lebih sejuk,
ketersediaan air tanah akan terjamin dan dapat meningkatnya kesuburan tanah.
selain itu reboisasi juga dapat menurunkan pemanasan global atau global warming.
Manfaat reboisasi Dengan melakukan reboisasi kita dapat memperoleh
banyak manfaat, diantaranya seperti di bawah ini:
1. Untuk melestarikan SDA (Sumber Daya Alam)

Unsur dari tata lingkungan biofisik yang nyata serta yang berpotensi untuk
memenuhi kebutuhan manusia, dengan maksud untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Maka tindakan eksploitasi harus harus disertai dengan
peraturan-peraturan pemanfaatan dan pelestarian dari (Sumber Daya Alam).
2. Untuk menguragi pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan hidup, khususnya pencemaran udara akibat dari polusi
asap kendaraan bermotor dan industri harus menjadi perhatian yang serius saat ini,
dengan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor dan kegiatan industri seperti
pabrik-pabrik dan pertambangan telah banyak mengganggu ekosistem hidup, oleh
sebab itu kita harus melakukan kegiatan reboisasi atau lebih dikenal dengan
kegiatan go green.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Ada pepatah mengatakan bahwa lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Pernyataan ini juga berlaku untuk kebakaran hutan. Pencegahan kebakaran meliputi
pengurangan bahaya dan resiko kebakaran. Hal ini dapat dicapai melalui
pendidikan, praktek silvikultur yang tepat, modifikasi bahan bakar, serta penegakan
peraturan perundang-undangan.
1.

Penyuluhan dan Pendidikan

Sebagian besar kebakaran di Indonesia disebabkan oleh manusia, baik oleh sebab
kelalaian maupun kesengajaan, maka dukungan dan kerjasama masyarakat menjadi
penting agar program perlindungan dapat berhasil. Untuk itu sangat perlu adanya
penyuluhan dan pendidikan yang berulang-ulang untuk menarik minat masyarakat
terhadap perlindungan hutan dan membuat mereka peduli terhadap kelestarian
hutan. Hal-hal berikut ini dapat menjadi pertimbangan dalam upaya pencegahan
kebakaran hutan dan lahan:
a.
Masih banyak orang yang tidak peduli, belum
menyadari, atau memperoleh informasi yang salah mengenai kegiatan-kegiatan
pencegahan. Mereka tidak peduli dengan bahaya kebakaran di hutan. Sebagai
contoh dalam kelompok orang semacam ini adalah mereka yang membuat api
unggun di dekat tonggak kayu atau batang kayu kering.
b.
Ketidak hati-hatian sebagian orang yang tidak peduli
dengan akibat dari tindakannya. Termasuk dalam kelompok ini adalah para perokok
yang cenderung sembarangan membuang puntung rokok atau batang korek api
yang masih menyala, para pekemah yang membuat api unggun meninggalkannya

tanpa memadamkan lebih dulu dan pembalak (logger) yang lalai terhadap
kemungkinan terjadinya kebakaran hutan.
c.
Kegiatan yang disengaja atau mengarah pada
terjadinya kebakaran oleh oknum-oknum yang anti-sosial/anti-kemapanan seperti
vandalisme (perusakan) atau tindakan egois lainnya.
Kelompok orang yang pertama dan kedua (a & b) perlu dididik. Orang-orang
yang tidak mendapat informasi atau salah informasi dapat dididik mengenai bahaya
kebakaran; orang-orang yang tidak hati-hati dapat diberi penerangan melalui
publikasi audio visual ataupun kalau terpaksa dengan penegakan hukum. Kerja
sama dengan kedua kelompok ini akan membantu pemadam kebakaran
menghadapi kelompok ketiga (c).
Rencana pendidikan harus mencakup:

Pemanfaatan tokoh-tokoh masyarakat yang terorganisasi untuk pekerjaan


pencegahan kebakaran;

Publikasi media massa setempat;

Publikasi audio-visual;

Surat-surat edaran dan selebaran;

Penerbitan buku saku yang mudah dibawa-bawa.

Cara pendekatan dalam program pencegahan kebakaran harus imajinatif dan


benar-benar dipikirkan, misalnya dengan dialog temu muka dengan masyarakat,
karya wisata, audio visual, dsb. Ceramah tentang pencegahan kebakaran oleh
pejabat kehutanan di sekolah-sekolah, lembaga-lembaga kemasyarakatan dsb, yang
didukung sarana ceramah seperti slide dan hiburan-hiburan juga merupakan cara
yang efektif.

Kegiatan penyuluhan harus terorganisasi dengan baik. Ceramah-ceramah


sporadis atau penempatan poster di beberapa tempat tidak akan memadai.
Kegiatan harus terorganisasi melalui suatu program yang tergambar baik, yang
menyentuh aspek-aspek pendidikan masyarakat, kontak masyarakat dan
pemasangan tanda-tanda atau poster-poster dengan maskot kebakaran hutan
nasional (si Pongi). Program pencegahan kebakaran merupakan suatu kegiatan
sepanjang tahun dan tidak boleh ada kesempatan terlepas dalam membina
kesadaran masyarakat maupun perorangan mengenai kebakaran hutan. Secara
singkat, adalah perlu untuk menciptakan opini masyarakat tentang pencegahan
kebakaran hutan.

Peran serta masyarkat dan lembaga swadaya masyarakat setempat dalam


pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan sangat penting. Suatu program
kerjasama di bidang pencegahan dengan bantuan masyarakat menjadi keharusan.

Hal ini dapat dicapai dengan demonstrasi sistem pencegahan, deteksi dini,
komunikasi dan pemadaman kebakaran yang tepat terhadap masyarakat, dan juga
melalui pembentukan regu-regu pemadam dengan struktur dan kewenangan yang
tepat yang terdiri dari masyarakat desa.

Perlu juga dipertimbangkan penerapan sanksi dan penghargaan. Masyarakat


yang berhasil membantu memelihara kawasan hutan dari bahaya kebakaran untuk
suatu jangka waktu tertentu, layak diberi penghargaan.
Demikian pula dengan dilaksanakannya kegiatan dalam program tersebut
yang melibatkan masyarakat, diharapkan masyarakat termotivasi dan lebih peduli
terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan.sebagai suatu alat pendidikan
yang harus digunakan secara arif dan bijaksana.
2.

Praktek Silvikultur

Dalam suatu kawasan hutan bervegetasi campuran atau suatu tanaman


pangan dari berbagai umur, api dari sebuah kebakaran permukaan mungkin dapat
merambat dari semak-semak atau tanaman bawah ke arah tajuk. Pohon-pohon mati
yang menyandar ke pohon lain juga membantu penyebaran api dari kebakaran
permukaan ke kebakaran tajuk. Oleh karena itu perlu diperhatikan praktek
silvikultur yang tepat, misalnya pembersihan berkala, pembuangan pohon-pohon
atau vegetasi mati, merana, atau yang terserang penyakit, guna memutus
rangkaian vertikal bahan bakar. Kegiatan pembalakan harus direncanakan
sedemikian rupa untuk menghindarkan terciptanya celah (pembukaan) yang lebar
yang bisa jadi dimasuki oleh species yang rawan kebakaran dan meningkatkan
resiko kebakaran hutan.
Pembersihan bahan-bahan mudah terbakar sangat perlu untuk mengurangi
resiko kebakaran. Akumulasi serasah harus dihindarkan atau dikurangi untuk
memotong rangkaian bahan bakar. Limbah pembalakan harus dikurangi dan
pemanfaatan limbah tersebut oleh masyarakat mungkin perlu dipertimbangkan. Di
samping itu, kalau layak, bahan-bahan bakar tersebut dimanfaatkan seoptimal
mungkin misalnya untuk chips, kompos dan lain-lain.
Istilah "pembakaran terencana", "pembakaran terkendali" dan sejenisnya
dikaitkan dengan pengendalian kebakaran yang dilakukan di bawah kendali dan
kondisi yang dikehendaki untuk mengurangi bahan bakar di dalam hutan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa "pembakaran terencana" meliputi "pembakaran sisasisa" yang dilakukan di daerah setempat untuk pembersihan lahan maupun
"pembakaran terkendali" di dalam tegakan hutan, menjamin terhindarnya
kerusakan di masa mendatang.
Kegiatan reboisasi dan penghijauan telah mendapat perhatian besar selama
ini. Pemilihan jenis pohon dan konservasinya harus direncanakan secara mantap
dengan memperhatikan kepentingan untuk mengurangi resiko kebakaran hutan.
Kejadian kebakaran hutan sudah umum terjadi di kawasan reboisasi sebagai akibat
kurangnya perhatian mengenai usaha-usaha pencegahan semacam ini. Kawasan-

kawasan yang rawan kebakaran seharusnya dipertimbangkan untuk diadakannya


modifikasi jenis tanaman/bahan bakar untuk mencegah kebakaran. Jenis-jenis
vegetasi yang sangat rawan kebakaran harus dikenali dan apabila digunakan, maka
sistem silvikultur untuk mengurangi tingkat kerawanannya harus diperhatikan
benar-benar. Kalau tidak, lebih baik menggunakan jenis-jenis yang tahan api.
3.

Jalur Hijau dan Jalur Kuning

Jalur hijau dibuat dengan mempergunakan tanaman yang tahan terhadap api
dan tidak menggugurkan daun pada musim kemarau yang berfungsi sebagai sekat
api (sekat bakar) baik dalam petak tanaman, antar petak maupun antara petak
tanaman dengan penggunaan lahan lainnya. Sehingga apabila terjadi kebakaran di
suatu petak api tidak menjalar ke petak-petak lainnya.
Adapun jalur kuning atau sekat bakar/ilaran api dibuat dengan
mengosongkan jalur baik dari tanaman maupun bahan bakar lainnya. Jalur kuning
dapat berupa jalan angkutan atau jalan kontrol. Jalur kuning sangat membantu
dalam pemadaman kebakaran, terutama bila dilakukan bakar balas.
4.

Perbaikan Sistem Pembekalan

Penggembala seringkali menjadi penyebab kebakaran hutan. Tindakantindakan yang diperlukan untuk mencegah kegiatan pembakaran padang
pengembalaan, antara lain sebagai berikut:
a.

Perbaikan sistem peternakan melalui peningkatan

mutu pakan ternak;


b.
Pengembangan jenis-jenis pakan dalam kaitannya
dengan penyediaan pakan yang bervariasi;
c.

Rehabilitasi padang alang-alang.

5. Usahatani Konservasi, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Rakyat


Menyadari bahaya dari eksploitasi hutan alam yang berlebihan, Indonesia
telah menjalankan usaha-usaha pengembangan hutan tanaman dan rehabilitasi
lahan serta daerah aliran sungai yang kritis. Pemerintah telah membuat
kebijaksanaan mengenai Usahatani Konservasi, Hutan Kemasyarakatan dan Hutan
Rakyat untuk mendorong masyarakat perdesaan menanam pohon serba guna, baik
dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan. Dengan adanya ketiga program
tersebut, diharapkan masyarakat dapat berperan serta dalam pembangunan
kehutanan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya serta terpeliharaanya
kelestarian sumber daya hutan.
Demikian pula dengan dilaksanakannya kegiatan dalam program tersebut
yang melibatkan masyarakat, diharapkan masyarakat termotivasi dan lebih peduli
terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

6.

Penegakan Hukum

Peraturan perundangan sangat penting dalam rangka pencegahan kebakaran


hutan. Penegakan disiplin penggunaan api sangat perlu dilakukan, terutama
terhadap mereka yang cenderung melanggar. Masyarakat perlu diberi informasi dan
dididik mengenai aturan-aturan tersebut. Masih terdapat sejumlah kecil kelompok
orang yang karena kepentingannya sendiri cenderung melanggar atau tidak peduli
dengan aturan penggunaan api di tempat-tempat terlarang. Meskipun kelompok ini
kecil, tapi seringkali mereka bisa menggagalkan upaya-upaya pencegah kebakaran.
Oleh karenanya penegakan hukum tetap merupakan jalan satu-satunya untuk
menjamin berhasilnya kegiatan pencegahan yang ditujukan terhadap orang-orang
yang tidak peduli tersebut.
Pengenaan sanksi hukum kadang-kadang dipandang semata-mata sebagai
penghukuman, padahal hal ini dapat menjadi sarana bagi tujuan yang baik. Jika
hukum ditegakkan dan hukuman terhadap si pelanggar diumumkan, kemungkinan
kejadian kebakaran dapat ditekan. Meski penegakan ketentuan hukum merupakan
suatu bagian penting dari pencegahan kebakaran, hal ini sebaiknya dianggap
sebagai suatu alat pendidikan yang harus digunakan secara arif dan bijaksana.
Saat suatu lahan mengalami kebakaran maka, kita harus melakukan sesuatu
agar lahan dan tanah dapat bermanfaat dengan baik. Melakukan suatu pencegahan
sangatlah bermanfaat. Tetapi bagaimana jika sudah terjadi suatu kebakaran, apakah
kita harus diam saja?
Melakukan sesuatu hal agar lahan dan tanah dapat berfungsi dengan semula,
maka perlu diadakannya reboisasi. Reboisasi adalah penanaman kembali hutan
yang telah gundul atau tandus, tidakan reboisasi ini untuk menanami hutan yang
gundul akibat di tebang atau akibat bencana alam. Tujuan dari reboisasi ini yaitu
untuk meningkatkan kualitas hidup makhluk hidup khususnya manusia melalui
kualitas peningkatan sumber daya alam. Dengan kembalinya fungsi hutan maka
dapat menghindarkan lingkungan hidup dari polusi udara, kembalinya ekosistem
dan dengan reboisasi dapat menanggulagi global warming.
Reboisasi hanya dilakukan di hutan atau lahan yang kosong atau gundul,
tentunya hutan yang dimaksud adalah hutan yang telah ditentukan oleh peraturan.
Dengan demikian, membuat hutan yang baru pada area bekas tebang habis, bekas
tebang pilih, lahan gundul ataupun pada lahan kosong lainnya yang terdapat di
dalam kawasan hutan itu termasuk kedalam reboisasi.
Reboisasi sangat erat hubungannya dengan kata penghijauan, dengan
menggalakkan penghijauan maka lingkungan sekitar tempat tinggal akan terasa
lebih sejuk, ketersediaan air tanah akan terjamin dan dapat meningkatnya
kesuburan tanah. selain itu reboisasi juga dapat menurunkan pemanasan global
atau global warming. Bandingkan saja jika pegunungan atau hutan tandus, pinggir
jalan raya tanpa kerindangan pepohonan hijau, tentu saja lingkungan akan terasa
panas, air tanahpun untuk kebutuhan pertanian akan menjadi terbatas, dan juga
akan menimbulkan rusaknya ekosistem hutan yang dihuni oleh berbagai macam
hewan.

Begitu banyak manfaat yang diberikan dari reboisasi. Salah satu cara yang
dapat bermanfaat banyak bagi kehidupan. Manfaat yang akan kita rasakan nanti,
yang akan kita berikan kepada anak, cucu kita nanti.

KESIMPULAN
Lingkungan merupakan tempat tinggal semua makhluk hidup yang
menempatinya. Banyak manusia yang tidak bersyukur akan pemberian tuhan
terhadap lingkungan yang kita punya. Banyak kegiatan manusia yang dapat

merusak lingkungan ini. Salah satunya adalah kebakaran lahan dan hutan.
Kebakaran lahan dan hutan merupakan suatu bencana yang seringnya terjadi
karena ulah manusia. Sebagai manusia melakukan suatu pencegahan, karena
mencegah lebih baik dari segala hal. Pencegahan suatu perbuatan yang dapat
bermanfaat, begitu pula dengan pencegahan kebakaran lahan dan hutan. Tetapi
bagaimana jika kebakaran sudah terjadi. Lahan dan hutan yang awalnya sangat
rimbun dengan banyak pepohonan dengan berbagai macam jenis tanaman. Hilang
seketika dikarenakan suatu bencana yang merugikan seluruh makhluk hidup. Ada
cara agar hutan yang hilang kembali lagi. Meskipun membutuhkan waktu yang
sangat lama untuk kita bisa menikmatinya tetapi setidaknya kelak anak cucu kita
bisa merasakan manfaatnya. Dengan melakukan reboisasi hutan yang awalnya
hilang maka akan tumbuh kembali. Untuk melakukan reboisasi dibutuhkan
kerjasama antara pemrintah dan masyarakat agar bisa dilakukan dengan sebaik
mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Dony. 2012.Pengertian Lahan. (online) dalam http://


pinterdw.blogspot.co.id
/2012/01/pengertian-lahan.html. Diakses 26 Januari
2012.
Tokyo, Atani.2015. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan
dan
Lahan.(online)
dalam http://atanitokyo.blogspot.co.id/2015/10/pedoman- pencegahan-danpengendalian.html. Diakses 18 Oktober 2015.
N., Sora. 2015.Pengertian Reboisasi dan Manfaatnya Yang Didapat. (Online)
dalam
http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-reboisasi-danmanfaatnya-yang- didapat.html. Diakses Juni 2015.

Anda mungkin juga menyukai