Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. BatasanMasalah............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II ISI...................................................................................................................................3
A. Pengenalan Generator Termoeletrik Radioisotop (RTG).................................3
B. Penggunaan Pu-238 pada RTG................................................................................3
C. Prinsip kerja dari RTG................................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses nuklir telah lama dimanfaatkan untuk menghasilkan panas dan
listrik untuk kebutuhan energi. Produksi energi radioisotop diperoleh dari
peluruhan radioisotop melalui penggunaan generator radioisotop. Radioisotop
yang paling umum digunakan adalah emisi alpha dan beta. Salah satu contoh
adalah penggunaan generator termoelektrik radioisotop (RTG). RTG adalah
perangkat yang mengkonversi limbah panas yang dilepaskan oleh proses
peluruhan radioaktif menjadi energi listrik yang sering dipasang pada objek
ruang-terikat yang membutuhkan energi dan struktur jarak jauh lainnya/mesin
yang tidak dapat memperoleh energi secara efisien dengan cara lain. Ini
termasuk satelit, probe, dan mercusuar jarak jauh. Idealnya, RTG dapat
digunakan karena memiliki sistem yang tidak harus dikelola dan diservis
secara terus-menerus, mampu menghasilkan energi surya yang efisien, dapat
beroperasi tanpa bantuan manusia untuk jangka waktu yang lama, dan
meminimalkan interaksi dengan manusia (Salh, 2014).
Generator ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu sistem daya
radioisotop termal dan non-termal. Output dari sistem daya radioisotop nontermal tidak tergantung pada perbedaan suhu tetapi berasal berbagai sumber
seperti: konversi langsung, konversi tidak langsung, dan pengisian langsung
dari baterai nuklir. Sedangkan, output dari sistem daya radioisotop termal
tergantung pada gradien suhu antara sumber panas yang mencakup sumber
radioaktif dan sisi dingin. Selain itu output sistem termal lebih besar dari
output sistem non-termal (Bechtel, 2010).
Sistem ini dimulai dengan general purpose heat source-radioisotope
thermoelectric generators (GPHS-RTG) kemudian multi-mission radioisotope
thermoelectric generators (MM-RTG) and disusul dengan Advanced Stirling
radioisotope power generators (ASRG). Masing-masing dari sistem daya
radioisotop memiliki keunggulan misalnya panjang umur, kepadatan daya

tinggi dan bobot yang lebih ringan dibandingkan dengan sumber daya lainnya
seperti energi surya. Juga, dapat bekerja dengan baik dalam cuaca buruk,
berbagai suhu dan tekanan, suasana padat dan vakum.
B. Batasan Masalah
Hal-hal yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Pengenalan Generator Termoeletrik Radioisotop (RTG)
2. Penggunaan Pu-238 pada RTG
3. Prinsip kerja dari RTG
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan lebih dalam mengenai Generator Termoeletrik
Radioisotop (RTG)
2. Untuk mengetahui penggunaan Pu-238 pada RTG
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dari RTG

BAB II
ISI
A. Pengenalan Generator Termoeletrik Radioisotop (RTG)
Generator termoelektrik radioisotoprik (RTG) adalah sebuah generator
listrik yang menggunakan sebuah termokopel untuk mengkonversi panas
yang dilepaskan oleh peluruhan bahan radioaktif menjadi listrik oleh efek
Seebeck. Generator ini tidak memiliki bagian yang bergerak. RTG terdiri dari
dua elemen utama, yaitu sumber panas yang berisi plutonium-238 yang
berbentuk butiran keramik dan satu set termokopel solid-state yang
mengkonversi energi panas plutonium-238 menjadi listrik. Termokopel
ditempatkan di dinding wadah, dengan ujung luar setiap termokopel
dihubungkan dengan heat sink. Peluruhan dari bahan radioaktif akan
menghasilkan panas dan perbedaan suhu antara bahan bakar dan heat sink
yang memungkinkan termokopel untuk menghasilkan listrik. Gambar 1
adalah gambar cutaway dari RTG modern pola dasar, yang menunjukkan
semua bagian interior RTG (Bechtel, 2010).

Gambar 1. Skema generator termoelektrik radioisotop


B. Penggunaan Pu-238 pada RTG
Pemilihan bahan bakar untuk RTG bukan masalah sepele; ada beberapa
kriteria dari isorop yang dapat digunakan. Bahkan, penelitian awal yang
dilakukan oleh Dr. Bertram Blanke pada pengembangan RTG dievaluasi
3

lebih dari 1300 isotop radioaktif untuk proyek tersebut, tetapi hanya
menemukan bahwa 47 dari isotop yang memiliki karakteristik yang sesuai
(Jiang, 2013).
Karakteristik ini meliputi:
1. Kemampuan untuk menghasilkan energi radiasi tinggi
2. Kecenderungan untuk menghasilkan radiasi panas dari peluruhan
3. Memiliki waktu paruh yang panjang untuk produksi energi yang terus
menerus
4. Rasio energi panas yang besar
Faktor pertama sudah sangat jelas bahwa apa pun isotop yang
digunakan sebagai bahan bakar harus mampu melepaskan energi yang cukup
dalam proses peluruhan dan sebagai sumber energi untuk konversi
termoelektrik. Karakteristik ini tidak mengecualikan banyak isotop, tetapi sifat
berikutnya mampu menghasilkan radiasi panas dari peluruhan merupakan
syarat yang mutlak (Jiang, 2013).
Panas yang berasal dari sebagian besar peluruhan radioaktif terjadi
sebagai akibat dari produk peluruhan yang diserap oleh berbagai bahan dan
menyebabkan gerak atom termal. Untuk perangkat seperti RTG, harus
menghasilkan panas yang efektif terjadi pada skala yang relatif singkat, dalam
batasan dinding perangkat. Energi yang dihasilkan setara dengan energi dari
proses peluruhan. Dengan melihat berbagai jenis peluruhan radioaktif (alpha,
beta, gamma), urutan daya serap radiasi dari terpendek ke terpanjang adalah
alpha, beta, dan kemudian gamma. Ini berarti bahan yang paling bagus
digunakan oleh sebuah RTG, panas yang diperoleh dari peluruhan alpha. Oleh
karena itu, dalam memilih bahan bakar RTG yang tepat harus menemukan
isotop yang hasil peluruhannya disertai dengan radiasi alpha (Wask, 1992).
Kriteria berikutnya, memilih bahan bakar dengan waktu paruh yang
lama. Mengingat bahwa sebagian besar RTG akan digunakan dalam
lingkungan yang terisolasi dengan kehadiran manusia dan dengan demikian
peluang untuk mengisi kembali bahan bakar sangat kecil, sehingga
membutuhkan sebuah isotop yang terus menerus dapat menghasilkan energi
4

untuk jangka waktu yang lama. Tentu saja pemilihan waktu paruh isotop
bervariasi sesuai situasi, tetapi umumnya, isotop yang memiliki waktu paruh
yang lebih lama yang akan dipilih karena dapat menghasilkan energi secara
bertingkat dan berkelanjutan (Alimov, 2005).
Pada perangkat RTG, setiap elemen harus cukup termasuk isi bahan
bakar. Bahkan jika isotop tertentu melewati semua kriteria di atas untuk
pilihan bahan bakar, jika itu membutuhkan jumlah yang banyak agar dapat
menghasilkan energi yang dibutuhkan, maka akan kurang diminati, karena
penggunaan RTG akan digunakan diluar angkasa /aplikasi, sehingga berat dan
efisiensi merupakan faktor yang paling penting.
Berdasarkan semua faktor di atas, isotop yang paling sering digunakan
untuk bahan bakar RTG termasuk Plutonium-238 (Pu-238), Strontium-90 (Sr90), dan Curium-244 (Cm-244) dengan Pu-238 menjadi bahan bakar yang
paling sering digunakan pada RTG. Pu-238 memenuhi semua kriteria bahan bakar
RTG dengan output radiasi yang tinggi, utamanya menghasilkan peluruhan alpha dan

membutuhkan perlindungan rendah, waktu paruh yangsangat panjang, yaitu


sekitar 88 tahun, dan bahan bakar dikemas ke dalam ukuran marshmallow
seperti yang terlihat pada Gambar. 2. isotop lainnya juga dapat berfungsi
sebagai bahan bakar, tetapi memiliki berbagai kerugian dibandingkan dengan
Pu-238 (Abelson, 2005).

Gambar 2. Butir Pu 238

Alpha decay

Ada beberapa alasan mengapa Pu-238 digunakan sebagai bahan bakar


yang paling baik untuk RTG, yaitu waktu paruh yang lama, memiliki emisi
alpha murni (100% meluruh alpha ), kepadatan daya tinggi (panas / volume),
dan daya spesifik tinggi (panas/massa). Plutonium-238 memiliki paruh 87,7
tahun, dan rapat daya 0,54 watt/gram.

238

Pu memiliki persyaratan pelindung

terendah; Hanya tiga calon isotop yang memenuhi kriteria terakhir (tidak
semua tercantum di atas) dan memerlukan kurang dari 2,5 mm pelindung
untuk memblokir radiasi.

238

Pu (yang terbaik dari ketiga isotop) memerlukan

kurang dari 2,5 mm, dan dalam banyak kasus, tidak ada pelindung yang
digunakan dalam

238

Pu RTG.

238

Pu menjadi bahan bakar yang paling banyak

digunakan untuk RTG, dalam bentuk plutonium oksida (PuO 2) karena bentuk
ini memiliki titik leleh yang sangat tinggi dan kelarutan sangat rendah, antara
fitur-fitur lainnya.

238

Pu diproduksi di kemurnian 85% dan kemurniannya

menurun dari waktu ke waktu (Frieden, 2010).

238

Pu

234

U + 5,6 Mev (waktu paruh 87,7 tahun)

238

Pu dibuat ketika target neptunium disinari oleh neutron di laboratorium


atau dengan cara lain.
(

decay

237

238Np
238Pu)
Np + n
Pertama, target ditempatkan di reaktor nuklir, yang memanfaatkan

uranium seperti reaktor air ringan. Selama proses ini kadang-kadang isotop
236

Pu yang diproduksi memancarkan sinar gamma yang membutuhkan

pelindung yang signifikan. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan
memproses ulang bahan bakar yang digunakan dari reaktor nuklir (Salh,
2014).
C. Prinsp Kerja RTG
Dengan memperhatikan kriteria bahan bakar RTG, selanjutnya RTG
juga memerlukan sebuah termokopel. Dimana setelah butiran bahan bakar
isotop dipasang dalam RTG, akan terjadi peluruhan radioaktif dari bahan
bakar tersebut dan menciptakan panas yang dikumpulkan oleh blok distribusi

panas. Blok ini kemudian mengirim panas ke set termokopel yang digunakan
untuk mengkonversi panas menjadi listrik seperti pada gambar 3.
Energy

Lead

conditioning
control
Shielding
Perubahan energi

Bahan bakar
radioisotop
Perpindahan energi
Heat rejection

Gambar 3. Proses konversi energi


Proses ini menerapkan satu prinsip sederhana yang disebut efek
Seebeck, pertama kali ditemukan oleh Thomas Seebeck pada tahun 1821,
yang mengamati bahwa perbedaan suhu antara dua ujung sambungan akan
menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik dan sebaliknya. Jadi, perangkat
dapat dibuat untuk mencapai gradien suhu yang tinggi pada elemen konduktif
listrik, kemudian perbedaan tegangan dapat diinduksi bersama dengan arus
listrik. Ini biasanya membutuhkan penggunaan bahan dengan konduktivitas
termal yang rendah dan konduktivitas termal yang tinggi yang dapat
menghasilkan perbedaan temperatur yang besar antara dua ujung sambungan,
sehingga arus dapat dengan mudah mengalir (Abelson, 2005).
Saat ini, termokopel yang digunakan pada RTG mengandung bahandengan kinerja termoelektrik yang tinggi seperti bismuth telluride (BITE),

=N

lead telluride (PbTe), tellurides mengandung antimon, germanium, dan perak


(TAGS), serta germanium silikon (SiGe). Bahan-bahan ini menyerap panas
yang dihasilkan oleh bahan bakar isotop RTG, membuat gradien suhu yang
drastis besar karena memiliki konduktivitas termal yang rendah, dan
kemudian menghasilkan arus listrik yang dikeluarkan oleh RTG (Abelson,
2005).
Besarnya daya yang dihasilkan dari sumber panas radioisotop sebagai
berikut,
Daya (to)

Tingkat peluruhan
Jadi daya (t) =
Energi yang dilepaskan setiap peluruhan (MeV) = E
No E ln2

Jumlah radioisotop yang tersisa setelah t tahun =

12

12

12

RTG dan reaktor nuklir menggunakan reaksi nuklir yang sangat


berbeda. Reaktor nuklir menggunakan fisi nuklir terkendali. Ketika atom dari
bahan bakar fisi U-235 atau Pu-239 fisi, neutron yang dilepaskan akan
memicu fisi tambahan dalam reaksi berantai pada tingkat yang dapat
dikontrol dengan neutron penyerap. Ini merupakan keuntungan dimana energi

dapat divariaiskan sesuai kebutuhan dan mematikan sepenuhnya untuk


perawatan (Caponiti, 2005).
Reaksi berantai tidak terjadi pada RTG, sehingga panas yang
dihasilkan pada tingkat yang penuh dapat diprediksi dan terus menurun yang
hanya bergantung pada jumlah isotop bahan bakar dan waktu paruh-nya.
Kejutan listrik secara tidak sengaja tidak mungkin terjadi. Di sisi lain, energi
panas tidak dapat divariasikan dengan kebutuhan atau mematikan jika tidak
diperlukan (Caponiti, 2005).

BAB III
PENUTUP
Generator termoelektrik radioisotoprik (RTG) adalah sebuah generator
listrik yang menggunakan sebuah termokopel untuk mengkonversi panas yang
dilepaskan oleh peluruhan bahan radioaktif menjadi listrik. dimana bahan
radiaktof yang digunakan harus memiliki kemampuan untuk menghasilkan energi
radiasi tinggi, menghasilkan radiasi panas dari peluruhan, memiliki waktu paruh
yang panjang untuk produksi energi yang terus menerus, dan rasio energi panas
yang besar. Dari semua bahan radioaktif yang ada plutonium-238 merupakan
bahan yang paling baik digunakan karena memiliki waktu paruh yang lama 87,7
tahun, memiliki emisi alpha murni (100% meluruh alpha ), kepadatan daya tinggi
yaitu 0,54 watt/gram.
Proses terbentuknya energi listrik pada RTG memerlukan sebuah
termokopel. Dimana setelah butiran bahan bakar isotop dipasang dalam RTG,
akan terjadi peluruhan radioaktif dari bahan bakar tersebut dan menciptakan panas
yang dikumpulkan oleh blok distribusi panas. Blok ini kemudian mengirim panas
ke set termokopel yang digunakan untuk mengkonversi panas menjadi listrik.
Proses ini menerapkan satu prinsip sederhana yang disebut efek Seebeck dimana
perbedaan suhu antara dua ujung sambungan akan menyebabkan timbulnya gaya
gerak listrik. Sehingga dengan menggunakan bahan dengan konduktivitas termal
yang rendah dan konduktivitas termal yang tinggi dapat menghasilkan perbedaan
temperatur yang besar antara dua ujung sambungan, sehingga arus dapat dengan
mudah mengalir.

DAFTAR PUSTAKA
Abelson, R. D. 2005. Expanding Frontiers with Standard. California: NASA
Science Mission Directorate.
Alimov, R. 2005. Radioisotope Thermoelectric Generators. Bellonas
Working Paper. 4-1.
Bechtel, R. 2010. Multi-Mission Radioisotope Thermoelectric Generator.
Radioisotope Power Systems Program, 1-2.
Caponiti, A. 2005. Spacecraft Power for New Horizons. Applied
Physics Laboratory, 202-206.
Frieden, T. R. 2010. Toxicological Profile for Plutonium. Georgia: U.S.
Department of Health and Human Services.
Jiang, M. 2013. An Overview of Radioisotope Thermoelectric Generators.
Planetary Science Missions, 24-28.
Salh, H. 2014. Improving the Overall Efficiency of Radioisotope Thermoelectric
Generators. Advances in Energy and Power, 21-26.
Wask, J. M. 1992. Modular Radioisotope Thermoelectric Generator (RTG)
Program. Washington: U.S Department of Energy.

10

Anda mungkin juga menyukai