TBK Prak
TBK Prak
1.2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Semen portland
2. Botol Le Chatelier
3. Kerosin bebas air atau naphta dengan berat jenis 62 API
(American Petroleum Institute)
1.4. Perhitungan
Hitung berat jenis semen portland dengan rumus:
Beratsemen
Berat Jenis =
xd
(V2 V1)
Dimana :
V1 = pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
D = berat isi air pada suhu 40C (1 gram/cm3)
Menurut Samekto dan Rahmadiyanto (2001), berat jenis semen
portland dapat berkisar antara 3.10 sampai 3.30.
1.5.Laporan Pengujian
1.6. Dokumentasi
2.1.Ruang Lingkup
Metode ini mencakup penentuan kandungan bahan organik dalam
agregat halus.
2.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kandungan
organik dalam agregat halus.
2.3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. semen portland
2. Botol Le Chatelier
3. Kerosin bebas air atau naphta dengan berat jenis 62 API
(American Petroleum Institute)
2.4.Kalibrasi Silinder Baja
1. Timbangan berat silinder kosong (W1).
2. Isi silinder dengan air pada suhu kamar dan tutup dengan plat
kaca untuk menghilangkan gelembung udara dan membuang
kelebihan air.
3. Timbang berat air + silinder (W2).
4. Ukur suhu air dan tentukan berat jenisnya (w) berdasarkan
tabel 1.
5. Hitung volume silinder (V) dengan membagi berat air dalam
silinder (W2W1) dengan berat jenis air (w).
Suhu
(0C)
15,6
999.01
18.3
998.54
21.1
997.97
23
997.54
23.9
997.32
26.7
996.59
29.4
995.83
2.5.Pemilihan Sample
= Volume silinder
2.8.Laporan Pengujian
2.8.1. Peralatan :
1. Timbangan dengan ketelitian 50 gram
2. Silinder baja
3. Sekop Kecil
4. Pelat kaca
2.8.3. Perhitungan:
2.8.3.1. Agregat Halus
N
O
PARAMETER
NOTASI
II
III
SATUA
N
Berat silinder
kosong
Berat air +
silinder
Suhu air
(w)
gr/cm3
Volume
silinder
Berat silinder
+ agregat
Berat isi lepas
agregat
Berat isi lepas
agregat ratarata
V = (W2W1)/
w
cm3
W3
gr
5
6
7
8
W1
gr
W2
gr
0C
M =
W1)/V
(W3-
gr/cm3
gr/cm3
PARAMETER
NOTASI
II
III
SATUA
N
Berat silinder
kosong
Berat air +
silinder
Suhu air
(w)
gr/cm3
Volume
silinder
Berat silinder
+ agregat
Berat isi lepas
agregat
Berat isi lepas
agregat ratarata
V = (W2W1)/
w
cm3
W3
gr
5
6
7
8
W1
gr
W2
gr
0C
M =
W1)/V
(W3-
gr/cm3
gr/cm3
2.9.Dokumentasi
3.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat isi lepas
agregat.
3.3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 50 gram
2. Tongkat pemadat berupa besi bulat dengan diameter 16 mm dan
panjang 600 mm
3. Silinder baja
4. Sekop kecil
5. Pelat kaca
26.7
29.4
996.59
995.83
3.5.Pemilihan Sampel
Pilih sampel dengan cara quartering sesuai ASTM C 702
mm
1. Ambil sampel agregat dalam kondisi kering oven (melalui
pemanasan 110 50C selama 24 jam).
2. Sampel agregat dimasukkan kedalam silinder 1/3 bagian
dan dipadatkan dengan cara menumbuk tongkat pemadat
sebanyak 25 kali pada tempat yang berbeda.
3. Masukkan 1/3 bagian lagi dan tumbuk sebanyak 25 kali.
4. Akhirnya masukkan 1/3 bagian lagi dan tumbuk sebanyak
25 kali.
5. Ratakan permukaan agregat dengan mistar.
6. Timbang berat silinder + agregat (W3).
7. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.
3.7. Perhitungan
Hitung berat isi lepas dengan rumus :
M = (W3 W1)/V
Dimana:
M = berat isi lepas agregat
W3 = berat silinder + agregat
W1 = berat silinder
V
= Volume silinder
3.8.Laporan Pengujian
3.8.1.Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 50 gram
2. Batang baja penumbuk
3. Silinder baja
4. Sekop Kecil
5. Pelat kaca 3.8.2. Bahan Uji
1. Agregat halus dan kasar dalam kondisi kering oven
2. Air
3.8.3.Perhitungan
3.8.3.1.Agregat Halus
N
O
PARAMETER
NOTASI
II
III
SATUA
N
Berat silinder
kosong
Berat air +
silinder
Suhu air
(w)
gr/cm3
Volume
silinder
Berat silinder
+ agregat
Berat isi
lepas agregat
V = (W2
W1)/ w
cm3
W3
gr
M=
(W3W1)/V
gr/cm3
5
6
7
W1
gr
W2
gr
0C
Berat isi
lepas agregat
ratarata
gr/cm3
3.8.3.2.Agregat Halus
N
O
PARAMETER
NOTASI
II
III
SATUA
N
Berat silinder
kosong
Berat air +
silinder
Suhu air
(w)
gr/cm3
Volume
silinder
Berat silinder
+ agregat
Berat isi
lepas agregat
Berat isi
lepas agregat
ratarata
V = (W2
W1)/ w
cm3
W3
gr
M=
(W3W1)/V
gr/cm3
5
6
7
8
W1
gr
W2
gr
0C
gr/cm3
3.9. Dokumentasi
4.KANDUNGAN ORGANIK AGREGAT HALUS (ASTM C40)
4.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kandungan
organik dalam agregat halus.
4.3. Peralatan
1. Gelas ukur kapasitas 500 ML
2. Sodium Hydroxide (NaOH) 3% dilarutkan dalam air.
3. Potassium dichromate (K2Cr2O7) 0,25 gram dilarutkan dalam 100
ml asam sulfur sebagai warna referensi
4.4.Pemilihan Sample
4.6.Laporan Pengujian
4.6.1.Peralatan :
1. Gelas ukur kapasitas 500 ML
2. Sodium Hydroxide (NaOH) 3% dilarutkan dalam air.
3. Potassium dichromate (K2Cr2O7) 0,25 gram dilarutkan
dalam 100 ml asam sulfur sebagai warna referensi
4.6.2.
Uji 1.
halus
Bahan
Agregat
4.6.3.
Perhitungan:
NO
1
Parameter
Warna
larutan
Notasi
-
4.7.
Kesimpulan
4.8.
Dokumentasi
II
II
Satuan
-
10
5.2. Peralatan
5.2.1. Kadar Lumpur (Berdasarkan
5.3.Pemilihan Sampel
Pilih sampel dengan cara quartering sesuai ASTM C 702.
11
5.5. Perhitungan
Hitung kadar lumpur dengan rumus :
Kadar lumpur = (A B) x 100%/A
Dimana A, B sesuai dengan yang dijelaskan pada butir 4.1 dan 4.2.
5.6.Laporan Pengujian
5.6.1.Kadar Lumpur Agregat Halus (Berdasarkan
Berat)
5.6.1.1.Peralatan
6. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
7. Oven
5.6.1.3.Perhitungan
N
O
1
2
3
4
5
PARAMETER
NOTASI
Berat container
Berat container +
Agregat kering +
lumpur
W1
SATUA
N
gr
W2
gr
Berat agregat
kering + lumpur
Berat container +
agregat kering
Berat agregat
A = W2
W1
W3
B = W3 -
II
III
gr
gr
gr
12
kering
W1
Kadar lumpur
Kadar lumpur
ratarata
(A
B)*100/A
%
%
Volume)
5.6.2.1.Peralatan
1. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
2. Oven
5.6.2.3.Perhitungan
N
O
1
2
3
4
PARAMETER
Volume agregat +
lumpur
Volume Agregat
Kadar lumpur
NOTASI
A
B
(A
B)*100/A
II
III
SATUA
N
ml
ml
%
5.7. Kesimpulan
5.8. Dokumentasi
6.KADAR AIR AGREGAT HALUS
6.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan kadar air agregat halus yaitu
perbandingan berat air terhadap berat kering butir agregat halus.
6.2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan denga ketelitian 0,1 gram
2. Oven
13
6.3.Pemilihan Sampel
Pilih sampel dengan cara quartering sesuai ASTM C 702 sebanyak 1000
gram atau lebih.
6.5. Perhitungan
Hitung kadar air dengan rumus :
Kadar air = (A B) x
100%/A Dimana :
A = Berat Agregat halus dalam kondisi asli
B = Berat agregat halus dalam kondisi kering.
6.6.Laporan Pengujian
6.6.1.Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian
0,1 gram
2. Oven
6.6.2.Bahan Uji
Agregat halus dalam kondisi kering oven
NO
1
2
3
4
6.6.3.Perhitungan
PARAMETER
Berat container
Berat container +
Agregat
Berat agregat
Berat container +
agregat kering
NOTASI
II
III
W1
SATUA
N
Gr
W2
Gr
A = W 2 W1
Gr
W3
Gr
14
5
6
7
Berat agregat
kering
Kadar air
Kadar air rata-rata
B = W 3 - W1
Gr
(A B)*100/A
%
%
6.7. Dokumentasi
7.BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (ASTM
C 128)
7.1. Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan bulk dan apparent specific grafity,
dan persentase penyerapan agregat halus. Pengujian ini dilakukan
terhadap agregat halus yang telah direndam dalam air selama 24 jam.
7.2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
3. Timbangan denga ketelitian 0,1 gram
4. gelas ukur kapasitas 500 cm3
5. Kerucut besi
6. Penumbuk logam
7.3.Pemilihan Sampel
1. Pilih sampel seberat 1 kg dengan cara quartering sesuai dengan
ASTM C 702
2. Keringkan sampel melalui pemanasan 110 50C selama 24 jam.
3. Rendam sampel selama 24 4 jam.
4. Buang air dan sebarkan agregat halus diatas lantai
(sebelumnya dilapisi koran). Kemudian angin-anginkan sampel
sampai mencapai kondisi Saturated Surface Dry (SSD). Untuk
mengetahui apakah sample sudah mencapai kondisi SSD: isi
kerucut dengan agregat halus sampai penuh. Padatkan agregat
dengan menjatuhkan penumbuk logam dari ketinggian 5 mm
diatas agregat sebanyak 25 kali. Angkat kerucut. Jika agregat
turun sedikit, kondisi surface dry tercapai. Jika agregat tetap
berbebtuk kerucut, maka agregat masih terlalu basah/lembab
dan harus diangin-anginkan lagi.
15
7.5. Perhitungan
1. Hitung bulk specific gravity dengan rumus:
Bulk sp gr = A/(B+S-C) Dimana:
A = berat sampel kondisi oven
B = berat gelas ukur + air
S = berat sampel kondisi saturated surface dry
C = berat gelas ukur + agregat + air
2. Hitung bulk specific grafity (SSD) dengan
rumus Bulk sp gr (SSD) = S / (B+S-C)
3. Hitung apparent specific grafity dengan
rumus Apparent sp gr = A / (B + - C)
4. Hitung persentase penyerapan (absorption)
dengan rumus:
Absorption, % = [(A A)/A] x 100
16
7.6.Laporan Pengujian
7.6.1.Peralatan
1. Timbangan denga ketelitian 0,1 gram
2. gelas ukur kapasitas 500 cm3
3. Kerucut besi
4. Penumbuk logam
7.6.2.Bahan Uji
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
N
O
1
2
3
4
W1
SATUA
N
gr
W2
gr
A = W2
W1
S
B
gr
gr
gr
gr
A/(B+S-C)
S/(B+S-C)
A/(B+A-C)
(SA)*100/A
7.6.4.Nilai Rata-rata
PARAMETER
Bulk Specific Gravity
Bulk Specific gravity
(SSD)
Apparent specific
grafity
% absorption
NOTASI
II
III
SATUAN
7.7. Dokumentasi
17
8.2. Peralatan
Alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
2. Ayakan
3. Mesin pengayak
4. Oven
8.3.Pemilihan Sampel
Pilih sample denan cara quartering sesuai dengan ASTM C 702
sedemikian sehingga berat minimum sample setelah dikeringkan
didalam oven adalah 300 gram.
18
Ukuran bukaan
ayakan,
mm
50
37.5
25
19
12.5
9.5
4.75
Berat maksimum
tertahan, kg
3.6
2.7
1.8
1.4
0.89
0.67
0.33
8.5. Perhitungan
1. Hitung persentase lolos, total persentase tertahan dan
persentase tertahan untuk masing-masing ukuran ayakan (lihat
tabel perhitungan).
2. Gambarkan kurva hubungan antara % kumulatif lolos dan ukuran
ayakan.
3. Hitung fineness modulus dengan menjumlahkan persentase
komulatif tertahan untuk ukuran ayakan berikut ini dengan 100 :
150 m (no 100), 300 m (No 50), 600 m (N0 30) 1.18 mm (no
16) 2.36 mm (no 8), 4.75 mm
(No 4), 9.5 mm (3/8 in), 19 mm (3/4 in) 37.5 mm (1 in) dan
seterusnya
(ukuran ayakan bertambah besar dengan rasio 2:1)
4. Menurut Gambhir (1995), angka fineness modulus sebaiknya
bekisar antara
2.0 hingga 3.5.
5. Menurut peraturan beton bertulang indonesia NI-2 (1971),
analisis ayakan untuk agregat halus harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
a. % tertahan pada ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat
b. % tertahan pada ayakan 1 mm harus minimum 10% berat
c. % tertahan pada ayakan 0.25 mm harus bekisar antara
80% dan 95% berat
8.6.Laporan Pengujian
8.6.1.Peralatan :
1. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
19
2. Ayakan
3. Mesin pengayak
4. Oven
8.6.2.
Uji 1.
halus
Bahan
Agregat
8.6.3.
Perhitungan:
NO
1
2
3
PARAMETER
Berat agregat
halus awal
Berat agregat
halus akir
% hilang
Ukur
an
Saring
an
(mm)
3/8
9.5
4
4.75
8
2.36
16
1.18
30
0.6
80
0.2
100
0.15
Pan
Jumlah
No
Sarin
gan
8.7.
NOTASI
II
II
SATUAN
gr
gr
(AB)*100/A
B erat tertahan
(gram)
Ratar
ata
I
II
III
Kesimpulan 8.8.
%
% Komulatif
%
Terta
han
Terta
han
Lol
os
Dokumentasi
9.2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram
2. ayakan
3. mesin pengayak
4. oven
20
9.3.Pemilihan Sampel
1. Pilih sampel dengan cara quartering sesuai dengan ASTM C 702.
2. Berat minimum sampel ditentukan sebagai berikut:
Ukuran maksimum
Berat minimum sampel,
bukaan ayakan , mm
kg
9.5
1
12.5
2
19
5
25
10
37.5
15
50
20
63
35
75
60
90
100
100
150
125
300
21
25
19
12.5
9.5
4.75
9. lakukan pengujian sebanyak 3 kali
1.8
1.4
0.89
0.67
0.33
9.5. Perhitungan
1. Hitung persentase lolos, total persentase tertahan dan
persentase tertahan untuk masing masing ukuran ayakan (lihat
tabel perhitungan).
2. Gambarkan kurva hubungan antara % kumulatif lolos dan ukuran
ayakan.
3. Hitung finess modulus dengan menjumlahkan persentase
kumulatif tertahan untuk ukuran ayakan berikut dan dibagi
dengan 100 : 150 m (No. 100), 300 m (No. 50), 600 m (No.
30), 1.18 mm (N0. 16), 2.36 mm (No. 8), 4.75 mm
(No.4), 9.5 mm (3/8 in), 19 mm (3/4 in), 37.5 mm (1 in) dan
seterusnya (ukuran ayakan bertambah besar dengan rasio 2 :
1).
4. Menurut Gambhir (1995), angka finess modulus sebaiknya
berkisar antara
5.5 hingga 8.0.
5. Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 (1971),
analisis ayakan untuk agregat halus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. % tertahan pada ayakan 31.5 mm harus 0% berat
b. % tertahan pada ayakan 4 mm harus berkisar antara 90%
dan 98% berat.
c. Selisih antara kumulatif tertahan pada 2 ukuran ayakan
yang berurutan adalah maksimum 60% dan minimum
10% berat.
9.6.Laporan Pengujian
9.6.1.Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram
22
2. ayakan
3. mesin pengayak
4. oven
9.6.2.Bahan Uji
Agregat kasar
N
o
1
2
3
9.6.3.Perhitungan
Parameter
Notasi
Berat agregat
halus awal
Berat agregat
halus akhir
% hilang
No
Saring
an
Ukuran
Saring
an
III
Satuan
gr
gr
(AB)*100/A
Berat Tertahan
(gram)
II
II
III
Rat
a
rata
%
%
Tertaha
n
% Komulatif
Tertaha
n
Lolos
1
37.5
1
25
19
12.5
3/8
9.5
4
4.75
8
2.36
Pan
Jumlah
9.7.
Kesimpulan 9.8.
Dokumentasi
23
10.2.Definisi
1. Penyerapan (absorption)
Bertambahnya berat agregat akibat adanya air didalam agregat,
tetapi tidak mencakup air yang melekat pada permukaan luar
partikel. Penyerapan dinyatakan sebagai persentase dari berat
kering. Agregat dianggap kering setelah dikeringkan dalam
oven pada suhu 110 50C selama 24 jam.
2. Berat Jenis (Specific Gravity)
Rasio antara berat satu unit volume dari bagian agregat yang
impermeable dengan berat air suling bebas udara pada volume
yang sama diukur pada suhu tertentu.
3. Bulk Specific Gravity
Berat suatu unit volume agregat (termasuk rongga permeable
dan impermeable didalam partikel, tetapi tidak termasuk rongga
antar partikel) dengan berat air suling bebas udara pada volume
yang sama diukur pada suhu tertentu.
4. Bulk specific Gravity (SSD)
Rasio antara berat satu unit volume agregat, termasuk berat air
didalam rongga yang diukur setelah agregat direndam air
selama 24 jam (tetapi tidak termasuk rongga antar partikel)
dengan berat air suling bebas udara pada volume yang sama
diukur pada suhu tertentu.
24
10.3.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram
2. keranjang kawat dengan kapasitas 4 7 liter untuk agregat
dengan ukuran maksimum 37.5 mm
3. Tangki air
4. ayakan no 4 (4.75 mm)
10.4.Pemilihan Sampel
1. Pilih sampel dengan cara splitter sesuai dengan ASTM C 702.
gunakan sampel yang tertahan pada ayakan no 4 (4.75 mm) dan
sampel dicuci. Catat ukuran maksimum agregat.
2. Berat minimum sampel yang dapat diuji ditunjukkan pada tabel
1 sesuai dengan ukuran maksimum agregat.
Tabel 10.1. Berat Sampel Minimum
12.5
Berat
minimum
(kg)
2
19
25
37.5
50
63
12
75
18
90
25
100
40
112
50
125
75
150
125
Ukuran maksimum
agregat (mm)
10.5.Prosedur Uji
1. Ambil sampel agregat dalam kondisi kering oven (melalui
pemanasan pada suhu 110 50C selama 24 jam).
2. Dinginkan sampel pada suhu kamar selama 1 sampai 3 jam
sampai suhu agregat turun menjadi sekitar 50 0C.
3. Rendam agregat didalam air selama 24 4 jam.
25
10.6.Perhitungan
1. Hitung bulk specific gravity (SSD)
dengan rumus Bulk sp gr = A/(B C)
Dimana :
A = Berat sampel kondisi kering oven
B = berat sampel kondisi saturated surface-dry.
C = berat sampel didalam air
2. Hitung bulk specific gravity (SSD) Bulk
sp gr (SSD) = B/(B C)
3. Hitung apparent Specific Gravity dengan
rumus: Apparent sp gr = A /(A-C)
4. Hitung persentase penyerapan
(absorption) dengan rumus:
Absorption, % = [(B A)/A] x 100.
10.7.Laporan Pengujian
10.7.1. Peralatan :
1. timbangan dengan ketelitian 0.5 gram
2. Keranjang kawat dengan kapasitas 4 sampai 7 liter untuk
agregat dengan ukuran maksimum 37.5 mm.
3. tangki air
4. ayakan no 4 (4.75 mm)
26
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
NO
1
2
10.7.3. Perhitungan:
PARAMETER
NOTASI
Berat container
Berat container +
Agregat kering
Berat kering
agregat
Berat agregat
(SSD)
Berat agregat
didalam air
Bulk specific
gravity
Bulk specific
gravity (SSD)
Apparent specific
gravity
% absorption
II
W1
SATUA
N
gr
W2
gr
A = W2
W1
B
gr
gr
gr
A/(B-C)
B/(B-C)
A/(A-C)
(BA)*100/A
PARAMETER
NOTAS
I
Bulk Specific Gravity
Bulk Specific gravity
(SSD)
Apparent specific grafity
% absorption
%
I
II
3
4
10.8.Dokumentasi
11. DAYA
KECIL
TAHAN
III
AGREGAT KASAR
III
SATUAN
BERUKURAN
27
11.2.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Bola baja 11 buah masing-masing berdiameter 46.8 mm dan
berat antara 390 dan 445 gram. Total berat bola baja 4584 25
gram.
4. Mesin Los Angeles
11.3.Prosedur Uji
1. Pilih sampel dengan cara splitter sesuai dengan ASTM C 702.
2. Ayak agregat kasar dengan ayakan 12.5 mm (1/2 in) dan 9.5 mm
(3/8 in.) dan ambil contoh agregat yang tertahan pada masingmasing ayakan seberat 2500 10 gram.
3. Cuci dan keringkan sampel melalui pemanasan oven 110 5 0C
selama 24 jam. Timbang berat agregat awal (A)
4. Sampel agregat dijadikan satu dan dimasukkan kedalam mesin
los angeles beserta bola baja. Kemudian putar mesin dengan
kecepatan 30 sampai 33
putaran/menit sebanyak 500 putaran.
5. keluarkan sampel agregat dari mesin dan ayak dengan ayakan
1.7 mm (no 12)
6. Cuci agregat yang tertahan pada ayakan 1.7 mm (no 12) dan
keringkan didalam oven pada suhu 110 5 0C selama 24 jam.
7. timbang berat agregat akhir (B).
28
11.4.
Hitung % pembubukan dengan
rumus : % pembubukan = (A B) x 100/A Dimana:
A = berat agregat mula-mula
B = berat agregat akhir
11.5.Laporan Pengujian
11.5.1. Peralatan
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Bola baja 11 buah masing-masing berdiameter 46.8 mm
dan berat antara 390 dan 445 gram. Total berat bola baja
4584 25 gram.
4. Mesin Los Angeles
11.5.2. Bahan Uji
Agregat kasar berukuran lebih kecil dari 37.5 mm
11.5.3. Perhitungan
N
Parameter
o
1
Berat agregat
awal
2
Berat agregat
akhir
3
% pembubukan
Notasi
Satua
n
gr
gr
(A-B)*100/A
11.6.Dokumentasi
12. DAYA TAHAN
BESAR
AGREGAT KASAR
BERUKURAN
29
Perhitungan
12.2.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Bola baja 12 buah masing-masing berdiameter 47 mm dan berat
antara 390 dan 445 gram. Total berat bola baja 5000 25 gram.
4. Mesin Los Angeles
12.3.Prosedur Uji
1. Pilih sampel dengan cara splitter sesuai dengan ASTM C 702.
2. Ayak agregat kasar dengan ayakan 25 mm (1 in) dan 19 mm
(3/4 in.) dan ambil contoh agregat yang tertahan pada masingmasing ayakan seberat 5000 10 gram.
3. Cuci dan keringkan sampel melalui pemanasan oven 110 5 0C
selama 24
jam. Timbang berat agregat awal (A)
4. Sampel agregat dijadikan satu dan dimasukkan kedalam mesin
los angeles
beserta bola baja. Kemudian putar mesin dengan kecepatan 30
sampai 33
putaran/menit sebanyak 1000 putaran.
5. keluarkan sampel agregat dari mesin dan ayak dengan ayakan
1.7 mm (no 12)
6. Cuci agregat yang tertahan pada ayakan 1.7 mm (no 12) dan
keringkan didalam oven pada suhu 110 5 0C selama 24 jam.
7. timbang berat agregat akhir (B).
12.4.
Hitung % pembubukan dengan
rumus % pembubukan = (A B) x 100/A Dimana:
A = berat agregat mula-mula
B = berat agregat akhir
30
12.5.Laporan Pengujian
12.5.1. Peralatan
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Bola baja 12 buah masing-masing berdiameter 47 mm
dan berat antara 390 dan 445 gram. Total berat bola baja
5000 25 gram.
4. Mesin Los Angeles
12.5.3. Perhitungan
N
Parameter
o
1
Berat agregat
awal
2
Berat agregat
akhir
3
% pembubukan
Notasi
Satua
n
gr
gr
(A-B)*100/A
12.6.Dokumentasi
13. PERHITUNGAN MIX DESAIN & PENGECORAN SAMPLE
BETON DENGAN KUAT RENCANA ?? MPa
13.1.Ruang Lingkup
Tata cara ini meliputi persyaratan umum dan persyaratan teknis
perencanaan proporsi campuran beton untuk digunakan sebagai salah
satu acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam merencanakan
proporsi campuran beton tanpa menggunakan bahan tambah untuk
menghasilkan mutu beton sesuai dengan rencana.
13.2.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Mixer
2. Timbangan
3. Silinder 15 x 30 cm
31
Perhitungan
4. Kubus 15 x 15 cm
5. Palu karet
6. Slump cone test
13.3.Prosedur Uji
1. Hitung jumlah bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan SNI
03-28341993.
2. Timbang bahan-bahan yang diperlukan sejumlah hasil
perhitungan.
3. Campur semua bahan dalam mixer sampai tercampur rata.
4. Tes slump adukan dengan menggunakan slump cone test.
5. Tuang adukan kedalam cetakan (silider dan kubus) yang
sebelumnya telah dibersihkan dan diolesi oli.
6. Setelah 24 jam, lepaskan beton yang telah mengering dari
cetakan untuk selanjutnya masuk ke tahap curing.
13.4.
Hitung jumlah masing masing bahan yang dibutuhkan sesuai dengan
SNI 03-28341993, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tentukan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan fcr = fc + 1,64
Sr dimana:
Sr = deviasi standar
rencana fc = kuat
rencana
32
Dimana:
Wf = jumlah air bebas agregat halus
Wc = jumlah air bebas agregat kasar
33
Perhitungan
7. Tentukan jumlah persentase agregat halus dan kasar yang
diperlukan
34
13.5.Laporan Pengujian
13.5.1. Peralatan
1. Mixer
2. Timbangan
3. Silinder 15 x 30 cm
4. Kubus 15 x 15 cm
5. Palu karet
6. Slump cone test
13.5.3. Perhitungan
1. Tentukan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan
Kuat rencana =
jumlah
persentase agregat
halus
Lihat grafik
Persen agregat halus =
Persen agregat kasar =
8. Tentukan berat jenis relatif agregat (kering permukaan)
9. Tentukan berat isi beton
Lihat grafik, berat isi beton adalah
10.Tentukan jumlah agregat halus dan kasar yang diperlukan
a. Kadar agregat gabungan =
b. Kadar agregat halus =
c. Kadar agregat kasar =
Dokumentasi
36
14.
PENGARUH
KONDISI
CURING
DAN
UMUR
BETON
14.2.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Concrete compresion test machine
2. Karung basah
14.3.Prosedur Uji
1. Beton yang telah dibiarkan mengering selama 24 jam dilepaskan
dari cetakan.
2. Tutup beton dengan karung basah.
3. Basahi karung setiap hari agar laju pengeringan beton terjaga.
4. Uji kekuatan beton dengan concrete compresion test machine
pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari.
14.4.Laporan Pengujian
14.4.1. Peralatan
1. Concrete compresion test machine
2. Karung basah
14.4.2. Bahan Uji
Beton berumur 7, 14, 21 dan 28 hari.
14.4.3. Perhitungan
14.4.3.1.Hari ke 7
Samp
el
Aduka
n
Berat
(Kg)
Kuat Tekan
(KN)
Kuat Tekan
(MPa)
Kuat Tekan
Kuat Tekan
14.4.3.2.Hari ke 14
Samp
Aduka
Berat
37
el
(Kg)
(KN)
(MPa)
Kuat Tekan
(KN)
Kuat Tekan
(MPa)
Kuat Tekan
(KN)
Kuat Tekan
(MPa)
14.4.3.3.Hari ke 21
Samp
el
Aduka
n
Berat
(Kg)
14.1.1.1.Hari ke 28
Samp
el
Aduka
n
Berat
(Kg)
Dokumentasi
38