Anda di halaman 1dari 38

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

1.BERAT JENIS SEMEN PORTLAND


1.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis semen portland, yaitu
perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan
berat isi kering air suling pada suhu 4 0C yang isinya sama dengan isi
semen.

1.2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Semen portland
2. Botol Le Chatelier
3. Kerosin bebas air atau naphta dengan berat jenis 62 API
(American Petroleum Institute)

1.3. Prosedur Uji


1. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naphta sampai skala 0
dan 1, bagian dalam botol diatas permukaan cairan harus
dikeringkan.
2. Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu konstan dalam
waktu yang cukup untuk menghindarkan variasi suhu botol lebih
besar dari 0.2 0C.
3. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca
skala pada botol
(V1).
4. masukkan semen portland sebanyak 64 gram sedikit demi
sedikit kedalam botol. Jangan sampai terjadi ada semen yang
menmpel pada dinding dalam botol diatas cairan.
5. Putar botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai
gelembung udara tidak muncul pada permukaan cairan.
6. Ulangi pekerjaan pada langkah 2. setelah suhu air sama dengan
suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V 2).
7. Lakukan pengujian sebanyak 2 kali. Selisih yang diijinkan adalah
0.01.

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

1.4. Perhitungan
Hitung berat jenis semen portland dengan rumus:

Beratsemen
Berat Jenis =

xd

(V2 V1)
Dimana :
V1 = pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
D = berat isi air pada suhu 40C (1 gram/cm3)
Menurut Samekto dan Rahmadiyanto (2001), berat jenis semen
portland dapat berkisar antara 3.10 sampai 3.30.

1.5.Laporan Pengujian

1.6. Dokumentasi

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

2.BERAT ISI LEPAS AGREGAT (ASTM C 29/C29M)

2.1.Ruang Lingkup
Metode ini mencakup penentuan kandungan bahan organik dalam
agregat halus.

2.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kandungan
organik dalam agregat halus.

2.3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. semen portland
2. Botol Le Chatelier
3. Kerosin bebas air atau naphta dengan berat jenis 62 API
(American Petroleum Institute)
2.4.Kalibrasi Silinder Baja
1. Timbangan berat silinder kosong (W1).
2. Isi silinder dengan air pada suhu kamar dan tutup dengan plat
kaca untuk menghilangkan gelembung udara dan membuang
kelebihan air.
3. Timbang berat air + silinder (W2).
4. Ukur suhu air dan tentukan berat jenisnya (w) berdasarkan
tabel 1.
5. Hitung volume silinder (V) dengan membagi berat air dalam
silinder (W2W1) dengan berat jenis air (w).

Suhu
(0C)

Berat Jenis air,


(w)
(kg/m3)

15,6

999.01

18.3

998.54

21.1

997.97

23

997.54

23.9

997.32

26.7

996.59

29.4

995.83

2.5.Pemilihan Sample

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

Pilih sampel dengan cara quartering sesuai ASTM C 702

2.6. Prosedur Uji


1. Ambil sampel agregat dalam kondisi kering oven (melalui
pemanasan
110 50C selama 24 jam)
2. Isi silinder baja dengan sekop kecil sampai agregat tumpah
dengan ketinggian tumpahan tidak lebih dari 50 mm diatas
ujung silinder baja.
3. Ratakan permukaan agregat dengan mistar.
4. Timbang berat silinder + agregat (W3)
5. Lakukan Pengujian sebanyak 3 kali.
2.7. Perhitungan
Hitung berat isi lepas dengan rumus :
M = (W3 W1)/V
Dimana:
M = berat isi lepas agregat
W3 = berat silinder + agregat
W1 = berat silinder
V

= Volume silinder

2.8.Laporan Pengujian
2.8.1. Peralatan :
1. Timbangan dengan ketelitian 50 gram
2. Silinder baja
3. Sekop Kecil
4. Pelat kaca

2.8.2. Bahan Uji


1. Agregat halus dan kasar dalam kondisi kering oven
2. Air

2.8.3. Perhitungan:
2.8.3.1. Agregat Halus

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

N
O

PARAMETER

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

NOTASI

II

III

SATUA
N

Berat silinder
kosong
Berat air +
silinder

Suhu air

Berat jenis sir

(w)

gr/cm3

Volume
silinder
Berat silinder
+ agregat
Berat isi lepas
agregat
Berat isi lepas
agregat ratarata

V = (W2W1)/
w

cm3

W3

gr

5
6
7
8

W1

gr

W2

gr
0C

M =
W1)/V

(W3-

gr/cm3
gr/cm3

2.8.3.2. Agregat Kasar


N
O

PARAMETER

NOTASI

II

III

SATUA
N

Berat silinder
kosong
Berat air +
silinder

Suhu air

Berat jenis sir

(w)

gr/cm3

Volume
silinder
Berat silinder
+ agregat
Berat isi lepas
agregat
Berat isi lepas
agregat ratarata

V = (W2W1)/
w

cm3

W3

gr

5
6
7
8

W1

gr

W2

gr
0C

M =
W1)/V

(W3-

gr/cm3
gr/cm3

2.9.Dokumentasi

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

3.BERAT ISI PADAT AGREGAT (ASTM C 29/C 29M)


3.1.Ruang Lingkup
Metode ini mencakup penentuan berat isi lepas agregat halus, agregat
kasar atau agregat campuran. Metode ini berlaku untuk agregat
dengan ukuran maksimum 150 mm.

3.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat isi lepas
agregat.

3.3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 50 gram
2. Tongkat pemadat berupa besi bulat dengan diameter 16 mm dan
panjang 600 mm
3. Silinder baja
4. Sekop kecil
5. Pelat kaca

3.4.Kalibrasi Silinder Baja


1. Timbangan berat silinder kosong (W1).
2. Isi silinder dengan air pada suhu kamar dan tutup dengan plat
kaca untuk menghilangkan gelembung udara dan membuang
kelebihan air.
3. Timbang berat air + silinder (W2).
4. Ukur suhu air dan tentukan berat jenisnya (w) berdasarkan
tabel 1.
5. Hitung volume silinder (V) dengan membagi berat air dalam
silinder (W2W1) dengan berat jenis air (w).
Suhu
Berat Jenis air, (w)
(kg/m3)
(0C)
15,6
999.01
18.3
998.54
21.1
997.97
23.0
997.54
23.9
997.32

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

26.7
29.4

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

996.59
995.83

3.5.Pemilihan Sampel
Pilih sampel dengan cara quartering sesuai ASTM C 702

3.6. Prosedur Uji


3.6.1.Untuk agregat dengan ukuran maksimum 37.5

mm
1. Ambil sampel agregat dalam kondisi kering oven (melalui
pemanasan 110 50C selama 24 jam).
2. Sampel agregat dimasukkan kedalam silinder 1/3 bagian
dan dipadatkan dengan cara menumbuk tongkat pemadat
sebanyak 25 kali pada tempat yang berbeda.
3. Masukkan 1/3 bagian lagi dan tumbuk sebanyak 25 kali.
4. Akhirnya masukkan 1/3 bagian lagi dan tumbuk sebanyak
25 kali.
5. Ratakan permukaan agregat dengan mistar.
6. Timbang berat silinder + agregat (W3).
7. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.

3.6.2. Untuk agregat dengan ukuran lebih besar dari

37.5 mm dan kurang dari 150 mm


1. Ambil sampel agregat dalam kondisi kering oven (melalui
pemanasan 110 50C selama 24 jam).
2. Sampel agregat dimasukkan kedalam silinder 1/3 bagian.
3. Sampel dipadatkan dengan cara meletakkan silinder
diatas lantai, kemudian menaikkan salah satu sisinya dan
jatuhkan silinder 50 kali, 25 kali untuk masing-masing sisi.
4. Padatkan sampel dengan menjatuhkan silinder 50 kali, 25
kali untuk masing-masing sisi.
5. Masukkan 1/3 bagian lagi dan padatkan dengan cara yang
sama.
6. Akhirnya masukkan 1/3 bagian lagi dan dipadatkan juga
dengan cara yang sama.
7. Ratakan permukaan dengan mistar.

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

8. Timbang berat silinder + agregat (W3).


9. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.

3.7. Perhitungan
Hitung berat isi lepas dengan rumus :
M = (W3 W1)/V
Dimana:
M = berat isi lepas agregat
W3 = berat silinder + agregat
W1 = berat silinder
V

= Volume silinder

3.8.Laporan Pengujian
3.8.1.Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 50 gram
2. Batang baja penumbuk
3. Silinder baja
4. Sekop Kecil
5. Pelat kaca 3.8.2. Bahan Uji
1. Agregat halus dan kasar dalam kondisi kering oven
2. Air
3.8.3.Perhitungan

3.8.3.1.Agregat Halus
N
O

PARAMETER

NOTASI

II

III

SATUA
N

Berat silinder
kosong
Berat air +
silinder

Suhu air

Berat jenis sir

(w)

gr/cm3

Volume
silinder
Berat silinder
+ agregat
Berat isi
lepas agregat

V = (W2
W1)/ w

cm3

W3

gr

M=
(W3W1)/V

gr/cm3

5
6
7

W1

gr

W2

gr
0C

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

Berat isi
lepas agregat
ratarata

gr/cm3

3.8.3.2.Agregat Halus
N
O

PARAMETER

NOTASI

II

III

SATUA
N

Berat silinder
kosong
Berat air +
silinder

Suhu air

Berat jenis sir

(w)

gr/cm3

Volume
silinder
Berat silinder
+ agregat
Berat isi
lepas agregat
Berat isi
lepas agregat
ratarata

V = (W2
W1)/ w

cm3

W3

gr

M=
(W3W1)/V

gr/cm3

5
6
7
8

W1

gr

W2

gr
0C

gr/cm3

3.9. Dokumentasi
4.KANDUNGAN ORGANIK AGREGAT HALUS (ASTM C40)

4.1. Ruang Lingkup


Metode ini mencakup penentuan berat isi lepas agregat halus, agregat
kasar atau agregat campuran. Metode ini berlaku untuk agregat
dengan ukuran maksimum 150 mm.

4.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kandungan
organik dalam agregat halus.

4.3. Peralatan
1. Gelas ukur kapasitas 500 ML
2. Sodium Hydroxide (NaOH) 3% dilarutkan dalam air.
3. Potassium dichromate (K2Cr2O7) 0,25 gram dilarutkan dalam 100
ml asam sulfur sebagai warna referensi

4.4.Pemilihan Sample

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

Pilih sampel dengan cara quartering sesuai dengan ASTM C 702


sebanyak 130 ml.

4.5. Prosedur Uji


1. Masukkan sampel agregat kedalam gelas ukur.
2. Tuangkan larutan NaOH kedalam gelas ukur sehingga volume
agregat halus dan NaOH menjadi 200 ml
3. Aduk larutan tersebut selama 10 menit dan diamkan selama 24
jam.
4. Siapkan K2Cr2O7 yang dilarutkan dalam asam sulfur sebanyak 75
ml, paling cepat
22 jam setelah prosedur uji no. 3 disiapkan
5. Bandingkan warna larutan NaOH + agregat halus dengan larutan
K2Cr2O7. catat apakah warnanya lebih muda, lebih tua, atau
sama. Jika warna larutan NaOH + agregat halus lebih tua
dibanding dengan larutan referensi, agregat halus dianggap
memiliki kandungan organik yang berbahaya untuk campuran
beton.
6. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali

4.6.Laporan Pengujian
4.6.1.Peralatan :
1. Gelas ukur kapasitas 500 ML
2. Sodium Hydroxide (NaOH) 3% dilarutkan dalam air.
3. Potassium dichromate (K2Cr2O7) 0,25 gram dilarutkan
dalam 100 ml asam sulfur sebagai warna referensi
4.6.2.
Uji 1.
halus

Bahan
Agregat
4.6.3.

Perhitungan:
NO
1

Parameter
Warna
larutan

Notasi
-

4.7.

Kesimpulan

4.8.

Dokumentasi

II

II

Satuan
-

10

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

5.KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS


5.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan kadar lumpur agregat halus,
dimana menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 (1971),
kadar lumpur agregat halus tidak melampaui 5%.

5.2. Peralatan
5.2.1. Kadar Lumpur (Berdasarkan

Berat) Alat-alat yang digunakan adalah:


1. Timbangan denga ketelitian 0,1 gram
2. Oven

5.2.2.Kadar Lumpur (Berdasarkan Volume)


Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Gelas ukur Kapasitas 1000 ml
2. Oven

5.3.Pemilihan Sampel
Pilih sampel dengan cara quartering sesuai ASTM C 702.

5.4. Prosedur Uji


5.4.1.Kadar Lumpur (Berdasarkan Berat)
1. Ambil agregat halus yang telah dikeringkan melalui
pemanasan oven dengan suhu 110 50C selama 24 jam
lalu ditimbang (A).
2. Cuci bersih hingga lumpurnya hilang semua, lalu
dimasukan kedalam oven dengan suhu 110 50C selama
24 jam.
3. Timbang agregat yang telah dicuci bersih (B)
4. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.

11

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

5.4.2.Untuk Kadar Lumpur (Berdasarkan Volume)


1. Ambil agregat halus 250 ml dan masukkan kedalam gelas
ukur, lalu diisi air hingga menjadi 500 ml.
2. Mulut gelas ditutup dengan telapak tangan, lalu gelas
ukur dibolakbalik.
3. Diamkan selama 24 jam.
4. Baca pada gelas ukur tersebut volume pasir + lumpur (A).
juga baca Volume pasir (B)
5. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.

5.5. Perhitungan
Hitung kadar lumpur dengan rumus :
Kadar lumpur = (A B) x 100%/A
Dimana A, B sesuai dengan yang dijelaskan pada butir 4.1 dan 4.2.

5.6.Laporan Pengujian
5.6.1.Kadar Lumpur Agregat Halus (Berdasarkan

Berat)
5.6.1.1.Peralatan
6. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
7. Oven

5.6.1.2. Bahan Uji


Agregat halus dalam kondisi kering oven

5.6.1.3.Perhitungan
N
O
1
2
3
4
5

PARAMETER

NOTASI

Berat container
Berat container +
Agregat kering +
lumpur

W1

SATUA
N
gr

W2

gr

Berat agregat
kering + lumpur
Berat container +
agregat kering
Berat agregat

A = W2
W1
W3
B = W3 -

II

III

gr
gr
gr

12

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

kering

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

W1

Kadar lumpur

Kadar lumpur
ratarata

(A
B)*100/A

%
%

5.6.2.Kadar Lumpur Agregat Halus (Berdasarkan

Volume)
5.6.2.1.Peralatan
1. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
2. Oven

5.6.2.2. Bahan Uji


Agregat halus dalam kondisi kering oven

5.6.2.3.Perhitungan
N
O
1
2
3
4

PARAMETER
Volume agregat +
lumpur
Volume Agregat
Kadar lumpur

NOTASI

A
B
(A
B)*100/A

II

III

SATUA
N
ml
ml
%

Kadar lumpur ratarata

5.7. Kesimpulan
5.8. Dokumentasi
6.KADAR AIR AGREGAT HALUS
6.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan kadar air agregat halus yaitu
perbandingan berat air terhadap berat kering butir agregat halus.

6.2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan denga ketelitian 0,1 gram
2. Oven

13

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

6.3.Pemilihan Sampel
Pilih sampel dengan cara quartering sesuai ASTM C 702 sebanyak 1000
gram atau lebih.

6.4. Prosedur Uji


1. Timbang berat container kosong (W1).
2. Timbang verat container + sampel agregat halus (W 2).
3. Keringkan sampel agregat halus tersebut dalam oven melalui
pemanasan 110 5 0C selama 24 jam.
4. Timbang kembali container + sampel agregat halus tersebut
(W3).
5. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.

6.5. Perhitungan
Hitung kadar air dengan rumus :
Kadar air = (A B) x
100%/A Dimana :
A = Berat Agregat halus dalam kondisi asli
B = Berat agregat halus dalam kondisi kering.

6.6.Laporan Pengujian
6.6.1.Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian
0,1 gram
2. Oven
6.6.2.Bahan Uji
Agregat halus dalam kondisi kering oven

NO
1
2
3
4

6.6.3.Perhitungan
PARAMETER
Berat container
Berat container +
Agregat
Berat agregat
Berat container +
agregat kering

NOTASI

II

III

W1

SATUA
N
Gr

W2

Gr

A = W 2 W1

Gr

W3

Gr

14

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

5
6
7

Berat agregat
kering
Kadar air
Kadar air rata-rata

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

B = W 3 - W1

Gr

(A B)*100/A

%
%

6.7. Dokumentasi
7.BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (ASTM
C 128)
7.1. Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan bulk dan apparent specific grafity,
dan persentase penyerapan agregat halus. Pengujian ini dilakukan
terhadap agregat halus yang telah direndam dalam air selama 24 jam.

7.2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
3. Timbangan denga ketelitian 0,1 gram
4. gelas ukur kapasitas 500 cm3
5. Kerucut besi
6. Penumbuk logam

7.3.Pemilihan Sampel
1. Pilih sampel seberat 1 kg dengan cara quartering sesuai dengan
ASTM C 702
2. Keringkan sampel melalui pemanasan 110 50C selama 24 jam.
3. Rendam sampel selama 24 4 jam.
4. Buang air dan sebarkan agregat halus diatas lantai
(sebelumnya dilapisi koran). Kemudian angin-anginkan sampel
sampai mencapai kondisi Saturated Surface Dry (SSD). Untuk
mengetahui apakah sample sudah mencapai kondisi SSD: isi
kerucut dengan agregat halus sampai penuh. Padatkan agregat
dengan menjatuhkan penumbuk logam dari ketinggian 5 mm
diatas agregat sebanyak 25 kali. Angkat kerucut. Jika agregat
turun sedikit, kondisi surface dry tercapai. Jika agregat tetap
berbebtuk kerucut, maka agregat masih terlalu basah/lembab
dan harus diangin-anginkan lagi.

15

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

5. Ambil sample agregat yang sudah dalam kondisi SSD seberat


500 10 gram
(S).

7.4. Prosedur Uji


1. Isi sebagian gelas ukur dengan air. Kemudian tuangkan agregat
dan tambahkan air sampai 90% kapasitas gelas ukur tercapai.
Aduk gelas ukur untuk menghilangkan gelembung udara selama
15 20 menit. Rendam gelas ukur didalam air hingga suhu
larutan agregat mencapai 23 1.7 0C.
Tambahkan air sampai batas kalibrasi.
2. Timbang berat gelas ukur + agregat + air (C).
3. Tuangkan agregat halus kedalam container dan masukkan
kedalam oven dan kerngkan selama 24 jam pada suhu 110
50C.
4. Dinginkan agregat pada suhu kamar selama 1 1.5 jam.
Timbang berat agregat (A).
5. Timbang berat gelas ukur yang diisi dengan air (dengan suhu 23
1.70C) sampai batas kalibrasi (B).
6. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.

7.5. Perhitungan
1. Hitung bulk specific gravity dengan rumus:
Bulk sp gr = A/(B+S-C) Dimana:
A = berat sampel kondisi oven
B = berat gelas ukur + air
S = berat sampel kondisi saturated surface dry
C = berat gelas ukur + agregat + air
2. Hitung bulk specific grafity (SSD) dengan
rumus Bulk sp gr (SSD) = S / (B+S-C)
3. Hitung apparent specific grafity dengan
rumus Apparent sp gr = A / (B + - C)
4. Hitung persentase penyerapan (absorption)
dengan rumus:
Absorption, % = [(A A)/A] x 100

16

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

7.6.Laporan Pengujian
7.6.1.Peralatan
1. Timbangan denga ketelitian 0,1 gram
2. gelas ukur kapasitas 500 cm3
3. Kerucut besi
4. Penumbuk logam
7.6.2.Bahan Uji

N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
N
O
1
2
3
4

Agregat halus dalam kondisi (SSD) saturated


surface dry 7.6.3.
Perhitungan
Parameter
Notasi
I
II
III
Berat Container
Berat Container +
agregat kering
Berat agregat
kering
Berat agregat SSD
Berat gelas ukur
+ air
Berat gelas ukur
+ agregat + air
Bulk Specific
gravity
Bulk specific
gravity (SSD)
Apparent specific
gravity
% absorption

W1

SATUA
N
gr

W2

gr

A = W2
W1
S
B

gr
gr
gr

gr

A/(B+S-C)
S/(B+S-C)
A/(B+A-C)
(SA)*100/A

7.6.4.Nilai Rata-rata
PARAMETER
Bulk Specific Gravity
Bulk Specific gravity
(SSD)
Apparent specific
grafity
% absorption

NOTASI

II

III

SATUAN

7.7. Dokumentasi

17

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

8.SIEVE ANALYSIS AGREGAT HALUS (ASTM C 136)


8.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan distribusi ukuran butiran agregat
halus melalui proses pengayakan.

8.2. Peralatan
Alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
2. Ayakan
3. Mesin pengayak
4. Oven
8.3.Pemilihan Sampel
Pilih sample denan cara quartering sesuai dengan ASTM C 702
sedemikian sehingga berat minimum sample setelah dikeringkan
didalam oven adalah 300 gram.

8.4. Prosedur Uji


1. Ambil sample agregat dalam kondisi kering oven (melalui
pemanasan 110 50C selama 24 jam) dan timbang beratnya
(A).
2. Susun ayakan dengan ukuran bukaan ayakan terbesar terletak
paling atas dan yang terbawah diakiri dengan pan.
3. Masukkan sample agregat pada ayakan paling atas, diamkan
selama 1 menit.
4. Getarkan mesin pengayak selama 6 menit, kemudian diamkan
selama 1 menit untuk mengendapkan debu dalam saringan.
5. Keluarkan sampel agregat dari masing masing ayakan dan
timbang beratnya
6. Timbang berat total sampel setelah pengujian (B).
7. Hitung persentase (A-B)*100/A. Persentasenya harus 0.3%.
jika > 0.3%, pengujian harus diulang.
8. Berat maksimum agregat tertahan yang diijinkan untuk masingmasing ukuran ayakan ditujukan pada tabel 1.
9. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.
Tabel 7.1. Berat maksimum agregat tertahan yang diijinkan.

18

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Ukuran bukaan
ayakan,
mm
50
37.5
25
19
12.5
9.5
4.75

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

Berat maksimum
tertahan, kg
3.6
2.7
1.8
1.4
0.89
0.67
0.33

8.5. Perhitungan
1. Hitung persentase lolos, total persentase tertahan dan
persentase tertahan untuk masing-masing ukuran ayakan (lihat
tabel perhitungan).
2. Gambarkan kurva hubungan antara % kumulatif lolos dan ukuran
ayakan.
3. Hitung fineness modulus dengan menjumlahkan persentase
komulatif tertahan untuk ukuran ayakan berikut ini dengan 100 :
150 m (no 100), 300 m (No 50), 600 m (N0 30) 1.18 mm (no
16) 2.36 mm (no 8), 4.75 mm
(No 4), 9.5 mm (3/8 in), 19 mm (3/4 in) 37.5 mm (1 in) dan
seterusnya
(ukuran ayakan bertambah besar dengan rasio 2:1)
4. Menurut Gambhir (1995), angka fineness modulus sebaiknya
bekisar antara
2.0 hingga 3.5.
5. Menurut peraturan beton bertulang indonesia NI-2 (1971),
analisis ayakan untuk agregat halus harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
a. % tertahan pada ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat
b. % tertahan pada ayakan 1 mm harus minimum 10% berat
c. % tertahan pada ayakan 0.25 mm harus bekisar antara
80% dan 95% berat

8.6.Laporan Pengujian
8.6.1.Peralatan :
1. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram

19

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

2. Ayakan
3. Mesin pengayak
4. Oven
8.6.2.
Uji 1.
halus

Bahan
Agregat
8.6.3.

Perhitungan:
NO
1
2
3

PARAMETER
Berat agregat
halus awal
Berat agregat
halus akir
% hilang

Ukur
an
Saring
an
(mm)
3/8
9.5
4
4.75
8
2.36
16
1.18
30
0.6
80
0.2
100
0.15
Pan
Jumlah

No
Sarin
gan

8.7.

NOTASI

II

II

SATUAN

gr

gr

(AB)*100/A
B erat tertahan
(gram)
Ratar
ata
I
II
III

Kesimpulan 8.8.

%
% Komulatif
%
Terta
han

Terta
han

Lol
os

Dokumentasi

9.SIEVE ANALYSIS AGREGAT KASAR (ASTM C 136)


9.1. Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan distribusi ukuran butiran agregat
kasar melalui proses pengayakan.

9.2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram
2. ayakan
3. mesin pengayak
4. oven

20

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

9.3.Pemilihan Sampel
1. Pilih sampel dengan cara quartering sesuai dengan ASTM C 702.
2. Berat minimum sampel ditentukan sebagai berikut:
Ukuran maksimum
Berat minimum sampel,
bukaan ayakan , mm
kg
9.5
1
12.5
2
19
5
25
10
37.5
15
50
20
63
35
75
60
90
100
100
150
125
300

9.4. Prosedur Uji


1. Ambil sampel agregat dalam kondisi kering oven (melalui
pemanasan 110
0C selama 24 jam) dan ditimbang beratnya (A)
2. Susunan ayakan dengan ukuran bukaan ayakan terbesar terletak
paling atas dan yang terbawah diakiri dengan pan.
3. masukkan sampel agregat kedalam ayakan paling atas diamkan
selama 1 menit
4. getarkan mesin pengayak selama 6 menit, kemudian diamkan
selama 1 menit untuk mengendapkan debu dalam saringan
5. keluarkan sampel agregat dari masing-masing ayakan dan
timbanga beratnya.
6. timbang total berat sampel setelah pengujian (B)
7. Hitung prosentase (A-B)*100/A. persentasenya harus 0.3%.
jika > 0.3%, pengujianya harus diulang.
8. Berat maksimum agregat tertahan yang diijinkan untuk masingmasing ukuran ayakan ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1 Berat maksimum agregat tertahan yang diijinkan
Ukuran bukaan
Berat maksimum
ayakan, mm
tertahan, kg
50
3.6
37.5
2.7

21

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

25
19
12.5
9.5
4.75
9. lakukan pengujian sebanyak 3 kali

1.8
1.4
0.89
0.67
0.33

9.5. Perhitungan
1. Hitung persentase lolos, total persentase tertahan dan
persentase tertahan untuk masing masing ukuran ayakan (lihat
tabel perhitungan).
2. Gambarkan kurva hubungan antara % kumulatif lolos dan ukuran
ayakan.
3. Hitung finess modulus dengan menjumlahkan persentase
kumulatif tertahan untuk ukuran ayakan berikut dan dibagi
dengan 100 : 150 m (No. 100), 300 m (No. 50), 600 m (No.
30), 1.18 mm (N0. 16), 2.36 mm (No. 8), 4.75 mm
(No.4), 9.5 mm (3/8 in), 19 mm (3/4 in), 37.5 mm (1 in) dan
seterusnya (ukuran ayakan bertambah besar dengan rasio 2 :
1).
4. Menurut Gambhir (1995), angka finess modulus sebaiknya
berkisar antara
5.5 hingga 8.0.
5. Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 (1971),
analisis ayakan untuk agregat halus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. % tertahan pada ayakan 31.5 mm harus 0% berat
b. % tertahan pada ayakan 4 mm harus berkisar antara 90%
dan 98% berat.
c. Selisih antara kumulatif tertahan pada 2 ukuran ayakan
yang berurutan adalah maksimum 60% dan minimum
10% berat.

9.6.Laporan Pengujian
9.6.1.Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram

22

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

2. ayakan
3. mesin pengayak
4. oven
9.6.2.Bahan Uji
Agregat kasar
N
o
1
2
3

9.6.3.Perhitungan
Parameter
Notasi
Berat agregat
halus awal
Berat agregat
halus akhir
% hilang

No
Saring
an

Ukuran
Saring
an

III

Satuan

gr

gr

(AB)*100/A
Berat Tertahan
(gram)

II

II

III

Rat
a
rata

%
%
Tertaha
n

% Komulatif

Tertaha
n

Lolos

1
37.5
1
25

19

12.5
3/8
9.5
4
4.75
8
2.36
Pan
Jumlah

9.7.

Kesimpulan 9.8.

Dokumentasi

23

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

10. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR


(ASTM C 127)
10.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) dan
penyerapan (absorption) agregat kasar. Berat jenis dapat dinyatakan
sebagai bulk specific gravity. Pengujian bulk specific gravity (SSD) dan
penyerapan dilakukan terhadap agregat kasar yang telah direndam
dalam air selama 24 jam. Pengujian ini tidak berlaku untuk agregat
ringan (light weight aggregates).

10.2.Definisi
1. Penyerapan (absorption)
Bertambahnya berat agregat akibat adanya air didalam agregat,
tetapi tidak mencakup air yang melekat pada permukaan luar
partikel. Penyerapan dinyatakan sebagai persentase dari berat
kering. Agregat dianggap kering setelah dikeringkan dalam
oven pada suhu 110 50C selama 24 jam.
2. Berat Jenis (Specific Gravity)
Rasio antara berat satu unit volume dari bagian agregat yang
impermeable dengan berat air suling bebas udara pada volume
yang sama diukur pada suhu tertentu.
3. Bulk Specific Gravity
Berat suatu unit volume agregat (termasuk rongga permeable
dan impermeable didalam partikel, tetapi tidak termasuk rongga
antar partikel) dengan berat air suling bebas udara pada volume
yang sama diukur pada suhu tertentu.
4. Bulk specific Gravity (SSD)
Rasio antara berat satu unit volume agregat, termasuk berat air
didalam rongga yang diukur setelah agregat direndam air
selama 24 jam (tetapi tidak termasuk rongga antar partikel)
dengan berat air suling bebas udara pada volume yang sama
diukur pada suhu tertentu.

24

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

10.3.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram
2. keranjang kawat dengan kapasitas 4 7 liter untuk agregat
dengan ukuran maksimum 37.5 mm
3. Tangki air
4. ayakan no 4 (4.75 mm)

10.4.Pemilihan Sampel
1. Pilih sampel dengan cara splitter sesuai dengan ASTM C 702.
gunakan sampel yang tertahan pada ayakan no 4 (4.75 mm) dan
sampel dicuci. Catat ukuran maksimum agregat.
2. Berat minimum sampel yang dapat diuji ditunjukkan pada tabel
1 sesuai dengan ukuran maksimum agregat.
Tabel 10.1. Berat Sampel Minimum

12.5

Berat
minimum
(kg)
2

19

25

37.5

50

63

12

75

18

90

25

100

40

112

50

125

75

150

125

Ukuran maksimum
agregat (mm)

10.5.Prosedur Uji
1. Ambil sampel agregat dalam kondisi kering oven (melalui
pemanasan pada suhu 110 50C selama 24 jam).
2. Dinginkan sampel pada suhu kamar selama 1 sampai 3 jam
sampai suhu agregat turun menjadi sekitar 50 0C.
3. Rendam agregat didalam air selama 24 4 jam.

25

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

4. keluarkan sampel dari air dan gulung dengan menggunakan kain


yang bisa menyerap air sampai seluruh lapisan tipis air yang
masih dapat dilihat dengan dengan mata telanjang hilang. Lap
agregat dengan ukuran yang lebihbesar satu per satu. Kipas bisa
digunakan didalam proses pengeringan ini. Catat berat sampel
dalam kondisi saturated surface-dry ini (B).
5. Masukkan sampel kedalam keranjang kawat dan tentukan
beratnya didalam air (C) pada suhu 23 1.7 0C.
6. Keringkan sampel didalam oven pada suhu110 5 0C, dinginkan
pada suhu kamar selama 1 sampai 3 jam, atau sampai suhu
agregat turun menjadi sekitar 500+ C. Kemudiantimbang berat
agregat (A).
7. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali.

10.6.Perhitungan
1. Hitung bulk specific gravity (SSD)
dengan rumus Bulk sp gr = A/(B C)
Dimana :
A = Berat sampel kondisi kering oven
B = berat sampel kondisi saturated surface-dry.
C = berat sampel didalam air
2. Hitung bulk specific gravity (SSD) Bulk
sp gr (SSD) = B/(B C)
3. Hitung apparent Specific Gravity dengan
rumus: Apparent sp gr = A /(A-C)
4. Hitung persentase penyerapan
(absorption) dengan rumus:
Absorption, % = [(B A)/A] x 100.
10.7.Laporan Pengujian
10.7.1. Peralatan :
1. timbangan dengan ketelitian 0.5 gram
2. Keranjang kawat dengan kapasitas 4 sampai 7 liter untuk
agregat dengan ukuran maksimum 37.5 mm.
3. tangki air
4. ayakan no 4 (4.75 mm)

26

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

10.7.2. Bahan Uji


1. Agregat kasar dalam kondisi (SSD) Saturated-surface-dry

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
NO
1
2

10.7.3. Perhitungan:
PARAMETER
NOTASI
Berat container
Berat container +
Agregat kering
Berat kering
agregat
Berat agregat
(SSD)
Berat agregat
didalam air
Bulk specific
gravity
Bulk specific
gravity (SSD)
Apparent specific
gravity
% absorption

II

W1

SATUA
N
gr

W2

gr

A = W2
W1
B

gr
gr

gr

A/(B-C)
B/(B-C)
A/(A-C)

(BA)*100/A
PARAMETER
NOTAS
I
Bulk Specific Gravity
Bulk Specific gravity
(SSD)
Apparent specific grafity
% absorption

%
I

II

3
4
10.8.Dokumentasi

11. DAYA
KECIL

TAHAN

III

AGREGAT KASAR

III

SATUAN

BERUKURAN

TERHADAP PEMBUBUKAN DENGAN MESIN

LOS ANGELES (ASTM C 131)


11.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup prosedur pengujian daya tahan agregat kasar
berukuran lebih kecil dari 37.5 mm dengan mesin los angeles, dimana
menurut peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 (1971) %
pembubukan harus 50%

27

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

11.2.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Bola baja 11 buah masing-masing berdiameter 46.8 mm dan
berat antara 390 dan 445 gram. Total berat bola baja 4584 25
gram.
4. Mesin Los Angeles

11.3.Prosedur Uji
1. Pilih sampel dengan cara splitter sesuai dengan ASTM C 702.
2. Ayak agregat kasar dengan ayakan 12.5 mm (1/2 in) dan 9.5 mm
(3/8 in.) dan ambil contoh agregat yang tertahan pada masingmasing ayakan seberat 2500 10 gram.
3. Cuci dan keringkan sampel melalui pemanasan oven 110 5 0C
selama 24 jam. Timbang berat agregat awal (A)
4. Sampel agregat dijadikan satu dan dimasukkan kedalam mesin
los angeles beserta bola baja. Kemudian putar mesin dengan
kecepatan 30 sampai 33
putaran/menit sebanyak 500 putaran.
5. keluarkan sampel agregat dari mesin dan ayak dengan ayakan
1.7 mm (no 12)
6. Cuci agregat yang tertahan pada ayakan 1.7 mm (no 12) dan
keringkan didalam oven pada suhu 110 5 0C selama 24 jam.
7. timbang berat agregat akhir (B).

28

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

11.4.
Hitung % pembubukan dengan
rumus : % pembubukan = (A B) x 100/A Dimana:
A = berat agregat mula-mula
B = berat agregat akhir

11.5.Laporan Pengujian
11.5.1. Peralatan
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Bola baja 11 buah masing-masing berdiameter 46.8 mm
dan berat antara 390 dan 445 gram. Total berat bola baja
4584 25 gram.
4. Mesin Los Angeles
11.5.2. Bahan Uji
Agregat kasar berukuran lebih kecil dari 37.5 mm
11.5.3. Perhitungan
N
Parameter
o
1
Berat agregat
awal
2
Berat agregat
akhir
3
% pembubukan

Notasi

Satua
n
gr

gr

(A-B)*100/A

11.6.Dokumentasi
12. DAYA TAHAN
BESAR

AGREGAT KASAR

BERUKURAN

TERHADAP PEMBUBUKAN DENGAN MESIN

LOS ANGELES (ASTM C 535)


12.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup prosedur pengujian daya tahan agregat kasar
berukuran lebih besar dari 37.5 mm dengan mesin los angeles, dimana
menurut peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 (1971) %
pembubukan harus 50%.

29

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

Perhitungan
12.2.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Bola baja 12 buah masing-masing berdiameter 47 mm dan berat
antara 390 dan 445 gram. Total berat bola baja 5000 25 gram.
4. Mesin Los Angeles

12.3.Prosedur Uji
1. Pilih sampel dengan cara splitter sesuai dengan ASTM C 702.
2. Ayak agregat kasar dengan ayakan 25 mm (1 in) dan 19 mm
(3/4 in.) dan ambil contoh agregat yang tertahan pada masingmasing ayakan seberat 5000 10 gram.
3. Cuci dan keringkan sampel melalui pemanasan oven 110 5 0C
selama 24
jam. Timbang berat agregat awal (A)
4. Sampel agregat dijadikan satu dan dimasukkan kedalam mesin
los angeles
beserta bola baja. Kemudian putar mesin dengan kecepatan 30
sampai 33
putaran/menit sebanyak 1000 putaran.
5. keluarkan sampel agregat dari mesin dan ayak dengan ayakan
1.7 mm (no 12)
6. Cuci agregat yang tertahan pada ayakan 1.7 mm (no 12) dan
keringkan didalam oven pada suhu 110 5 0C selama 24 jam.
7. timbang berat agregat akhir (B).

12.4.
Hitung % pembubukan dengan
rumus % pembubukan = (A B) x 100/A Dimana:
A = berat agregat mula-mula
B = berat agregat akhir

30

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

12.5.Laporan Pengujian
12.5.1. Peralatan
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Bola baja 12 buah masing-masing berdiameter 47 mm
dan berat antara 390 dan 445 gram. Total berat bola baja
5000 25 gram.
4. Mesin Los Angeles

12.5.2. Bahan Uji


Agregat kasar berukuran lebih besar dari 19 mm

12.5.3. Perhitungan
N
Parameter
o
1
Berat agregat
awal
2
Berat agregat
akhir
3
% pembubukan

Notasi

Satua
n
gr

gr

(A-B)*100/A

12.6.Dokumentasi
13. PERHITUNGAN MIX DESAIN & PENGECORAN SAMPLE
BETON DENGAN KUAT RENCANA ?? MPa
13.1.Ruang Lingkup
Tata cara ini meliputi persyaratan umum dan persyaratan teknis
perencanaan proporsi campuran beton untuk digunakan sebagai salah
satu acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam merencanakan
proporsi campuran beton tanpa menggunakan bahan tambah untuk
menghasilkan mutu beton sesuai dengan rencana.

13.2.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Mixer
2. Timbangan
3. Silinder 15 x 30 cm

31

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

Perhitungan
4. Kubus 15 x 15 cm
5. Palu karet
6. Slump cone test

13.3.Prosedur Uji
1. Hitung jumlah bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan SNI
03-28341993.
2. Timbang bahan-bahan yang diperlukan sejumlah hasil
perhitungan.
3. Campur semua bahan dalam mixer sampai tercampur rata.
4. Tes slump adukan dengan menggunakan slump cone test.
5. Tuang adukan kedalam cetakan (silider dan kubus) yang
sebelumnya telah dibersihkan dan diolesi oli.
6. Setelah 24 jam, lepaskan beton yang telah mengering dari
cetakan untuk selanjutnya masuk ke tahap curing.

13.4.
Hitung jumlah masing masing bahan yang dibutuhkan sesuai dengan
SNI 03-28341993, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tentukan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan fcr = fc + 1,64
Sr dimana:
Sr = deviasi standar
rencana fc = kuat
rencana

32

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

2. Tentukan rasio air semen

3. Tentukan slump yang diinginkan


4. Tentukan ukuran agregat maksimum yang digunakan
5. Tentukan kadar air bebas

Dimana:
Wf = jumlah air bebas agregat halus
Wc = jumlah air bebas agregat kasar

6. Tentukan jumlah semen yang diperlukan


Jumlah semen = kadar air bebas/ rasio air semen

33

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

Perhitungan
7. Tentukan jumlah persentase agregat halus dan kasar yang
diperlukan

34

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

8. Tentukan berat jenis relatif agregat (kering permukaan)


(Bj,ag) = (presentase agregat halus) x (berat jenis agregat halus) +
(persentase agregat kasar) x (berat jenis
agregat kasar) 9.

Tentukan berat isi beton

10. Tentukan jumlah agregat halus dan kasar yang diperlukan

13.5.Laporan Pengujian
13.5.1. Peralatan
1. Mixer
2. Timbangan
3. Silinder 15 x 30 cm
4. Kubus 15 x 15 cm
5. Palu karet
6. Slump cone test

13.5.2. Bahan Uji


Semen Portland, agregat kasar, agregat halus, air.
35

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

13.5.3. Perhitungan
1. Tentukan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan

Kuat rencana =

Standar deviasi (volume beton dibawah 1000 m3


diambil standar deviasi yang baik) =

kuat tekan rata-rata yang ditargetkan fcr = fc + 1,64


Sr

2. Tentukan rasio air semen

fcr = ?? MPa pada hari ke 28

Tipe semen yang digunakan =

Lihat grafik, rasio air semen =

3. Tentukan slump yang diinginkan


Slump yang diinginkan =
4. Tentukan ukuran agregat maksimum yang digunakan
Ukuran agregat maksimum =
5. Tentukan kadar air bebas
6. Tentukan jumlah semen yang diperlukan Jumlah semen =
7. Tentukan
dan

jumlah

persentase agregat

halus

kasar yang diperlukan

Lihat grafik
Persen agregat halus =
Persen agregat kasar =
8. Tentukan berat jenis relatif agregat (kering permukaan)
9. Tentukan berat isi beton
Lihat grafik, berat isi beton adalah
10.Tentukan jumlah agregat halus dan kasar yang diperlukan
a. Kadar agregat gabungan =
b. Kadar agregat halus =
c. Kadar agregat kasar =

13.6. Kesimpulan 13.7.

Dokumentasi

36

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

14.

PENGARUH

KONDISI

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

CURING

DAN

UMUR

BETON

TERHADAP KEKUATAN BETON


14.1.Ruang Lingkup
Pengujian ini mencakup penentuan pengaruh kondisi curing dan umur
beton terhadap kekuatan beton.

14.2.Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah:
1. Concrete compresion test machine
2. Karung basah

14.3.Prosedur Uji
1. Beton yang telah dibiarkan mengering selama 24 jam dilepaskan
dari cetakan.
2. Tutup beton dengan karung basah.
3. Basahi karung setiap hari agar laju pengeringan beton terjaga.
4. Uji kekuatan beton dengan concrete compresion test machine
pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari.

14.4.Laporan Pengujian
14.4.1. Peralatan
1. Concrete compresion test machine
2. Karung basah
14.4.2. Bahan Uji
Beton berumur 7, 14, 21 dan 28 hari.
14.4.3. Perhitungan

14.4.3.1.Hari ke 7
Samp
el

Aduka
n

Berat
(Kg)

Kuat Tekan
(KN)

Kuat Tekan
(MPa)

Kuat Tekan

Kuat Tekan

14.4.3.2.Hari ke 14
Samp

Aduka

Berat

37

Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi

el

(Kg)

Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra

(KN)

(MPa)

Kuat Tekan
(KN)

Kuat Tekan
(MPa)

Kuat Tekan
(KN)

Kuat Tekan
(MPa)

14.4.3.3.Hari ke 21
Samp
el

Aduka
n

Berat
(Kg)

14.1.1.1.Hari ke 28
Samp
el

Aduka
n

Berat
(Kg)

14.1. Kesimpulan 14.2.

Dokumentasi

38

Anda mungkin juga menyukai