Anda di halaman 1dari 36

1 | Al Husna 2016.

| Cintailah Istanamu

CINTAILAH ISTANAMU

2 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

Cintailah Istanamu
Untuk kalangan Santri Assalam sendiri
Hak Cipta @ 2016 pada Majalah Al HUSNA
Penulis

: Uunk Elhasanah Mahmud

Quinz
Desain

: Sheila Assalam

Percetakan

: Al HUSNA press

3 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

I
damai,

stana

selama

itu begitu indah

dan

ini

bisa

aku

hanya

memandangi dan menikmati canda tawa


penghuni

dari

kejauhan.

Indah,

damai,

sungguh menawan. Tapi sang Perdana Mentri


memutuskan untuk meminjamkan istana itu
beserta penghuninya padaku. Aku? Kenapa
mesti aku? Aku bahkan takut melihat diriku,
apakah aku pembangun atau penghancur?
Apakah aku ini penyelamat atau perusak?
Kutatap

lekat

istana

itu,

indah,

dikelilingi taman bunga yang luas dengan


bangku taman yang hangat bersahabat. Ah...
sungguh menggiurkan.

4 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

Kupalingkan wajah

dan kupandang

gubuk mungil kami di belakangku. Lembut,


penuh kasih sayang dan kedamaian. Gubuk
yang kudiami bersama keluarga kecilku
selama ini. Tidak.... aku terkejut, ternyata
kakiku tak sanggup meninggalkan gubuk itu.
hatiku...hatiku masih di situ.
Aku menyeret

langkah

mendekati

istana itu, entah karena tak punya pilihan


atau taat kepada perdana mentri, akhirnya
aku putuskan untuk menerima istana dan
penghuninya.Terus

kuseret

kaki

demi

mengenali setiap sudut istana. Oh...betapa


terkejutnya aku, ternyata di balik istana itu
ada sebuah pantai yang sungguh indah.
Berpasir putih, berair biru, beriak-riak

5 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

ombak, dan berdesir-desir angin meningkahi


pohon-pohon kelapa yang melengkung indah.
"Wow.... kenapa tak terlihat sebelumnya?"
Gumamku penuh kekaguman.
* * *
Penghuninya luar biasa, yang dewasa
segera menjadi saudara. Yang kanak-kanak
seketika menjadi hiasan-hiasan indah di
hati. Sangat menyenangkan. Senyum-senyum
rupawan dan keramahan menawan sebagai
hadiah setiap hari.
Pagi ini kucoba memandang halaman
depan istana. Waah...ada banyak orang
berdatangan di sana, mereka mengantar
berupa-rupa harapan dan juga melontarkan
bermacam-macam tuntutan. Ohhh....rupanya

6 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

istana ini terbangun dari harapan-harapan


dan

tuntutan-tuntutan masyarakat.

Aku

tertegun.... Seketika aku panik dan ingin


kembali ke gubuk bersahaja kami.
Aku ingin kembali ke gubuk itu, rindu
kicau burung yang merdu di pagi hari, rindu
anak-anak

remaja

yang

manis

berebut

perhatian. Rindu Indri dn Sheily sahabatku,


rindu saat-saat kami mengajari anak-anak
dan remaja sekitar membaca Alqur'an dan
mengenakan hijab, rindu.... rindu sekali.
Terkadang aku berpikir, kenapa aku
tak menolak saja tanggung jawab itu?
Seperti saudariku Maepy dan Laely? Toh
mereka bisa bilang tidak, tapi aku????
Hiks....

7 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

"Anak sholeh, anak taat, pasti di sayang


semua, teman-teman, ibu ayah, juga Allah
Ta'ala." Suara keluarga istana yg mengajari
anak"menyanyi menyadarkanku.
* * *
Aku masih terus berada di gubuk itu.
Walau semua orang melihatku tinggal di
dalam istana indah ini. Aku terkurung dalam
dunia tarik menarik masa lalu dan sekarang.
Aku terjebak dalam perang nafsu dan akal.
Aku seperti katak yang ingin keluar dari
tempurung, padahal ia sangat mencintai
tempurung itu. Tuhan...kalau saja aku tau
mana yang sebenarnya membuatMu Ridho
padaku.

Ya Robb... seandainya

saja aku

mampu membujuk hatiku agar selalu sabar


menerima

ketentuanMu,

mungkin

akan

8 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

sangat membantuku mencintai istana ini.


Keluhku malam ini.
Sayup-sayup kudengar suara angin
berdesir, suara ombak memecah pantai,
suara gemerisik daun-daun kepala yang
digerakkan angin. Ah...pantai itu, ya aku
belum turun untuk melihatnya lebih dekat.
Pantai yang tak terlihat dari luar istana.
Aku segera bangun, mengambil buku
catatan dan sebuah

pulpen. Aku akan

menuruni pagar bagian belakang istana. Aku


akan memeriksa pantai malam ini, dan
bertekad menulis apapun yang aku dapatkan
di buku catatan ini.
Di pantai itu aku berdiri sendiri, aku
dengarkan

desisan

angin

dan

deburan

9 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

ombak. "Mengapa membangun istana di bibir


pantai?" Aku tak habis pikir.
Kakiku terus berkeliling tapi tak
mendapatkan
ketakutan.

apapun,
Ketakutan

kecuali
saat

sebuah

mendengar

desisan angin yang menggulung air laut


menjadi gulungan-gulungan ombak kecil dan
besar. Aku
besar,

takut angin itu bertambah

kemudian

menjadi

badai,

dan

menggulung istana indahku. Tidak... Badai


itu pasti datang, entah besok atau lus.
Entah dahsyat atau tidak. Menghacurkan
istanaku atau hanya menepis pagarnya. Tapi
dia pasti datang. Badai itu akan datang...
* * *

10 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

Aku

terbangun

dengan

badan

berpeluh-peluh dan napas tak beraturan.


Ah...mimpi buruk, mimpi istanaku dihempas
badai dan digulung ombak, uh...
Pagi ini sang ratu mengumpulkan
seluruh penghuni istana dewasa, aku ada di
situ. Beliau membagi tugas harian yg harus
kami lakukan. Beliau katakan aku boleh
belajar apapun dan mengetahui sebanyakbanyaknya tentang istana.
Siang

hari

semua

orang

sibuk

mengerjakan tugas masing-masing, diamdiam aku keluar istana. Aku menyusuri


taman yang penuh bunga di sebelah kiri
istana.

Berjenis-jenis

bunga

bermacam-

macam warna tertata rapi di taman itu.

11 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

Aku terus saja berjalan, hingga tanpa


aku sadari, aku telah jauh meninggalkan
istana.

Tiba-tiba

aku

berdiri

didepan

sebuah rumah sederhana, sepertinya tanpa


penghuni. Betapa terkejutnya aku, ketika
seorang pria dengan wajah bersahabat
membuka pintu.
Selamat siang. Ucapnya bersahabat.
* * *
Sulaiman

namanya.

Ternyata

pak

Sulaiman sudah memperhatikanku semenjak


kedatanganku di istana ini.Dia juga tau kalau
aku diutus oleh perdana mentri untuk
mengurus istana, menggantikan sang raja
dan ratu beberapa saat lagi, karena raja

12 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

dan ratu akan menempati istana yang lain di


luar daerah.
Pak Sulaiman bercerita panjang lebar
tentang keadaan istana, penghuni istana,
raja ratu, perdana mentri, dan semua seluk
beluk istana. Ternyata beliau banyak tau.
Sayang, pak Sulaiman sering tertawa jail
tapi misterius, aku kadang merasa ngeri
melihatnya.
"Ayo

kita

jelajahi

istana".

Katanya

menantangku untuk membuktikan ceritanya.


Aku takut, kenapa aku percaya saja
padanya?

Padahal

aku

baru

saja

mengenalnya. Bagaimna bila dia berniat


jahat? Ah...lupakanlah, aku tidak punya

13 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

pilihan. Lebih baik memilih bahaya, dari


pada hanya diam di tempat saja.
"Ayo". Jawabku sambil mengangguk mantap.
"Ok, kita mulai dari mana?" Tanyaku.
"Kamarmu". Jawab

pak Sulaiman tanpa

melihatku.
"Harus

dimulai

dari

diri

sendiri".

Sambungnya tidak memberiku waktu untuk


bertanya.
Sesampainya di dalm kamarku, pak
Sulaiman terkejut, dan wajahnya tampak
tak suka.
"Kamarmu kotor, berantakan". Semburnya.

14 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

"Kamu taruh marah, protes, kecewa, iri,

dengki berserak di sini. Bahkan dari jauhpun


kamu tampak berantakan penuh masalah ".
Ceramahnya.
"Bersihkan cepat!". Perintahnya.
Pak

Sulaiman

membantuku

membersihkan kamarku. Kami mengumpulkan


marah, protes, kecewa, iri, benci, dengki
dan sampah-sampah lain. Kemudian kami
membuang sampah-samapah itu jauh sekali.
Lelah. kami kecapaian, karena kami
bekerja smbil berdebat dan sedikit-sedikit
bertengkar. Tapi aku lihat

wajah

Sulaiman

menyimpan

rahasia.

senang,

puas

dan

Pak

15 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

"Sekarang kita lanjutkan ke kamar penghuni

istana lain". Ajaknya.


Aku menurut, karena aku memang
sangat ingin tau apa sebenarnya tujuan pak
Sulaiman.

Kami

membuka

sebuah

pintu

kamar, disebelah kamarku. Wow.... kamar


itu bersih, jauh dari kata berantakan. Pak
Sulaiman mengetuk-ngetuk lantai kamar.
Tiba-tiba saja lantai itu terbuka, dan
memperlihatkan sebuah lubang yg lumayan
besar di bawah lantai.
Aku terpaku heran melihat lubang di
bawah

lantai itu. Penuh

sampah-sampah
kamarku
pemilik

yang

sesak dengan

sama

seperti

di

tadi. Sepertinya setiap hari


kamar

menggali

tanah

untuk

memperbesar ukurannya, tapi lubang itu

16 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

tetap penuh berjubal-jubal tak beraturan di


sana.
Dengan kasar pak Sulaiman menutup
kembali lantai yang tadi ia buka. Hem...
kembali bersih dan rapi, seperti tak satupun
kotoran di situ.
Kami memasuki kamar sebelahnya
lagi, lagi dan lagi, ternyata di bawah kamarkamar

di istana ini terdapat lubang

menganga.
penghuninya

Lubang

yang

digali

oleh

untuk menyimpan sampah-

sampah hatinya.
"Apa mereka tidak sadar kalau lubang itu

bisa merobohkan istana ini?". Tanyaku


melayang-layang di langit-langit kamar.

17 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

Ternyata di balik keramahan dan


keceriaan, mereka menyimpan berbagai
macam rahasia.
Lututq lemas, kakiku tak mampu lagi
melangkah, aku terduduk lemah di sudut
kamar.
Melihatku
Sulaiman

terduduk

tertawa.

lunglai,

Tertawa

pak
jahat.

"Kau seperti burung dalam sangkar, ga'tau

dunia luar". Ejeknya. "Aku ingin pulang....".


Keluhku menahan tangis. "Baru segitu aja

sudah sock, belajar yang banyak, buka


wawasan. Itu belum apa-apa. Semangat!".
Pak Sulaiman mengomel panjang. "Besok kita

periksa kamar raja dan ratu, gimana? ". Dia

18 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

menantangku.
"Bagaimana

kita

bisa

masuk

kamar

mereka?". Tanyaku lugu. "Bener-bener ga'


tau

apa-apa.

misteri.

"Raja

Senyumnya

jahat

penuh

dan

sangat

sibuk

ratu

mempersiapkan berbagai hal yang nanti akan


kau

perlukan

untuk

memimpin

istana.

Memang kau tau apa? Bahkan kau tak tau


berterimakasih, kau hanya bisa menuntut
dan berprasangka buruk saja pada mereka ".
Huh....
"Istirahatlah, besok pagi-pagi kita harus

bekerja". Suara pak Sulaiman melayanglayag dan kemudian hilang di balik pintu

19 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

bersama

menjauhnya

si

empunya

dari

kamarku.
* * *
Pagi ini aku bangun terlambat. Malas.
Aku takut mengetahui yang lebih ngeri dari
yang kemaren. Aku

ingin duduk santai,

menikmati

pagi.

suasana

Aku

enggan

meninggalkan tempat duduk nyaman ini. Aku


tak ingin melihat pak Sulaiman sok tau itu.
Tapi dia menjanjikan kamar raja dan
ratu hari ini. Ah... dengan gerakan lambat
aku berdiri, menyeret langkah keluar istana,
dan

mendapati

pak

Sulaiman

sedang

20 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

menunggu. Sepertinya
sana, tapi wajahnya

sudah lama dia di


tak tampak sedang

bosan atau marah. Dia melihatku dengan


tenang,
"Kau terlambat".
"Lelah?" Katanya beruntun.
Aku mengangguk lemah.
"Bersabarlah,

pekerjaan ini harus kita

selesaikan. Ini menyangkut masa depanmu ".


Nasehatnya.
"Baik, kita bisa berangkat". Jawabku.
Kami berjalan dalam diam. Dan aku sibuk
dengan pikiran dan perasaanku yang tak

21 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

karuan. Sampai di kamar raja dan ratu Pak


Sulaiman mengeluarkan palu dari ransel, dia
tersenyum...
"Lantai kamar raja mesti lebih kuat dari

kamar yang lain". Katanya tanpa kutanya.


Dia memukul-mukul lantai kamar raja
dengan palu. Lantai kamar terbuka dan
nampaklah lubang sampah seperti kamar
lain,

tapi

tak

terlalu

besar.

Entah

bagaimana, aku menangkap kesan aneh dari


raut wajah pak Sulaiman. Aku berdiri dan
merebut palu dari tanganya. Aku

pukul

lantai kamar raja secara acak dan tak


sabaran. Maka terlihatlah beberapa lubang

22 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

lagi yang berserak di bawah lantai kamar.


Lubang itu bahkan menggerogoti pondasi.
Aku tak terkejut. Aku marah. Aku
meninggalkan pak Sulaiman di kamar raja.
Cepat-cepat ia bereskan semuanya, lalu
menyusulku meninggalkan kamar raja dan
ratu.
Aku

terus

berjalan

cepat

meninggalkan pak Sulaiman. Aku kecewa,


marah, aku tak bisa terima. Ternyata kali
ini dia ragu untuk menunjukkan semua salah
raja dan ratu. Dia ingin menunjukkan padaku
bahwa apapun masalahnya, mereka punya

23 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

alasan yang aku harus terima. Aku benci pak


Sulaiman membela raja dan ratu. Aku muak.
Baginya mengejarku bukan masalah.
Sekejap kemudian dia sudah

menjajari

langkahku. Aku tak peduli.


"Ok, kau berhak menilai aku". Katanya
"Siapkan energimu, besok kita ke rumah

perdana mentri". Sambungnya setengah


mengejekku.
Langkahku

terhenti

mendengarnya.

Aku

bingung. Dua detik kemudian aku berlari


meninggalkannya.
Tapi masih ku dengar suara tawa jahatnya
yang seolah mengikuti dan mengejarku.

24 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

* * *
Tidak, aku tak akan sanggup melihat
lubang-lubang yang mungkin ada di bawah
lantai kamar perdana mentri. Aku tak ingin
melihatnya. Tidak, aku menggeleng kuatkuat.
Aku terbaring lelah. Lubang-lubang
itu

melayang-layang

di

langit-langit

kamarku, berganti-gantian dengan wajah


jahat pak Sulaiman, senyum misteriusnya,
suara tawanya yang sungguh mengerikan.
Kemudian datang bayangan istanaku
yang indah, wajah teman-teman penghuni
istana, wajah raja dan ratu, dan juga wajah
perdana mentri yang sangat aku kagumi.
Wajah beliau yang bersahaja dan penuh

25 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

wibawa, yang biasanya menelan hidup-hidup


keberanianku.
Tidak... . Aku bergumam sekali lagi. Aku
tak akan mengikuti pak Sulaiman besok.
* * *
Hari sudah terang. Hati dan pikiranku
sudah terbangun sejak tadi, tapi tubuhku
masih

terbaring,

dan

mataku

masih

terpejam. Aku benar-benar tak ingin pergi,


kubuang bayangan pak Sulaiman yang terus
mengejekku. Aku tak kan menemuinya hari
ini

dan

mungkin

seterusnya.

memuncak, tak terbendung.


"Tidak akan". Tekadku.

Egoku

26 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

Tang tang tang.... Suara kaca dipukul


berkali. Aku tetap diam, tak bergerak, dan
tetap terpejam.
"Kau nenapa?". Suara pak Sulaiman sudah
ada di dalam kamarku.
"Kuatkan

hatimu,

kau

harus

tetap

menyelesaikan petualangan ini. Kau harus


mampu

melihat

apa

yang

sebenarnya

terjadi. Kau tau kenapa?". Suara pak


Sulaiman lembut dan hati-hati, walaupun
terdengar sangat menyakinkan.
"Karena itu menentukan masa depanmu ".
Lanjutnya
menjawab.

setelah

yakin

aku

tak

kan

27 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

"Sudahlah, tak baik terus bersembunyi di

dalam sangkarmu, lalu menutup mata dan


telinga dari kebenaran." Ceramahnya.
Entah kenapa, egoku selalu saja tak
berdaya menghadapi ceramah orang satu
itu. Tubuhku tetap diam, tapi pikiranku
mulai membenarkan apa yang dikatakannya.
"Bersiaplah, aku tunggu kau di tempat biasa.
Aku tau kau pasti datang". Katanya sebelum
menghilang.
* * *
Pak Sulaiman sedang duduk di bawah
sebuah pohon, ketika aku datang ia langsung
berdiri

dan

dengan

cepat

melewati

tersenyum.

jalan

dan
yg

Kami

tanpa
belum

berjalan

suara,

kami

aku

kenal.

28 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

Memasuki jalan setapak yang kanan kirinya


merupakan semak-semak. Sampailah kami di
belakang rumah sang perdana mentri. Pak
Sulaiman membuka sebuah jendela besar yg
tak terkunci. Ia memasuki jendela itu,
sedetik kemudian melongok ke arahku dan
melambai, aku menurut.
Kamar itu luas dan bersih, tapi
sederhana, jauh dari kesan mewah. Pak
Sulaiman mengeluarkan linggis kecil dari
ransel, kemudian mengetuk-ngetukkan pelan
pada lantai, dan lantaipun terbuka. Ahh... ia
terkejut, tak menyangka kalau semudah itu
membukanya, padahal ia sudah nenyiapkan
beberapa alat di dalam ransel.
Kami melihat ada lubang kecil dan
kelihatanx bersih, tidak ada sampah. Reflek

29 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

kami

saling

memandang,

kami

heran

mengapa begitu? Pak Sulaiman mengambil


senter, dan mulai menerangi di dalam
lubang. Sorot senterxnya terus mencari,
dan ia menemukan banyak sekali retakan
pada dinding lubang.
"Apa itu?" Tanyaku penasaran.
"Wow...." Pak Sulaiman berseru tertahan
setelah mengamati retakan-retakan.
"Retakan-retakan ini menghubungkan kamar

perdana mentri dengan istana".


"ini seperti remot control darurat untuk

istana". Jelasnya.
"Maksudnya?". Aku belum paham juga apa
yang dibicarakan olehnya.

30 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

"Suatu saat, apabila pihak istana melakukan

suatu hal yang membuat perdana mentri


tidak berkenan, maka perdana mentri akan
menggali satu retakan untuk mengubah
suasana itu".
"Jadi perdana mentri dapat mengontrol

keadaan

istana.

Dan

yang

paling

menakutkan, dengan satu gerakan saja, dia


bisa menghancurkan istana dari jarak jauh ".
Suara pak Sulaiman pelan, tapi menggelegar
bagaikan halilintar di telingaku.
Aku terduduk lemah. Aku tak siap
melihat keadaan itu, aku tak bisa terima.
Bendungan air mataku jebol, aku menangis
tanpa suara. Aku tak menyangka orang yg
yang sangat aku kagumi, orang yang raut
wajah

tenang

berwibawa.

Orang

yang

31 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

membesarkan aku. Tidak, aku tak percaya....


aku tak sanggup.
Aku tak bisa mendengar apapun yang
dikatakan pak Sulaiman. Aku sibuk dengan
hatiku,

aku

menangis,

masih

sampai

saja
pak

terduduk

Sulaiman

dan

selesai

merapikan kembali kamar perdana mentri.


Pak

Sulaiman

menarik

tanganku,

membawakuu keluar melalui jalan bersemak


menjauhi rumah perdana mentri. Setelah
berjalan beberapa

saat,

ia

melepaskan

tangan dan membiarkan aku terduduk di


tanah. Kemudian ia duduk di sampingku.
Hening, hanya suara isakku yang terdengar
sesekali.

32 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

"Aku tau ini tidak mudah bagimu, tapi kau

harus menerimanya. Harus". Suara pak


Sulaiman memecah sepi.
"Kau

sangat

menyelesaikan

lelah,

tapi

kau

petualangan

telah
ini.

Beristirahatlah selama yang kau mau, dan


berkerjalah jika kau mau juga. Karena
sekarang kau sudah tau semuanya, kau
bebas melakukan langkah apapun untuk
memperbaiki. Aku akan selalu mendukungmu
sekarang dan selama". Suara pak Sulaiman
jelas sekali bersahabat dan tak menggurui.
* * *
Aku pikir pak Sulaiman benar, aku
butuh istirahat. Aku shock, lelah dan
tertekan. Malam ini aku sudah di tempat

33 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

tidur, bahkan sebelum jarum jam menunjuk


angka

delapan.

Ku

lemaskan

otot-otot

tubuhku, perlahan kuurai benang kusut di


kepalaku, dan kurenungkan nasehat-nasehat
pak Sulaiman yang dia sampaikan dengan
santai, yang terkadang sambil mengejek itu.
Dia benar. Ini bukan masalah ringan,
ini bahkan berat, tapi walaupun aku sampai
sakit memikirkannya, ini sama sekali bukan
tanggungjawabku.
pikirkan?

Mereka

Jadi
(raja,

untuk
ratu,

apa

aq

perdana

mentri, dan beberapa orang ahli) sedang


berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahan
itu. Semoga benar-benar menjadi lebih baik.
Pikirku sebelum aku benar-benar terlelap.
Aku terbangun sebelum fajar. Sepi,
hening, syahdu. Dan kudapati hatiku begitu

34 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

tenang, damai, bahkan bahagia. Ini adalah


kali pertama aku merasa sangat bersyukur
karena di perbolehkan tinggal di istana ini.
Aku meninggalkan tempat tidur dan
mempersiapkan diri untuk bercerita panjang
dengan Robbku.....
* * *
Kini

aku

tau,

aku

tak

perlu

memikirkan hal-hal buruk di sekitarku, yang


sudah

jelas

aku

tak

kan

mampu

memperbaikinya. Tugasku saat ini adalah


belajar

sebanyak-banyaknya

untuk

mempersiapkan diriku agar mampu mewarnai


istanaku dengan keindahan-keindahan yang
penuh kebaikan.

35 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

Hem... ternyata badai yang dahsyat


itu ada di dalam hatiku. Badai Transisi....
tapi sepertinya mulai berlalu.
Pagi ini aku larut dengan kesibukan
didalam istana, dan untuk pertama kalinya
aku lakukan dengan senang hati. Tapi aku
terus

teringat

pak

Sulaiman

dengan

nasehat-nasehat dan gurauanya yang dapat


mengusir sedihku. Hem... aku pasti akan
menemuinya lagi dan lagi. Terimakasih telah
menjadi sahabat yang sebenarnya untukku.
* * *
Kutatap lekat istanaku, seolah ingin
selalu ada di dalamnya. Kalaupun suatu saat
aku

harus

meninggalkannya,

aku

akan

36 | Al Husna 2016. | Cintailah Istanamu

membawa serta ia di dalam hatiku. I Love


istana baruku.

"Ibarat hatimu adalah sebuah istana, maka

kaulah sang RAJA. Jagalah istanamu dari


hal-hal yang mungkin merusaknya. Tapi jika
ada kerusakan di istana itu, maka kau butuh
sahabat untuk menemanimu memperbaikinya."

Anda mungkin juga menyukai