Anda di halaman 1dari 4

4.

Pembahasan
Budidaya tanaman obat diawali dengan pembuatan media tanam. Media

tanam yang dibuat harus mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Patikan
kebo merupakan tanaman liar, banyak terdapat di tanah berbatu. Budidaya secara
intensif belum banyak dilakukan, namun dengan adanya kebutuhan untuk bahan baku
obat herbal, patikan kebo ini menjadi tanaman budidaya, sebagaimana budidaya
tanaman pada umumnya, untuk membudidayakan patikan kebo diperlukan
penggemburan lahan. Budidaya tanaman pegagan menggunakan biji atau stolon yang
sudah berakar dan memiliki 2-3 ruas. Pembibitan temulawak menggunakan rimpang
induk atau rimpang anakan yang ditumbuhkan tunasnya terlebih dahulu. Penanaman
bibit dilakukan pada pagi hari karena intensitas sinar matahari belum terlalu tinggi
sehingga tidak menyebabkan tanaman layu,
Praktek yang dilakukan di UPT Materia Medika Batu yaitu mengekstrak dan
menguji 3 tanam yaitu patikan kebo, pegagan, dan temulawak. Patikan kebo
merupakan tanaman herba merambat yang hidup dipermukaan tanah, terutama pada
daerah yang beriklim tropis. Patikan kebo termaksuk tanaman liar yang biasa tumbuh
di permukaan tanah yang tidak terlalu lembab dan ditemukan secara terpencar satu
sama lain. Pegagan merupakan herba tahunan batang berupa stolon yang menjalar di
permukaan tanah panjang 10-80 cm. Daun tunggal tersusun dalam. Tungkai daun
panjang sampai 50 mm, helaian daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis
tengah 17 cm, tepi daun bergerigi, terutama kearah pangkal daun, perbungaan berpa
bunga majemuk tipe paying tunggal, terdiri dari 35 anak bunga, bersama-sama keluar
dari ketiak daun, bunga umumnya ada 3, yang ditengah duduk yang disamping
bertangkai pendek, daun pelindung 2, panjang 34 mm, bentuk bulat telur, mahkota
berwarna merah lembayung, panjang 11,5 mm, lebar sampaii 0,75 mm. Buah pipi
lebar sekitar 7mm dan tinggi 3 mm, berlukuk dua jelas berusuk berwarna kuning
kecoklatan, dinding agak tebal (Kepmenkes, 2012). Temulawak merupakan tanaman
obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut

16

sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan IndoMalaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat
ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos,
India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa.

Pemanenan tanaman patikan kebo dilakukan pada saat tanaman sudah cukup
tua, dengan ditandai banyaknya bunga yang mekar, dan dicabut dengan akarnya,
kemudian dicuci dan dijemur sampai kering. Pemanenan tanaman pegagan dilakukan
setelah tanaman berumur 3-4 bulan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman.
Panen selanjutnya dilakukan sekitar dua bulan berikutnya. Sedangkan pemanenan
tanaman temulawak dilakukan saat rimpang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman
yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan
mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
Proses penyortiran basah dari ketiga tanaman tersebut (patikan kebo, pegagan
dan temulawak) dilakukan dengan cara yang sama namun tidak bersamaan.
Penyortiran basah dilakukan untuk memisahkan tanaman antara yang baik segar
dengan yang sudah rusak atau bewarna kuning kecoklatan. Serta saat penyortiran
dilakukan pemisahan antar daun dan batangnya, karena ketebalan daun dan batang
berbeda sehingga waktu untuk pengeringan juga berbeda. Kemudian ditimbang lagi
hasil sortasi basah.
Selanjutnya tahap pencucian dari ketiga tanaman tersebut (patikan kebo,
pegagan dan temulawak) dengan cara yang sama namun tidak bersamaan dengan
merendam dan mencuci tanaman secara berulang sebanyak tiga kali, tujuan dari
pencucian adalah untuk menghilangkan kotoran yang ada di tanaman selain itu untuk
menghilangkan residu peptisida dan mengurangi kontaminasi mikroba. Setelah bersih
kemudian tanaman ditiriskan menggunakan nampan yang berlubang sehingga sisa air
pencucian bisa dapat menetes, tujuan dari penirisan yaitu untuk membuang sisa air
pencucian dan mempercepat proses pengeringan. Setelah itu diberi label nama
tanaman, tanggal akan dilakukan pengeringan dan nomor bacth. Untuk temulawak,
harus dirajang tipis-tipis agar cepat dalam proses pengeringan.

17

Tahapan pengeringan dari ketiga tanaman tersebut (patikan kebo, pegagan dan
temulawak) menggunakan pengeringan matahari tidak langsung yaitu dengan
diletakkan di rumah kaca selama 3 hari (jika panas konstan)

kemudian dioven

dengan suhu 30-40C selama 1-2 hari. Selain itu bisa. Saat pengeringan harus sering
dibolak balik agar proses pengeringannya merata. Untuk pengambilan dari proses
pengeringan matahari tidak langsung diatas jam sepuluh siang, karena jika masih pagi
dalam pengembilan daun masih sedikit lembab.
Tahap selanjutnya sortasi kering yaitu untuk membuang kotoran yang ada,
kemudian ketiga tanaman tersebut (patikan kebo, pegagan dan temulawak) ditimbang.
Setelah itu jika diinginkan disimpan dalam bentuk simplisia di masukkan kedalam
box besar diberi silica gel dan ditutup rapat sekaligus diberi label naman tanaman,
tanggal pengemasan, bobot, dan nomor batch. Disimpan digudang. Namun jika
diinginkan dalam bentuk serbuk di giling terlebih dahulu setelah itu diberi label
naman tanaman, tanggal pengemasan, bobot, dan nomor batch.
Simplisia ketiga tanaman tersebut (patikan kebo, pegagan dan temulawak)
dapat dilakukan pengujian analisa berupa pengujian makroskopik, mikroskopik, dan
uji kualitatif fitokimia untuk mengetahui kualitas dari ketiga simplisia tanaman
tersebut (patikan kebo, pegagan dan temulawak) yang dihasilkan. Pengujian
makroskopis dilakukan mengamati organolepstis dari simplisia ketiga tanaman
tersebut (patikan kebo, pegagan dan temulawak), sedangkan pengujian mikroskopis
mengamati simplisia di bawah mikroskop, hasil uji mikroskopis di cocokan dengan
literatur. Hasil pengamatan uji mikroskopis didapatkan fragmen khas dari ketiga
tanaman tersebut (patikan kebo, pegagan dan temulawak). Dilakukan ekstraksi ketiga
tanaman tersebut menggunakan etanol 70 % dengan perbandingan 1 : 10 (10 gram
serbuk : 100 ml etanol 70 %) selama 3 hari didapatkan ekstrak sebanyak 15 ml. Hasil
ekstrak dilakukan pengujian kualitatif fitokimia untuk menguji senyawa saponin,
tanin, alkaloid dan flavonoid.
Pengujian kualitatif fitokimia senyawa tanin, alkaloid, flavonoid dan saponin
dilakukan pada serbuk, ekstrak dan tanaman meniran. Pada pengujian tanin,
18

flavonoid, dan alkaloid dan saponin menunjukkan hasil positif pada serbuk, tanaman
segar maupun ekstrak. Dari hasil pengamatan kualitatif meniran terbukti bahwa di
dalam herba meniran terdapat senyawa- senyawa alkaloid, flavonoid, tannin dan juga
saponin.

19

Anda mungkin juga menyukai