PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan
cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru
tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai orang yang
memiliki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, dituntut
untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru yang berkaitan dengan
profesinya sebagai seorang pendidik.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan unsur vital dalam kehidupan dan
merupakan kebutuhan serta tuntutan yang amat penting untuk menjamin perkembangan,
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Suwarna (2005:119) mengatakan bahwa menurut pandangan constructivism otak
anak pada dasarnya tidak seperti gelas kosong yang siap diisi dengan air sehingga
informasi berasal dari pikiran guru. Otak anak tidaklah kosong, melainkan berisi
pengetahuan-pengetahuan yang dikonstruksi anak sendiri sewaktu anak berinteraksi
dengan lingkungan atau peristiwa yang dialaminya. Meskipun beberapa pengetahuan
yang dikonstruksi anak ini cenderung miskonsepsi (salah pemahaman), namun bagi
anak pengetahuan ini cukup masuk akal. Pengetahuan-pengetahuan ini terikat dalam satu
jaringan dan struktur kognitif anak.
BAB II
PEMBAHASAN
20
tahun
2003
bahwa kajian Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain, Ilmu bumi, sejarah,
dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran IPS dapat berguna dan
bermanfaat. Pada kenyataannya guru belum mampu mengembangkan potensi yang ada
dalam diri siswa. Guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga siswa cenderung kurang
aktif dalam mengikuti pelajaran, siswa hanya sebagai pendengar yang pasif
tanpa
aktiviatas belajar adalah adanya motivasi belajar pada diri siswa. Motivasi belajar
mempunyai
kontribusi
yang
cukup
besar
terhadap
aktivitas siswa.
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum bahwa tujuan
IPS adalah :
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b) Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
c)
d)
kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa akan datang.
Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan
mengolah informasi.
c)
Menolong siswa untuk mengembangkan nilai / sikap demokrasi dalam kehidupan
d)
bermasyarakat.
Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian / berperan serta
dalam bermasyarakat.
2.2
Belajar Mengajar (KBM) di sekolah antara lain mengenai Empat Pilar Pendidikan yaitu
belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do),
belajar untuk menjadi diri sendiri/mandiri (learning to be), belajar untuk kebersamaan
5
(learning to life together). Selaras dengan pesan mantan Mendiknas (A. Malik Fajar) bahwa
secara umum KBM di sekolah harus: menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan dan
menguatkan daya pikir siswa, yang berpedoman pada tujuan, sehingga KBM akan menjadi
lebih efektif.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada suatu pemikiran bahwa siswa akan
belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui apa yang dipelajari. (Diknas
: 2004).
Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seringkali guru melakukan pengajaran yang
modelnya satu arah. Guru cenderung lebih memberikan informasi atau cerita tentang
pengetahuan IPS. Pengajaran dengan model seperti itu menyebabkan siswa tidak termotivasi
untuk belajar IPS. Belajar penerimaan kurang bermakna bagi siswa. Banyak siswa yang
menganggap IPS sebagai pelajaran yang hafalan. Mereka harus mengingat-ingat informasi
atau penjelasan guru dan menceritakannya kembali pada waktu ulangan atau ujian.
Siswa yang mempelajari IPS melalui pengalaman langsung akan lebih dapat menghayati
pelajaran IPS. Umpamanya melalui pengamatan tentang keragaman budaya bangsa Indonesia
yang Ber Bhinneka Tunggal Ika, siswa menemukan fakta bahwa budaya bangsa Indonesia
beraneka ragam jenisnya baik budaya kesenian, lagu-lagu, rumah adat, adat istiadat, dsb. Bila
fakta mengenai hal tersebut dibiarkan begitu saja terlepas-lepas, maka pengetahuan siswa
tentang budaya bangsa yang pluralisme kurang bermakna. Bila siswa diajak mendiskusikan
peran budaya bangsa yang pluralisme dalam kelangsungan berbangsa dan bernegara, maka
budaya bangsa tetap eksis dan dapat bertahan di tengan globalisasi tehnologi dan informasi.
Dengan demikian secara umum membekalinya tentang bagaimana cara
mempertahankan kelestarian jbudaya bangsa yang pluralisme. Untuk maksud itu dan
menghindari kesan hafalan, dalam pelajaran IPS bisa kita bahas memberikan peluang
sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk memahami IPS dengan bentuk dan cara-cara belajar
mengajar yang berorientasi kepada hakekat, ciri dan nilai-nilai IPS itu sendiri. Oleh karena
itu sebagai guru IPS harus benar-benar memahami tentang hakekat, ciri-ciri dan nilai-nilai
IPS.
Kenyataan telah membuktikan, pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal
dalam membekali siswa untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan
inilah yang selama ini terjadi di kelas-kelas sekolah.
Oleh karena itu Pendekatan Kontekstual / CTL dalam pembelajaran IPS dalam
Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP) salah satu upaya untuk meningkatan
6
pendidikan ips di SD. Hal ini didasari bahwa dalam mata pelajaran IPS, penguasaan konsep
oleh siswa banyak bergantung pada keaktifan siswa seperti bertanya, mengamati,
demonstrasi, menemukan, menghubungkan dan lain sebagainya yang termasuk dalam tujuh
komponen utama CTL. Disamping itu pelibatan siswa secara nyata akan lebih membekas dan
bermakna dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian John Dewey
(1916) yang menyimpulkan siswa belajar dengan baik bila apa yang dipelajari terkait dengan
apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan-kegiatan atau peristiwa yang terjadi di
sekelilingnya.
Dan hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari seorang guru selaku manager dan
fasilitator (mediator) di kelas bahwa siswa akan lebih mudah memahami suatu prinsip dan
konsep IPS jika dalam belajar siswa dapat menggunakan sebanyak mungkin indera untuk
berinteraksi dengan isis pembelajaran, sebagaimana digambarkan dalam bagan di bawah ini :
Dari kerucut pengalaman belajar, diketahui bahwa siswa akan mencapai hasil belajar 10 %
dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang didengar, 30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa
yang dilihat dan didengar, 70 % dari apa yang dikatakan dan 90 % dari apa yang dikatakan
dan dilakukan.
Banyak hal yang perlu diketahui anak dalam Pembelajaran IPS di SD yaitu
diantaranya kenampakan alam dan keragaman sosial budaya, pemanfaatan SDA dalam
kegiatan ekonomi, keanekaragaman suku bangsa dan peninggalan sejarah serta masalah
sosial di lingkungan setempat, dan lain-lain. Untuk memudahkan peserta didik dalam proses
belajar mengajar, maka materi pembelajaran harus disajikan secara bervariasi agar peserta
didik mampu belajar aktif, kreatif dan mandiri sesuai dengan yang diharapkan juga
pembelajaran lebih ditekankan pada kemampuan hidup (general life skill) dan menggali nilainilai budi pekerti. Dalam PBM juga guru mampu mengembangkan minat peserta didik dalam
mempelajari dan meningkatkan keterampilan bersosialisasi antara pengetahuan dengan
kondisi masyarakat yang sedang berkembang di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS akan
memberikan dampak terhadap kemampuan berpikir dan bernalar peserta didik ke arah yang
lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat bermakna.
Dengan pendekatan CTL pada Mapel IPS akan terbukti keaktifan siswa lebih optimal
sehingga penguasaan konsep akan bermakna karena siswa memadukan semua unsur belajar
dengan segenap inderanya. Dan itu terkesan jauh dari dunia hafalan dan mengingat, tetapi
siswa
akan
benar-benar
terlibat
secara
aktif,
suasana
hidup
menyenangkan.
Penanaman konsep-konsep IPS di SD dengan benar dan tepat akan berpengaruh terhadap
7
penguasaan materi IPS di tingkat selanjutnya. Oleh karena itu perlu suatu metode dan
pendekatan yang tepat dalam pembelajaran. Metode dibedakandari pendekatan. Pendekatan
lebih menekankan pada strategi dalam perencanaannya, sedangkan metode lebih menekankan
pada teknik pelaksanaannya. Suatu pendekatan yang direncanakan mungkin mencakup
beberapa metode pada pelaksanaannya adalah pendekatan CTL ini.
Jadi kesimpulannya Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD, menuntut
kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang dapat menunjang dan
mendorong siswa untuk berpikir logis, sistematis dan kritis yaitu diantaranya:
1. Berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengetahui dan menguasai konten pembelajaran IPS.
3. Dalam proses pembelajaran lebih banyak melibatkan siswa untuk lebih aktif
berpartisipasi dalam proses belajar.
4. Dalam PBM berusaha mencari, menemukan sendiri dan memecahkan
masalah-masalah yang ada dalam masyarakat.
5. Banyak menggunakan alat belajar, sumber belajar dan media belajar yang
bervariasi selama pembelajran yang dapat membantu meningkatkan kualitas
perolehan belajar siswa.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh gurudalam pembelajaran IPS kepada siswa
khusunya cara menghargai peninggalan sejarah yaitu diantaranya:
1. Siswa diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah, seperti candi, istana,
makam, mesjid, benteng dan museum. Kalaupun tidak memungkinkan untuk
siswa mengunjungi tempat-tempat tersebut, guru menunjukan foto-foto atau
dokumen-dokumen sebagai alat peraga dalam PBM.
2. Siswa ditugaskan untuk mempelajari buku-buku dan berbagai peninggalan
sejarah yang ada di perpustakaan, di masyarakat yang dapat menunjang
peninggalan sejarah tersebut, dan untuk memperkaya pengetahuan siswa
ditugaskan untuk membuat kliping.
3. Siswa membandingkan berbagai peninggalan sejarah yang ada di sekitar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
IPS merupakan mata pelajaran tentang kehidupan sosial yang berdasarkan pada bahan
kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan sejarah. PIPS di SD hanya
menekankan pada bahan kajian geografi, ekonomi dan sejarah. Dalam meningkatkan
kualiatas PIPS maka guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang melibatkan
siswa aktif, kreatif, mandiri selama mengikuti pembelajaran dan membekali anak didik
dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan IPTEK.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD perlu diperhatikan oleh
elemen-elemen / pihak-pihak terkait di bidang pendidikan, khususnya oleh guru sebagai
pengembang kurikulum dan ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapanngan, dituntut
mampu atau memiliki kecakapan dasar professional yang dapat diandalkan sebagai tenaga
pendidikan dan mampu mengembangkan pembelajaran dimulai dari merencanakan,
mengolah sampai menilai guna perbaikan atau peningkatan mutu pembelajaran sesuai yang
diharapkan.
Ketercapaian tujuan PIPS dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengembangkan
media, sumber, alat dan strategi belajar serta menguasai materi yang dikembangkan
berdasarkan pada kehidupan riil di sekitar kehidupan sehari-hari siswa.
B.
Saran
Untuk lebih menyempurnakan pembuatan makalah selanjutnya, penulis sangat
DAFTAR PUSTAKA
Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.
10