Pustaka Ggs

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN GEJALA SOMATIS

DEFINISI
Gangguan Gejala Somatis ditandai dengan gejala somatis yang sangat
mengganggu atau mengakibatkan masalah signifikan dari fungsi, seperti pikiran, perasaan,
atau perilaku yang berlebihan dan tidak proporsional berkaitan dengan gejala-gejala
somatis tersebut. Untuk dapat didiagnosis dengan GGS, individu harus terus-menerus
mengalami gejala tersebut (biasanya minimal selama 6 bulan).
Beberapa perubahan penting telah dibuat dari DSM edisi sebelumnya. DSM-IV
yang menjabarkan gangguan somatisasi, hypochondriasis, gangguan nyeri, dan gangguan
somatoform tak terdiferensiasi dihapus. Banyak orang, tapi tidak semua, yang didiagnosis
dengan satu gangguan ini sekarang bisa didiagnosis dengan GGS. Pada DSM-IV,
diagnosis Gangguan Somatisasi memerlukan sejumlah tertentu keluhan dari empat
kelompok gejala. Kriteria GGS tidak lagi memiliki persyaratan seperti itu, namun gejala
somatik harus signifikan atau mengganggu kehidupan sehari-hari dan harus disertai oleh
pikiran, perasaan atau perilaku yang berlebihan.
Etiologi
----Ada beberapa penyebab dari gangguan psikosomatis :
1. Stres Umum
Stres ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana individu
tidak dapat berespon secara adekuat. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa orang
yang menghadapi stress umum secara optimis bukan secara pesimis adalah tidak
cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka mudah
pulih dari gangguan.
2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik
Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian
spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis yang
berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatis.
3. Variabel Fisiologis
Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit, dan variabel
lainnya adalah kerja monosit sistem kekebalan. Dalam rantai hormonal, hormon dilepaskan
dari hipotalamus dan menuju hipofisis anterior, dimana hormon tropik berinteraksi secara
[Type text]

langsung atau melepaskan hormon dari kelenjar endokrin lain. Variabel penyebab lainnya
mungkin adalah kerja monosit sistem kekebalan. Monosit berinteraksi dengan
neuropeptida otak, yang berperan sebagai pembawa pesan (messager) antara sel-sel otak.
Jadi, imunitas dapat mempengaruhi keadaan psikis dan mood.
---Patofisiologi
Proses emosi terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom
vegetatif ke alat-alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf-saraf otonom vegetatif
tersebut, seperti kardiovascular, traktus digestifus, respiratorius, system endokrin dan
traktus urogenital. Adapun kriteria klinis penyakit psikosomatis terdiri atas kriteria yang
negatif dan kriteria yang positif.
a. Kriteria yang positif ( yang biasanya tidak ada)
1. Tidak didapatkan kelainan-kelainan organik pada pemeriksaan yang teliti sekalipun,
walaupun mempergunakan alat-alat canggih. Bila ada kelainan organic belum tentu bukan
psikosomatik, sebab:
Bila penyakit psikosomatik tidak diobati, dalam jangka waktu yang cukup lama dapat
menimbulkan kelainan-kelainan organik pada alat-alat yang dikeluhkan.
Secara kebetulan ada kelainan organik, tapi kelainan ini tidak dapat menerangkan keluhan
yang ada pada pasien tersebut, yang dinamakan koinsidensi.
Sebelum timbulnya psikosomatis, telah ada lebih dahulu kelainan organiknya tetapi tidak
disadari oleh pasien. Baru disadari setelah diberitahu oleh orang lain atau kadang-kadang
oleh dokter yang
mengobatinya. Hal ini membuatnya menjadi takut, khawatir dan gelisah, yang dinamakan
iatrogen.
2. Tidak didapatkan kelainan psikiatri. Tidak ada gejala-gejala psikotik yakni tidak ada
disintegrasi kepribadian, tidak ada distorsi realitas. Masih mengakui bahwa dia sakit,
masih mau aktif berobat.
b. Kriteria positif (yang biasanya ada)
1. Keluhan-keluhan pasien ada hubungannya dengan emosi tertentu
2. Keluhan-keluhan tersebut berganti-ganti dari satu sistem ke sistem lain, yang dinamakan
shifting phenomen atau alternasi.
3. Adanya vegetatif imbalance (ketidakseimbangan susunan saraf otonom)
4. Penuh dengan stress sepanjang kehidupan (stress full life situation) yang menjadi sebab
konflik mentalnya.
[Type text]

5. Adanya perasaan yang negatif yang menjadi titik tolak keluhankeluhannya.


6. Adanya faktor pencetus (faktor presipitasi) proksimal dari keluhankeluhannya.
7. Adanya faktor predisposisi yang dicari dari anamnesis longitudinal. Yang membuat
pasien rentan terhadap faktor presipitasi itu.
Faktor predisposisi dapat berupa faktor fisik / somatik, biologi, stigmata neurotik,
dapat pula faktor psikis dan sosiokultural. Kriteria-kriteria ini tidak perlu semuanya ada
tetapi bila ada satu atau lebih, presumtif, indikatif untuk penyakit psikosomatis.
---Manifestasi klinis
----Beberapa manifestasi klinis dari gangguan psikosomatis antara lain:3
1. Terdapat suatu kondisi medis umum
2. Faktor psikologis secara merugikan mempengaruhi kondisi medis umum dengan cara:
Faktor psikologis telah mempengaruhi perjalanan kondisi medis umum seperti yang
ditunjukkan oleh hubungan temporal yang erat antara factor psikologis dan perkembangan
atau eksaserbasi dari atau keterlambatan penyembuhan dari kondisi medis umum.
Faktor psikologis mempengaruhi terapi kondisi medis umum
Faktor psikologis berperan dalam resiko kesehatan individu
Respon psikologis yang berhubungan dengan stres mencetuskan atau mengeksasebasi
gejala kondisi medis umum
---Gangguan Spesifik pada Psikosomatis
----Ada beberapa gangguan spesifik yang dapat disebabkan oleh gangguan psikis:
1. Sistem Kardiovaskuler
Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau
kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa jantung
dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG. Kehilangan semangat dan
putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantung dan tekanan darah.4
Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia, nyeri
perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur. Gejala- gejala
seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan kecemasan.
----Pengobatan psikofarmaka ditujukan pada gejala yang menonjol. Obat antiansietas dapat
digunakan pada kecemasan yang berat.1
2. Sistem pernafasan
a. Asma bronkialis
[Type text]

Faktor genetik, alergik, infeksi, stres akut dan kronis semuanya berperan dalam
menimbulkan penyakit. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita menimbulkan
konstriksi bronkioli bila sistem saraf vegetatif juga tidak stabil dan mudah terangsang.
Walaupun pasien asma karateristiknya memiliki kebutuhan akan ketergantungan yang
berlebihan, tidak ada tipe kepribadian yang spesifik
yang telah diindentifikasi. Pasien asmatik harus diterapi dengan melibatkan berbagai
disiplin ilmu antara lain menghilangkan stres, penyesuaian diri, menghilangkan alergi serta
mengatur kerja sistem saraf vegetatif dengan obatobatan.
b. Sindroma hiperventilasi
Sindroma hiperventilasi disebut juga dispneu nerveous (freud), pseudo asma,
distonia pulmonal (hochrein). Gambaran klinis berupa:
Parastesia, terutama pada ujung tangan dan kaki
Gejala-gejala sentral seperti gangguan penglihatan berupa mata kabur yang dikenal
sebagai Blury eyes. Penderita juga mengeluh bingung, sakit kepala dan pusing
Keluhan pernafasan seperti dispneu, takipneu, batuk kering, sesak dan perasaan tidak
dapat bernafas bebas
Keluhan jantung. Sering dijumpai kelainan yang menyerupai angina pektoris dan juga
ditemukan pada kelainan fungsional jantungdan sirkulasi
Keluhan umum, seperti kaki dan tangan dingin yang sangat menganggu, cepat lelah,
lemas, mengantuk, dan sensitif terhadap cuaca
3. Sistem gastrointestinal
a. Gastritis
Kriteria psikologis diperlukan karena diagnosis dengan penemuan negative organis
dan keluhan vegetatif tidak mencukupi. Dari evaluasi psikis ditemukan:
1. gejala bersifat neurosis
2. depresi dan anxietas
3. berkeinginan untuk dirawat dan dimanja dan untuk memiliki objek yang diinginkan
b. Ulkus peptikum
Sifat kepribadian ulkus menjadi faktor presdiposisi. Sifat kepribadian itu antara
lain:
1. Tingkah laku
Orang tersebut biasanya tegang, selalu was-was, sangat aktif dalam berbagai bidang. Tidak
mudah menerima kenyataan bila dia gagal
2. Kepandaian
[Type text]

Mempunyai kepandaian dalam berbagai bidang yang dikerjakan sekaligus pada waktu
yang bersamaan
3. Pertanggungjawaban
Mempunyai tanggung jawab yang sangat besar bahkan sampai memikirkan pekerjaan
orang lain
4. Pengenalan terhadap penyakitnya
Tidak menghiraukan penyakitnya, sering terlambat makan, merasa sakit ulu hati tapi masih
mau bekerja terus, sering datang terlambat ke dokter
5. Umur
Terbanyak pada usia 30-an, karena banyak faktor stres, kesulitan dalam bidang ekonomi
dan keluarga
6. Jenis kelamin/ bangsa
laki-laki lebih sering dibandingkan wanita. Kulit hitam lebih jarang dibandingkan kulit
putih
7. Faktor sosial
Sering ditemukan dikota besar dan daerah industri.
c. Kolitis ulserativa
Tipe kepribadian dari pasien dengan Kolitis ulserativa menunjukkan sifat
kompulsif yang menonjol. Pasien cenderung pembersih, tertib, rapi, tepat waktu,
hiperintelektual, malu-malu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan. Stres non
spesifik dapat memperberat penyakit ini. Terapi yang dianjurkan pada kolitis ulserativa
yang akut adalah psikoterapi yang non konfrontatif dan suportif dengan psikoterapi
interpretatif selama periode tenang. Terapi medis terdiri dari tindakan medis nonspesifik,
seperti antikolinergik dan anti diare.
d. Obesitas
Terdapat presdiposisi familial genetika pada obesitas, dan factor perkembangan
awal ditemukan pada obesitas masa anak-anak. Faktor psikologis adalah penting pada
obesitas hipergrafik (makan berlebihan). Terapi yang dianjurkan adalah pembatasan diet
dan penurunan asupan kalori. Dukungan
emosional dan modifikasi perilaku adalah membantu untuk kecemasan dan depresi yang
berhubungan dengan makan berlebihan dan diet.
e. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa ditandai oleh perilaku yang diarahkan untuk menghilangkan
berat badan, pola aneh dalam menangani makanan, penurunan berat badan, rasa takut yang
[Type text]

kuat terhadap kenaikan berat badan, gangguan citra tubuh, dan pada wanita amenore:1,10
4. Sistem muskuloskletal
a. Artritis rematoid
Stres psikologis mungkin mempresdiposisikan pasien pada artritis rematoid dan
penyakit autoimun melalui supresi kekebalan. Orang artritik merasa terkekang, terikat dan
terbatas. Karena banyak orang artritik memiliki riwayat aktivitas fisik. mereka seringkali
memiliki rasa marah yang terepresi tentang pembatasan fungsi otot-otot mereka, yang
memperberat kekakuan dan imobilitas mereka.
Kriteria diagnostik untuk rasa sakit psikosomatis adalah :
Saat rasa sakit bersamaan dengan krisis emosional
Kepribadian yang khusus
Perbedaan frekuensi pada pria dan wanita
Hubungan dengan gangguan psikosomatis yang lain
Riwayat keluarga
Hilang timbul
Hilang pada perubahan lingkungan, pergaulan, kebudayaan
b. Nyeri punggung bawah
Seringkali seorang pasien dengan nyeri punggung bawah melaporkan bahwa
nyerinya dimulai saat trauma psikologis atau stres. Disamping itu reaksi pasien terhadap
nyeri adalah tidak sebanding secara emosional, dengan kecemasan dandepresi yang
berlebihan.
5. Sistem endokrin
a. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme (tirotoksikosis) adalah suatu sindroma yang ditandai oleh
perubahan biokimiawi dan psikologis yang terjadi sebagai akibat dari kelebihan hormon
tiroid endogen atau eksogen yang kronis.
Gejala medis yang sering muncul berupa intoleransi panas, keringat berlebihan,
diare, penurunan berat badan, takikardi, palpitasi dan muntah.
Gejala dan keluhan psikiatrik yang muncul antara lain ketegangan, eksitabilitas,
iritabilitas, bicara tertekan, insomnia, mengekspresikan rasa takut yang berlebihan terhadap
ancaman kematian.
b. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah suatau gangguan metabolisme dan sistem vaskuler yang
dimanifestasikan oleh gangguan penanganan glukosa, lemak, dan protein tubuh. Riwayat
[Type text]

herediter dan keluarga sangat penting dalam onset diabetes. Onset yang mendadak sering
kali berhubungan dengan stres emosional yang mengganggu keseimbangan homeostatik
pasien yang terpredisposisi. Meninger berpendapat bahwa ada hubungan antara
psikoneurotik dengan diabetes, dengan alasan:
Jelas adanya gangguan mental sebelum timbulnya penyakit diabetes
Gangguan mental yang lain dari gejala mental yang timbul pada penyakit hati atau
hipoglikemi
Penyembuhan gangguan mental pararel dengan keadaan kadar gula darah
Gangguan metabolisme karbohidrat dan glukosuria membaik dengan diet
Dengan sembuhnya gangguan mental, diabetes juga membaik
Menurut Meninger ada 3 gangguan mental yang dijumpai pada diabetes:12
a. Depresi
b. Anxietas
c. Fatik (letih)
c. Gangguan endokrin wanita
Premenstrual syndrome (PMS), ditandai oleh perubahan subjektif mood, rasa
kesehatan fisik, dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus menstruasi. Secara
khusus, perubahan kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin dihipotesiskan berperan
penting sebagai penyebab.Gejala biasanya dimulai segera setelah ovulasi, meningkat
secara bertahap, dan mencapai intensitas maksimum kira-kira lima hari sebelum periode
menstruasi dimulai. Faktor psikososial, dan biologis telah terlibat didalam patogenesis
gangguan.
Penderitaan menopause (menopause distress), adalah suatu keadaan yang terjadi
setelah tidak adanya periode menstruasi selama satu tahun yang disebut menopause.
Banyak gejala psikologis yang dihubungkan dengan menopause, termasuk kecemasan,
kelelahan, ketegangan, labilitas emosional, mudah marah (iritabilitas), depresi, pening, dan
insomnia. Tanda dan gejala fisik adalah keringat malam, muka kemerahan, dan kilatan
panas (hot flash). keadaan ini kemungkinan berhubungan dengan sekresi luteinizing
hormone (LH). Fungsi yang tergantung pada estrogen hilang secara berurutan, dan wanita
mungkin mengalami perubahan atrofik pada permukaan mukosa, disertai oleh vaginitis,
pruritus, dispareunia, dan stenosis.
Wanita mungkin juga mengalami perubahan dalam metabolisme kalsium dan
lemak, kemungkinan sebagai efek sekunder dari penurunan kadar estrogen, dan perubahan
tersebut mungkin disertai oleh sejumlah masalah medis yang terjadi pada tahun-tahun
[Type text]

pasca menopause, seperti osteoporosis dan aterosklerosis koroner.


Keparahan gejala menopause tampaknya berhubungan dengan kecepatan
pemutusan hormon, jumlah deplesi hormon, kemampuan konstitusional wanita untuk
menahan proses ketuaan, kesehatan, dan tingkat aktivitas mereka, serta arti psikologis
ketuaan bagi mereka.
Kesulitan psikiatrik yang bermakna secara klinis dapat berkembang selama siklus
kehidupan fase involusional. Wanita yang sebelumnya mengalami kesulitan psikologis,
seperti harga diri yang rendah dan kepuasan hidup yang rendah, kemungkinan rentan
terhadap kesulitan selama menopause.1
6. Gangguan kekebalan
a. Penyakit infeksi
Penelitian klinis menyatakan bahwa variabel psikologis mempengaruhi kecepatan
pemulihan dari mononukleosis infeksius dan influensa. Stres dan keadaan psikologis yang
buruk menurunkan daya tahan terhadap tuberkulosis dan mempengaruhi perjalanan
penyakit. Dengan demikian perkembangan penyakit sangat dipengaruhi oleh keadaan
psikologis orang.
b. Gangguan alergi
Bukti klinis menyatakan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan pencetus
alergi. Asma bronkial adalah contoh utama proses patologis yang melibatkan
hipersensitifitas segera yang berhubungan dengan proses psikososial.
7. Gangguan kulit
a. Pruritus menyeluruh
Pruritus psikogenik menyeluruh adalah tidak ada penyebab organik . kemarahan
yang terekspresi dan kecemasan yang terekspresi merupakan penyebab paling sering,
karena secara disadari atau tidak mereka menggaruk dirinya sendiri secara kasar.
b. Pruritus setempat
Pruritus ani
Pruritus vulva
c. Hiperhidrosis
Hiperhidrosis dipandang sebagai fenomena kecemasan yang diperantarai oleh
sistem saraf otonom. Ketakutan, kemarahan dan ketegangan dapat menyebabkan
meningkatnya sekresi keringat, karena manusia memiliki 2 mekanisme berkeringat yaitu
termal dan emosional. Berkeringat emosional terutama tampak pada telapak tangan,
telapak kaki dan aksila. Berkeringat termal paling jelas pada dahi, leher, punggung tangan
[Type text]

dan lengan bawah.1


9. Nyeri kepala
a. Migren
Migren adalah ganguan paroksismal yang ditandai oleh nyeri kepala rekuren,
dengan atau tanpa gangguan visual dan gastrointestinal. 2/3 pasien memiliki riwayat
gangguan yang sama. Kepribadian obsesional yang jelas terkendali dan perfeksionistik,
yang menekan marah, dan yang secara genetik berpresdisposisi pada migren mungkin
menderita nyeri kepala tersebut.
Pada periode prodromal migren paling baik diobati dengan Ergotamine, Tartrate
(Cafergot), dan analgetik. Psikoterapi bermanfaat untuk menghilangkan efek konflik dan
stres.
b. Tension ( kontraksi otot)
Terjadi pada 80% populasi selama perode stres emosional. Kepribadian tipe A yang
tegang, berjuang keras dan kompetitif peka terhadap gangguan ini. Stres emosional sering
kali disertai kontraksi otot kepala dan leher yang lama melebihi beberapa jam dapat
menyempitkan pembuluh darah yang menyebabkan iskemia.1
Gejalanya berupa nyeri tumpul dan berdenyut dimulai pada sub ocipitalis yang
menyebar keseluruh kepala. Kulit kepala nyeri terhadap sentuhan, biasanya bilateral dan
tidak disertai gejala prodromal seperti mual dan muntah. Onset cenderung pada sore dan
malam hari. Pada stadium awal dapat diberikan anti ansietas, pelemas otot dan pemijatan
atau aplikasi panas pada kepala dan leher. Jika terdapat depresi yang mendasari anti
depresan perlu diberikan. Jika kronis psikoterapi merupakan terapi pilihan.
Pemeriksaan
Biasanya penderita datang kepada dokter dengan keluhan-keluhan, tetapi tidak
didapatkan penyakit atau diagnosis tertentu, namun selalu disertai dengan keluhan dan
masalah. Pada 239 penderita dengan gangguan psikogenik Streckter telah menganalisis
gejala yang paling sering didapati yaitu 89% terlalu memperhatikan gejala-gejala pada
badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh karena itu pada pasien psikosomatis perlu
ditanyakan beberapa faktor yaitu:
1. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan
yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya, pekerjaan
yang terburu-buru, kurang istirahat.
2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual,
[Type text]

anak-anak yang nakal dan menyusahkan.


3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit, pernah
dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.
4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit berat,
status didalam keluarga dan stres yang timbul.
Diagnosis
----Pada umumnya penderita dengan gangguan psikosomatis dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu:
1. terdapat keluhan tentang fisik, akan tetapi tidak terdapat penyakit fisik dan kelainan
organik yang dapat menyebabkan keluhan tersebut
2. terdapat kelainan organik tetapi yang primer yang menyebabkannya adalah faktor
psikologis
3. terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala lain yang timbul bukan sebab
penyakit organik itu, akan tetapi karena faktor psikologis. Faktor psikologis ini mungkin
timbul akibat penyakit organik seperti kecemasan.
----Lewis memberikan beberapa kriteria khusus untuk diagnosis gangguan
psikosomatis yaitu:4
1. Gejala-gejala yang didapat mempunyai permulaan, akibat, manifestasi dan jalannya
yang sangat mencurigakan akan adanya gangguan psikosomatik.
2. Dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan penyakit organik yang
dapat menyebabkan gejala-gejala.
3. Adanya suatu stres atau konflik yang menyulitkan penderita.
4. Reaksi penderita terhadap stres ini banyak hubungannya dengan gejalagejala yang
dikeluhkannya, yaitu bahwa gejala-gejala itu secara psikosomatik merupakan manifestasi
fisik dari konflik atau penyelesaian masalah yang tidak memuaskan.
5. Terjadinya stres harus memiliki korelasi antara waktu dan timbulnya keluhan, bertambah
beratnya penyakit yang ada.
----Untuk diagnosis perlu dievaluasi faktor-faktor sebagai berikut:4
Komponen organik versus komponen nonorganik.
Komponen fungsional nonpsikogenik versus psikogenik.
Dasar kestabilan emosi (kepribadian premorbid dan predisposisi).
Stres yang menimbulkan gejala-gejala.
Beratnya gangguan fisik atau psikologik.
[Type text]

---Pengobatan
Dengan kesabaran dan simpati banyak penderita dengan gangguan psikosomatik
dapat ditolong. Kita dapat menerangkan kepada penderita tidak dapat sesuatu dalam
tubuhnya yang rusak atau yang kurang, tidak terdapat infeksi dan kanker, hanya anggota
tubuhnya bekerja tidak teratur. Untuk menerangkan bagaimana emosi dapat mengganggu
tubuh dapat diambil contoh sehari-hari seperti orang yang malu mukanya akan menjadi
merah, orang yang takut menjadi bergemetar dan pucat. Dapat dipakai perumpamaan
menurut pendidikan dan pengetahuan penderita.
----Setelah dibuat diagnosis gangguan psikosomatis, terdapat 3 fase terapi yaitu:
Fase 1 : ialah fase pemeriksaan dan pemberian ketenangan, penderita dan dokter bersamasama berusaha dan saling membantu melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang
teliti dan tes laboratorium bila perlu. Diusahakan membuktikan bahwa tidak terdapat
penyakit organik dan dijelaskan kepada penderita tentang mekanisme fisiologik serta
keterangan tentang gejala-gejala. Berikan kesempatan kepada penderita untuk bertanya.
Fase 2 : merupakan fase pendidikan, fase ini dokter lebih banyak bicara. Untuk memberi
keterangan tentang keluhan, meyakinkan serta menenangkan pasien, dapat dikatakan
antara lain :

bahwa gejala-gejalanya benar ada, dapat dimengerti kalau ia mengeluh dan


menderita

bahwa gejala-gejalanya sering terdapat juga pada orang lain yang sudah kita obati

bahwa tidak ada kanker atau penyakit berbahaya lain

bahwa gejala-gejala itu timbul karena ketegangan sehari-hari dan gangguan


emosional

bahwa gejala itu tidak akan segera hilang, diperlukan beberapa waktu, tetapi akan
hilang atau berkurang bila diobati dengan baik

bahwa kita semua mengalami ketegangan, kekecewaan, godaan dan kecemasan

bahwa kelelahan fisik atau jiwa dapat mengurangi daya tahan tubuh sehingga
timbul gejala

bahwa kita apabila terlalu terburu-buru akan timbul ketegangan jiwa

bahwa tubuh kita bereaksi terhadap ketegangan yang terlalu berat. Sering gejala
merupakan pekerjaan alat tubuh yang bekerja berlebihan

bahwa ini akan lebih baik bila pasien mengerti akan penyebab gejala.

Fase 3 : ialah fase keinsafan intelektual dan emosional. Pada fase ini pasien yang lebih
[Type text]

banyak bicara. Terjadi pengakuan, katarsis dan wawancara psikiatrik. Hal ini harus
berjalan sangat pribadi, rahasia, tanpa sering terganggu dan dalam suasana penuh
kepercayaaan dan pengertian. Dokter menjelaskan saja agar pembicaraan berjalan dengan
baik, tidak terlalu menyimpang dari pokok pembicaraan.
Terdapat 3 golongan senyawa psikofarmaka:14
o

Obat tidur (hipnotik)


Diberikan dalam jangka waktu pendek 2-4 minggu. Obat yang dianjurkan adalah
senyawa benzodiazepine berkhasiat pendek seperti nitrazepam, flurazepam, dan
triazolam. Pada insomnia dengan kegelisahan dapat diberikan senyawa fenotiazin
seperti tioridazin, prometazin.

Obat penenang minor dan mayor


obat penenang minor
diazepam merupakan obat yang efektif yang dapat digunakan pada anxietas,
agitasi, spasme otot, delirium, epilepsi. Benzodiazepine hanya diberikan pada
anxietas hebat maksimal 2 bulan.
obat penenang mayor
Yang paling sering digunakan adalah senyawa fenotiazin dan butirofenon seperti
clorpromazin, tioridazin dan haloperidol.

Antidepresan
yang dianjurkan adalah senyawa trisiklik dan tetrasiklik seperti amitriptilin,
imipramin, mianserin dan maprotilin yang dimulai denga

[Type text]

DAFTAR PUSTAKA
Maslim R.2001. Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stress.
Dalam:Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.
Jakarta: PT. Nuh Jaya. Hal: 84-5
William R.Somatoform Disorders Treatment and Management.Medscape Reference.
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/294908-treatment
Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina Rupa Aksara.
Jakarta.1997: 276-303
Budihalim S, Sukatman D. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI
Jakarta 1999: 591-592

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai