Anda di halaman 1dari 31

PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS (PSMBA)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BLAKANG

Setiap perdarahan baik sedikit mupun banyak dapat dianggap sebagai


salah satu masalah gawat darurat medis yang perlu mendapat pengelolaan
segera. Termasuk perdarah yang sering ditemukan di bidang gastroenterology,
yaitu perdarahan saluran makan. Perdarahan saluran makan bagaian atas
(PSMBA) berupa hematemesis dan melena.
Perdarahan saluran makan bagaian atas (upper gadtrointestinal bleeding)
merupakan suatu masalah medis yang sering menimbulkan kematian yang
tinggi, oleh karena itu harus dianggap suatu masalah gawat darurat yang serius,
dan perlu penanganan segera. Faktor utama yang berperan dalam tingginya
ngka kematian adalah kegagalan untuk menilai masalah ini sebgai keadaan klinis
yang gawat dan kesalahan diagnostic dalam menentukan sumber perdarahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI SALURAN PENCERNAAN BAGIAN ATAS

1.

Rongga Mulut 1
Merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan. Strukturnya meliputi
gigi geligi atas dan bawah, palatum lunak (palatum durum) dan palatum lunak
(paltum mole)bagian ujung dari palatum lunak pada bagiam midposterior
disebut palatine uluva, lidah membentuk bagian dasar rongga mulut yang pada
bagian posterior berhubungan dengan pharing. Rongga mulut memiliki organorgan assesoris yang berupa kelenjar-kelenjar ludah antara lain kelenjar parotis,
sub mandibularis/submaxilaris dan sublingualis.

2.

Esofagus 1
Esofagus merupakan saluran otot yang memiliki panjang 25 cm dan diameter
2 cm dimulai dari laringopharing (setinggi kartilao cricoid atau setinggi C5/6)
menyambung pada lambung setinggi T11. Esofagus terletak diantara vertebra
thoracal dan trachea, dimana vertebra thoracal terletak dibagian posterior
esofagus sedangkan trachea terletak dianterior esofagus. Jantung terletak persis
dibagian anterior esofagus bagian distal. Oleh karena letaknya tersebut esofagus
memiliki beberapa karakteristik antara lain memiliki dua penyempitan/indentasi
dan satu dilatasi. Indentasi pertama akibat pendesakan pada esofagus oleh
archus aorta dan yang kedua pendesakan oleh bronchus utama kiri. Sebuah
dilatasi terjadi persis sebelum esofagus melewati diafragma setinggi T10.
Setelah melalui diafragma bagian esofagus yang terletak di rongga abdomen
disebut cardiac antrum, panjangnya sekitar 1-2 cm dan memiliki bentuk
melengkung

tajam

ke

arah

kiri

intuk

bersambungan

dengan

lambung.

Persambungan antara esofagus dengan lambung disebut esofagogastric junction


atau orifisium cardiac. Umumnya persambungan esofagus dengan lambung inu
letaknya sangat berdekatan dengan diafragma oleh karena itu mengalami
pergerakanmengikuti pergerakan

nafas. Esofagus merupakan organ yang

tersusun atas otot sirkular dan longitudinal. Pada proses menelan otot-otot ini
mengalami gerak peristaltik yaitu suatu gerak kontraksi otot seperti gelombang
yang berkelanjutan, sehingga makanan yang ada didalamnya terdorong.

Gb. 1 Anatomi Esofagus


3.

Lambung1
Lambung terletak diantara esofagus dan usus halus.merupakan dilatasi terbesar
dari saluran pencernaan. Ketika dalam keadaan kosong lambung dalam keadaan
kempis dan ketika menerima makanan maka bentknya akan mengembang.
Struktur lambung meliputi esofagogastrik junctin merupakan persambungan
antara esofagus dengan lambung atau disebut juga dengan orifisium cardiac.
Pada

bagian

ini

terdapat

otot

sirkular

yang

disebut

dengan cardiac sphingter yang mengatur makanan melewati orifisium cardiac.


Orifisium cardiak juga mengacu pada lubang pada ujung akhir esofagus menuju
lambung. Lambung memiliki tiga bagian utama yaitu fundus, body (corpus)
dan pilorus portion. Fundus merupakan bagian yang menggembung pada sisi
superior-lateralis lambung. Sedangkan bagian bawah fundus merupakan bagian
terbesar lambung yang disebut dengan body/corpus. Bagian ini memiliki dua
lengkukng pada masing-masing sisi medial dan lateral. Sisi medial memiliki
lengkung yang lebih pendek disebut kurvatura minor, sedangkan sisi lateral
disebut kurvatura mayor. Bagian utama yang ketiga dari lambung disebut pilorus
portion. Pilorus portion memiliki tiga bagian yaitu pilorus antrum, pilorus canal
dan orifisium pilorus yang merupakan sebuah lubang pada bagian akhir dari
distal lambungsebelum ke duodenum.

Gb. Anatomi Lambung

4. Duodenum1
Duodenum merupakan bagian akhir dari sistem pencernaan atas. Panjangnya
sekitar 20-24 cm merupakan bagian dari usus halus yang terpendek dan
terlebar. Bentuknya seperti huruf C terletak berdekatan dengan pangkreas.
Duodenum memiliki bagian-bagian yaitu bulbus duodenal, superior portion,
desenden

duodenal,

horizontal

portion,

asenden

portion

dan

fleksura

duodenojejunal. Pada bagian fleksura duodenojejunal malekat otot yang disebut


ligamentum Treitz.

Gb. 3 Anatomi Duodenum

B.

1.

PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS (PSMBA)

DEFINISI

Perdarahan saluran makan bagian atas (PSMBA) adalah perdarahan yang


bersal dari daerah ligamentum Treitz ketasa (dari peroksimal yeyenum sampai
esophagus).

2.

ETIOLOGI

2,3

2.1. Kelainan esofagus

a.

Varises esfagus
Secara panendoskopi pada 277 penderita saat mereka masuk rumah
sakit, ternyata 152 penderita saat mereka masuk rumah sakit, ternyata 152
penderita diantaranya sebagai penyebab perdarahan adalah pecahnya farises
esofagus. Beberapa kasus diantaranya masih memperlihatkan perdarahan segar
yang berasal dari pecahnya varises di sepertiga bawah esofagus.
Varises esofagus ditemukan pada penderita serosis hati dengan
hipertensi portal. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah darah atau
hematemesis biasanya mendadak dan massif, tanpa didahului perasaan nyeri
epigastrium. Darah yang keluar berwarna kehitam hitaman dan tidak akan
membeku,

karena

sudah

tercampur

dengan

asam

lambung.

Setelah

hematemesis selalu disusul dengan melena.

b.

Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Pada penendoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang
hampir menutup esofagus dan mudah berdarah terletak di sepertiga bawah
esofagus.

c.

Sindrom Mallory-weiss

Muntah muntah yang hebat mungkin dapat mengakibatkan rupture dari


mukosa dan submukosa pada derah kardia atau esofagus bagian bawah,
sehingga timbul perdarahan.
Karena laserasi yang aktif disertai ulserasi pada daerah kardia dapat
timbul perdarahan yang massif. Timbulnya laserasi yang akut tersebut dapat
terjadi sebagai terlallu sering muntah-muntah yang hebat, sehingga tekanan
intraabdominal

meningkat,

yang

dapat

mengakibatkan

pecahnya

arteri

submukosa esofagus atau kardia.

d.

Esofagitis dan tukak esofagus


Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat
intermitten atau kronis dan biassanya ringan, sehingga lebih sering timbul
melena daripada hematemesis.Tukak esofagus jarang sekali mengakibatkan
perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.

2.2.Kelainan di lambung
a.

Gastritis erosive hemoragika


Sebagai penyebab terbanyak dari gastritis erosive hemoragika ialah
obat-obatan yang dapat menimbulkan iritasi pada mukosa lambung ialah obatobatan yang dapat menimbulakan iritasi pada mukosa lambung atau obat yang
dapat merangsang timbulnya tukak. Misalnya beberapa jam setelah minum
aspirin, obat bintang tujuh dan lain-lain. Obat-obatan seperti itu termasuk
golongan salisilat yang menyebabakan iritasi dan dapat menimbulkan tukak
multiple yang akut dan dapat disebut golongan obat ulserogenic drugs.
Beberapa obat lain yang juga dapat menyebabkan hematemesis ialah; golongan
kortikosteroid, butazolidin, reserpin, alcohol dan lain-lain. Golongan obat ini
dapat mengakibatkan hiperaseditas.

Berdasarkan anamnesa dari penderita sebagai penyebab dari gastritis


erosive hemoragika antara lain; setelah pasien meminum obat aspirin, naspro,
cap bintang tujuh dll. Sifat hematemesis tidak massif dan timbulnya setelah
berulang kali minum obat-obatan tersebut yang disertai dengan rasa nyeri, pedih
diulu hati.
b.

Tukak lambung
Tukak lambung lebih sering menimbulkan perdarahan terutama yang
terletak di angulus dan prepilorus dibandingkan dengan tukak duedeni dengan
perbandingan 23,7%:19,1%. Tukak lambung yang besifat akut biasanya dangkal
dan multiple yang dapat digolngkan sebagai erosi. Umumnya tukak ini
disebabkan oleh obat-obatan, sehingga timbul gastritis erosive hemoregika.
Pedarahan dapat juga terjadi pada penderita yang pernah mengalami
gastrektomi, yaitu adanya tukak di daerah anastomose. Tukak seperti ini
dinamakan tukak marginalis atau tukak stomal.

c.

Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di Indonesia sangat jarang, yang umunya
datang berobat sudah dalam fase lanjut dan sering mengeluh rasa pedih, nyeri
diulu hati, serta merasa lekas kenyang, badan menjadi lemah. Jarang sekali
mengalami hematemesis, tetapi sering mengeluh buang air besar hitam pekat
(melena).

2.3. Kelainan di duodenum

a.

Tukak duedeni
Tukak duedeni yang menyebabkan perdarahan secara panendoskopi
terletak di bulbus, ditemukan 6 kasus. Empat kasus diantaranya dengan keluhan
utama hematemesis dan melena, sedangkan dua kasus lainnya mengeluh
melena saja. Sebelum timbul perdarahan, semua kasus mengeluh merasa nyeri
dan perih di perut bagian atas agak ke kanan. Keluhan ini juga dirasakan waktu
tengah malam sedang tidur pulas, sehingga terbangun. Untuk mengurangi rasa
nyeri dan pedih, penderita makan roti mari atau minum susu.

b.

Karsinoma Papila Vaterii


Karsinoma papilla vaterii merupakan penyebab dari karsinoma di ampula,
menyebabkan penyumbatan saluran empedu dan saluran pancreas yang pada
umumnya sudah dalam fase lanjut. Gejala yang ditimbulkan selain kolestatik
ekstrahepatal, juga dapat menyebabkan timbulnya perdarahan. Perdarahan yang
terjadi lebih bersifat perdarahan tersembunyi (occult bleeding), sangat jarang
timbul hematemesis.

3.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis perdarahan saluran cerna:


Ada 3 gejala khas, yaitu:
1. Hematemesis
Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna
atas, yang berwarna coklat merah atau coffee ground.

2. Hematochezia
Keluarnya darah dari rectum yang diakibatkan perdarahan saluran
cerna bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran
cerna bahagian atas yang sudah berat.

3. Melena
Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran
bercampur asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran
cerna bahagian atas, atau perdarahan daripada usus-usus
ataupun colon bahagian kanan dapat juga menjadi sumber lainnya. (Porter,
R.S., et al., 2008) Disertai gejala anemia, yaitu: pusing, syncope,
anginaatau dyspnea. (Laine, L., 2008)
Universitas Sumatera Utara 23

4.

Studi meta-analysis
Mendokumentasikan
berikut:Hematemesis -

insidensi

dari

40-50%, Melena -

gejala

klinis UGIB akut

70-80%, Hematochezia -

20%, Hematocheziadisertai melena -

90-98%, Syncope -

43.2%, Dyspepsia -

Nyeri epigastric -

18%,

sebagai
15-

14.4%, Presyncope 41%, Heartburn -

21%, Diffuse nyeri abdominal - 10%, Dysphagia - 5%, Berat badan turun - 12%,
dan Jaundice - 5.2%

Tabel 2.1 : Membedakan PSMBA dengan PSMBB


PSMBA

Manifestasi klinik

Hematemesis dan/

PSMBB

Hematokesia

melena

5.

Aspirasi nasogastrik

Berdarah

Jernih

Rasio BNU kreatinin

Meningkat > 35

<35

Auskultasi usus

Hiperaktif

Normal

ANAMNESIS

Diperlukan sekali pengambilan anamnesis/allo-anamnesis yang teliti


diantaranya:
a.

Setiap penderita dengan perdarahan SMBA, perlu ditanyakan apakah timbul


mendadak dan banyak, atau sedikit demi sedikit tetapi terus menerus, atau
apakah timbul perdarahan berulang kali, sehingga lama-kelamaan badan
menjadi lemah. Apakah perdarahan dialami pertama kali atau sudah pernah.

b.

Sebelum hematemesis apakah didahului dengan rasa nyeri atau pedih di


epigastrium yang berhubungan dengan makanan untuk memikirkan tukak peptic
yang mengalami perdarahan.

c.

Adakah penderita makan obat-obatan atau jamu-jamuan yang menyebabkan


rasa nyeri atau pedih di epigastrium kemudian disusul dengan muntah darah.

d.

Penderita

dengan

hematemesis

yang

disebabkan

pecahnya

varises

esofagus,tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada


umumnya sifat perdarahan timbul secara spontan dan massif. Darah yang
dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku, karena sudah
tercampur dengan asam lambung. Kepada penderita perlu ditanyakan apakah
pernah hepatitis, alkoholisme atau penyakit hati kronis.
e.

Sebelum timbul hematemesis, apakah didahului muntah-muntah yang hebat,


misalnya pada peminum alcohol, wanita hamil muda. Hal ini perlu dipikirkan
akan kemungkinannya Sindroma Mallory-Weiss.

6.

PEMERIKSAAN FISIK

Yang pertama perlu diamati adalah keadaan umum, tekanan darah, nadi,
apakah sudah memperlihatkan tanda-tanda syok apa belum. Bila penderita
sudah

dalam

keadaan

syok

sebaiknya segera diberi

pertolongan

untuk

mengatasinya. Disamping itu perlu diamati kesadaran penderita, apakah masih


kompos mentis ataukah sudah koma hepatikum (pada penderita sirosis dengan
perdarahan). Bila sudah syok atau koma perlu maka segera diatasi komanya.
Pada

keadaan

gawat

penderita,

segala

manipulasi

yang

tidak

esensial

hendaknya ditinggalkan dulu sampai keadaan umum penderita membaik.


Disamping itu, perlu diperhatikan apakah ada anemia.
Hematemesis yang diduga karena ada pecahnya varises esofagus, perlu
diperhatikan gangguan faal hatiyaitu ada tidaknya foetor hepatikum, ikterus,
spider nevi, eritema Palmaris, liver nail, venektrasi disekitar abdomen, asites.
Splenomegali, edema sakrai dan pretibial, tanda endokrin sekunder pada kaum
wanita

(gangguan

menstruasi,

(ginekomasti, atrofi testis).

atrofi

payudara)

dan

pada

kaum

pria

Seseorang penderita dengan kelainan dilambung sebagai penyebab


perdarahan, misalnya tukak peptic atau gastritis hemoragika, akan nyeri tekan di
daerah epigastrium. Dan apabila teraba suatu massa di epigastrium yang
kadang-kadang terasa nyeri tekan, kemungkinan besar adalah karsinoma
dilambung sebagai penyebab perdarahan.

7.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Setiap penderita dengan perdarahan apapun, pertama-tama sebaiknya


dilakukan pemeriksaan golongan darah, hb, hematokrit, jumlah eritrosit, leukosit,
trombosit dan morfologi darah tepi.
Dan pada penderita, yang diduga menderita sirosis hati dengan
pecahnya varises esofagus terutama dengan perdarahan massif, perlu sekali
diperiksa apakah ada kelainan faal hati.
Selain daripada itu, perlu dilakukan pemeriksaan biokimia darah, antara
lain terhadap faal hati pada penderita dugaan karena pecahnya varises
esofagus, tes faal ginjal untuk mengetahui ada tidaknya gangguan faal ginjal
BUN, kreatinin serum karena pada pasien PSMBA pemecahan darah oleh kuman
usus alkan mengakibatakan kenaikan BUN, sedangkan kreatinin serum tetap
normal atau sedikit meingkat. bila perlu gula darah apabila ada riwayat diabetes.
Elektrolit (Na, K, Cl) perubhan elektrolit bisa terjadi karena perdarahan,
transfuse, atau kumbah lambung.

8.

DIAGNOSA
Diagnosa dapat ditegakakan berdasarkan Gejala klinis dan pemeriksaan
tambahan

seperti

endoskopi

gastrointestinal,

radiografi

degan

radionuklid dan angiografi.

Tabel 2.2. Klasifikasi ktivitas perdarahan tukak peptic menurut Forrest


Aktifitas perdarahan

Kreteria endoskopi

barium,

Fores Ia

Perdarahan aktif

Perdarahan arteri
menyembur

Forest Ib

Perdarahan aktif

Perdarahan
merembes

Forest II

Perdrahan berhenti

Gumpalan darah

dan masi terdapat

pada dasar tukak

sisa sisa perdarahan

atau terlihat
pembuluh darah

Forest III

Perdarahan berhenti

Lesi tanpa tanda sisa

tanpa sisa

perdarahan

perdarahan

9.

PENCEGAHAN3, 4

Melena merupakan suatu komplikasi yang timbul akibat terjadinya perdarahan


pada saluran pencernaaan bagian atas yang diakibatkan oleh beberapa kelainan
yakni kelainan pada esofagus,lambung dan duodenum. Oleh karena itu upaya
preventif dalam masalah melena adalah dengan mencegah seseorang agar tidak
mengalami kelainan-kelainan tersebut.

Secara umum pencegahan komplikasi dari suatu penyakit adalah dengan


mengatasi penyebab suatu kelainan , pemberian pengobatan yang teratur dan
benar serta mematuhi arahan dari dokter.

Berikut adalah cara cara mencegah seseorang mengalami perdarahan saluran


cerna atas yang berkomplikasi dengan melena :
KELAINAN YANG
NO
1.

UPAYA PENCEGAHAN

TERJADI
Mengatur

Ulkus Peptikum

pola

teratur,menjauhi
bersifat

asam,

kafein,

membatasi

makan

yang

makanan

yang

pedas,

mengandung

konsumsi

obat

NSAIDs, berperilaku PHBS.


2.

Sindrom

Mallory

Weiss
Luka
pada

lainnya
robek

(lecet)

bagian

bawah

esofagus dan bagian


atas lambung
3.

Tindakan endoskopi atau

Gastritis

dimana

prosedur

terdapat

alat

yang

dimasukkan haruslah dilakukan dengan


hati-hati,segera
pada

mengambil

penderita

yang

tindakan

mengalami

muntah yang hebat.


Makanlah yang secukupnya dan tidak
terlalu

kenyang

,pengurangan

konsumsian makanan yang berlemak


dan

mengandung

asam

dianjurkan

,hindari minuman yang bersoda dan


berkafein,

menghindari

stress,rokok,obat-obatan

NSAIDs

dan

berolahraga secara teratur.


4.

Duodenitis

Tidak

mengonsumsi

obat

NSAIDs

secara berlebihan dan berkala,hindari


stress,alkohol dan penerapan PHBS.
5.

Esofagitis

Akibat

yang

paling

adalahgastroesophageal

umum
reflux

disease (GERD)

maka

cara

pencegahannnya adalah menghindari


terjadinya

GERDS

yaitu

dengan

menghindari makanan yang berallergi,


Posisi kepala atau ranjang ditinggikan ,
Diet dengan menghindari makanan dan
minuman

tertentu

seperti

makanan

berlemak, asam, kafein dan alkohol,


Jangan

merokok

dan

hindari

penggunaan NSAIDs secara berkala.


Hindari pengonsumsian alkohol dan

Varises Esofagus

6.

penerapan gaya hidup sehat yang akan


membantu dalam mencegah terjadinya
penyakit

hati

yang

merupakan

penyebab varises esofagus.


Karsinoma Esofagus

7.

Keterangan

Kelainan

kelainan

kekerapan kasus yang terjadi:

No 1 5 : Sering terjadi

No 6

: Kadang Kadang terjadi

No 7

: Jarang terjadi

10. PENATALAKSANAAN

2,3

Langkah pengobatan awal haruslah


baik agar progressivitas penyakit tidak
berlanjut
dan
Mencegah
pengonsumsian alkohol serta tembakau

tersebut

berdasarkan

jumlah

Pengobatan umum
a.

Infuse / transfusi darah


Perdarahan dengan 500- 1000 cc perlu diberi cairan infuse, yaitu : dektrose
5%, atau Ringer Laktat, atau NaCl 0.9%. Hanya kepada penderita sirosis hati
dengan asites / edema sabaiknya jangan memberikan cairan NaCl 0.9%. selain
dari pada itu perlu dipersiapkan kemungkinan untuk memberikan transfusi
darah. Apalagi bagi penderita yang memperlihatkan perdarahan masif / jatuh
dalam syok, maka pemberian transfusi darah harus pertama pertama
dipikirkan. Harus diingat , bahwa darah yang keluar bila melebihi 50% dari
volume

darah

di

badan,

akan

membahayakan

jiwa

penderita,

bahkan

kemungkinan fatal.
Kapan tranfusi darah di berikan sifatnya sangat individual, tergantung jumlah
darah yang hilang, perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya
perdarahan berlangsung, dan akibat klinik perdarahan tersebut. Indikasi
transfuse darah pada perdarahan saluran cerna dipertimbangkan pada keadaan
seperti ini:
1.

Perdarahan dalam keadaan hemodinamik tidak stabil

2.

Perdarahan baru atau masi berlangsung dan diperkirakan jumlahnya 1 liter atau
lebih

3.

Perdarahan baru atau masi berlangsung dengan hemoglobin , 10 % g atau


hematokrit < 30 %

4.

Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun.

Perlu di pahami dipahami bahwa nilai hematokrit untuk memperkirakan jumlah


perdarahan kurang akurat bila perdarahan sedang atau berlangsung. Proses
hemodilusi dari cairan ekstravaskular 24-27 jam setelah onset perdarahan.
Target penapaian hematokrit setelah transfusi darah tergantung kasus yang di
hadapi, untuk usia muda dengan kondisi sehat cukup 20-25 % usia lanjut 30 %,
sedangkan pada hipertensi portal jangan melebihi 27-28%.

b.

Psikoterapi
Sebagai akibat perdarahan yang banyak sekali penderita menjadi gelisah.
Untuk itu perlu psikoterapi dilakukan.

c.

istirahat
Istirahat sangat dianjurkan, sekurang-kurangnya selama 3 hari setelah
perdarahan yang masif berhenti. Tapi pada umumnya diberikan istirahat mutlak
lebih kurang 2 minggu. Pada saat-saat tersebut perlu diperhatikan hygiene
penderita.

d.

Diet
Dianjurkan berpuasa sekurang kurangnya sampai 24 jam setelah perdaran
terhenti. Setelah 24-48 jam perdarahan berhenti, dapat diberikan makanan cair.
Sebelum itu dapat diberikan batu es, selain untuk menjaga mulut jangan kering,
dapat juga menghentikan perdarahan.

e.

Obat obatan
Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami
perdarahan SCBA diperbolehkan, dengan pertimbangan pemberian tersebut
tidak merugikan dan relatif murah.

Pengobatan kusus

a.

Vasopressin
Vasopressin dapat menghentikan perdarahan PSMBA lewat efek vasokontriksi
pembuluh darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta
menurun. Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang mengandung
vasopressin murni dan preparat pituitary gland yang mengandung vasopressin
dan oxcytocin. Pemberian vasopressin dilakukan dengan mengencerkan sediaan
vasopressin 50 unit dalam 100 ml dekstrose 5 %, diberikan 0.5-1 mg/menit/iv

selama 20-60 menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam atau setelah pemberian
pertama dilanjutkan per infuse 0.1-0.5 U/menit. Vasopressin dapat menimbulkan
efek samping serius berupa insufisiensi koroner mendadak, oleh karena itu
pemberiannya disarankan bersamaan preparat nitrat, misalnya nitrogliserin iv
dengan dosis awal 40mcg/ menit kemudian secara titrasi dinaikkan maksimal
hingga 400mcg/menit dengan mempertahankan tekanan sistolik diatas 90
mmHg.

b.

Somastostatin
Somatostatin dan analognya (octreotide) diketahui dapat menurunkan
aliran darah splanknik, khasiatnya lebih selektif disbanding vasopressin.
Penggunaan di klinik pada perdarahan akut varises esofagus dimulai sekitar
tahun1978.
Somastotatin dapat menghentikan perdarahan akut varises esofagus
pada 70-80% kasus, dan dapat pula digunakan pada perdarahan non varises.
Dosis pemberian diawali dengan bolus 250 mcg/jam selama 12-24 jam atau
sampai perdarahan berhenti, oktreotide dosis bolus 100 mcg/iv dilanjutkan per
infuse 25 mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai perdarahan berhenti.

c.

Anti Sekresi Asam

Yang dilaporkan bermanfaat untuk mencegah perdarahan ulang SCBA


karena tukak peptic ialah inhibitor pompa proton dosis tinggi. Diawali bolus
omeprazol 80 mg/iv kemudian dilanjutkan per infuse 8 mg/kgBB/jam selama 72
jam, perdarahan ulang pada kelompok placebo 20% sedangkan yang diberi
omeprazol hanya 4.2%. suntik omeprazol yang beredar di Indonesia hanya untuk
pemberian bolus yang bisa digunakana per infuse ialah persediaan esomeprazol
dan pantoprazol dengan dosis sama dengan omeprazol. Pada perdarahan SCBA
ini, antasida, sukralfat, dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan dengan
tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab perdarahan. Antagonis reseptor H2

dalam

mencegah

perdarahan

ulang

SCBA

karena

tukak

peptic

kurang

bermanfaat.

d.

Balon Tamponade

Penggunaan balon tamponade untuk menghentikan perdarahan varises


esofagus

dimulai

sekitar

tahun1950,

paling

popular

adalah

Sengstaken-

Blakemore tube (SB-tube) yang mempunyai tiga pipa serta dua balon masingmasing untuk esofagus dan lambung. Komplikasi pemasangan SB tube yang bisa
berakibat

fatal

adalah

pnemoni

aspirasi,

laserasi

sampai

perforasi.

Pengembangan balon sebaiknya tidak melebihi 24 jam dan dilakukan oleh


tenaga medic yang berpengalaman dan observasi ketat.

e.

Endoskopi
Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang massif aktif
atau tukak dengan pembuluh darah yang tampak.
Metode terapinya meliputi:
1.

Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe)

2.

Noncontact thermal (laser)

3.

Nonthermal

(misalnya

suntikan

adrenalin,

polidokanol,

alcohol,

atau

pemakaian klip).
Berbagai cara endoskopi tersebut akan efektif dan aman apabila
dilakukan ahli endoskopi yang terampil dan berpengalaman. Endoskopi trapeutik
ini dapat diterapkan pada 90 % kasus perdrahan saluran cerna baggaian atas,
sedangkan 10 % sisanya tidak dapat dikerjakan karena alasan teknis seperti
darah terlalu banyak sehingga pengamatan terhalang sehingga pengamatan
terhlang atau letak lesi tidak terjangkau. Secara keseluruhan 80% perdarahan
tukak peptic dapat berhenti spontan, namun pada kasus perdarahan arterial
yang bisa berhenti spontan hanya 30 %. Terapi endoskopi yang relatif mudah
dan tanpa banyak peralatan mendukung ialah penyuntikan submukosa sekitar
titik perdarahan menggunakan adrenalin 1:10000 sebanyak 0,5-1 ml tiap kali

suntik dengan batas dosis 10 ml atau alcohol absolud (98 %) tidak melebihi 1 ml.
penyuntikan bahan sklerosa seperti alcohol absolute atau polidokanol umumnya
tidak dianjurkan karena bahaya timbulnya tukak dan perforasi akibat nekrosis
jaringan di lokasi penyuntikan. Keberhasilan terapi endoskopi dalam penghentian
perdarahan bisa mencapai diatas 95 % dan tanpa terapi tambahan lain
perdarahan ulang frekuensinya sekitar 15-20 %.
Hemostatis endoskopi merupakan terapi pilihan pada perdarahan karena
varises osefagus. Dengan ligasi varises dapat dihindari efek samping akibat
pemakaian sklerosan, lebih sedikit frekuensi terjadinya ulserasi dan striktur.
Ligasi dilakukan mulai distal mendekati cardia bergerak spiral setiap 1-2 cm.
dilakukan pada varises yang sedang berdarah atau bila ditemukan tanda baru
mengalami perdarahan seperti bekuan darah yang melekat, bilur bilur merah,
noda hematokistik, vena pada vena. Skleroterapi endoskopik sebagai alternatife
bila ligasi endoskopik sulit dilakukan karena perdarahan yang massif, terus
berlangsung, atau teknik tidak memungkinkan. Sklerosan yang bisa digunakan
antara lain campuran sama banyak polidokanol 3%, NaCl 0,9%, dan alcohol
absolute. Campuran dibuat sesaat sebelum skleroterapi dikerjakan. Penyuntikan
dimulai dari bagian paling distal mendekati cardia dilanjutkan ke proksimal
bergerak spiral sampai sejauh 5 cm. pada perdarahan varises lambung dilakukan
penyuntikan cyanoacrylate, skleroterapi untuk varises lambung hasilnya kurang
baik.

f.

Terapi Radiologi
Terapi

angiografi

perlu

dipertimbangkan

bila

perdarahan

tetap

berlangsung dan belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi
endoskopi dinilai gagal dan pembedahan sangat beresiko. Tindakan hemostasis
yang bisa dilakukan dengan penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial.
Bila dinilai tidak ada kontraindikasi dan fasilitas dimungkinkan, pada perdarahan
varises dapat dipertimbangkan TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic
Shunt).

g.

Pembedahan

Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medic, endoskopi dan


radiologi dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam
bentuk tim multidisipliner pada pengelolaan kasus perdarahan PSBA untuk
menentukan waktu yang tepat kapan tindakan bedah sebaiknya dilakukan.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Pengelolaan perdarahan saluran cerna secara praktis meliputi evaluasi


status

hemodinamik,

pemeriksaan

fisik,dan

stabilisasi

hemodinamik,

pemeriksaan

lain

yang

melanjutkan
di

perlukan,

anamnesis,
memastikan

perdarahan saluran makan atas atau bawah.


Prioritas utama dalam menghadapi kasus perdarahan PSMBA ialah
menentukan status hemodinamik dan upaya resusitasi sebelum menegakkan
diagnosis dan memberikan terapi lainnya.
Pemeriksaan edoskopi merupakan cara terpilih untuk menegakkan
diagnosis

penyebab

perdarahan

dan

sekaligus

untuk

melakukann

hemostasis.Manfaat terapi medis tergantung jenis kelainan yang menjadi


penyebab perdarahan.

http://eprints.undip.ac.id/43750/3/Damayanti_Ika_Prasanti_G2A009057_Bab2KTI.
pdf

http://irfanmichael.blogspot.co.id/2013/10/psmba.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31735/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai