TINJAUAN PUSTAKA
(DM)
merupakan suatu
kelompok
penyakit
metabolik dengan
I.
Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tergantung pada tipenya, tipe I yaitu
Diabetes mellitus yang tergantung insulin (IDDM) Insulin dan Tipe II yaitu
diabetes mellitus yang tidak tergantung oleh insulin (non IDDM), tipe lain dan
diabetes gestasional (Tabel 1).3,8
Tipe II
Tipe lain
Diabetes melitus
gestasional
21
II.
Diagnosis DM
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
III.
Pengelolaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik
oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera
diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan
yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera
diberikan.3,8,9
Pilar penatalaksanaan DM terdiri atas edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan intervensi farmakologis (Tabel 3).3,8
22
Terapi Gizi
Medis
Peningkat
sensitivitas insulin
Penghambat
glukoneogenesis
Jenis
Sulfonilurea
Keterangan
- Meningkatkan sekresi insulin oleh sel B
pankreas.
- Pilihan utama : pasien dengan berat
badan normal dan kurang.
- Konsumsi 15-30 menit sebelum makan
Glinid
- Meningkatkan sekresi insulin fase
pertama.
- Mengatasi hiperglikemi post-prandial.
- Konsumsi sesaat sebelum makan.
Tiazolidindion - Meningkatkan ambilan glukosa perifer
- Kontraindikasi : gagal jantung
Metformin
- Mengurangi produksi glukosa hati
- Memperbaiki ambilan glukosa perifer
- Pilihan utama : pasien gemuk
- Kontaindikasi : pasien gangguan fungsi
ginjal dan hati
- Konsumsi sesudah makan
23
Akarbose
Penghambat
glukosidase alfa
DPP-IV inhibitor
24
2.
3.
Ketoasidosis diabetik
4.
5.
6.
7.
8.
9.
IV.
Komplikasi
Komplikasi akut
Komplikasi akut antara lain hipoglikemia (kadar glukosa darah yang
abnormal rendah), ketoasidosis diabetik, dan sindrom HHS (Hiperosmolar
Hiperglikemi Sindrom)
a. Hipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60
mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/1) akibatnya karena pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau
karena aktivitas fisik yang berlebihan.
b. Ketoasidosis diabetik terjadi oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.
c. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar sindrom (HHS) yaitu keadaan yang
dideminasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan
tingkat kesadaran.
2.
26
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
I.
Definisi
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi yang potensial yang dapat mengancam
nyawa pada pasien yang menderita diabetes melitus.ini terjadi terutama pada mereka
dengan DM tipe 1, tetapi bisa juga mereka yang menderita DM tipe dalam keadaan
tertentu. Kejadian KAD (Ketoasidosis Diabetik) ini sering terjadi pada usia dewasa
II.
Klasifikasi KAD
Berat ringannya KAD dibagi berdasarkan tingkat asidosisnya dan keadaan
27
konsentrasi
bikarbonat
dikarenakan
28
IV.
Etiologi KAD
KAD biasanya dicetuskan oleh suatu faktor yang mempengaruhi fungsi
insulin. Mengatasi pengaruh faktor ini penting dalam pengobatan dan pencegahan
KAD selanjutnya. Berikut ini merupakan faktor-faktor pencetus yang penting1,2,3:
1. Infeksi
Infeksi merupakan faktor pencetus yang paling sering. Pada keadaan infeksi
kebutuhan tubuh akan insulin tiba-tiba meningkat. Infeksi yang biasa dijumpai
adalah infeksi saluran kemih dan pneumonia. Jika ada keluhan nyeri abdomen,
perlu
dipikirkan
kemungkinan
kolesistitis,
iskemia
usus,
apendisitis,
divertikulitis, atau perforasi usus. Bila pasien tidak menunjukkan respon yang
baik terhadap pengobatan KAD, maka perlu dicari infeksi yang tersembunyi
(misalnya sinusitis, abses gigi, dan abses perirektal).
29
V.
Kriteria Diagnosis
Penderita dapat didiagnosis sebagai KAD bila terdapat tanda dan gejala
30
VI.
Penanganan KAD
Prinsip-prinsip pengelolaan KAD adalah mengganti cairan tubuh dan
garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan glukoneogenesis sel hati
dengan pemberian insulin, mengatasi stres sebagai pencetus KAD serta
mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan
serta penyesuaian pengobatan.
1.
Resusitasi Cairan
Resusitasi cairan merupakan hal pertama yang mesti dilakukan terhadap
pasien dengan krisis hiperglikemi, terutama pada pasien dengan keadaan
hipotensi. Rehidrasi sebelum pemberian insulin mencegah terjadinya
penurunan kalium, hipotensi dan penurunan osmolalitas serum. Pemberian
resusitasi cairan berdasarkan pada keadaan hemodinamik, penemuan klinis,
nilai elektrolit dan urin output1,2,3.
Rehidrasi pada pasien krisis hiperglikemi dimulai dengan pemberian
cairan normosalin 15-20 ml/kgBB/jam atau 1-1,5 liter dalam satu jam
pertama. Selanjutnya menyesuaikan dengan status dehidrasi pasien. Target
hidrasi adalah mengganti setengah total kehilangan cairan tubuh dalam waktu
12-24 jam1,2. Penanganan rehidrasi cairan pada krisis hiperglikemi mengikuti
alur maintenance per jam seperti pada Tabel 73.
Terapi Insulin
Pemberian resusitasi cairan dapat menurunkan glukosa darah, BUN dan
nilai kalium, namun tidak terhadap perubahan pH atau HCO3. Insulin
merupakan penatalaksaan kedua terhadap pasien krisis hiperglikemia.
31
32
3.
Kalium (Potassium)
Pada keadaan KAD ion K bergerak ke luar sel dan selanjutnya
dikeluarkan melalui urin. Total defisit kaslium yang terjadi selama KAD
diperkirakan mencapai 3-5 mEq/kgBB. Selama terapi KAD ion K kembali ke
dalam sel dan untuk mengantisipasi masuknya ion K ke dalam sel serta
mempertahankan kadar K serum dalam batas normal, perlu pemberian
kalium.1,2,3
Kadar kalium dipertahankan pada krisis hiperglikemi dipertahankan
antara 4,0 - 5,0 mEq/L. Standar terapi kalium seperti terlihat pada tabel 9.1,2
4.
Bikarbonat
Pemberian bikarbonat hanya dianjurkan pada KAD yang berat.
Pemberian bikarbonat harus hati-hati dengan alasan: menurunkan pH
intraseluler akibat difusi CO2 yang dilepas bikarbonat, efek negatif pada
disosiasi oksigen jaringan, hipertonis dan kelebihan natrium, meningkatkan
insidens hipokalemia dan gangguan fungsi serebral. 1,2,3
Bikarbonat diberikan pada pH < 7.0 dengan dosis 100 mmol sodium
bicarbonat (NaCO3-) dalam 400 mL normosalin dengan 20 mEq kalium (KCl)
dalam infus selama 2 jam dengan rate 200 ml/jam hingga pH > 7.0.
Monitoring pH darah setiap 2 jam.1,2
Alur penanganan Ketoasidosis diabetikum dapat dilihat pada Gambar 3.
33
VII.
Resolusi KAD
Penanganan KAD dikatakan berhasil apabila kadar glukosa darah < 200
mg/dL, dan diikuti oleh 2 dari 3 kriteria berikut:
1. Serum bikarbonat 15 mEq/L
2. pH vena > 7,3
3. nilai anion gap < 12 meq/L
34