Anda di halaman 1dari 13

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNI NEGERI JEMBER


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
TEKNIK PRODUKSI BENIH
LAPORAN PRAKTIKUM
PERLINDUNGAN TANAMAN

Acara Praktikum

: Kalibrasi Alat Penyemprotan

Hari / Tanggal pelaksanaan : Kamis, 06 Oktober 2016


Anggota Kelompok
:
1. Fithrotul Ramadhanul R
2. Erika Widhasari
3. Moh. Fuad Rijalul Fikrie
4. M. Asyan Darmawan
5. Linda Rahmawati
6. Indra Fajar Dwi Julian

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


OKTOBER 2016

A41150179
A41150523
A41150370
A41150553
A41150420
A41150300

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya ehingga penulis dapat menyelasaikan laporan pratikum ini yang berjudul
Kalibrasi Alat Penyemprotan tepat waktu. Laporan ini kami buat untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Perlindungan Tanaman.
Laporan praktikum ini dapat terselesaikan karena banyak pihak yang telah
membantu dalam penyusunan maupun praktikum yang telah dilakukan. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing
2. Teknisi Laboratorium Perlindungan Tanaman
3. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak yang perlu diperbaiki,
oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
membuat laporan berikutnya dengan lebih baik lagi. Mungkin dalam penyusunan
laporan ini banyak hal yang tidak sempurna, kami mohon maaf.
Jember, 09 Oktober 2016
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan

herbisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara
aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu:
gulma tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi herbisida dengan
dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan tanaman budidaya
akan mati di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis lebih tinggi dari dosis
rekomendasi.
Untuk menghindari kesalahan tersebut serta untuk menjamin teknik
aplikasi yang akurat, terlebih dahulu harus ditentukan areal penyemprotan yang
aktual dengan memperhatikan jumlah herbisida yang diperlukan untuk areal
perlakuan dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat diaplikasikan secara
seragam pada areal perlakuan. Hal ini melibatkan pekerjaan kalibrasi dari alat
semprot (sparayer) yang akan dipergunakan dan orang yang akan melakukan
aplikasi (apliakator).
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran
lubang nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan
berjalan ( ke depan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa
sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan
melalui lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki.
Organisme pengganggu tanaman atau sering disingkat OPT, Merupakan
organisme-organisme yang dapat merusak tanaman baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan kerugian baik dari segi
kualitas ataupun kuantitas panen, sehingga merugikan secara ekonomi. Untuk
menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman harus dilindungi dengan
cara mengendalikan OPT tersebut. Dengan istilah "mengendalikan", OPT tidak
harus diberantas habis. Dengan usaha pengendalian populasi atau tingkat
kerusakan kardna OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak
merugikan (Djojosumarto, 2004).

Proses budidaya pertanian selalu memiliki korelasi dengan kegiatan


pengendalian, baik hama, penyakit, gulma, dan lain-lain. Dalam proses
pengendalian tersebut, umumnya petani menggunakan peralatan-perlatan dalam
pelaksanaanya. Hal ini bergantung pada jenis pengendalian yang diaplikasikan.
Pengaplikasian pestisida cair atau bahan-bahan lain umumnya diaplikasikan
menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yg difungsikan sebagai penyebar
karena memiliki kemampuan jangkauan penyebaran dan kerataan bahan ke
tanaman yang merata. Jenis-jenis nozle juga beragam, tergantung volume keluaran
cairan dan luasan jangkauan. Dalam penggunaanya didasarkan pada tujuan,
misalkan untuk pengaplikasian herbisida yg sistemik, tidak diperlukan nozle yang
jangkauan dan penyebaran tinggi.
Kemudian dalam pengaplikasian pestisida, diperlukan pengetahuan yang
baik agar penggunaan pestisida tidak menyebabkan kerugian atau dalam kata lain
boros. Pengetahuan ini lebih tergantung kepada jenis pestisida dan dosis yang
digunakan. Dalam hal ini, dosis yang digunakan baiknya tepat atau mendekati
tepat dalam pengaplikasiannya. Dengan demikian efek atau keampuhan pestisida
yang digunakan dapat dibuat seoptimal mungkin
Di Indonesia, untuk keperluan perlindungan tanaman khususnya
kehutanan dan pertanian pada tahun 1986 tercatat 371 formulasi yang telah
terdaftar dan diizinkan penggunaanya, 38 formulasi baru mdngalami proses
pendaftaran ulang. Sedangkan ada 215 bahan aktif yang telah tdrdaftar dan
beredar di pasaran (Sudarmo, 1997).

1.2

Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengenal dan memahami cara kalibarasi pada alat penyemprotan
pesitisida
2. Melakukan kalibarasi alat penyemprotan pesitisida dengan benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Sudarmo (1991), pestisida adalah bahan kimia yang digunakan


untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan
gulma. Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian yang
signifikan. Pestisida secara umum digolongkan beberapa jenis menurut organisme
yang akan dikendalikan populasinya yaitu Insektisida, herbisida, fungsida dan
nematisida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang
patogen dan nematoda.
Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang
dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat
halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam
pengertian sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga
dapat dianggap sebagai sprayer. Banyak jenis alat penyemprot yang bisa
digunakan, yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power
Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power
Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini
disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal
pertanaman sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien (Sukma, Y.
dan Yakup, 1991).
Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang
digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak
membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa
dugunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan
tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC)
atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot
untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa
digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan
dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau
penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas

penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Pada dasarnya semua alat yang


digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan disebut
alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer
berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan nozzle,
menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus.
Berdasarkan

ketahanannya

di

lingkungan,

maka

pestisida

dapat

dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan


pengaruh terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Menurut Raini (2007)
pestisida yang termasuk organoklorin termasuk pestisida yang resisten pada
lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi
dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes,
Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah
pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat
terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin,
Gophacide, dan lain- lain (Manuaba, 2008).
Penyemprot gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi
dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada
punggung

penyemprot.

Bagi

penyemprot

gendong

otomatis,

sebelum

penyemprotan dimulai maka diperlukan pemompaan terlebih dulu. Pemompaan


dilakukan berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan
melihat manometer yang ada pada alat tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi
dikhawatirkan bisa meledak. Dan sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air
semprotan keluarnya tidak sempurna. Lain lagi cara penggunaan penyemprotan
gendong semiotomatis, jenis penyemprot ini diperlukan pemompaan yang
kontinyu.
Pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah
alat untuk mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk
melakukan pekerjaan tersebut masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada
dasarnya system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan
yang diberikan pada alat ini berasal dari motor penggerak. Mesin penyemprot
tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan

mengeluarkan cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagianbagian dari penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit
pompa, selang, laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe
penyemprot yang menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan
di atas gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor (Djojosumarto, 2004).
Metode kalibarasi dapat dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu metode
waktu (time metbod) dan metode luar (areal method),
a. Metode dengan waktu metode ini didasarkan atas penerapan volume
semprotan yang telah ditentukan dengan menghitungkan dan mengukur

debit per menit. Debit dihitung menurut rumus : f

keterangan : f

= debit (liter per menit), r = lebar semprotan ( meter ), d = kecepatan jalan


( meter per hektar ), a = volume semprotan (liter per hektar), c = konstanta
10.000 (1 ha = 10.000m2)

b. Metode luas motode ini digunakan untuk beberapa aplikasi khusus,


terutama untuk pohon - pohonan atau tanaman berumpun, juga digunakan
untuk alat - alat semprot yang debitnya sukar ditentukan (misalnya mist
blower ). Metode luas digunakan dengan menentukan terlebih dahulu
suatu petak tertentu. Kemudian mengisikan sejumlah air kedalam tangki
dengan ukuran yang tepat tersisa pada tangki maka volem semprotan dapat
dihitung. Volume semprot tersebut dapat dihitung sebagai berikut v

c. Jenis nosel yang berfungsi sebagai pemecah cairan menjadi partikel halus
dan selanjutnya menyebar dengan pola semprotan tertentu. Menurut
bentuknya , nosel penyemprot dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Nosel kerucut semprotan yang berbentuk bulat dengan bagian
dalam ada yang berongga dan ada yang tidak. Dengan tinggi nosel
ini dapat mengasilkan semprotan sangat halus berbentuk kabut,
digunakan untuk insektisida dan fungisida
2. Nosel kipas mempunyai lubang berbentuk pipih sedemikan rupa
sehingga semprotan yang di hasilkan berbentuk lembaran tipis
seperti kipas. Nosel ini banyak digunakan untuk penyemrotan
herbisida
3. Nosel pembelok (flood jet ) digunakan untuk penyemprotan
herbisida karena dapat dioperasikan pada tekan rendah. Resiko
kerusakan tanaman pokok karet kabut semprot cukup kecil ,
semprotan yang dihasilkan lembaran tipis cairan berbentuk rata
atau menebal di bagian tengah. Jenis nosel pembelok yang mudah
diperoleh di pasaran adalah nosel polijet

BAB III
METODELOGI

3.1

Waktu dan Tempat Praktikum


Adapun waktu dan tempat praktikum Perlindungan Tanaman yang

berjudul kalibarasi Alat Penyemprotan dilaksanakan tanggal 06 september 2016


pada pukul 09.00-11.00 WIB di Laboratorium Perlindungan Tanaman,
POLITEKNIK NEGERI JEMBER.

3.2

Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan

knapsack sprayer,

nosel kerut ,

nosel polijet ,

nosel kipas ,

ember,

gelas ukur ,

meteran ,

stopwatch,

ATK

b. Bahan yang digunakan air

3.3

Prosuder Kerja
1. Pembimbing memberikan penjelasan dan mahasiswa memperhatikan
2. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Mahasiswa melakukan kalibrasi data sesuai dengan petunjuk dan
penjelasan pembimbing.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kalibrasi dengan metode waktu ditentukan dengan menghitung dan
mengukur debit per menit. Benit dihitung menurut rumus :

Warna Nozzle

Hijau

0,89 m

12,73 m/menit 0,66 L/menit

582,539 L/Ha

Biru

1,56 m

11,60 m/menit

0,87 L/menit

480,76 L/Ha

Kuning

1,01 m

26,78 m/menit 0,68 L/menit

251,47 L/Ha

Merah

2,03 m

10,32 m/menit 0,636 L/menit

303,7 L/Ha

Keterangan :
f

: debit (liter per menit)

: lebar semprotan (meter)

: Kecepatan jalan (meter per menit)

: Volume semprot (liter per menit)

4.2 Pembahasan
Dari keempat nozzle yang sudah dilakukan percobaan yaitu nozzle berwarna
hijau, biru, kuning dan merah semuanya memiliki lebar semprot, debit, kecepatan
jalan dan volume semprot yang berbeda-beda dan setiap nozzle memiliki nilai titik
tertinggi dari pengujian tersebut. Pada nozzle berwarna hijau memiliki nilai
tertinggi dari nozzle yang lain pada volume semprot. Nozzle berwarna biru
memiliki debit paling besar dari nozzle yang lain. Nozzle yang berwarna kuning
memiliki kecepatan jalan yang paling cepat dari nozzle yang lain. Hal ini juga
dapat dikarena terlalu cepatnya jalannya praktikan dalam melakukan praktikum.

Dan pada nozzle merah memiliki nilai tertinggi pada pengujian lebar semprot
dengan rata-rata 2,03 meter.
Dari hasil tersebut dilihat dari lebar penyemprotan kecepatan jalan, debit
dan volume semprotnya yang saling berkaitan, nozzle yang paling baik untuk
digunakan yaitu nozzle berwarna biru. Dari lebar semprotan yang cukup lebar
dengan rata-rata 1,56 meter, cukup baik untuk menyemprot gulma dengan petak
yang cukup luas. Dari kecepatan jalan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlambat
yaitu sekitar 11,60 meter per menit dengan debit yang besar yaitu 0,87 liter per
menit menghasilkan volume semprot yang baik yaitu sekitar 480,76 liter per
hektar. Dengan volume semprot dan debit tersebut, penyemprotan yang dilakukan
dapat rata dan sesuai sasaran yaitu tepat mengenai gulma seluruhnya, tidak
mengalami kekurangan dan tidak berlebihan dalam penggunaan larutan semprot.
Baik tidaknya suatu nozzle juga dapat dikarenakan adanya kerusakan alat
baik pada sprayer yang digunakan maupun pada nozzlenya sendiri. Untuk
menghindari rusaknya suatu alat, perlu dilakukan pemeliharaan alat agar
penyemprotan dapat dilakukan dengan baik, sesuai dan tepat sasaran.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan

pratikum yang telah dilakukan dengan acara Alat-alat

Aplikasi Pestisida dan Kalibrasi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


1.
Tujuan utama dari kalibrasi adalah mencari volume air/ ha.
2.
Penyebab dilakukannya kalibrasi adalah adanya perubahan yang
disebabkan dari nozel yang selanjutnya akan menyebabakan perubahan
3.

curah dan lebar gawang.


Manusia juga merupakan salah satu faktor penyebab perubahan yang
disebabkan karena perbedaan kecepatan jalan dari masing-masing orang
yang tidak sama, kemudian lebar gawang dan tekanan yang diberikan dari

4.

masing-masing orang juga tidak sama.


Alat-alat semprot yang banyak digunakan oleh petani maupun orang lain
memiliki berbagai macam seperti alat semprot tekanan udara otomatis, alat
semprot tekanan udara semiotomatis, handsprayer (manual) dan fogging
serta memiliki berbagai tujuan yang berbeda-beda setiap alat yang
digunakan.

5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan aplikasi pestisida dilapangan dilakukan
kalibrasi terlebih dahulu agar penggunaan dapat efektif dalam mengendalikan
OPT sasaran. Selain itu kalibrasi juga akan menghemat biaya pengedalian karena
jumlah pestisida yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma.


Rajawali Press, Jakarta.

Sukma, Y. dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik Pengendaliannya,


Rajawali Press, Jakarta.

http://hansdw08.student.ipb.ac.id/agh-ipb-45/pages/kalibrasi-ii-dankalkulasi-alat-semprot/ (di akses pada hari minggu 9 oktober 2016)

http://dokumen.tips/documents/laporan-kalibrasi-alat-semprotaplikasi-.html (di akses pada hari minggu 9 oktober 2016)

http://www.pabriksprayer.com/blog/cara-mengkalibrasi-alatsemprot-sprayer (di akses pada hari minggu 9 oktober 2016)

Anda mungkin juga menyukai