Acara Praktikum
A41150179
A41150523
A41150370
A41150553
A41150420
A41150300
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya ehingga penulis dapat menyelasaikan laporan pratikum ini yang berjudul
Kalibrasi Alat Penyemprotan tepat waktu. Laporan ini kami buat untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Perlindungan Tanaman.
Laporan praktikum ini dapat terselesaikan karena banyak pihak yang telah
membantu dalam penyusunan maupun praktikum yang telah dilakukan. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing
2. Teknisi Laboratorium Perlindungan Tanaman
3. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak yang perlu diperbaiki,
oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
membuat laporan berikutnya dengan lebih baik lagi. Mungkin dalam penyusunan
laporan ini banyak hal yang tidak sempurna, kami mohon maaf.
Jember, 09 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan
herbisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara
aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu:
gulma tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi herbisida dengan
dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan gulma dan tanaman budidaya
akan mati di areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis lebih tinggi dari dosis
rekomendasi.
Untuk menghindari kesalahan tersebut serta untuk menjamin teknik
aplikasi yang akurat, terlebih dahulu harus ditentukan areal penyemprotan yang
aktual dengan memperhatikan jumlah herbisida yang diperlukan untuk areal
perlakuan dan bagaimana larutan herbisida tersebut dapat diaplikasikan secara
seragam pada areal perlakuan. Hal ini melibatkan pekerjaan kalibrasi dari alat
semprot (sparayer) yang akan dipergunakan dan orang yang akan melakukan
aplikasi (apliakator).
Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran
lubang nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan
berjalan ( ke depan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa
sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan
melalui lubang nozel pada setiap waktu yang dikehendaki.
Organisme pengganggu tanaman atau sering disingkat OPT, Merupakan
organisme-organisme yang dapat merusak tanaman baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan kerugian baik dari segi
kualitas ataupun kuantitas panen, sehingga merugikan secara ekonomi. Untuk
menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman harus dilindungi dengan
cara mengendalikan OPT tersebut. Dengan istilah "mengendalikan", OPT tidak
harus diberantas habis. Dengan usaha pengendalian populasi atau tingkat
kerusakan kardna OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak
merugikan (Djojosumarto, 2004).
1.2
Tujuan
ketahanannya
di
lingkungan,
maka
pestisida
dapat
penyemprot.
Bagi
penyemprot
gendong
otomatis,
sebelum
mengeluarkan cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagianbagian dari penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit
pompa, selang, laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe
penyemprot yang menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan
di atas gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor (Djojosumarto, 2004).
Metode kalibarasi dapat dilakukan dengan 2 macam metode, yaitu metode
waktu (time metbod) dan metode luar (areal method),
a. Metode dengan waktu metode ini didasarkan atas penerapan volume
semprotan yang telah ditentukan dengan menghitungkan dan mengukur
keterangan : f
c. Jenis nosel yang berfungsi sebagai pemecah cairan menjadi partikel halus
dan selanjutnya menyebar dengan pola semprotan tertentu. Menurut
bentuknya , nosel penyemprot dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Nosel kerucut semprotan yang berbentuk bulat dengan bagian
dalam ada yang berongga dan ada yang tidak. Dengan tinggi nosel
ini dapat mengasilkan semprotan sangat halus berbentuk kabut,
digunakan untuk insektisida dan fungisida
2. Nosel kipas mempunyai lubang berbentuk pipih sedemikan rupa
sehingga semprotan yang di hasilkan berbentuk lembaran tipis
seperti kipas. Nosel ini banyak digunakan untuk penyemrotan
herbisida
3. Nosel pembelok (flood jet ) digunakan untuk penyemprotan
herbisida karena dapat dioperasikan pada tekan rendah. Resiko
kerusakan tanaman pokok karet kabut semprot cukup kecil ,
semprotan yang dihasilkan lembaran tipis cairan berbentuk rata
atau menebal di bagian tengah. Jenis nosel pembelok yang mudah
diperoleh di pasaran adalah nosel polijet
BAB III
METODELOGI
3.1
3.2
knapsack sprayer,
nosel kerut ,
nosel polijet ,
nosel kipas ,
ember,
gelas ukur ,
meteran ,
stopwatch,
ATK
3.3
Prosuder Kerja
1. Pembimbing memberikan penjelasan dan mahasiswa memperhatikan
2. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Mahasiswa melakukan kalibrasi data sesuai dengan petunjuk dan
penjelasan pembimbing.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kalibrasi dengan metode waktu ditentukan dengan menghitung dan
mengukur debit per menit. Benit dihitung menurut rumus :
Warna Nozzle
Hijau
0,89 m
582,539 L/Ha
Biru
1,56 m
11,60 m/menit
0,87 L/menit
480,76 L/Ha
Kuning
1,01 m
251,47 L/Ha
Merah
2,03 m
303,7 L/Ha
Keterangan :
f
4.2 Pembahasan
Dari keempat nozzle yang sudah dilakukan percobaan yaitu nozzle berwarna
hijau, biru, kuning dan merah semuanya memiliki lebar semprot, debit, kecepatan
jalan dan volume semprot yang berbeda-beda dan setiap nozzle memiliki nilai titik
tertinggi dari pengujian tersebut. Pada nozzle berwarna hijau memiliki nilai
tertinggi dari nozzle yang lain pada volume semprot. Nozzle berwarna biru
memiliki debit paling besar dari nozzle yang lain. Nozzle yang berwarna kuning
memiliki kecepatan jalan yang paling cepat dari nozzle yang lain. Hal ini juga
dapat dikarena terlalu cepatnya jalannya praktikan dalam melakukan praktikum.
Dan pada nozzle merah memiliki nilai tertinggi pada pengujian lebar semprot
dengan rata-rata 2,03 meter.
Dari hasil tersebut dilihat dari lebar penyemprotan kecepatan jalan, debit
dan volume semprotnya yang saling berkaitan, nozzle yang paling baik untuk
digunakan yaitu nozzle berwarna biru. Dari lebar semprotan yang cukup lebar
dengan rata-rata 1,56 meter, cukup baik untuk menyemprot gulma dengan petak
yang cukup luas. Dari kecepatan jalan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlambat
yaitu sekitar 11,60 meter per menit dengan debit yang besar yaitu 0,87 liter per
menit menghasilkan volume semprot yang baik yaitu sekitar 480,76 liter per
hektar. Dengan volume semprot dan debit tersebut, penyemprotan yang dilakukan
dapat rata dan sesuai sasaran yaitu tepat mengenai gulma seluruhnya, tidak
mengalami kekurangan dan tidak berlebihan dalam penggunaan larutan semprot.
Baik tidaknya suatu nozzle juga dapat dikarenakan adanya kerusakan alat
baik pada sprayer yang digunakan maupun pada nozzlenya sendiri. Untuk
menghindari rusaknya suatu alat, perlu dilakukan pemeliharaan alat agar
penyemprotan dapat dilakukan dengan baik, sesuai dan tepat sasaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
4.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan aplikasi pestisida dilapangan dilakukan
kalibrasi terlebih dahulu agar penggunaan dapat efektif dalam mengendalikan
OPT sasaran. Selain itu kalibrasi juga akan menghemat biaya pengedalian karena
jumlah pestisida yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA