Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

(DASAR-DASAR AGRONOMI)
PERTUMBUHAN TANAMAN

DI SUSUN OLEH :

I PUTU SUMARIANTO
2009 12 032

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA (UNANDA)


CAB. MASAMBA
2010 / 2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjat kan kehadiran tuhan yang maha kuasa atas
terselesainya makala yang berjudul PERTUMBUHAN TANAMANini
penyusun juga mengucapkan terimakasi atas dukungan bapa/ibik dosen dan
teman-teman sekalian yang sagat membantu terselesainya makala mata
kulkulian DASAR-DASAR

AGRONOMI mengenai PERTUMBUHAN

TANAMA
Melalui makala ini kami juga igin menginpormasikan masukan
kepada para pembaca mengenal PERTANIAN namun penyusun menyadari
bahwa penyusun masih mempunyai kekurangan dalam penyusunan
makalaini.karena itu kami memintak saran dan kritikan atas makala ini dan
kami juaga memperbaiki lebih baik kedepan.
Masamba,FEBRO 2011

Penyusun

Pertuimbuhan tanaman i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A.latarbelakang......................................................................................1
B.rumusan masalah...............................................................................2
C.tujuan dan kegunaan..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A.tanamandaun bwang...........................................................................3
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................13
A.lokasi..................................................................................................13
B.wilayah................................................................................................13
BAB IV HASIL............................................................................................................14
A.responden...........................................................................................14.
B.penelitian pengusaha agribisnis.........................................................14.
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................18.
A.kesimpulan...........................................................................................11

b.saran.................................................................................................
.....11

Pertuimbuhan tanaman ii

BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar
masyarakatnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor
pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena didukung oleh
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah, serta adanya
penerapan teknologi dan pemasaran dalam mendukung pengembangan usaha
pertanian.
Salah satu sektor pertanian yang memegang peranan penting dan perlu
dikembangkan adalah hortikultura khususnya tanaman sayuran yaitu
BAWANG DAUN. BAWANG DAUN(Allium fistulosum L.).merupakan
komoditas sayuran yang memiliki peran penting dalam menunjang ketahanan
pangan maupun sebagai usaha dalam bidang pertanian untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

A.Latar Belakang
Bawang daun merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah
diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah
tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat

tradisional.
Pertumbuhan produksi rata-rata bawang daun selama periode 1989-2003 adalah
sebesar 3,9% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen (3,5%) ternyata lebih banyak
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi bawang merah dibandingkan
dengan komponen produktivitas (0,4%). Bawang merah dihasilkan di 24 dari 30 propinsi di
Indonesia.
Menyimak pemberitaan beberapa media masa akhir-akhir ini tentang
semakin

rawannya

ketersediaan

pangan

di

Indonesia

tentunya

sangat

memprihatinkan. Pengaruh kegagalan panen, bangkrutnya petani dan harga


pangan yang makin meningkat dapat meruntuhkan prospek pertumbuhan
ekonomi. Kondisi dimana harga bahan pangan dan komoditi lain yang tinggi
tentu saja berakibat pada peningkatan inflasi.

Pertuimbuhan tanaman 1

Semakin rawannya ketahanan pangan di Indonesia merupakan akibat


semakin menurunnya luas lahan pertanian dan produktivitas lahan yang tidak
mungkin ditingkatkan. Artinya beberapa upaya untuk meningkatkan hasil
produksi pertanian sudah tidak ekonomis lagi.
Peningkatan kebutuhan terhadap produksi pertanian akibat peningkatan
jumlah penduduk di satu sisi, dan semakin terbatasnya jumlah sumber daya
pertanian disisi lain, menuntut perlunya optimalisasi seluruh sumber daya
pertanian, terutama lahan dan air. Oleh sebab itu, sistem usahatani yang
selama ini lebih berorientasi komoditas (commodity oriented) harus beralih
kepada sistem usahatani yang berbasis sumber daya (commodity base), seperti
halnya

sistem

usahatani

agribisnis. Salah

satu

aspek

penting

dalam

pengembangan agribisnis adalah bahwa kualitas hasil sama pentingnya dengan


kuantitas dan kontinuitas hasil.

Disamping faktor tanah, produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh


ketersediaan air dan berbagai unsur iklim. Namun dalam kenyataannya,
iklim/cuaca sering seakan-akan menjadi faktor pembatas produksi. Hal tersebut
disebabkan kekurang selarasan sistem usahatani dengan iklim akibat kekurang
mampuan kita dalam memahami karakteristik dan menduga iklim, sehingga
upaya antisipasi resiko dan sifat ekstrimnya tidak dapat dilakukan dengan
baik. Akibatnya, sering tingkat hasil dan mutu produksi pertanian yang diperoleh
kurang memuaskan dan bahkan gagal sama sekali.

B.RUMUSAN MASALAH.
Adapun rumusan masalah dalam pembagunan pertanian yaitu:
1. Apa yang menjadi factor utama dalam pertanian ?
2. Bagai mana petani dapat meningkatkan hasil pertanian ?
3. Apakah petani dapat menjalankan pertanian tanpa biaya ?
4. Apa yang menjadi kendala utama dalam pertanian ?

Pertuimbuhan tanaman 2

C.TUJUAN DAN KEGUNAAN


Adapun tujuan dan kegunaannya yaitu :
1. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu :
Mengetahui factor utama pertanian
Meningkatkan mutu pertanian
Mengetahui kendala dalam pertanian
2. Kegunaan
Adapun kegunaan yaitu :
Sebagai penelitian
Sebagai pembelajaran
Sebagai motifikasi dalam meningkatkan mutu pertanian

Pertuimbuhan tanaman 3

BAB II
PEMBAHASAN
A.TANAMAN BAWANG DAUN
Nama Latin: Allium fistulosum L.
Nama Inggris: Welsh onion
Famili : LILIACEAE
1. Cultivar
Rp (Lokal Cipanas), Fragrant, Miranda, Freda, Lorie,
Linda
2. Pembibitan dengan Persemaian

Benih disemaikan dalam bedengan dengan lebar 100-120 cm dan


panjang lahan. Tanah diolah sedalam 30 cm campur pupuk kandang
yang telah diayak sebanyak 2 kg/m.

Bedengan diberi atap plastik bening setinggi 100-150 cm di sisi


Timur dan 60-80 cm di sisi Barat.

Benih ditaburkan di dalam larikan melintang sedalam 1 cm dengan


jarak antar larikan 10 cm.

Tutup dengan daun pisang/karung goni basah.

Setelah berkecambah penutup dibuka.

Penyiraman setiap hari.

Tanaman dipupuk dengan pupuk daun sebanyak 1/3 - 1/2 dosis


anjuran dengan cara semprot (umur 1 bulan).

Bibit berumur 2 bulan dengan ketinggian 10-15 cm siap dipindah


tanamkan.

Pembibitan dari Anakan

Rumpun yang akan dijadikan bibit berumur 2,5 bulan dan sehat.

Rumpun dibongkar bersama akarnya, bersihkan tanah yang


menempel dan akar/daun tua.

Pisahkan rumpun sehingga didapatkan beberapa rumpun baru


yang terdiri atas 1-3 anakan.

Buang sebagian daun.

Bibit disimpan di tempat lembab dan teduh selama 5-7 hari.


Pertuimbuhan tanaman 4

3. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan 15-30 hari sebelum tanam.

Pembedengan untuk tanah sawah/tanah darat (lahan kering):


o Bersihkan areal dari gulma dan batu/kerikil.
o Olah tanah sedalam 30-40 cm hingga gembur.
o Buat parit untuk pemasukan dan pengeluaran air.
o Buat bedengan selebar 80-100 cm, tinggi 30 cm dengan lebar antar
bedengan 25-30 cm.
o Campur merata dengan tanah, 10-15 ton/ha pupuk kandang dan
ratakan permukaan bedengan.

Pengapuran dilakukan jika tanah ber-pH < 6.5 dengan 1-2 ton/ha
kapur dolomit dicampur merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm.
4. Penanaman

Biasanya ditanaman dengan pola tanam tumpang sari.

Bibit ditanam di antara tanaman utama yang berumur lebih


panjang dari bawang daun.

Sebelum kanopi tanaman utama saling menutup, bawang daun


harus sudah dipanen.

Sistem tumpang sari yang sekarang banyak ditanam adalah dengan


tanaman cabe, wortel dan sayuran daun lain.

Waktu tanam terbaik awal musim hujan (Oktober) atau awal


kemarau (Maret).

Lubang tanam dibuat pada jarak 20 x 20 cm sedalam 10 cm.


Sebelum penanaman, bibit dari persemaian dicabut dengan hati-hati,
sebagian akar dan daun dipotong.

Sebagian akar dari bibit dari rumpun induk juga dibuang.

Rendam dalam larutan fungisida konsentrasi rendah (30-50 prosen


dari dosis anjuran) selama 10-15 menit.

Tanam bibit dalam lubang dan padatkan tanah di sekitar pangkal


bibit pelan-pelan.

5. Pemeliharaan

Penyulaman paling lama 15 hari setelah tanam.

Gulma disiangi dua kali, yaitu umur 3-4 minggu dan 6 minggu
dengan cangkul/kored.

Pembubunan bagian dasar tunas selama 4 minggu sebelum panen

Potong tangkai bunga dan daun tua untuk merangsang


pertumbuhan anakan.
Pertuimbuhan tanaman 5

Siram 2 kali sehari

Tidak boleh becek/terlalu basah.

Penyemprotan pestisida gunakan jika perlu /jika sudah ada tandatanda awal munculnya hama dan penyakit.

Hama dan Penyakit

Ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua Hbn.) Pengendalian:


cara pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan
pengendalian kimia dengan Hostathion 40 EC, Orthene 75 SP, Cascade
50 EC atau dengan perangkap ngengat.

Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) Pengendalian mekanis:


mengumpulkan ulat di malam hari, menjaga kebersihan kebun dan
pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae. Pengendalian
kimia: umpan beracun yang dipasang di malam hari berupa campuran
250 gram Dipterex 95 Sl 125, 10 kg dedak dan 0,5 gram gula merah dan
dilarutkan dalam 10 liter air; Insektisida berupa Dursban 20 EC atau
Hostahion 40 EC.

Thrips/kutu loncat/kemeri (Thrips tabbaci Lind.) Pengendalian:


pergiliran tanaman bukan Liliaceae; menanam secara serempak;
memasang perangkap serangga berupa kertas/dengan insektisida
Mesurol 50 WP.

Bercak ungu (Alternaria porri (Ell.) Cif.) Pengendalian: cara


perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
Liliaceae dan menggunakan bibit sehat. Fungisida yang digunakan
adalah Antracol 70 WP, Dithane M-45, Orthocide 50 WP atau Difolatan
4F.

Busuk daun/embun tepung (Peronospora destructor (Berk.) Casp)


Pengendalian: menggunakan benih/bibit sehat, rotasi tanaman dengan
tanaman bukan Liliaceae dan fungisida Dithane M-45, Antracol 70 WP
atau Daconil 75 SP.

Busuk leher batang (Bortrytis allii Munn.) Gejala: leher batang


menjadi lunak, berwarna kelabu, bentuknya menjadi bengkok dan busuk.
Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliacea, penggunaan
benih/bibit sehat, meningkatkan kebersihan kebun dan tanaman dan
fungisida Dithane M-45 atau Daconil 75 WP.

Antraknose (Collectotrichum gleosporiodes Penz.) Gejala: daun


bawah rebah, pangkal daun mengecil dan tanaman mati mendadak.
Pengendalian: menggunakan bibit/benih sehat, perbaikan tata air, rotasi
tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae, mencabut tanaman yang sakit
dan fungisida Antracol 70 WP dan Daconil 75 WP.

6. Panen

Umur Panen 2,5 bulan setelah tanam.

Jumlah anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun


menguning.

Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul/kored di sore hari/pagi


hari.

Bersihkan akar dari tanah yang berlebihan.

Pertuimbuhan tanaman 6

7. Pascapanen

Bawang daun kumpulkan di tempat yang teduh, dicuci bersih


dengan air mengalir/disemprot, lalu ditiriskan.

Diikat dengan tali rafia di bagian batang dan daunnya.

Berat tiap ikatan 25-50 kg.

Daun bawang disortir berdasarkan diameter batang: kecil (1,0-1,4


cm) dan besar (1,5-2 cm)

Lalu dicuci dengan air bersih yang mengalir/disemprot dan


dikeringanginkan.

Ujung daun dipotong sekitar 10 cm.

Simpan pada temperatur 0,8-1,4o C sehari semalam untuk


menekan penguapan dan kehilangan bobot

Pengemasan di dalam peti kayu 20 x 28 cm tinggi 34 cm yang diberi


ventilasi dan alasnya dilapisi busa. Atau di dalam keranjang plastik
kapasitas 20 kg.

Pertuimbuhan tanaman 7

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi
Adapun lokasi, waktu dan tempat dilakukan penelitian yaitu di
daerahkelurahan patapang kecamatan tinggi moncong kabupaten gowa pada
tanggal 19 febr 2011, pukul 10 : 15 WIB, yang terletak di kelurahan tinggi
moncong Karena itu tempat yang tepat untuk dilakukan penelitian.
B. Wilayah
Kota Malino yang terletak 90 km arah Selatan Kota Makassar ibukota
provinsi Sulawesi Selatan, merupakan salah satu obyek wisata alam yang
memiliki daya tarik tersendiri. Malino merupakan, seperti kawasan puncak Bogor
ataupun Bandung. Di kawasan wisata Malino sendiri, terdapat hutan wisata,
berupa pohon pinus yang tinggi berjejer di antara bukit dan lembah. Jalan

menanjak dan berkelok-kelok dengan melintasi deretan pegunungan dan lembah


yang indah bak lukisan alam, akan mengantarkan Anda ke kota Malino. Kawasan
tersebut terkenal sebagai wisata sejak zaman penjajahan Belanda. Banyak
pengunjung yang datang baik dari Kota Makassar maupun dari daerah-daerah
lain di Sulawesi Selatan, dari seluruh Indonesia bahkan banyak juga touris
Mancanegara, untuk mendapatkan tempat rekreasi dan refreshing yang aman,
terutama pada saat weekend atau liburan. Sebelum muncul nama Malino, dulu
rakyat
setempat
mengenalnya
dengan
nama
kampung
Lapparak. Laparrak dalam bahasa Makassar berarti datar, yang berarti pula
hanya di tempat itulah yang merupakan daerah datar, diantara gunung-gunung
yang berdiri kokoh. Terletak di ketinggian antara 980-1.050 DPL.

Pertuimbuhan tanaman 8

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.KONDISI UMUM PRAKTEK LAPANG
1. TANAH
Topografi lokasi tanaman= bergelombang
Testur tanah=lempung berpasir
Struktur berpasir=gembur
Ketinggian tempat=1500 mdpd
2. IKLIM
Suhu dan RH=18-20 c
Jml cura hujan=1800 kali/tahun
3. Tanaman
Jenis komoditi=kentang wortel,kubis,dan lai-lain
Sistim penanaman=mono kultur 50%,tumpang sari50%
B.IDENTITAS RESPONDEN
NAMA
:PATA JUBA

UMUR
:57 TAHUN
PEKERJAAN: PETANI
C.SISTEM BUDIDAYA/PANEN PRODUKSI
1) Benih
Sumber benih=dari took
Perlakuan sebelum di tanam=di bibit
Jumbelah lahan= hetar
Jumbelah benih yang digunakan=1000 pohon
2) Pegelolahan lahan
Alat yang di gunakan=cangkul
Pengolahan tanah=di lubang
Pertuimbuhan tanaman 9

3) Penanaman
Cara tanam=tanam langsung
Jarak tanam=30x30
Sistim penanaman=tumpang sari
Penyulaman=dig anti
4) Pemeliharaan
Pengairan=air hujan dan penyiraman
Pemupikan=pupuk organic
Pengendalian gulma=penyeprotan
Pengendalian hama dan penyakit=erbisida
5) Panen dan produksi
Alat panen =tangan
Indicator= sudah mempunyai anak 5
Teknik pelaksanaan panen=berkisar umur 3 bulan
Jml produksi satu musim=10 ton
6) Pemasaran
Dikebun/dipasar=pedangang
Harga jual komoditi=rp.800/kg

Pertuimbuhan tanaman 10

BAB V
KESMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN
Dari uraian di atas daerah malino tepatnya di kecamatan tinggi moncong
merupakan merupakan daerah yang cocok bagi pertanian,seperti daun
bawang,wortel,kentang,dan bayak masih banyak lainya.namun selain itu petani
di kecamata tinggi moncong juga dapat bekal atau pengarahan dari pemerintah
setempat untuk bertani yang benar,tampa mengunakan bahan kimia,dan
mendapatkan hasil yang berkualitas.
Selain itu,sayuran seperti,wortel,kentang,dan bayak lainnya harganya
meningkat pesat di pasar karna harganya yang melambung.dan dari situlan
petani semangat untuk bertani.tapi tidak semudah yang kita kira petani juga
banyak mengalami kendala dalam bertani misalkan hama dan penyakit,kondisi
atau lokasi petani,cuaca dan banyak lainya.
Di sisi lain mengenai biaya,memeng petani di kecamatan tinggi moncong
mengeluarkan biaya cukup besar namun namun hasil yang di proleh cukup besar
juga,jadi sebanding degan biaya yang di keluarkan.
B.SARAN
Dengan dilaksanakannya penyusunan makalah ini yang membahas
tentang PERTUMBUHAN TANAMAN saya selaku penyusun atas nama
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA ingin mengajukan saran agar tahun kedepan
saya sangat berharap sebaiknya kegiatan ini masih sanagt perlu diadakan
kembali. Dilihat dari segi manfaatnya, kegiatan seperti ini sangat bermamfaat

khususnya mahasiswa untuk bekal ke depan. Dan kemudian hari penyusunan


makalah ini akan berguna untuk masing-masing pribadi mahasiswa.

ACARA V
PENGENALAN BUDIDAYA TANAMAN DI LAPANGAN
I.

TUJUAN

1.Mengetahui tahapan budidaya tanaman cabai


2.Mengetahui kendala dalam budidaya tanaman di lapangan dan cara mengatasinya
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman cabai merah adalah tanamn perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan
oleh kandungan capcaisin. Secara umum, cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin,
diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan C1
(Prayudi,2010). Umumnya, buah cabai merah dipetik apabila telah masak sepenuhnya. Di
dataran rendah, masa panen pertama adalah pada umur 75-80 hari setelah tanam dengan
interval waktu panen 2-3 hari. Sedangkan di dataran tinggi agak lambat yaitu pada tanaman
berumur 90-100 hari setelah tanam dengan interval waktu panen 3-5 hari. Secara umum,
interval panen buah cabai merah berlangsung selama 1,5-2 bulan. Produksi puncak panen
adalah pada pemanenan hari ke-30 yang dapat menghasilkan 1-1,5 ton untuk sekali panen.
Cabai yang dipanen tepat masak dan tidak segera dipasarkan akan terus melakukan proses
pemasakan, sehingga perlu adanya penempatan khusus. Oleh akrena itu sebaiknya prosduksi
cabai ditempatkan pada ruang yang sejuk, terhindar dari sinar matahari, cukup oksigen dan
tidak lembab (Anonim, 2011). Cabai merupakan jenis tanaman yang dapat ditanam dengan
kisaran suhu antara 21oC- 27oC (Setiadi, 1996 cit. Nurlenawati, et al., 2010).
Cabai merah dapat tumbuh hingga 3000m di atas permukaan laut pada daerah tropis,
dengan curah hujan 600-1200mm. Cabai merah peka terhadap genangan air dan curah hujan
yang berlebih, dan tumbuh subur di iklim yang relatif hangat. Tanah lempung berpasir yang
memiliki kelembaban cukup baik dengan pasokan liberal bahan organik sangat ideal untuk
pertumbuhan (Udoh, et al., 2005 cit. Ikeh et al., 2012).
Cabai dapat ditanama di dataran tinggi ataupun rendah, dengan pH tanah berkisar 5-6.
Tanaman cabai dihadapkan pada berbagai masalah, diantaranya teknis budidaya, kekurangan
unsur serta serangan hama dan penyakit (Harsini, 2012). Dalam proses pembudidayaannya,
cabai juga memiliki beberapa kendala. kendala yang sering dihadapi dalam peningkatan
produksi tanaman cabai adalah gangguan hama dan penyakit. Salah satu serangga yang
paling sering mengganggu adalah lalat buah. Serangan hama ini menyebabkan kerugian yang
sangat besar, baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Patty, 2012). Selain karena lalat buat,
cabai juga bisa terserang penyakit rebah semai ataupun terserang virus. Penyakit rebah semai
dapat dikendalikan dengan cara membuang tanaman yang terserang beserta tanahnya, lalu
virus dapat dikendalikan dengan menyemprot vektor virus dengan BVR (Kumar, 2010).
Pembudidayaan cabai terdiri dari beberapa langkah, yang pertama adalah pemilihan
bibit. Pilih jenis cabai yang akan ditanam, pilih bibit yang segar, lalu kupas cabai dan ambil
bijinya, selanjutnya jemur di terik matahari. Langkah kedua adalah membuat semaian cabai.
Langkah ketiga adalah persiapan lahan dengan cara menggemburkan tanah serta

menghilangkan gulma, dilanjutkan dengan penanaman benih cabai. Langkah selanjutnya


adalah pemupukan, biasanya yang digunakan adalah pupuk kandang yang dicampur dengan
pupuk urea. Setelah itu dilakukan perawatan rutin sampai tanaman cabai siap panen (Suryana,
2013).
Daerah sentra penanaman cabai di Indonesia tersebar di beberapa daerah mulai dari
Sumatera Utara sampai Sulawesi Selatan. Produksi cabai yang dihasilkan rata-rata 841,015
ton per tahun. Pulau jawa memasok cabai merah sebesar 484,36 ton, sedangkan sisanya dari
luar jawa (Rans, 2005 cit. Nurlenawati et al., 2010).

III.
METODE PERCOBAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-Daasar Agronomi acara V mengenai Pengenalan Budidaya Tanaman
di Lapangan dilaksanakan pada hari Selasa, 8 April 2014 di lahan pertanian cabai milik petani
di daerah Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah cabai rawit (Capsicum frutescens). Sedangkan alat yang diperlukan adalah alat tulis
dan kamera.
Langkah kerja praktikum kali ini adlah lahan pertanian dikunjungi secara langsung.
Pada petani dilakukan wawancara dengan ketentuan syarat tumbuh, persiapan lahan,
persiapan bahan tanam, penanaman, pemeliharaan, pasca panen dan pemasaran. Antara hasil
wawancara dengan budidaya tanaman secara teori dibandingkan. Kegiatan di lapangan
(kegiatan wawancara, gambar lahan pertanian, gambar akar, batang, daun serta hasil tanaman
yang dibudidayakan) didokumentasikan.

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengenalan budidaya tanaman cabai dilakukan di lahan milik Bapak Mulyodiharjo
(Pak Mul) di daerah Dolo, Wodomartani, Ngemplak, Sleman. Pak Mul sudah menjadi petani
sejak tahun 1975. Kini usia beliau sudah mencapai 62 tahun dan memiliki 6 anggota
keluarga. Pada musim kemarau, Pak Mul menjadi petani cabai dan kacang tanah. Sedangkan
pada musim hujan, beliau menjadi petani padi.
Pada budidaya cabai ini, ada 5 tahap pembudidayaan. Tahap pertama adalah
pengolahan tanah. Lahan yang digunakan Pak Mul untuk budidaya tanaman cabai yaitu
seluas 5000
dengan rincian 400
adalah tanah sewa dan sisanya adalah milik
sendiri.Harga sewa untuk luasan 400

yaitu mencapai 2 juta/tahun.Lahan ini selain

digunakan untuk budidaya tanaman cabai,juga digunakan untuk menanam komoditas


lain.Pada musim hujan akan ditanami padi dan pada musim kemarau akan ditanami cabai
atau kacang tanah. Pengelolahan tanah yang dilakukan bisa dikatakan seperti pada
umumnya.Pada tahap awal tanah akan digaru dan pengerjaan ini biasanya tidak dilakukan

sendiri,melainkan mempekerjakan orang lain.Selanjutnya untuk pemberian pupuk dasar bisa


dibilang cukup unik.Sebelumnya telah dikatakan bahwa lahan yang digunakan untuk
membudidayakan cabai tersebut juga digunakan untuk menanam padi.Pada saat pengolahan
tanah untuk penanaman padi,lahan telah diberikan pupuk dasar berupa pupuk
organik.Jadi,pada saat pengolahan tanah untuk menanam cabai tidak dilakukan pemberian
pupuk dasar karena diasumsikan kebutuhan pupuk dasar masih mencukupi. Untuk pemberian
kapur yang secara teoritis digunakan untuk mengatur pH tanah,Pak Mul hanya memberikan
pada saat penanaman cabai besar,sedangkan pada penanaman cabai rawit atau cabai keriting
tidak dilakukan pemberian kapur.Mengenai ukuran jarak tanam yang digunakan yaitu 40 x 50
cm.
Tahap kedua adalah persiapan pembibitan dan penanaman. Bibit yang digunakan
adalah hasil dari proses penyemaian sendiri .Penyemaian dilakukan di atas lahan seluas 3 x 4
m yang terletak di dekat rumah.Menurut Pak Mul bibit yang didapat dari hasil penyemaian
sendiri kualitasnya lebih bagus dibandingkan dengan bibit yang dijual dipasaran serta lebih
hemat. Perawatan yang dilakukan pada saat penyemaian yaitu dengan memberi pupuk
organik dan pupuk ZA dan melakukan penyiraman secara teratur. Total pupuk yang
digunakan bisa mencapai 0,5 kwintal.Selain itu juga diberikan furadan yang berguna untuk
menghidari serangan semut pada saat penyemaian.Tanaman akan dipindah ke lahan yang
sesungguhnya setelah usia tanaman 4 5 minggu.Penanaman biasanya dilakukan pada bulan
Maret April.Bibit yang tidak digunakan akan dijual dengan harga Rp.70,-/tanaman.
Tahap selanjutnya adalah pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan
pemupukan,pengairan atau irigasi serta proses pengendalian hama.Pemupukan dilakukan
secara teratur dan terukur dengan menggunakan pupuk organik,pupuk NPK,pupuk phonska
dan pupuk ZA.Untuk irigasi inilah yang menjadi salah satu kendala pada pembudidayaan
cabai di lahan Pak Mul. Menurut beliau,irigasi lahannya masih terbilang kurang lancar. Hal
ini yang mebuat hasil prosuksi cabai mengalami fluktuaasi yang signifikan pada saat irigasi
lancar dan kurang lancar.Tentang hama yang kerap kali menyerang tanaman cabai Pak Mul
ialah jamur dan hama patek. Pengendalian hama sendiri masih menandalkan pestisida.
Kemudian adalah tahap panen. Tanaman cabai sudah dapat dipanen ketika tanaman
berusia 4 bulan.Pada budidaya tanaman cabai milik Pak Mul,panen dapat dilakukan setiap
minggu selama 3 bulan.Hasil rata rata pemetikan tiap minggunya berkisar antara 25 50
kg.
Tahap terakhir adalah pemasaran. Pemasaran hasil budidaya cabai dijual kepada
tengkulak yang biasa dating pada saat musim panen tiba.Harga jual kepada tengkulak
berkisar antara 30 50 ribu/kg tergantung permintaan pasar.
Cara pembudidayaan yang dilakukan oleh Pak Mul memang berbeda dengan cara
pembudidayaan secara teoritis. Namun, tidak ditemukan perbedaan yang begitu mencolok
dalam hal pembudidayaan tanaman cabai. Secara umum setiap pembudidayaan tanaman
selalu melaui tahap pengolahan lahan,pembibitan dan penanaman,pemeliharaan,panen dan
pasca panen. Perbedaan pelaksaan tahapan tahapan tersebut tergantung individu masing
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pengenalan budidaya di lapangan ialah :
1. Budidaya tanaman cabai dilakukan melaui beberapa tahapan yaitu pengolahan
lahan,pembibitan dan penanaman,pemeliharan tanaman,panen dan pemasaran.
2. Kendala
yang
ditemui
dalam
budidaya
tanaman
dapat
berupa
hama
dan pengairan.Pengendalian hama dilakukan dengan cara pemberian pestisida sedangkan
untuk pengairan perlu adanya upaya untuk membuat saluran irigasi yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.Pasca Panen Cabai. <http://www.lablink.or.id/Env/Agro/Cabekriting/cabepanen.htm.>.Diakses tanggal 31 Maret 2014.
Harsini. 2012. Budidaya Cabai. http://epotani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-cabai4501. Diakses tanggal 30 Maret 2014.
Ikeh, A.O., N.U. Ndaeyo., I.G. Ududak., G.A. Iwo., L.A.Ugbe., E.I. Udoh., dan G.S.
Effiong. 2012. Growthd and yield responses of pepper (Capsicum annum L.) to
varied poultry manur erates in Uyo, Southeastern Nigeria. ARPN Journal of
Agricultural and Biological Sciences 7(9): 735-742.
Kumar, R. 2010. Advanes in Chili Research. Studium Press. New Delhi.
Nurlenawati, Netti., Asmanur Jannah., dan Nimih. 2010. Respon pertumbuhan dan hasil
tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) varietas prabu terhadap berbagai
dosis pupuk fosfat dan bokashi jerami limbah jamur merang. Agrika 4(1): 9-20.
Patty, J.A. 2012. Efektivitas metil eugerol terhadap penangkapan lalat buah (Batrocera
clarsalis) pada pertanaman cabai. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman 1(1): 6975.
Prayudi, B. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum annum L.).
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah.
Rans. 2005. Cabai (Capsicum spp). http://warintek.progressio.com.
Setiadi. 1996. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suryana, D. 2013. Budidaya Cabai. Gramedia. Jakarta.
Udoh D. J., Ndon B. A., Asuquo. P. E. and Ndaeyo N. U. 2005. Crop Production
Techniques for the Tropics. Concept Publication, Lagos, Nigeria. p. 446.

Anda mungkin juga menyukai