Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR DASAR AGRONOMI


Budidaya Kangkung Darat (Ipomoea Reptans Poir)

Nama: Rahmi Yulita


NPM: E1J012173
Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Supanjani M.Sc.
Prodi: Agroekoteknologi

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kangkung banyak dijumpai di dataran Asia tenggara, baik sengaja ditanam atau tidak.
Kangkung memang bukan barang asing di dapur Indonesia karena selain mudah didapat
dan harganya yang murah rasanya pun cukup sedap. Kangkung bergizi tinggi dan lengkap
dengan kandungan seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat
basi,natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karotan dan sistos herot.
Kangkung tergolong sayuran yang sangat populer,karena banyak peminatnya.
Kangkung disebut juga swampcabbage, water spinach. Berasal dari India yang kemudian
menyebar ke Malasiya, Burma, Indonesia, China Selatan, Australia, dan bagian Negara
Afrika. Kangkung masuk ke Indonesia pada tahun 1985, terdapat luas areal pertanaman
kangkung nasional seluas 41.953 ha. Namun, tahun-tahun berikutnya cenderung menurun
yaitu hanya 32.448 ha (1988), dan 20.578 ha (1990).
Kangkung banyak dimanfaatkan ibu-ibu untuk membuat sayur tumis. Jenis kangkung
yang biasa dimanfaatkan adalah kangkung air dan kangkung darat. Kangkung air tumbuh
baik pada tempat yang basah atau berair. Kangkung ini tangkai daunnya panjang, daunnya
lebar, bunganya berwarna ungu dan daunnya memiliki warna hijau tua. Berbeda dengan
kangkung air, kangkung darat justru banyak tumbuh dilahan kering atau tegalan. Daun
lebih langsing dengan ujung daun meruncing, warnanya hijau pucat keputih-putihan,
warna bunga putih an dipelihara untuk menghasilkan biji sebagai benih yang baru.

B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara
benar terhadap setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkolerasikan
antara data peubah ke dalam bentuk informasi sederhana dan lengkap.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman kangkung (Ipomaea
reptans Poir), diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomaea reptans Poir
Kangkung merupakan tanaman tahunan akuatik atau semiakuatik yang
ditemukan di banyak wilayah tropika dan subtropika. Kangkung termasuk ke dalam
kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledonaen famili Convolvulaceae.
Terdapat dua tipe kangkung yang diusahakan, yaitu bentuk daun sempit, bunga
putih, dan batang hijau, yang disebut kangkung darat (ching quat) yang dapat tumbuh baik
di tanah lembab atau lingkungan semiaquatik, dan forma daun lebar berbentuk mata anak
panah, bunga merah jambu, dan batang putih, yang dikenal sebagai kangkung air (pak
quat), yang dapat dibudidayakan di lingkungan yang tergenang.
Daun memiliki panjang 7-14 cm, berbentuk jantung pada pangkalnya dan biasanya
runcing pada ujungnya. Batang berongga dan mengapung pada permukaan. Akar adventif
segera tebentuk pada buku batang jika menyentuh tanah atau lengas. Pada kondisi hari
pendek, tangkai bunga tegak berkembang pada ketiak daun. Biasanya tebentuk satu atau
dua kuntum bunga berbentuk terompet dengan leher ungu. Warna mahkota putih, merah
jambu muda, atau ungu, berbeda-beda menurut tipe tanaman. Biji mudah terbentuk dan
berkembang dalam bulir polong.
Budidaya tanaman kangkung terdapat dua cara yaitu budidaya di lingkungan
tergenang dan di tanah lembab (semiaquatik). Pada sistem produksi ini, biasa digunakan
stek, bibit yang berakar, atau benih sebar langsung untuk perbanyakan. Setelah penanaman,
parit dibanjiri untuk menghasilkan dan menjaga tingkat kelembaban tinggi pada bedengan.
Williams et al. (1991) menyatakan bahwa biji berukuran diameter 3 mm, disebar dalam
baris-baris berjarak 15 cm dengan jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji. Kultivar
yang berbiji dapat tahan tanah lembab dan tumbuh dengan baik dalam musim hujan.
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6
minggu sejak benih ditanam. Di dataran rendah tropika sekitar khatulistiwa kangkung dapat
di panen sesudah 25 hari dan dapat menghasilkan lebih dari 20 ton/ha daun segar.

Pertanaman komersil menghasilkan sekitar 15 ton/ha sepanjang beberapa pemanenan


berturut-turut (Williams et al., 1991). Ujung batang dengan panjang sekitar 30 cm,
dipanen, dicuci, dan diikat untuk dijual. Pertumbuhan tajuk baru terjadi dan dalam 4-6
minggu panen dimulai lagi. Tiga kali panen, kadang-kadang lebih, dapat dilakukan untuk
setiap kali penanaman, dengan bobot 40-90 ton/ha bobot segar per tahun. Menurut Whespal
(1994) bobot ideal kangkung per tanaman yaitu 16 g.
Hama yang biasa menyerang tanamman kangkung antara lain ulat grayak
(Spodoptera litura) dan kutu daun (Myzis persicae). Serangan hama ulat biasanya
menyebabkan daun berlubang dan pinggirannya bergerigi tidak merata akibat gigitan ulat.
Kutu daun suka menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan pertumbuhan kerdil dan
daun melengkung. Penyakit yang menyerang tanaman kangkung adalah penyakit karat putih
yang disebabkan oleh cendawan Albugo ipomoea

reptans.

Gejalanya

ialah

terdapat

bercak putih pada daun yang selanjutnya menjadi cokelat.


Syarat Tumbuh
Iklim
Kangkung memiliki daya adaptasi cukup luas terhadap kondisi iklim dan tanah di
daerah tropis, sehingga dapat ditanam (dikembangkan) diberbagai daerah atau wilayah di
Indonesia. Jumlah curah hujan berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Sedangkan temperature
udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari
yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh
memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan
kemarau yang panjang. Apabila tanaman di tempat yang tegak terlindung, maka kualitas daun
bagus dan lemas sehingga disukai konsumen.
Temperature udara sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 meter
tinggi tampat, maka temperature adara turun 10C di permukaan laut. Di permukaan laut
temperature rata-rata adalah sekitar 280C dan dataran tinggi (pegunungan) adalah 2000 m
dpl 180C.
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
dataran tinggi (pegunungan) 2000 m dpl, dan diutamakan dilokasi yang lahannya terbuka
atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindungi (ternaungi), tanaman
kangkung aka ntumbuh memanjang (tinggi) namun keras-keras.
Tanah

Kangkung darat menghandaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan
organic dan tidak dipengaruhi kemasaman tanah. Tanaman kangkung ini tidak mengkendaki
tanah tergenang, karena akar akan mudah membusuk. sedangkan kangkung air membutuhkan
genangan air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhan, sebab tanah
yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik.
Tanaman kangkung tidak terlalu dipengaruhi tingkat kemasaman tanah akantetapi jika
tanah terlalu masam akan perlu pembenahan akar. Tanaman kangkung membutuhkan tanah
dataran bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki keterangan tinggi dapat
mempertahankan kandungan air secara baik.
Kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro yang cukup di dalam media tumbuh
merupakan hal penting bagi tanaman. Seperti tersedianya unsur-unsur N, P, K, S, Fe, Mg, Cl,
Cu, Zn, Mn, B, Mo, dan Co. Serta adanya sirkulasi udara yang baik yang mengandung gas
asam arang (CO2) untuk terjadinya fotosintesis dan O2 untuk respirasi.
Pengaruh Kerapatan dan Kedalaman Lubang Tanam
Uji kedalaman tanah tergantun kedalaman uji kekuatan tumbuh benih dengan
lingkungan sub-optimal. Uji ini menggunakan substrat tanah atau pasir dengan kedalam tanah
tertentu. Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan tanah di lapangan
yang mengalami pemadatan tanah akibat air hujan atau traktor.
Untuk melihat pengaruh kerapat ndan kedalaman lubang tanam, tanaman kangkung
(Ipomaea reptans Poir), dilakukan metodologi rancangan acak berkelompok (RAK). Dengan
dua faktor perlakuan yaitu Faktor I jumlah biji per polibeg yang meliputi S1 = 5 biji, S2 = 10
biji, S3 = 15 biji dan faktor II yaitu kedalaman lubang tanam yang meliputi K1 = 2 cm dan
K2 = 4 cm.
Faktor I meenunjukkan banyaknya jumlah biji/ polibeg untuk menentukan adanya
pengaruh kerapatan lubang tanam pada tanaman kangkung. Sedangkan Faktor II
menunjukkan kedalaman lubang tanam untuk menentukan adanya pengaruh kedalaman
lubang tanam pada tanaman kangkung.
Jarak tanam adalah kisaran angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu tanaman
berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan : Praktikum ini di mulai sejak tanggal 9 Oktober - 4 Desember 2013
Tempat pelaksanaan : Lahan Universitas Bengkulu
B. Bahan dan Alat
Bahan : benih kangkung dan pupuk urea
Alat :
cangkul,
ajir,
meteran,
parang,
alat tulis,
mistar dan
timbangan
C. Rancangan Percobaan
Praktikum ini berbentuk percobaan lapangan. perindividu,setiap individu melakukan
percobaan satu unit perlakuan didalam satu petak percobaan berukuran 3x2 meter
1 Cara Kerja
1. Mengukur besaran lahan yang akan ditanami kangkung dengan cara
menggunakan meteran pada minggu pertama.
2. Setelah itu, pada minggu selanjutnya membersihkan lahan yang akan ditanami
kangkung memnggunakan cangkul dan arit untuk membuang gulma dan
penggemburan lahan. (Pembersihan lahan dilakukan selama 2 kali selama 2
minggu.
3. Setelah pembersihan diakukan penanaman benih kangkung dengan jarak 10
cm antar lobang benih yang akan ditanami .
4. Lalu, benih dibiarkan tumbuh dan melakukan perawatan pada tanaman
kangkung, misalnya pembersihan dari rumput-rumput yang tumbuh.
5. Mengamati pertumbuhan tanaman kangkung (mengukur tinggi,jumlah daun,
dan bobot tanaman)

Metode Pelaksanaan
Persiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami di bersihkan dari gulma-gulma dan digemburkan

dengan menggunakan cangkul. Setelah gulma-gulma dibersihkan, lahan diratakan dan


dibuat bedengan 2x3 cm. Dan dibuat lubang untuk menanam benihnya nanti.
Penanaman
1. Jarak tanam kangkung adalah 10x10cm dengan baris pertama dimulai setengah
jarak tanam antar baris daripinggir petakan. Gunakan tali dan ajir sebagai acuan
tanam.
2. Buat lubang dengan kedalaman 2 3 cm dan ditanami 3 benih per satu lubang.

3. Setelah semua lubang diisi dengan benih, tutup lubang benih dengan tanah yang
gembur. Pasang label sesuai perlakuan. Tidak perlu disiram lagi karena lahan yang
dipakai sudah basah.
Mengukur Daya Tumbuh Tanaman
Cara untuk mengukur daya tumbuh tanaman yaitu menggunakan
rumus berikut :

DayaTumbuhTanaman=

Jumlah tanaman yang tumbuh


x 100
jumlah tanaman yang ditanam

Pemeliharaan
1. Penyulaman benih dilakukan pada 1-MST, benih yang tidak tumbuh dibuang tapi
tidak diganti dengan yang baru.
2. Penyiangan gulma dan penggemburan tanah dilakukan secara manual
menggunakan cangkul atau dengan tangan.
3. Pemupukan pertama yang kami lakukan pada 3-MST dengan cara menaburkan
pupuk urea disekeliling rumpun. Sebenrnya pemupukan ini sudah terlambat,
seharusnya 1-MST segera dipupuk, dan pupuknya dicampur. Tapi kami hanya
menggunakan pupuk urea dengan dosis
4. Pembumbunan bersama dengan pemupukan yaitu pada 3-MST, membentuk
guludan di kanan kiri bagian bawah batang kangkung untukmenguatkan posisi dan
menegakkan batang kangkung.
5. Pengendalian hama penyakit tidak dilakukan.
6. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi tanah pada petakan agar tetap
lembab, tidak tergenang apalagi kering.
Pengamatan
1. Pengamatan dari pembumbunan hingga panen meliputi:
a. Tinggi tanaman (cm), daripermukaan tanah hingga titik tumbuh terakhir
b. Jumlah helai daun yang membuka sempurna
2. Pengamatan pada saat panen (6-MST)
a. Tinggi tanaman (cm) dari permukaan tanah hingga titik tumbuh akhir
b. Jumlah helai daun
c. Bobot kangkung ditimbang dengan timbangan duduk dengan akarnya dan
dipotong akarnya.
D. Variabel yang Diamati
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah daun

3. Bobot basah
4. Luas daun

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHADAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data pengamatan tinggi tanaman kangkung

Sampel

1
2
3
4
5
6

Tinggi Tanaman Minggu ke (cm)


4
12,3
10,5
9,5
10
12,5
12,5

5
19
15,5
15,5
15
16,2
22

6
28
16
19
24
25
23

7
8
9
10

10,5
10
11,5
7,5

16,2
15,5
21
14

28
16
23
20

Tabel 2. Data pengamatan jumlah daun tanaman kangkung


Jumlah Daun Minggu ke
Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Minggu 4

Minggu 5

Minggu 6

5
3
4
3
4
5
6
4
3
3

7
5
7
5
6
7
8
5
4
5

12
9
11
9
10
11
13
9
7
9

Tabel 3.Data pengamatan berat segar tanaman kangkung


Sampel

Berat Segar (g)

1
2

30
10

3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah

Tabel 4. Pengamatan tanaman jagung

2,89
3,55
1,98
30
55,1
24,95
8,9
3,5
170,89 g

B. Pembahasan
Dari percobaan dan hasil pengamatan yang telah dilakukan, pertumbuhan tanaman
kangkung yang kami tanam tidak tumbuh dengan baik, pada minggu pertama cukup baik

tapi pada minggu minggu berikutnya pertumbuhannya sudah tidak normal lagi.
Seharusnya pada minggu ke-4 sudah bisa dipanen sedangkan kangkung yang kami
tanami pada minggu ke-4 rata-rata tingginya baru 10 cm dan jumlah daunnya rata-rata
berkisar antara 3-6 helai
Dengan tinggi dan jumlah daun yang segitu berarti kangkungnya belum siap dipanen.
Kami harus menunggu 2 minggu lagi untuk bisa di panen. Dan setelah 6-MST rata-rata
tinggi kangkung sudah mencapai 25 cm dan jumlah daunnya berkisar antara 7-13 helai,
serta jumlah berat segar dr semua (10 batang) sampel hanya 170 gram.
Sebenarnya belum juga siap untuk dipanen tetapi tidak mungkin lagi menunggu
beberapa minggu lagi karena waktu untuk praktikum tidak ada lagi. Jadi kami hanya
mendapatkan kanggung dengan berat segar 1,25 kg yang ditimbang beserta akarnya, dan
setelah dipotong akar beratnya 0,47 kg dengan lahan seluas 2 x 3 meter.
Dalam praktikum kali ini salah satu yang menjadi penyebab dari kegagalan panen
tanaman kangkung adalah pupuk dan perawatannya. Disini kami hanya memberikan
pupuk urea dan diberikan hanya sekali pada minggu ke tiga dengan cara ditebarkan di
sekeliling rumpun tanaman kangkung. Seharusnya pupuk yang di berikan adalah urea dan
SP 36 sebanyak 2 kali. Dan juga kami hanya melakukan penyiangan gulma 1 minggu
sekali begitupu penyiraman lahannya.
Penghitungan daya tumbuh tanaman kangkung yang kami tanam:
tanaman yang tumbuh
Dayatumbuh=
x 100
benih yang di tanam
Dayatumbuh=

100
x 100
125

Dayatumbuh=80
Jadi daya tumbuh tanaman kangkung yang kami tanam adalah 80%

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Tanaman kangkung darat adalah salah satu tanaman yang tergolong mudah untuk
dibudidayakan,hanyasaja harus tekun untuk merawatnya, aga mendapatkan hasil

yang maksimal
Dari data yang di atas dapat diperoleh kurva sigmoid pertumbuhan tumbuhan
kangkung, sbb:

Kurva Tinggi Tanaman


30

28

25

25
24
23

22
21

15
12.5
12.3
11.5
10.5
10
9.5
10
7.5
5

20
19

19

20

16.2
15.5
15
14

16

Minggu keSampel 1

Sampel 2

Sampel 3

Sampel 4

Sampel 5

Sampel 6

Sampel 7

Sampel 8

Sampel 9

Sampel 10

kurva Jumlah Daun


14

13
12

12

11
10

10

9
8

7
6

65

4
43

Minggu keSampel 1

Sampel 2

Sampel 3

Sampel 4

Sampel 5

Sampel 6

Sampel 7

Sampel 8

Sampel 9

Sampel 10

B. Saran
Pada setiap kegiatan yang dilakukan hendak nya memperhatikan syarat
syarat tumbuh dan perawatan dengan baik, apabila tidak diperhatikan dengan baik
tentu tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.
Dengan begitu mudah mudahan memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan.

Daftar Pustaka
Elita, N,. dkk. 2008. Buku kerja praktek mahasiswa. Dasar-Dasar Agronomi. Politeknik
Pertanian Universitas Andalas. Payakumbuh.
Erlida, Rita dan Syafrison. 2002. Teknologi Benih dan Perbanyakan Tanaman.
PoliteknikPertanian Universitas Andalas. Payakumbuh.
Kuswanto, H,. 1996.

Dasar-dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih.

Yogyakarta.
Rukmana, Rahmad. 1994. Kangkung. Kanisius. Yogyakarta
Widiyanto, Eko. 1991. Sinar Tani. Bercocok Tanam Kangkung Darat.

Andi.

Anda mungkin juga menyukai