Anda di halaman 1dari 2

Besarnya potensi zakat sebagai penunjang ekonomi syariah mendorong pentingnya

pengelolaan zakat yang baik. Untuk itu, Bank Indonesia bekerja sama dengan Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS), Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan Dewan Syariah NasionalMajelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), serta lembaga wakaf internasional, mendorong adanya
standarisasi pengelolaan wakaf yang dapat diterapkan secara internasional (Zakat Core
Principles). Untuk mewujudkan hal tersebut, telah dibentuk International Working Group on
Zakat Core Principles (IWG ZCP). Working Group ini akan terlibat dalam penyusunan Zakat
Core Principles (ZCP). Pada dasarnya, standarisasi ini mirip dengan prinsip-prinsip
pengawasan perbankan yang efektif/Banking Core Principles yang berlaku secara
internasional sebagaimana diatur oleh Basel Committee for Banking Supervision .
Standarisasi ZCP mencakup tujuh aspek lembaga zakat yaitu: 1. Mengatur objectives,
independence, dan powers dari lembaga zakat; 2. Mengatur aktivitas yang diperkenankan; 3.
Kriteria licensing; 4. Metode pengawasan zakat; 5. Perangkat pengawasan zakat; 6. Pelaporan
pengawasan zakat; dan 7. Corrective dan sanctioning powers of zakat supervisor. Dalam
pengembangan zakat, Bank Indonesia tidak terlibat dalam operasional lembaga zakat. Bank
Indonesia berperan sebagai inisiator dan katalisator peningkatan kualitas tata kelola lembaga
dan otoritas zakat. Inisiatif ini sejalan dengan salah satu tema tranformasi Bank Indonesia
yakni Institutional Leadership.
...........

Tujuan utama dari dokumen ZCP ini adalah meningkatkan kualitas tata kelola perzakatan.
Harapannya, potensi zakat yang ada bisa dioptimalkan. Jika merujuk pada studi yang
dilakukan Monzer Kahf (1989), dimana potensi zakat mencapai angka 1,8 hingga 4,34 persen
dari PDB masing-masing negara Islam, maka potensi zakat dunia mencapai angka tidak
kurang

dari

600

miliar

dolar

AS

setiap

tahunnya.

Di Indonesia potensi tersebut mencapai angka 3,4 persen dari PDB, dimana dalam studi

BAZNAS dan FEM IPB tahun 2011, angka tersebut ekivalen dengan Rp 217 triliun. Jika
proporsi terhadap PDB ini diasumsikan tetap maka potensi zakat nasional akan meningkat
setiap tahunnya hingga mencapai angka Rp 268 triliun. Namun realisasi penghimpunan zakat
masih di bawah 2 persen.

Anda mungkin juga menyukai