BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan
disuatu negara. Masa balita merupakan masa yang paling rentan serangan
penyakit. Terjadi gangguan kesehatan pada masa tersebut dapat berakibat negatif
bagi pertumbuhan anak itu seumur hidupnya (Soetjiningsih, 1995 dikutip Erlina,
2004). Penyakit yang perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare.
Diare pada balita yaitu buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya yaitu pada
bayi 1 bulan lebih dari 4 kali dan pada anak balita frekuensi lebih dari 3 kali
sehari. Diare pada Balita dapat bersifat akut dan persisten, diklasifikasikan
dengan sebagai volume tinggi, volume rendah, sekresi, osmotik dan campuran.
Diare dengan volume tinggi terjadi bila terdapat lebih dari 1 liter feses cair
perhari dan diare volume sedikit apabila terdapat kurang dari 1 liter feses cair
yang dihasilkan perhari. Diare dapat bersifat eksflosif dan bertahap dalam sifat
dan awitan, gejala yang berkaitan langsung dengan diare adalah dehidrasi dan
kelemahan. Kebutuhan cairan tubuh merupakan kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis yang memiliki proporsi hampir 90 % dalam tubuh sementara sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh, secara keseluruhan kategori presentase
cairan tubuh bervariasi sangat bergantung pada salah satu faktor yaitu usia, pada
anak balita sekitar 75 % dari total berat badan atau berkisar 100 135 cc/ kg
berat badan
selama periode tersebut adalah 252 (16,7%) kasus diare dehidrasi (Medical
record Puskesmas Jumpandang Baru, 2008).
Balita diare sangat rawan terkena dehidrasi karena kebutuhan akan cairan
penggantinya untuk ukurannya relatif lebih besar, daya tahan kurang dan
kerentanannya terhadap agen fekal oral. Terjadinya dehidrasi pada anak balita
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari anak balita itu sendiri meliputi
penyakit penyerta diare, status gizi anak maupun faktor dari orang tua khususnya
ibu meliputi tingkat pengetahuan ibu tentang diare, tindakan penatalaksanaan
diare di rumah, tingkat pendidikan formal ibu, ASI, jarak kelahiran dan tingkat
pendapatan keluarga (Ibrahim, 2000).
Keluarga atau orang tua khususnya ibu merupakan lingkungan yang
pertama dan utama bagi anak usia balita. Peran seorang ibu dalam pengasuhan
anak khususnya pemeliharaan kesehatan anak yang mengalami diare sangatlah
besar pengaruhnya terhadap pencegahan dehidrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dirumuskan masalah
apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan ibu dalam
penatalaksanaan diare dengan derajat dehidrasi pada balita di Unit Gawat Darurat
Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan ibu dalam
penatalaksanaan diare dengan derajat dehidrasi pada balita di ruang unit
gawat darurat Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang diare di Unit Gawat
Darurat Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.
b. Untuk mengetahui tindakan ibu dalam penatalaksanaan diare pada balita
di Unit Gawat Darurat Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.
c. Untuk mengetahui derajat dehidrasi pada balita yang menderita diare di
Unit Gawat Darurat Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar.
d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan derajat
dehidrasi pada balita di Unit Gawat Darurat Puskesmas Jumpandang
Baru Kota Makassar.
e. Untuk mengetahui hubungan tindakan ibu dalam penatalaksanaan diare
dengan derajat dehidrasi pada balita di Unit Gawat Darurat Puskesmas
Jumpandang Baru Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi tenaga kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam upaya promotif/
preventif khususnya pendidikan kesehatan dalam rangka meningkatkan
dan
memberikan
sumbangan
ilmu
pengetahuan
bagi