TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian
2.2 Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan terjadinya
1
Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2.
Patofisiologi
2.4
Manifestasi Klinik
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
2.5 Komplikasi
1. Retensi Urine
2. Perdarahan
3. Perubahan VU; trabekulasi, divertikulasi
4. Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi
5. Hidroureter
6. Hidronefrosis
7. Cystisis, prostatitis, epididymitis, pyelonefritis.
8. Hipertensi, Uremia
9. Prolaps ani/rectum, hemorroid.
10. Gagal ginjal
2.6
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin.
2. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning,
cystoscopy,
foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras
dilakukan apabila fungsi ginjal
buruk,
ultrasonografi
dapat
dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal
(TRUS = Trans
Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran
prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli,
mengukut sisa
urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel,
tumor dan batu
(Syamsuhidayat dan Wim De
Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro Pubis
4. Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih
tidak dibuka, hanya
ditarik dan jaringan adematous prostat
diangkat melalui insisi pada anterior
kapsula prostat.
7
5. Rostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan
perineum
dengan
kelenjar
prostat
dibuang
melalui
a. Prostatektomy
merupakan
tindakan pembedahan
bagian
prostate
(sebagian/seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk
memeperbaikialiran urin dan menghilangkan retensi urinaria
akut.
2.7 Penatalaksanaan
1. Non Operatif
a. Pembesaran hormon estrogen & progesteron
b. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
c. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
d. Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
e. Pemasangan kateter.
2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
c. Retropubic Extravesical Prostatectomy)
d. Prostatectomy Perineal
3. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergic alfa, contoh: prazosin, doxazosin,
terazosin, afluzosin.
b. Penghambat enzim 5 alfa reduktasi, contoh: firasterid (proscar).
c. Fitoterapi
Pengobatan fototerapi yang ada di Indonesia antara lain:
eviprostat.
Substansinya
misalnya
pygeum
africanum,
sawpalmetto, serenoa repelus.
4. Terapi bedah
a. TURP
b. TUIP
c. Prostatektomi terbuka
5. Terapi invasif minimal
a. TUMT (Trans Urethral Micro web Thermotherapy)
b. Dilatasi balon trans uretra (TUBD)
8
2.8
g.
h.
i.
j.
k.
2) Kemampuan bahasa
3) Kemampuan membuat keputusan
4) Ingatan
5) Ketidaknyamanan dan kenyamanan
Pola persepsi dan konsep diri
Yang menggambarkan:
1) Body image
2) Identitas diri
3) Harga diri
4) Peran diri
5) Ideal diri.
Pola peran hubungan sosial
Yang menggambarkan:
1) Pola hubungan keluarga dan masyarakat
2) Masalah keluarga dan masyarakat
3) Peran tanggung jawab.
Pola koping toleransi stress
Yang menggambarkan:
1) Penyebab stress`
2) Kemampuan mengendalikan stress
3) Pengetahuan tentang toleransi stress
4) Tingkat toleransi stress
5) Strategi menghadapi stress.
Pola seksual dan reproduksi
Yang menggambarkan:
1) Masalah seksual
2) Pendidikan seksual.
Pola nilai dan kepercayaan
Yang menggambarkan:
1) Perkembangan moral, perilaku dan keyakinan
2) Realisasi dalam kesehariannya.
Data subyektif :
Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
Data Obyektif :
Terdapat luka insisi
Takikardi
10
Gelisah
Tekanan darah meningkat
Ekspresi w ajah ketakutan
Terpasang kateter
2) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme
otot spincter
b. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan
obstruksi sekunder
c. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
d. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre
mikroorganisme melalui kateterisasi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit, perawatannya.
3)Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot
spincter
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu
mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau
hilang
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor
pencetus serta penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening
mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi.
c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian
bawah
d. Anjurkan pasien untuk menghindari
merokok, abdomen tegang)
stimulan
(kopi,
teh,
11
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus
dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam
keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria,
dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan
sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran
urin serta adanya bekuan darah atau jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2
jam (mulai hari kedua post operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan
oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan
latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu,
anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
3.
Intervensi :
a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang
berhubungan dengan perubahannya
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c. Beri
kesempatan
pada
pasien
untuk
mendiskusikan
perasaannya tentang efek prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah
fungsi seksual
e. Beri penjelasan penting tentang:
a. Impoten terjadi pada prosedur radikal
b. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal
c. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk
menghindari hubungan seksual selama 1 bulan (3-4 minggu)
setelah operasi.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entre
ikroorganisme melalui kateterisasi
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas
dari infeksi
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
b. Observasi insisi (adanya indurasi
(adanya sumbatan, kebocoran)
drainage
dan
kateter),
Tujuan :
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hiperplasiai selalu terjadi pada orang
tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena
dua hal yaitu:
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung
kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan
Benigna Prostat Hiperplasia :a. Retensi urinb. Kurangnya atau
lemahnya pancaran kencing. Miksi yang tidak puas. Frekuensi kencing
bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi
harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi
14
Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
Mengingat dalam setiaap permasalahan kesehatan yang
menyangkut saluran kemih,pastinya melibatkan ginjal oleh karenanya halhal yang dapat kita lakukan sebagai wujud pencegahan atau menjaga
kesehatan diantaranya perbanyaklah mengkonsumsi air mineral,minimal
8 gelas perhari atau setara dengan 2 liter air untuk melancarkan
pencernaan dan kinerja fungsi ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar dasar urologi. Malang: CV Infomedika.
Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan
proses keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Padjajaran.
Sjamsuhidayat, R ( et al ). 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran,
EGC.
15
16