Nama
NIM
: 16007153
Kelompok
: P-1.2/A
Tanggal praktikum
: 25 Februari 2008
Tanggal laporan
: 10 Maret 2008
Asisten
: Arman
LABORATORIUM KIMIA
DASAR PROGRAM STUDI
KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2008
A. TUJUAN
Membuat indikator alami dari bahan-bahan ekstrak tumbuh-tumbuhan
Menentukan trayek perubahan warna dari indikator alami
B. ALAT
Tabung Reaksi
Gelas kimia ukuran 100 mL
dan 50 mL
Pelat tetes standar
Pelat
tetes
mikro
dari
dan
sel percobaan
C. BAHAN
5 macam bunga, masing-masing 5 kuntum, kol ungu, dan buah strawberry
Jus lemon, shampo, pasta gigi, sabun cair, deterjen, cuka, air soda, dan susu
Aquades
Indikator Universal, Fenolftalein, Bromkresol hijau, Metil merah, dan Metil
jingga
Sampel tanah dan air ledeng
0,1 M HCl atau 0,05 M H2SO4; pH = 1
0,1 M CH3COOH; pH = 3
2% H3BO3; pH = 5
5% NaCl; pH = 7
5% NaHCO3; pH = 8,3
5% Na2CO3; pH = 10,6
0,01 M NaOH; pH = 12
HCl dan NaOH masing-masing 0,1 M
NH4OH 0,1 M
Alkohol
C. TEORI DASAR
Ilmu kimia dari waktu ke waktu terus berkembang, termasuk pengetahuan
manusia tentang aspek-aspek asam-basa yang kini sedemikian fundamental untuk
dikuasai oleh manusia. Asam basa merupakan konsep yang kini berkembang di
seluruh ilmu kimia dan bidang lain seperti Biologi, pertanian, dan kedokteran.
Sedemikiannya ilmu ini, maka menjadi salah satu kompetensi yang harus
dikuasai oleh praktikan kimia dasar. Dalam perkembangannya, teori asam-basa yang
populer awalnya dikemukakan oleh seorang Kimiawan bernama Svante
Arrhenius(1887), yang mengemukakan teori disosiasi elektrolitnya. Awalnya, menurut
Arrhenius, asam ialah suatu spesi yang apabila dilarutkan ke dalam air akan
+
menghasilkan ion Hidrogen(H ). Sedangkan basa ialah spesi yang
akan melepaskan ion Hidroksida(OH ), apabila dilarutkan ke dalam air. Namun
bagaimanakah
dengan spesi-spesi tertentu yang tidak mengandung ion Hidrogen pada
senyawaannya ? Apakah tetap dinamakan asam ?
Selang 36 tahun kemudian, teori Arrhenius disempurnakan oleh dua orang
Kimiawan asal Denmark dan Inggris, yakni Bronsted dan Lowry(1923). Keduanya
mengajukan teori mengenai pasangan asam-basa konjugasi yang sampai sekarang
sudah dikenal oleh para pembaca buku pegangan Kimia. Menurut mereka, Asam
merupakan suatu pendonor proton, sedangkan basa merupakan akseptor proton.
Sebagai ilustrasi, diberikan reaksi berikut :
+
HCl(aq) + H2O(l)
H3O (aq) + Cl (aq)
Dalam kasus di atas, menurut Bronsted-Lowry, HCl bertindak sebagai asam dan
Cl merupakan basa konjugasi dari HCl. Sebaliknya, berlaku pula H2O berperan sebagai
+
basa, H3O sebagai asam konjugasi dari H2O.
-
Pada tahun yang sama, Gilbert Newton Lewis, mengemukakan bahwa basa
bervalensi satu. Untuk Indikator yang merupakan asam atau basa bervalensi lebih
dari satu, nilai Kin dapat bervariasi sesuai jenis indikator tersebut dan spesi dominan
yang ada dalam larutan. Warna yang tampak oleh mata praktikan, merupakan warna
yang dihasilkan oleh spesi dominan dari indikator yang memancarkan warna
komplemennya pada daerah tertentu yang ada pada daerah tampak(visible). Kin =
+
N
N
NaO3 S
yang
Diaduk
Hingga
warna
terekstra
k
Warna
yang
didapat
dianalisis
D.2.1. DATA PENGAMATAN
pH
8,3
10,6
12
Warna
0,1 M
0,1 M HCl
NaOH
10 tetes
CH3COOH
dimasukkan ke A2, B-2, dan C-2
1 tetes CH3COOH
diambil dari A-2, B2, C-2, ke A-3, B-3,
dan C-3. DIADUK
1 tetes CH3COOH
dari A-5, B-5, C-5
ke A-6, B-6, C-6.
DIADUK
1 tetes CH3COOH
dari A-4, B-4, C-4
ke A-5, B-5, dan C5. DIADUK
1 tetes CH3COOH
dari A-3, B-3, dan
C-3 ke A-4, B-4,
dan C-4. DIADUK
10 tetes NH4OH
1 tetes NH4OH
dimasukkan ke
dalam A-11, B-11,
dan C-11
1 tetes indikator PP ke B-2 s/d B11; 1 tetes Indikator Universal ke A-2 s/d A-11; 1 tetes
Indikator alami ke C-2 s/d C-11
1 tetes NH4OH dari A-9, B-9, C-9 ke A-8, B-8, dan
C-8
Warna
larutan
diband
ingkan
Ba
Larutan baku + Indikator
Universal
Warna
direkam
menggunakan
kamera dan
pH sampel
ditentukan
D.5.1 HASIL PERCOBAAN
Larutan
Warna
Warna
Uji
awal
setelah
Larutan Prediksi
pH
ditambah
Indikator
Shampo
Detergen
5,5
PUTIH
Sabun Cair
10,0
6,5
Cuka
BENING
4,0
Air Soda
BENING
8,0
Pasta gigi
PUTIH
8,0
Susu
6,5
Jus Lemon
5,0
D.6.1. HASIL
PERCOBAAN Warna
larutan yang diperoleh :
Prediksi nilai pH
: 11,00
dengan
membandingkan
deret warna yang
terjadi
DERET WARNA YANG TERBENTUK SETELAH DITETESKAN METIL
MERAH
3
6
Warna peralihan antara
kuning
Dan merah.
7
8
(5+6)/2 = 5,5
10
3
3,7
10
10
Saat warna larutan pada sel percobaan=warna larutan pada kotak Bjerrum, skala
pada kotak Bjerrum dicatat
Sel percobaan digeser-geser di atas kotak Bjerrum
5 tetes Bromkresol hijau ditambahkan ke dalam sel percobaan
merupakan posisi di mana warna teramati pada kotak yang berisi basa CH3COO ,
sedangkan b merupakan posisi di mana warna teramati pada kotak yang berisi asam
CH3COOH.
20
C
H3COO
20
CH3COOH
0
D.9.2. PERHITUNGAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dari persamaan
Henderson- Haesselbach mengenai perhitungan pH suatu buffer, diperoleh hasil
perhitungan sebagai berikut
Dengan a = 19
b = 1, maka dari persamaan (2)
didapatkan bahwa
pH = pKin + log(a/b)
= 4,70 + log(11,5/8,5), sehingga didapatkan
nilai pH = 4,83
Sebelumnya telah diketahui bahwa pKin Bromkresol hijau = 4,70
E.
PEMBA
HASAN
Pada sesi ini, akan dibahas semua hasil praktikum yang telah dilakukan pada
tanggal 25
Februari 2008, yang terdiri atas dua shift. Praktikum ini dilaksanakan pada shift kedua.
Praktikum yang baru pertama kali dilakukan pada semester II ini, berjudul REAKSI
ASAM BASA I. Tentu saja hal-hal yang dilakukan pada praktikum tersebut
tidaklah lain merupakan reaksi-reaksi sederhan yang terjadi pada asam dan basa.
Dalam pembahasan ini, juga akan dibahas mengenai Indikator alami yang dibuat dari
ekstrak bunga, bagaimana cara menentukan perubahan warna yang terjadi pada
Indikator alami tersebut? Layak tidakkah indikator alami tersebut dijadikan sebagai
Indikator
asam-basa?
Berapakah
nilai Kin
dari Indikator
alami
tersebut?
INDIKATOR
ALAMI
Indikator alami yang praktikan pakai pada percobaan dua minggu yang lalu,
diekstrak dari salah satu bagian tanaman yang penting, yaitu bunga. Secara Fisik,
warna bunga yang dipakai adalah merah muda dan mudah sekali luntur. Pada saat
ekstraksi dilakukan, digunakan pelarut yang setidaknya dapat mengekstrak senyawa
organik pada kelopak bunga. Berdasarkan prinsip interaksi
antarmolekul
alkohol(Dalam hal ini dipakai Etanol) dengan senyawa organik yang terdapat pada
kelopak bunga, seharusnya senyawa organik ini lebih larut dalam alkohol dibandingkan
dengan di dalam air.
Hal ini disebabkan senyawa organik yang akan diekstrak itu diprediksikan
sebagai molekul yang nonpolar, sehingga dapatlah dipilih pelarut yang kurang polar
dibandingkan dengan air, (seperti alkohol atau campuran alkohol dengan aseton), agar
senyawa-senyawa organik tersebut larut dalam alkohol(like dissolve like).
Setelah
adalah
selesai
dilakukan
ekstraksi,
warna
larutan
yang
dihasilkan
Seperti terlihat pada data pengamatan di subbab D.2.1, warna larutan baku yang ditetesi
oleh indikator alami berubah dari merah muda pucat(pH = 1,0) hingga hijau
cerah(pH = 12,0). Warna larutan baku berubah mendadak dari warna merah
muda(pH = 7,0) menjadi hijau muda(pH = 8,3). Maka daptlah dikatakan bahwa terdapat
keadaan transisi perubahan warna pada selang pH tersebut. Perubahan warna transisi
-
tentu terjadi saat [Hin] = [In ], yakni saat konsentrasi spesi asam dan basa konjugasi
pada larutan sama.
Pada saat itu, dikatakan bahwa nilai pH=pKin. Maka dari itu pada selang (7;8,3),
terdapat sebuah nilai pKin. Walaupun cukup beresiko, kita anggap bahwa nilai pKin
dideskripsikan oleh pernyataan berikut
pKin=
(2)
pHn
2
pHn+1
E.2.
KEASAMAN
SAMPEL
Kali ini, akan dibahas keasaman berbagai sampel yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Sampel-sampel ini diuji dengan indikator universal, sehingga
dihasilkan warna-warna yang khas bagi setiap larutan/suspensi setiap sampel. Mari kita
H N
H O
O H
D -p a n th e n o l
C a u tio n : S te re o c h e m ic a l te rm s d isc a rd e d : d
OO
O
HO
S
OH
N
Ketiga senyawa pada gambar di atas setidaknya dapat berperan sebagai asam
yang baik. Terutama bagi asam sulfat, yang merupakan asam kuat. Demikian pula
dengan propil betain yang merupakan suatu garam aminium kuarterner yang bersifat
asam pada gugus aminium kationiknya. D-pantenol merupakan suatu provitamin B5
yang bersifat asam, meskipun sangat lemah jika dibandingkan dengan air. Sekalipun
banyak asam-asam yang terkandung pada shampo, namun pH shampo sendiri tergolong
sangat lemah. Sebab, kadar asam sulfat, betain, dan pantenol(Memiliki karbon
asimetrik pada karbon -nya) sangat rendah dalam suatu sampel shampo yang diuji.
O-
Na+
O
S
O
ion sulfonat merupakan basa yang relatif lemah, namun setidaknya apabila
dalam suatu detergen terdapat ion ini dalam jumlah yang banyak(dalam konsentrasi
yang relatif tinggi), maka pH detergen menjadi basa. Gugus fenil sendiri merupakan
suatu penarik elektron yang cukup baik, sehingga senyawaan asam-asam
benzenasulfonat lebih bersifat asam dibandingkan asam metil sulfonat dan asam-asam
alkil sulfonat lainnya. Efek keasaman terhadap aktivitas penyingkiran noda pada
kain, sangat berperan penting. Sebab, pada kondisi basa, noda berupa lemak dan flek
mudah sekali hilang pada suasana basa.
E.2.3. KEASAMAN SABUN CAIR
Mirip dengan detergen, sabun cair juga bekerja untuk menghilangkan
noda pada peralatan dapur. Hanya saja, pada penetesan indikator universal, didapatkan
warna larutan coklat. Esensi yang dapat diambil dari uji ini ialah bahwa pH sabun cair
ada pada selang pH asam. Diprediksikan dari deret perubahan warna indikator
universal, bahwa sabun cair memiliki pH6,5. Mengapa demikian? Bukankah
seharusnya sabun memiliki pH basa(karena mengandung basa-basa konjugasi dari asam
lemah)?
Tentu saja kandungan senyawa aktif pada sabun cair berbeda dengan
senyawa-senyawa yang terkandung pada detergen. Terutama disebabkan oleh
kandungan lemon yang ada pada sabun cair ini. Lemon secara alamiah mengandung
asam sitrat yang merupakan suatu spesi asam trikarboksilat yang biasa terdapat pada
tubuh makhluk hidup juga. Struktur dan properti asam sitrat
sendiri disajikan sebagai berikut
OH
HO
OH
HO
O
O
citric acid
2-hydroxypropane-1,2,3-tricarboxylic acid
Chemical Formula: C6H8O7
Exact Mass: 192,02700
Molecular Weight: 192,12352
m/z: 192,03 (100,0%), 193,03 (6,8%),
194,03 (1,6%) Elemental Analysis: C,
37.51; H, 4.20; O, 58.29
Gugus trikarboksilat yang terdapat pada asam sitrat menunjukkan bahwa
keasaman dari senyawa ini cukup tinggi. Hanya saja, seperti yang terjadi pada asam
triprotik lainnya seperti H3PO4, asam ini tidak cukup kuat dibandingkan dengan
asam-asam monoprotik dan diprotik. Sebab, untuk mendisosiasi sisa-sisa proton
lainnya yang terikat pada spesi-spesi anion dikarboksilat dan trikarboksilatnya
cenderung sukar.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, keberadaan basa konjugasi dari
asam lemak juga merupakan penyebab mengapa sabun bersifat sedikit basa. Namun
untuk sabun cair yang diteliti ini, ternyata keberadaan asam sitrat ini lebih banyak
dibandingkan keberadaan basa konjugasi itu sendiri.
pasta gigi tesebut. Biasanya ion F yang ada pada pasta gigi ditemani oleh ion-ion
2+
lainnya, termasuk ion Ca . Menurut Bronsted-Lowry, anion F merupakan suatu basa
konjugasi yang kuat yang dapat terbentuk dari asam lemah HF yang ada di dalam air.
Tentu saja sebenarnya bukan hanya di dalam air ion F bersifat basa, namun dalam
pelarut-pelarut yang lebih basa daripada air, ion F ada dalam jumlah yang banyak. Di
dalam pasta gigi sendiri Fluoride mampu menukar ion OH pada senyawaan
Ca10(PO4)6(OH)2 dengan ion F , sehingga email gigi tahan terhadap serangan asam.
E.2.7. KEASAMAN SUSU
Berdasarkan uji menggunakan indikator universal, diperoleh warna kuning
pucat pada sampel susu yang diberi sedikit air. Hal ini menunjukkan bahwa susu
bersifat asam. Sebuah deduksi kecil dinyatakan, bahwa susu yang diuji memiliki pH
6,5. Nilai pH yang mendekati 7 memiliki pengertian bahwa susu mengandung suatu
senyawa yang memiliki sifat asam yang lemah. Tentu saja tidak mengejutkan
bahwa susu mengandung asam, yakni asam laktat. Struktur
asam laktat digambarkan seperti di
bawah ini :
2-hydroxypropanoic acid
Chemical Formula: C3H6O3
O
O
H
lactic acid
Asam laktat merupakan suatu asam -hidroksi yang relatif lemah. Salain
keberadaannya ditemukan pada susu, yang sebagian besar mengandung lipid dan
protein, juga terdapat pada tubuh makhluk hidup. Sebab, asam laktat inilah yang
merupakan hasil akhir dalam reaksi glikolisis anaerob.
Keberadaan
asam-asam
tanah yang memiliki keasaman yang sesuai dengan jenis tanaman tertentu dapat
membuat tanaman tumbuh dengan subur.
Eksperimen yang dilakukan 2 minggu yang lalu, yakni uji menggunakan
indikator universal menunjukkan bahwa warna larutan yang telah diteteskan indikator
universal berwarna biru sangat tua. Bahkan warna biru tua dari sampel ini menjurus ke
radius kehitaman. Setelah dicocokkan dengan warna larutan baku yang ada di plat
tetes, ternyata warna pH tanah sekitar pH
11,00. Kandungan ion OH dalam tanah yang terlarut dalam air cukup
melimpah(berada pada
konsentrasi yang tinggi).
Dengan demikian, banyak beberapa spesies tumbuhan yang tumbuh pada rentang
pH basa.
E.2.10. KEASAMAN AIR LEDENG
Air Ledeng yang diambil dari daerah Bandung Utara ini juga diujikan
keasamannya pada praktikum 2 minggu yang lalu. Sebanyak 8 tetes sampel ini
dimasukkan ke dalam pelat mikro dan diteteskan ke dalam indikator universal.
Ternyata diperoleh warna larutan hijau tua. Warna hijau tua ini dicocokkan dengan
warna sampel larutan baku yang telah diteteskan dengan indikator universal juga.
Hasil pencocokan sangat mengejutkan, yakni pH larutan yang sesuai adalah pH
8,0. Dari berbagai buku teks Kimia, banyak disebutkan bahwa pH air murni adalah
o
sebesar pH = 7,0 pada suhu 25 C. Praktikum 2 minggu yang lalu, dilakukan pada siang
hari, temperatur ruang pada waktu
o
-14
itu mencapai 28 C, sehingga harga Kw H2O tidak lagi Kw = 10 , melainkan lebih tinggi
-14
dari 10 .
Hal ini wajar, sebab dalam autoprotolisis air, harga Hr > 0(Reaksi
Endoterm dan diperlukan energi), sehingga tetapan kesetimbangan autoprotolisis
air(Kw) nilainya akan meningkat seiring meningkatnya temperatur.
2H2O(l)
-14
Kw = 10 (
o
pada 25 C)
Kw > Kw
(pada
o
28 C)
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa pada temperatur kamar saat itu, nilai pKw<
14, akibatnya nilai baku pH netral pada temperatur tersebut menjadi pH< 7. Yakni pH
pada saat itu seharusnya dikatakan netral jika nilainya kurang dari tujuh. Namun,
meskipun standar pH netral turun, tetap saja nilai pH air yang diukur masih dalam
keadaan basa.
Nilai pH air yang basa dapat terjadi karena berbagai hal, antara lain adanya
pengotor pada sampel air yang tadinya diprediksikan murni. Pengotor-prngotor
tersebut dapat berupa anion- anion, kation-kation, ataupun spesi-spesi lainnya yang
2dapat menyebabkan munculnya karakter basa, antara lain amoniak(NH3), F ,dan S .
Masih banyak lagi zat-zat terlarut yang masih mungkin terdapat dalam air, sehingga
menyebabkan pH air tidak netral.
Nilai keasaman air seringkali dijadikan sebagai patokan untuk mengukur
seberapa baikkah kualitas air tersebut ? Layak minumkah air tersebut ?
Nilai pH yang basa bagi suatu sampel air memang baik untuk beberapa
spesies ikan tertentu, namun setidaknya air tersebut tidak layak minum bagi manusia.
Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam air tersebut terkandung spesi-spesi yang
berbahaya bagi tubuh manusia.
E.3. PENENTUAN pKin SUATU INDIKATOR
Indikator asam-basa yang dipakai di laboratorium, pada hakikatnya merupakan
suatu senyawa organik yang dapat menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
dan meneruskan sebagian intensitasnya ke dalam retina mata pengamat. Perubahan
warna yang tampak pada suatu indikator akan berbeda dengan jenis indikator lainnya.
Hal ini disebabkan oleh berbedanya jenis senyawa organik yang terkandung di
dalamnya.
Pada suatu indikator dikenal adanya istilah Kin dan pKin. Kin merupakan suatu
tetapan kesetimbangan suatu indikator saat terdisosiasi di dalam suatu
pelarut(dalam hal ini air), sedangkan pKin adalah suatu faktor eksponensial Kin yang
dinyatakan sebagai
pKin= -log Kin
Dalam percobaan ini, indikator asam-basa yang akan ditentukan nilai pKin-nya
adalah indikator metil merah, metil jingga, dan fenolftalein. Marilah kita bahas satu per
satu penentuan pKin masing-masing indikator tersebut.
10
= 3,16x10 ). Sedangkan menurut data pada buku teks vogel, Kimia Analisis
Anorganik Kuantitatif, pKin indikator ini adalah 5,0. Adanya perbedaan yang
cukup besar ini dapat disebabkan oleh galat tentu dan galat tak tentu. Galat tentu
yang telah diketahui ialah bahwa kondisi ruang kerja yang berbeda antara praktikan
dengan kondisi yang tercantum pada buku teks. Kedua, galat ini dapat timbul dari
kesalahan dalam mengamati warna.
Nilai pKin yang teramati menunjukkan bahwa metil merah merupakan suatu
basa lemah yang dapat terdisosiasi secara tidak sempurna. Saat nilai pKin = pH,
maka terjadi transisi perubahan warna. Kita dapat menentukan apakah suatu
Indikator adalah suatu asam lemah atau basa lemah ialah dengan melihat rentang
perubahan warna yang terjadi pada indikator tersebut jika diteteskan ke dalam larutan
baku. Seperti yang teramati, karena metil merah berubah warna pada rentang warna
merah(Panjang gelombang tinggi) ke warna kuning(panjang gelombang lebih rendah),
maka indikator metil merah bersifat basa lemah. Di mana nilai pKin dalam kasus
ini identik dengan nilai pKb.
penentuan indikator metil merah. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, nilai pKin
ada pada rentang pH=3 dan pH=4.
3
10
Seperti halnya metil merah, metil jingga juga merupakan suatu basa yang relatif
lemah, sebab rentang perubahan warna terjadi dari panjang gelombang tinggi(merah) ke
panjang gelombang yang rendah(jingga). Nilai pKin yang diperoleh sebesar pKin=
-4
3,5(Kin = 3,16x10 ). Bahkan nilai pKin ini memperlihatkan kepada kita bahwa metil
jingga lebih bersifat basa dibandingkan dengan metil merah. Pada buku teks Vogel,
nilai pKin indikator metil jingga adalah
3,7. Artinya, terdapat galat yang cukup kecil dalam penentuan pKin ini, yakni hanya
sebesar 5,4 %. Walaupun sebenarnya galat ini sangat besar bagi uji-uji analitis. Adanya
galat ini menunjukkan kurang layaknya metode pengukuran/penentuan pKin ini,
mengingat cukup banyak metode penentuan pKin lainnya yang lebih layak, seperti
melalui pengukuran transmitans atau absorbans larutan yang telah ditambahkan
indikator.
E.3.3. PENENTUAN pKin INDIKATOR FENOLFTALEIN
Sama saja seperti penentuan
jingga, larutan baku dipakai untuk membandingkan perubahan warna yang terjadi pada
penambahan indikator ini. Hanya saja perubahan warna yang terjadi untuk indikator
Fenolftalein adalah sebagai gambar berikut
10
Maka, dari perubahan warna yang teramati di atas, fenolftalein berubah warna
dari panjang gelombang rendah(tak berwarna) ke panjang gelombang tinggi(merah),
sehingga dapat dikatakan bersifat sebagai suatu asam lemah. Dan keputusan ini
benar, terlihat dalam referensi Analisis Kimia Kuantitatif karya Underwood dkk,
bahwa
Fenolftalein
merupakan
suatu
asam diprotik lemah
dan
tak
berwarna( hal.151). Warna larutan berubah pada saat pH=9 hingga pH= 10,
-10
sehingga didapatkan nilai pKin 9,5(Kin = 3,16 x 10 ). Pada buku teks Vogel(hal.
280-281), terlihat bahwa nilai pKin untuk indikator fenolftalein yakni pKin = 9,6.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa cukuplah layak metode penentuan
ini terhadap
indikator yang bersifat asam lemah seperti Fenolftalein. Galat yang didapatkan
cukup kecil, sebesar 1,04%.
E.4. PENENTUAN pH SUATU BUFFER MENGGUNAKAN KOTAK
BJERRUM
Metode kotak Bjerrum dalam penentuan pH suatu larutan pada prinsipnya
bekerja menggunakan teknik kolorimetri, yakni menggunakan perbandingan intensitas
warna yang dapat diteruskan oleh larutan. Jadi, dua kompartemen dalam kotak tersebut
diisikan dua ekstrim yang berlawanan, yakni yang satu diisi asam(dalam hal ini HCl),
sedangkan yang satu lagi diisi oleh larutan basa(dalam hal ini NaOH).
Setelah itu, ke dalam kedua kompartemen ditambahkan larutan indikator
bromkresol hijau sebanyak 1:10, perbandingan volume. Keterbatasan kotak Bjerrum
dalam mendeteksi pH larutan buffer yang akan ditentukan yakni karena terbatasnya
kepekaan mata kita dalam melihat warna yang terdapat pada kotak tersebut.
Dalam praktikum ini, dipilih satu dari 7 macam perbandingan komposisi buffer
berikut
-
Volume CH3COOH(mL)
pH
10
40
4,05
15
35
4,32
20
30
4,50
25
25
4,61
30
20
4,82
35
15
5,00
40
10
5,25
Larutan yang ditandai tinta biru merupakan larutan yang akan diujikan nilai pH-nya
apakah sesuai dengan nilai yang ada pada tabel atau tidak. Ternyata untuk larutan
dengan komposisi volume CH3COO : CH3COOH = 30:20, maka diperoleh nilai a
= 11,5 dan b = 8,5.Warna larutan yang teramati adalah hijau cerah yang beraneka.
Dengan metode kotak Bjerrum ini, ternyata didapatkan
untuk
komposisi
tersebut pH 4,83.
Galat yang diperoleh dengan penggunaan metode ini adalah 0,207%,
sehingga metode ini merupakan pendekatan yang cukup layak untuk menentukan pH
larutan. Sesungguhnya memang secara teknis demikian, namun perolehan galat
terkecil didapatkan harus dengan ketelitian yang luar biasa dan kepekaan terhadap
warna yang diamati.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan I semester II ini mengenai Reaksi Asam Basa I,
diperoleh poin- poin penting sebagai berikut, di antaranya :
Trayek perubahan warna dari indikator alami yang diperoleh yakni berkisar
antara warna merah muda hingga hijau tua. pKin = 7,65
Trayek pH pada indikator alami yang telah dibuat berkisar antara 6,5-8,4
Nilai-nilai pKin dan Kin setiap indikator yang diperisa adalah sebagai berikut
Nama Indikator
PKin
Kin
-4
Metil Jingga
3,5
3,16 x 10
Metil Merah
5,5
3,16 x 10
Fenolftalein
9,5
3,16 x 10
-6
-10
Harga pH yang diperoleh dalam berbagai sampel yang diujikan adalah sebagai
berikut
No.
pH
Shampo
5,5
Detergen
10,0
Sabun cair
6,5
Cuka
4,0
8,0
Pasta gigi
8,0
Susu
6,5
Jus lemon
5,0
Sampel tanah
11,0
10
Sampel air
8,0