Anda di halaman 1dari 1

LATAR BELAKANG

SAR merupakan suatu kelainan pada mukosa bersifat kambuhan , terutama sering
didapati di mukosa rongga mulut dan terasa sakit. Prevalensi terjadinya sar cukup
sering tetapi etipatogenesis nya tidak diketahui secara pasti (Preeti et al., 2011). Sar
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu sar minor, sar mayor dan sar herpetiformis. Sar tipe
minor paling sering terjadi diantara sar tipe lainnya diameter < 1 cm dan meyembuh
tanpa bekas luka. Sar tipe mayor diameternya > 1cm menyembuh lebih lama dan
sembuh dengan jaringan parut. Sar tipe herpetiformis ditandai oleh ulser diameter kecil
dalam jumlah yang banyak hampir menyeluruh di mukosa rongga mulut. Munculnya
ulser biasanya ditandai sensasi terbakar pada mukosa, 2-48 jam sebelum munculnya
ulser. Lesi tersebut biasanya berjumlah single atau multipel, bentuknya bulat, dangkal,
sentral putih kekuningan, kemerahan disekelilingnya. Karakteristik dari lesi sar hampir
sama dengan stomatitis yang disebabkan oleh virus, pemfigus, pemfigoid , oleh karena
itu anamnesis dan pemeriksaan penunjang berperan penting untuk menentuka n
diagosa

KASUS
Pasien laki-laki usia 32 tahun datang ke RSGM Hang Tuah Surabaya dengan keluhan
sariawan pada mukosa bibir atas dan sudut mulut terasa sakit. Berdasarkan anamnesa
ternyata pasien sering mengalami sariawan tanpa sebab yang jelas dan tersebar di
rongga mulut, sariawan yang didapati di sudut mulut dikarenakan trauma oleh alat
kedokteran gigi. Pada pemeriksaan ekstraoral didapati pembesaran pada kelenjar limfe
submandibularis kanan dan kiri, diameter 1cm, padat kenyal, bergerak, tidak sakit.
Berdasarkan pemeriksaan intraoral pada mukosa labial atas terdapat ulser, mutiple,
sentral putih, tepi kemerahan, batas jelas, sakit. Sedangkan pada komisura kanan
didapati ulser, single, panjang= 1cm, sentral putih, tepi kemerahan, sakit. Berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan pasien didiagnosa sar tipe mayor pada mukosa labial atas,
sedangkan pada sudut mulut didiagnosa traumatic ulcer. Perawatan yang dilakukan
adalah sanitasi lesi dengan povidone iodi n, obat yang diberikan adalah Borax Gliserine
5% dioleskan pada lesi 3-4x sehari, Becom C dimium 1x1 hari, Asam mefenamat 500
mg 3x1 bila perlu saja. Setelah pemakaian obat 1 minggu sariawan masih terasa sakit,
bertambah besar dan muncul di tempat lain. Pasien menambahkan kenalog yang
dioleskan 1x dimalam hari. Pasien diinstruksikan untuk melanjutka pemakaian kenalog
secara rutin 3x1 hari kemudian diberi obat tambahan diazepam 10 mg diminum 1x1
sehari dan becom C capl 1x1 sehari. Pemeriksaan 1 minggu setelah kontrol 1,
sariawan sudah tidak sakit lagi, secara intraoral didapati makula kemerahan, tetapi
muncul sariawan di mukosa labial bawah karena tergigit. Pasien diinstruksikan untuk
melanjutkan minum obat dan mengoleskan kenalog secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai