Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nama Kelompok:
Paraswati
2601101500043
Ruth Michelle P
2601101500065
2601101500045
Nadia Gitta P
2601101500071
Clara Gracia
2601101500049
Iis Nuraeni
2601101500073
Diana Alifah
2601101500051
2601101500075
Wenni H. Pakpahan
2601101500053
Pramesthi Indah W
2601101500077
Anggita Putri U
2601101500057
Lestia Anggraeni
2601101500079
Naomy Octavinna
2601101500059
Alyanada Nurafifah
2601101500081
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
Pewarnaan Spora dan Pewarnaan Kapsul
I.
Tujuan
I.1. Mengamati
endospora
bakteri
dengan
menggunakan
prosedur
Prinsip
1. Pewarnaan spora (metode klein)
Pewarnaan khusus digunakan
untuk
mewarnai
dan
menggunakan
mikroskop
cahaya.
Ini
merupakan
4. Suspensi bakteri
Bakteri yang bekelompok yang tedapat pada media yang
telah digores oleh suatu sampel (Volk dan Wheeler, 1988).
III.
Teori Dasar
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif,
pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna
pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan
tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian
sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan
pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga
dapat
membedakan
bagian-bagian
dari
sel.
Termasuk
dalam
endospora,
yaitu
genus
Bacillus
dan
genus
spora
di
dalam
tubuh
sel
vegetative
juga
dapat
tersebut
secara
genetis,
dalam
tahapan
pertumbuhan
dan
IV.
Alat
1. Bak pewarna
2. Botol semprot
3. Cawan petri
4. Kaca obyek dan kaca obyek cekung
5. Kapas
6. Kertas saring
7. Korek api
8. Lup inokulasi (ose) dan jarum inokulasi
9. Mikroskop majemuk medan terang
10. Pembakar spirtus
11. Spidol
IV.2.
Bahan
1. Alkohol 70%
2. Aquades dalam botol semprot
3. Desinfektan
4. Metylen blue
5. Minyak emersi
6. Pewarna Klein
7. Suspense bakteri Bacillus subtilis
8. Suspensi bakteri Klebsiella sp.
9. Zat warna karbol fuschin
IV.3.
Gambar Alat
V.
Prosedur
V.1.
Pewarnaan spora
Disediakan 2 kaca objek yang bersih. Diletakkan satu ose
suspense bakteri dan satu tetes cina (1:1) pada dekat ujung kanan
kaca objek pertama. Dicampurkan dengan menggunakan sudut kaca
objek kedua sampai homogeny.
Diletakkan kaca objek kedua pada kaca objek pertama dengan
membentuk sudut 450. Ditarik kaca objek kedua sepanjang kaca
objek pertama dengan diseret kearah kiri.
Difiksasi preparat tersebut dengan dilakukan sebanyak 3 kali
diatas api. Di genangi dengan pewarna air fuksin selama 5 menit,
dibuang zat warna yang berlebih, lalu di keringkan dengan kertas
saring.
V.2.
Pewarnaan kapsul
Dibuat suspensi bakteri yang terdiri dari biakan bakteri dan
NaCl fisiologis di tabung reaksi, ditambahkan korbol fuksin
sebanyak 1:1 ke dalam suspensi tersebut.
Dipanaskan campuran tersebut dalam pemanas air bersuhu
800C selama 10 menit, dijaga jangan sampai mendidih atau kering.
Diseediakan kaca obyek yang bersih dan buat olesan dari
campuran tersebut. Digenangi olesan dengan H2S04 1% selama 2
detik, lalu cuci dengan air suling.
Digenangi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen
selama 5 menit, buang zat warna yang berlebih, bilas dengan air
suling, lalu keringkan dengan kertas saring.
Diteteskan sedikit minyak imersi pada preparat, lalu diperiksa di
bawah mikroskop. Mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah
VI.
Hasil
VII.
Jenis Bakteri
Perbesaraan Mikroskop
Pewarnaan
Prosedur Pewarnaan
Bakteri Spora
10X
Pewarnaan Klein
Suspensi bakteri dioleskan pada kaca
objek yang bersih. Lalu, H2SO4 1%
ditambahkan, diamkan 2 detik dan
dibilas dengan aquades. Kemudian,
metilen ble ditambahkan, didiamkan
5 menit, dibilas dengan aquades dan
dikeringkan dengan kertas saring.
Minyak imersi ditambahkan ke
preparat dan diamati dibawah
mikroskop mulai perbesaran 10 X
Keterangan
sampai 100 X
Ditemukan bakteri Bacillus subtilis
Jenis Bakteri
Perbesaraan Mikroskop
Pewarnaan
Bakteri berkapsul
10x
Negatif ditambahkan dengan
Prosedur Pewarnaan
VIII. Pembahasan
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan
karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna. Salah satu cara
untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi
dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. (Waluyo, 2007) .
Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba banyak dilakukan
baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak
langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut ialah
untuk mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupun
fungi, memperjelas ukuran dan bentuk jasad dan melihat struktur luar dan
kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad. Melihat reaksi jasad
terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia yang
ada akan dapat diketahui. (Suriawiria, 1999)
pada kaca preparat. Setelah itu dilakukan lah tahapan pewarnaan dengan
senyawa yang berbeda-beda.
Setelah oose yang sudah dimasukkan ke dalam cawan petri yang
berisi sampel, oose di swap kan ke kaca preparat. Pertama kali kita
melakukan reaksi pewarnaan tunggal, dengan menggunakan pewarna
Metilen Blue. Metilen blue digunakan karena kebanyakan bakteri udah
bereaksi dengan zat-zat pewarna yang bersifat alkalin atau komponen dari
kromoforiknya bermuatan positif. Hal itu disebabkan oleh sifat dari
sitoplasma bakteri yang bersifat basofilik atau menyukai basa. Setelah
diberi metilen blue, preparat dibiarkan selama 5 menit. 5 menit adalah
batas minimal bagi bakteri menyerap seluruh zat pewarna. Setelah
menunggu lima menit, dibilas dengan aquades dan di bersihkan dengan air
suling. Setelah itu ditetesi minyak emersi. Minyak emersi biasa digunakan
untuk penggunaan mikroskop dengan perbesaraan 100x namun untuk
memperbesar indeks bias dan memperjelas resolusi dari benda yang akan
diamati. Setelah itu diamati di mikroskop dengan perbesaran terkecil yaitu
10x lalu meningkat hingga 100x. Setelah diamati, didapatkan jenis bakteri
basil pada sampel 2. Basil adalah bakteri yang memiliki bentuk batang
atau silinder.
Dilakukan pewarnaan majemuk setelah mendapatkan hasil dari
pewarnaan tunggal. Setelah melakukan swap, tetesi dengan karbol gentian
hingga menggenang selama satu menit. Apabila terdapat bakteri gram
positif, maka bakteri tersebut akan mengikat zat warna dari karbol gentian
tersebut. Setelah itu kaca preparat di bilas dyngan aquadest. Kemudian
ditetesi dengan lugol dan ditunggu selama 2 menit. Lugol disini berfungsi
untuk meningkatkan aktifitas peningkatan zat warna oleh bakteri,
memperjelas zat warna juga. Setelah 2 menit, larutan di bilas lagi dengan
aquadest dan dibersihkan lagi dengan kertas saring. Setelah itu ditetesi
dengan alkohol 95% selama 30 detik setetes demi setetes. Alkohol
digunakan sebagai solven organic yang mampu melunturkan zat warna.
Selain itu pemberian alkohol juga berguna until melisiskan dinding sel dari
bakteri. Untuk mewarnai sel-sel yang sudah hilang warna utamanya karna
pemberian alkohol, maka diberikan air fuksin dan dibiarkan selama 30
detik juga. Bacteria gram negatif nantinya akan mengikat warna dari air
fuksin ini. Setelah itu dibilas lagi dengan aquadest. Dan setelah ditetesi
minyak emersi, diamati di mikroskop. Didapatkan bakteri dengan gram
positif
IX.
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, dapat diketahui bentuk, ukuran, dan
struktur-struktur dari sampel 1 dengan menggunakan pewarnaan tunggal
yaitu CGV dengan sampel berbentuk basil. Dapat pula menganuti bakteri
yaitu gram positif dan gram negatif dengan menggunakan proseduur
pewarnaan gram dan dapat memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi
kimia yang terjadi di dalam prosedur. Pada sampel 1 yaitu terdapat bakteri
gram negatif dengan bentuk basil dan terdapat bakteri gram positif dengan
bentuk kokus dengan menggunakan pewarna air fuchsin.
Daftar Pustaka
CV. Yrama Widya. Bandung.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta
Dwidjoseputro.1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bogor
Hadioetomo, Ratna S. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan
prosedur laboratorium. Jakarta: Gramedia
Harley.
2002.
Laboratory
Excercise
in
Microbiology.
USA:
HillPublisher.
Irianto, K. 2006, Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2,
Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA IMSTEP.
Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Pratiwi, T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
McGraw