A. Pendahuluan.
tidak pada posisi seperti itu, karena muatan lokal sangat banyak tidak pada
upacara dengan doa syukuran dengan memanfaatkan wadah, karena
semestinya rasa syukur dilakukan dengan doa langsung kepada Allah SWT,
dan ucapan terima kasih dengan cara bersedekah, membagi-bagi rezki kepada
yang membutuhkannya.
B. Permasalahan
D. Data Empirik
Teori tentang budaya yang bisa menjadi dasar memahami ritual secara
filosofis menyebutnya bahwa manusia sebagai homo religious. Ritus
merupakan suatu upaya manusia untuk mencari hubungan dengan dunia
trasendental dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan, ketentraman dan
sekaligus menambah kelestarian kosmos, pelaksanaan ritualisasi merupakan
upacara keagamaan yang paling umum di dunia yang melambangkan kesatuan
mistis dan sakral dari mereka yang ikut hadir di dalamnya (Geertz 1992, 13).
Ritus merupakan salah satu usaha manusia sebagai jembatan antara dunia
bawah (manusia) dengan dunia atas (Tuhannya). Salah satu alat perantara itu
adalah adanya sesaji yang dipersembahkan kepada roh leluhur dengan harapan
Tuhannya akan memberi berkah keselamatan manusia di dunia.
Teori ini sebagai representasi dan artikulasi dari religi yang memuat
unsur verbal dan non verbal. Unsur verbal dari dalam religi dalam ritus, antara
lain terungkap dalam mantra, mitos, ajaran kearifan hidup berupa tuturantuturan dalam ritual, yang memuat pernyataan-pernyataan teologis, dan moral
yang berkaitan dengan lingkungan alam, manusia dan Tuhan. Sedangkan,
unsur-unsur nonverbal ritus dapat ditemukan dalam proses pelaksanaannya
berupa sarana-prasarana yang dihadirkan, sesaji, bahan-bahan ritual, serta
waktu dan tempat yang digunakan untuk mengaktualkan ritual tersebut oleh
para pemimpin upacara dan pembantu-pembantunya, atau (Sandro) dan warga
atau umat yang terlibat. Dengan kata lain, ritus tersebut menunjuk dan
memberi informasi tentang yang sakral dalam hubungannya makhluk gaib,
yang dipercayai oleh pendukungnya dari generasi ke generasi secara turun
temurun.
Secara konseptual ritual Mappanretasi diartikan sebagai salah satu
ritus di bidang kelautan (nelayan) yang dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil yang banyak dan dijauhkan dari penyakit dan
mendatangkan banyak rezeki terutama dari laut di mana mereka mencari
nafkah. Karena menurut asumsi masyarakat suku Bugis Pangatan, dan suku
Bugis umumnya, laut tempat mereka mencari penghidupan, jika tidak
dilakukan persembahan, doa rasa syukur ini dianggap dapat menyebabkan
bahaya bagi nelayan, dan mengharapkan mendapatkan keberkahan atas ritual
atau sesajen itu.
Upacara ritual merupakan penyampaian harapan secara simbolistik
kepada kekuatan-kekuatan alam yang dipercaya pengikutnya, untuk
mendatangkan rezki dan keselamatan melalui ragam wadah dalam
pelaksanaan ritual dimaksud. Hal ini menimbulkan banyak perdebatan di
7
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik. Juni 2016, (Vol. 20 No.1).
Komunikasi Transendental Dalam Ritual Kapontasu Pada Sistem
Perladangan Masyarakat Etnik Muna, hlm. 66
DIANANTA P. SUMEDI.
https://m.tempo.co/read/news/2016/04/24/242765456/inimappanretasi-ritual-nelayan-bugis-di-tanah-kalimantan