Anda di halaman 1dari 19

A.

Pengertian
Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan pembuluh darag kecil yang memasok
darah dan oksigen ke jantung. Penyakit jantung koroner juga disebut penyakit arteri kononer.
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh kondisi yang disebut aterosklerosis, yang
terjadi ketika bahan lemak dan zat-zat lainnya membentuk plak pada diinding arteri. Hal ini
menyebabkan arteri yang dialiri darah menjadi sempit. Karena aliran sempit pada arteri
koroner, darah ke jantung menjadi lambat bahkan berhenti. Hal ini dapat menyebabkan nyeri
dada, sesak napas, serangan jantung, dan gejala lain, terutama ketika sedang beraktivitas.
Sejak tahun 1996 penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian nomor satu di
indonesia. Padahal sebelumnya menduduki peringkat ketoga di indonesia. Tidak hanya di
indonesia, penyakit jantung koroner juga merupakan penyebab kematian nomor satu di
Amerika. Penyebab penyakit jantung koroner bukan diakibatkan karena terlalu banyak
makan santan. Santan tidak menekan kolesterol. Hal ini lebih disebabkan karena terlalu
banyak mengonsumsi daging. Langkah-langkah yang bisa dilakukan pemeriksa dalam
menangani kasus penyakit jantung koroner adalah melakukan sosialisasi hidup sehat dan
kampanye antirokok yang seperti terdapat pada kemasan rokok, juga kampanye rajib
berolahraga di indonesia sendiri terdapat kelompok jantung sehat yang biasanya didadakan
oleh masyarakat atau organisasi tertentu dengan dibantu oleh pihak rumah sakit.
B. Penyebab Penyakit Jantung Koroner:
Penyebab penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan
penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya anteroklerosis maupun yang sudah terjadi
penimbunan lemak atau plak pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau
tanpa gejala sekalipun.
Penyebab utama kasus penyakit jantung koroner meningkat di asia pasifik adalah
Way of life atau pola hidup orang Asia tenggara. Hal ini terkait dengan tiga pokok:

Gliko lipo toksisit, terlalu banyak makan yang manis dan berlemak.

Kebiasaan sedentary living, hidup santai, kurang melakukan aktivitas fisik.

Berbagai macam polusi lingkungan yang makin parah dan makin banyaknya radikal
bebas.

Radikal bebas salah satu penyebab gejala jantung koroner adalah suatu ion molekul
tanpa pasangan yang bisa mengikat molekul lain yang mengakibatkan molekul/zat tadi
menjadi rusuk atau berubah sifat. Misalnya, sel-sel pembuluh darah menjadi cepat mati atau
pembuluh darah menjadi menyempit. Sel-sel yang berubah sifat contohnya adalah sel-sel
kankar sumber radikal bebas antara lain:

Asap rokok

Polusi udara

Polusi kimiawi atau lingkungan

Pulusi elektromagnetik

Polusi dari tubuh sendiri.

C. Gejala Penyakit Jantung Koroner:


Asal muasal terjadinya penyakit jantung koroner berawal dari kerusakan yang terjadi
pada bagian dalam dinding pembuluh darah koroner yang sangat dibutuhkan otot-otot
jantung demi kelangsungan hidupnya sendiri dalam rangka mendukung kehidupan organorgan tubuh lainnya. Gejala penyakit jantung koroner ini disebabkan karena kualitas yang
buruk dari dinding bagian pembuluh koroner akibat dari beberapa faktor yang sudah
berlangsung lama.

Gejala awah terjadinya penyakit jantung koroner yaitu:

Rasa sakit ulu hati, denyut nadi lemah namun berdetak cepat disertai dengan keluarnya
keringant, perut mengalami kembung seperti tanda masuk angin dan seringkali orang
indonesia menyebut gejala ini dengan angin duduk, jadi jika anda mengalami gejala
seperti masuk angun sebaiknya waspada karena bisa saja gejala awal dari penyakit
jantung koroner.

Adanya rasa sakit di sekitar dada dan mengajar ke bagian lengan kiri serta sekitar leher
seperti tercekik jika anda mengalami gejala ini sebaiknya segera periksakan ke dokter.

Namun ada juga yang mengalami kematian mendadak bagi penderita penyakit jantung
koroner karena kurangnya kesempatan untuk melakukan penanganan medis dan
pengobatan.

D. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner:


Mencegah jantung koroner dengan menghindari stress, stress kronis dapat
menyebabkan meningkatnya hormone adrenalin yang dalam jumlah banyak bisa menjadi
radikal bebas bagi tubuh. Awasi tekanan darah secara teratur, hubungan tekanan darah tinggi
dengan serangan jantung karena tekanan darah tinggi dapat mempercepat timbulnya bisulbisul pembuluh darah, karena tekanan darah tinggi membuat aliran darah menjadi cepat
sehingga terjadilah tekanan gesek antara 2 butiran pembuluh darah. Gesekan ini
menimbulkan luka yang akhirnya menjadi bisul pembuluh darah. Tekanan darah tinggi harus
diturunkan dengan cara berdiet, yakni mengurangi garam, serta mempertinggi semua buah
mengandung kalium. Teratur berolahraga sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali seminggu
selama 40 menit.
Dibawah ini adalah tips mencegah penyakit jantung koroner:

Periksa tekanan darah secara teratur

Tidak merokok

Periksa apakah anda mengidap diabetes, dan kendalikan kadar glukosa darah bila anda
mengidap diabetes.

Pertahankan berat badan yang normal

Diet rendah kolesterol dan lemak jenuh

Olahraga secara teratur

Kurangi dampak stres dengan cara relaksasi

Lakukan pemeriksaan secara teratur

E. Patofisiologi

Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah
yang mengalami gangguan aterosklerosis akan menyebabkan terjadinya iskemia sementara
pada tingkat sel dan jaringan serta menekan fungsi miokardium (otot jantung). Berkurangnya
kadar oksigen mendorong perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob dan
mengakibatkan terjadinya asidosis dan mengganggu fungsi ventrikel sinister. Hal ini akan
menyebabkan berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung. Perubahan ini
bervariasi tergantung lokasi dan luas iskemia. Menurunnya fungsi ventrikel sinister akan
mengurangi curah jantung sehingga volume ventrikel meningkat dan menaikkan tekanan
jantung kiri dan kapiler paru-paru. Timbulnya nyeri dada (angina pectoris) terjadi akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard.

F. Etioligi
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

1)
2)
3)

Riwayat keluarga
Peningkatan usia
Jenis kelamin

Faktor yang dapat dimodifikasi


1)

Tekanan darah tinggi


Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko yang paling membahayakan karena biasanya
tidak menunjukkan gejala sampai telah menjadi lanjut. Tekanan darah tinggi menyebabkan
tingginya gradient tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri sampai memompa darah.
Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung
meningkat.
2)
Kolesterol
Tiga elemen metabolism lemak, antara lain kolesterol total, LDL (low density lipoprotein)
dan HDL (high density lipoprotein) dianggap sebagai faktor primer yang mempengaruhi
perkembangan penyakit jantung koroner. LDL menyebabkan efek berbahaya pada dinding
arteri dan mempercepat proses aterosklerosis. HDL membantu penggunaan kolesterol total
dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan kemudian diekskresi.
3)
Merokok
Merokok berperan dalam memperparah penyakit jantung koroner melalui 3 cara, yaitu:
a) Menghirup asap rokok akan meningkatkan kadar karbon monoksida darah. Hb,
komponen darah yang mengangkut oksigen lebih mudah terikat dengan karbon monoksida.
Jadi oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat berkurang, membuat jantung bekerja
lebih berat untuk menghasilkan energy yang sama besarnya.
b) Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin yang menyebabkan
konstriksi arteri. Aliran darah dan oksigenasi jaringan menjadi terganggu.
c) Merokok meningkatkan adhesi trombosit, mengakibatkan kemungkinan peningkatan
pembentukan trombosit.
4)
Diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung
koroner, hiperglikemi memicu terjadinya pertumbuhan plaque.
5)
Obesitas
Obesitas dapat mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara,
yaitu :
a) Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar
kolesterol darah, kadar LDL kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang
mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluuh darah), penurunan kadar
HDL-kolesterol (koolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah).

b) Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi (akibat peningkatan volume darah,


peningkatan kadar rennin, peningkatan kadar aldosteron dan insulin, meningkatnya tahanan
pembuluh darah sistemik, serta terdapatnya penekanan mekanis oleh lemak pada dinding
pembuluh darah tepi).
c) Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan tolerensi glukosa ataupun
kencing manis. Menurut Westlund dan Nicholas Sen, obesitas sedang akan meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner 10 kali lipat,bahkan jika berat badan lebih besar 45% dari
berat badan standar, maka resiko terjadinya penyakit kencing manis akan meningkat
menjadi 30 kali lipat.
Oleh karena hipertensi, hiperkolesterol, LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, dan kencing
manis (diabetes mellitus) merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner (PJK), maka
peningkatan tersebut dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
6)
Stres
Stres baik fisik maupun mental merupakan faktor resiko untuk PJK. Pada masa sekarang,
linkungan kerja telah menjadi penyebab stress dan terdapat hubungan yang saling berkaitan
antara stress dan abnormalitas metabolisme lipid. Perilaku yang rentan terhadap PJK
(kepribadian A), antara lain sifat agresif, kasar sinis, gangguan tidur, depresi, emosian.
G. Klasifikasi
Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner (Juwono, 2005):
Asimtomatik (Silent Myocardial Ischemia)
Penderita Silent Myocardial Ischemia tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada
(angina) baik saat istirahat maupun beraktivitas. Ketika menjalani EKG akan menunjukan
depresi segmen ST, pemeriksaan pemeriksaan fisik dan vital sign dalam batas normal.
Angina pektoris
o Angina Pektoris Stabil (STEMI)
Terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas berlangsung selama 1 5 menit dan
hilang saat istirahat. Nyeri dada bersifat kronik (>2 bulan). Nyeri terutama di daerah
retrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas dan menjalar ke lengan kiri,
leher, maksila, dagu, punggung, dan jarang menjalar pada lengan kanan. Pada pemeriksaan
EKG biasanya didapatkan depresi segmen ST (Idrus, 2007).

o Angina Pektoris tidak Stabil (NSTEMI)


Secara keseluruhan sama dengan penderita angina stabil. Tapi nyeri lebih bersifat
progresif dengan frekuensi yang meningkat dan sering terjadi saat istirahat. Pada
pemeriksaan EKG biasanya didapatkan deviasi segmen ST (Harun, Idrus, 2007).
Infark Miokard Akut (IMA)

Sering didahului dada terasa tidak enak (chest discomfort). Nyeri dada seperti
tertekan, teremas, tercekik, berat, tajam dan terasa panas, berlangsung >30 menit bahkan
sampai berjam jam. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak ketakutan, gelisah,
tegang, nadi sering menurun dan elektrokardiografi menunjukan elevasi segmen ST.
.

H. Program rehabilitasi jantung


Rehabilitasi pada penyakit jantung merupakan rangkaian usaha untuk membantu
penyembuhan pasien agar dapat kembali dengan cepat pada kehidupan normalnya. Rehabilitasi
pada PJK bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, mental, dan sosial seseorang seoptimal
mungkin sehingga dicapai kemampuan diri sendiri untuk menjalankan aktifitas dirumah maupun
pekerjaaan.
1) Program fase I
Program diberikan pada semua pasien yang masih dalam perawatan di RS. Program
dilaksanakan sesegera mungkin pada pasien dengan hemodinamik stabil sejak dari ICCU, ruang
rawat inap, hingga pasien pulang. Lama latihan: 7-14 hari. Jenis latihan: pemanasan 5 menit
yang mencakup latihan otot lengan, tungkai, pinggul secara ritmik dan berulang. Komponen
latihan intinya adalah jalan/sepeda statis dengan beban yang ditingkatkan secara bertahap sesuai
respon latihan. Latihan diakhiri dengan pendinginan selama 5 menit.
2) Program fase II
Merupakan program lanjutan yang pelaksanaannya sesegera mungkin setelah pasien
pulang ke rumah. Lama latihan: 6-8 minggu dilaksanakan 3x/minggu selama satu jam. Jenis
latihan: pemanasan berupa stretching selama 5-10 menit, dilanjutkan bersepeda statis dan jalan
kaki selama 30-45 menit. Latihan diakhiri dengan pendinginan selama 10 menit.

3) Program fase III


Merupakan program jangka panjang dengan basis komunitas. Dilaksanakan setelah
pasien menyelesaikan program fase II melalui uji latih jantung dan mencapai kapasitas aerobik.
Lama latihan: 1-3 bulan

Obat-obatan
1) Aspirin
Aspirin merupakan derajat adhesi platelet dan memperpanjang waktu perdarahan. Klopidogrel
merupakan agen platelet yang lebih paten dan sesuai dengan pasien alergi pada aspirin.
2) Nitrat

Mekanisme kerja nitrat meliputi penurunan preload karena pengumpulan darah vena, penurunan
afterload dan penurunan tekanan darah sistemik, dilatasi koroner miokard secara langsung
peningkatan perfusi koroner dan redistribusi aliran darah miokard. Misalnya:
o Gliserin trinitrat
o Sustac 2,6-30 mg/hari
o Susard 2-6 mg/hari
o Isosorbid dinitrat
o Isordil 40-120 mg/hari
o Cedocard 40-160 mg/hari
o Isosorbid mononitrat: elanton 20-120 mg/hari
3) Penyekat Beta
Obat-obat penyekat beta sangat efektif dalam menurunkan frekwensi dan derajat keparahan
serangan nyeri dada serta memperbaiki prognosis dengan menggunakan insiden serangan
jantung. Misalnya:
o Metapolol: betaloc dan lopresor 50-300 mg/hari
o Propanolol: inderal, beta-prograne 80-240 mg/hari
4) Antagonis kalsium
Merupakan kelompok obat heterogen yang menghambat saluran arus lambat. Pemberian
penyekat kalsium menghasilkan relaksasi otot polos, menurunkan afterload dan memiliki efek
langsung terhadap tonus vasomotor koroner sehingga mengurangi spasme arteri koroner.
Misalnya:
o Nicardipin: cardene 20-40 mg 3x1
o Verapamil: cordilox 80-120 mg 3x1
o Amlodipin: istin 5-10 mg tiap pagi

[ BUNDA COBA CEK YANG DIBAWAH INI ]

1)
2)
3)
4)
5)

Pengkajian
Identitas
Usia dan BB: faktor resiko orang terkena PJK adalah meningkatnya usia dan obesitas
Keluhan: Nyeri dada sebelah kiri, sesak dan berkeringat dindin, pusing
Riwayat penyakit dahulu
Menderita PJK, diabetes mellitus, hipertensi
Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita PJK, diabetes mellitus, hipertensi
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
o Nutrisi
Pasien diet tinggi kolesterol/lemak, garam, minuman keras
o Aktivitas dan istirahat

6)
a)

b)

c)
d)
e)
f)
g)

7)
a)
b)
c)
d)

e)
f)
g)
h)
i)

Kelelahan yang yang luar biasa setelah melakukan latihan atau kegiatan yang berat
o Psikososial
Mempunyai kebiasaan merokok, stress kerja maupun keluarga, mudah marah
Pemeriksaan fisik
Sistem Pernapasan
Dispneu saat melakukan kegiatan atau beristirahat, RR meningkat, kedalaman dangkal dan
berkeringat dingin
Sistem Kardiovaskuler
Nyeri dada disebelah kiri seperti tertusuk benda-benda tajam, terasa berat, hilang timbul dan
menjalar dari bahu sampai tangan. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi
mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung
tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy
atau bradi cardia). Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena
distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
System Neurologi
Nyeri kepala yang hebat
System Perkemihan
Oliguri
System Pencernaan
Perut kembung, penurunan peristaltic usus
System Integument
Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
System Muskuloskeletal
Kelelahan saat beraktifitas
Pemeriksaan Penunjang
Laborat (LDL dan HDL)
Untuk mengetahui kadar LDL dalam darah karena LDL menyebabkan efek berbahaya pada
dinding arteri dan mempercepat proses aterosklerosis
EKG
Dengan pemeriksaan ECG dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung. Jika
dengan EKG tidak tampak kelainan pada jantung akan dianjurkan pemeriksaan ECHO dan
treadmill.
ECHO
Treadmill
Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
Arteriorgrafi Koroner
Arteriografi koroner mempunyai tingkat ketepatan paling tinggi (99 - 100%) untuk
memastikan apakah anda mempunyai Penyakit Jantung koroner.

j)
k)
l)
m)
n)

Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata
akut.
Kolesterol atau trigliseid: Mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.
Chest X ray: Mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai
puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit: Ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung
dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.

Masalah Keperawatan
1)
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal
2)
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung
3)
Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen di otot-otot jantung
dengan kebutuhan miokard
4)
PK: Penurunan curah jantung
5)
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan cairan diparu sekunder
6)
Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus
7)
Intoleran aktivitas berhubungan dengan gangguan perfusi perifer
8)
Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan kematian dan perubahan kesehatan
9)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit jantung
koroner
Intervensi
1)
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu mempertahankan
pola pernafasan efektif dengan criteria hasil : RR 12-20 x/menit, nadi 60-100 x/menit, tidak ada
tachipnea atau dispnea, gerak dada simetris, tidak ada nyeri dada, selang dada dan aliran stabil,
ekspansi paru penuh dan tidak ada suara nafas yang adventisius.

a)

b)
c)
d)

Intervensi :
Jelaskan penyebab pola nafas tidak efektif
Penyebab pola nafas tidak efektif karena adanya penumpukan cairan dalam paru sehingga
menghambat ekspansi paru
Beri posisi tinggi kepala (semi fowler)
duduk tinggi kepala memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
Bantu pasien napas dalam
memberikan kenyamanan dalam upaya pernapasan dengan mengeluarkan sputum.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen

memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.


e) Observasi frekuensi pernapasan pasien, pengembangan dada, dan bunyi nafas tambahan.
frekuensi pernapasan yang normal, pengembangan dada yang simetris dan tidak ada bunyi nafas
tambahan, mengindikasikan pola nafas yang efektif.
2)

a)

b)

c)

3)

Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan perifer kembali
adekuat dengan criteria hasil : akral hangat, nadi 60-100 x/menit dan kuat.
Intervensi :
Lihat pucat, sianosis, kulit dingin, lembab. Catat kekuatan nadi perifer
Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung yang ditandai dengan
penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi
Pantau pemasukan haluaran urine
Penurunan pemasukan dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi yang berdampak
nrgstif pada perfusi dan fungsi organ.
Kolaborasi
Pemeriksaan data laboratorium (GDA, BUN, Creatinin, Elektrolit)
Indikator perfusi/fungsi organ
Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen di otot-otot jantung
dengan kebutuhan miokard
Tujuan: Kenyamanan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:
o Pasien mengungkapkan nyeridadanya berkurang atau hilang
o Raut wajah tampak rileks
o VAS 0-1
o Tekanan darah systole 110-130 dan diastole 80-90 mmHg
o Nadi 60-100x/menit

Intervensi:
a. Jelaskan pada pasien penyebab dari nyeri dada
Dengan penjelasan yang diberikan pasien lebih kooperatif dalam menerima terapi
b. Ajarkan teknik relaksai
Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dan iskemia jaringan
c. Kolaborasi dalam pemberian O2
Meningkatkan jumlah O2 yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan akibat iskemik
d. Kolaborasi dalam pemberian obat antiagina (nitrogliserin, cedocard, fasorbid)
Berguna untuk meningkatkan aliran darah, baik dengan menambah suplai oksigen maupun
dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen

e. Observasi keluhan nyeri dada, raut wajah paien, VAS, tekanan darah, nadi
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah diberikan
4)

PK: Penurunan curah jantung yang ditandai dengan takikardi dan denyutan lemah, hipotensi,
kulit pucat, penurunan haluaran urine
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan peningkatan curah jantung dengan kriteria hasil :
a)
Nadi 60-100 x/mnt
b)
TD 120/80 mmHg
c)
Tidak ada pucat/sianosis
d)
Pasien tidak gelisah dan tidak cepat lelah

a.

b.
c.
d.

Intervensi
Jelaskan pada pasien penyebab cepat lelah, kulit pucat
penurunan suplai darah keseluruh tubuh menyebabkan jaringan kurang O2, penurunan
metabolisme energy sehingga menyebabkan kelelahan. Suplai darah ditujukan untuk organ vital
sehingga darah perifer mengalami penurunan.
Berikan lingkungan yang tenang
menghilangkan stress sehingga kerja jantung tidak meningkat
Anjurkan pasien bed rest dan bantu dalam memenuhi kebutuhan
mengurangi kebutuhan O2 tubuh dan menurunkan beban kerja jantung
Kolaborasi dalam pemberian
o Vasodilator
meningkatkan cardiac output, mengurangi tahanan vaskuler

o Digoksin
menurunkan kecepatan konduksi rangsang dalam system hantaran sehingga meningkatkan
cardiac output
e.

Observasi nadi, TD, integument, kelelahan


menunjukkan adanya perbaikan curah jantung dan suplai O2

5)

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan cairan di paru sekunder


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan mampu
dipertahankan dengan criteria hasil : tidak ada distensi vena perifer dan edema dependen,
tekanan darah 120/80 mmHg, paru bersih.

Intervensi :
a)
Ukur masukan/haluaran, catat penurunan pengeluaran. Hitung keseimbangan cairan

b)
c)
d)

e)

Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi Na/air, dan penurunan
haluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukkan
kelebihan volume/gagal jantung
Catat DVJ, adanya oedema dependen
Dicurigai adanya gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
Timbang berat badan tiap hari.
Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya
dekompensasi jantung.
Kolaborasi
o Berikan diet natrium rendah/minuman
Natrium meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi
o Berikan diuretic, contoh furozemid (lazix)
Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan.
o Pantau kalium sesuai indikasi
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi dan dapat terjadi dengan penggunaan
diuretic penurun kalium

6)

Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan defek stimulasi saraf, otot dasar
pelviks lemah dan imobilitas sekunder akibat stroke.
Tujuan: Pasien tidak mengalami konstipasi dengan kriteria hasil:
a)
Pasien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
b)
Konsistensi feces lunak
c)
Bising usus normal (5-35 kali permenit )
Intervensi
a. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi.
pasien dan keluarga akan mengeti tentang penyebab obstipasi.
b. Anjurkan pada klien untuk makan makananan yang mengandung serat.
diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic usus dan eliminasi reguler.
c. Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi.
makanan cairan adekuat membantu mempertahan kan konsistensi feces yang sesuai pada usus
dan membantu eliminasi reguler
d. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus otot abdomen dan
merangsang nafsu makan dan peristaltic.
e. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feces (laxatif, suppositoria, enema)
pelunak feces meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan feces dan
membantu eliminasi
f. Observasi: Auskultasi bising usus, defekasi

bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltic


7)

a)
b)
c)

d)
e)

f)

8)

a)
b)
c)
d)

Intoleran aktivitas berhubungan dengan gangguan perfusi perifer


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan aktifitas dengan
criteria hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, akral hangat
Intervensi :
Tingkatkan istirahat. Batasi aktivitas
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen
Batasi pengunjung
Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien namun periode kunjungan yang
tenang bersifat terapeutik
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdominal, contoh mengejan saat defekasi.
Aktivitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardia
juga menurunkan curah jantung dan takikardia dengan peningkatan tekanan darah.
Kolaborasi
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Memberikan dukungan dan pengawasan tambahan berlanjut dan partisipasi proses
penyembuhan.
Observasi frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah sebelum, selama sesudah
aktivitas sesuai indikasi.
Kecenderungan menentukan respons pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan
penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktivitas/kembali tirah baring
lama.
Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan kematian dan perubahan kesehatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami kecemasan dengan
criteria hasil : pasien tidak cemas dan takut, pasien mampu berpartisipasi dalam proses
pengobatan.

Intervensi :
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress
Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut. Contoh : menolak, depresi dan marah.
Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacuan internal dan efek gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untuk menggangap pasien seperti sebelumnya
Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan
datang dan meningkatkan stabilitas jantung.

Mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala (sesak dan nyeri) untuk meningkatkan
keppercayaan pada program medis dan mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri.
e)
Kolaborasi dalam pemberian sedative, tranquilizer sesuai indikasi
Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat
strategi koping adekuat.
9)

a)

b)

c)

d)

e)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit jantung


koroner
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu mengetahui dan
mengerti tentang sakitnya dan tindakan yang akan dilakukan dengan criteria hasil : Pasien
(keluarga) mampu berpartisipasi dalam program terapi dan mampu mengetahui dan memahami
tentang kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
Dorong untuk menghindari factor/situasi yang sebagai pencetus nyeri dada contoh stress
emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak.
Dapat menurunkan insiden/beratnya episode iskemik
Bantu pasien /orang terdekat untuk mengidentifikasi sumber fisik dan stress emosi dan
diskusikan cara yang dapat mereka hindari
Langkah penting pembatasan/mencegah serangan nyeri dada
Dorong pasien untuk mengikuti program yang ditentukan : pencegahan untuk menghindari
kelelahan
takut terhadap pencetus serangan dapat menyebabkan pasien menghindari partisipasi pada
aktivitas yang telah dibuat untuk meningkatkan perbaikan.
Diskusikan dampak penyakit sesuai pola hidup yang diinginkan dan aktivitas termasuk kerja,
menyetir, aktivitas seksual, dan hobi.
Pasien enggan melakukan/melanjutkan aktivitas biasanya karena takut serangan dan berakibat
kematian.
Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual
bebas
Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan.
[INI TERAPI FARMAKO CAD DARI AKU, AKU BINGUNG NYIMPAN ATAU
DIBUANG AJA ]
A. Terapi Farmakologi
1. Terapi Anti-Iskemik
a. Senyawa Beta Bloker (Prototipe : Propanolol)

Obat-obat golongan betabloker bekerja dengan menghambat secara kompetitif efek


adrenergik
(epinefrin/norepinefrin)
yang
mengakibatkan penurunan denyut jantung,
kontraktilitas dan tekanan darah sehingga dapat menurunkan frekuensi serangan angina
dengan menurunkan kebutuhan oksigen. Namun demikian, golongan betabloker tidak
memperbaiki suplai oksigen. Obat ini bekerja sepanjang waktu sehingga menjadi pilihan
pertama untuk pengobatan angina kronis yang membutuhkan terapi pemeliharaan setiap hari.
Contah obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain Propanolol, Atenolol,
Asebutolol, Bisoprolol, Sotalol HCl dan lainnnya.
Penggunaan betabloker tergantung pada jenisnya. Setiap 12 jam (untuk dosis 2 x sehari), setiap
8 jam (untuk dosis 3 x sehari) atau setiap 6 jam (untuk dosis 4 x sehari). Efek samping obat
golongan betabloker antara lain hipotensi, gagal jantung, bradikardi, penat (fatigue) dan
perasaan tidak enak (malaise). Selain itu, obat golongan ini juga berefek bronkospasme
sehingga dikontraindikasikan pada penderita asma. Begitu juga dengan penderita Diabetes
Mellitus yang mendapatkan pengobatan dengan insulin, senyawa betabloker dapat
menyebabkan perubahan metabolisme glukosa dan menghilangkan warning effect ketika kadar
gula darah turun. Pengentian obat ini harus dilakukan dengan hati-hati dan bertahap untuk
mencegah terjadinya fenomena rebound dan infark miokard.
b. Nitrat (Prototipe : Nitrogliserin)
Obat-obat golongan nitrat bekerja sebagai vasodilator dengan melepaskan Nitrit
Oksida (NO) di otot polos vaskuler yang menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan
konsumsi oksigen dan menurunkan kerja jantung, sehingga mengurangi gejala angina. Contoh
obat yang termasuk dalam golongan nitrat antara lain Isosorbid Dinitrat (ISDN), Isosorbid
Mononitrat (ISMN) dan Gliseril Trinitrat. Golongan nitrat tersedia dalam bentuk sediaan
tablet oral, tablet kunyah, sublingual, patch maupun semprot/spray. Penggunaan sediaan patch
sebaiknya ditempelkan pada tempat yang berbeda untuk menghindari iritasi dan sebaiknya tidak
menggunakannya selama 24 jam penuh untuk mencegah toleransi. Beberapa efek samping
yang dapat terjadi antara lain sakit kepala, takikardi, dan hipotensi. c. Calcium Chanel
Bloker (CCB) Obat-obat golongan CCB bekerja dengan memblok influk ion Kalsium
(Ca2+)
sehingga menurunkan kontraktilitas miokard. Selain itu golongan ini juga
menyebabkan vasodilatasi arteriol yang menyebabkan peningkatan suplai oksigen dan
menurunkan tekanan darah sehingga dapat mengurangi gejala angina. Contoh obat yang
termasuk dalam gologan CCB antara lain Nifedipin, Amlodipin Besilat, Diltiazem HCl,
Nimodipin. Obat-obat ini lebih baik digunakan pada pasien yang dikontraindikasikan dan
intoleransi terhadap betabloker. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh pengobatan ni antara
lain sakit kepala (karena vasodilatasi berlebihan), inotropik negatif.
2. Terapi Antitrombotik

a. Penghambat Siklo-Oksigenase (COX Inhibitor) Contohnya Asam Asetil Salisilat / ASA


(Aspirin). Aspirin bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX 1) melalui reaksi
asetilasi sehingga menekan pembentukan tromboksan A2 dan menghambat agregasi trombosit.
Selain itu aspirin juga memilki efek antiinflamasi sehingga dapat mengurangi ruptur plak.
Aspirin sebaiknya diminum bersama makanan untuk mencegah iritasi lambung. b. Antagonis
Reseptor ADP Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat Adenosin Difosfat
sehingga agregasi trombosit dan perubahan reseptor fibrinogen menjadi bentuk dengan
afinitas kuat dapat dihambat. Contohnya Tiklopidin dan Klopidogrel. Obat-obat ini dapat
digunakan bagi pasien yang mempunyai hipersensitivitas atau gangguan gastrointestinal
akibat Aspirin. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain trombositopeni dan
granulositopenia yang umumnya reversibel setelah pemberian obat dihentikan.
3. Terapi Tambahan
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, PJK erat kaitannya dengan dislipidemia
(tingginya kolesterol darah). Oleh sebab itu obat-obat penurun kolesterol seperti golongan
Statin dapat dijadikan sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kolesterol. Obat golongan
statin bekerja dengan menghambat HMGCoA reduktase, yang merupakan suatu enzim yang
mengontrol biosintesis kolesterol. Dengan dihambatnya sintesis kolesterol di hati, akan
menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL plasma. Beberapa contoh obat yang
termasuk dalam golongan ini antara lain Simvastatin, Atorvastatin, dan Pravastatin. Obatobat golongan statin biasanya diminum sebagai dosis tunggal pada malam hari. Efek samping
umumnya jarang terjadi, seperti diare, sembelit, mual dan gangguan pencernaan. Obat golongan
statin memiliki sifat Pleotrophic Effect, yakni efek lain selain menekan kolesterol darah.
Statin dapat memperbaiki fungsi endotel, menstabilkan plak, mengurangi pemebentukan
thrombus, antiinflamasi dan mengurangi oksidasi lipid, sehingga Statin selain dapat
mengontrol kolesterol juga dapat melindungi jantung. Oleh sebab itu terkadang pada
penderita PJK tetap diberikan obat golongan Statin meskipun kadar kolesterolnya normal.
B. Terapi Non-Farmakologi
1. Tindakan Revaskularisasi
Meliputi operasi pintas koroner (Coronary Artery Bypass Grafting / CABG),
angioplasti koroner (Percutaneous Transluminal Coronar Angioplasty / PTCA), dan pemasangan
stent.
2. Rehabilitasi Medik
Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja organ mendekati semula dan
mengoptimalkan fisik pasca operasi, melalui latihan treadmill, eurocycle test, fisioterapi dan
lain-lain.

3. Modifikasi Faktor Resiko


Misalnya berhenti merokok, mengontrol berat badan normal, olahraga
kardiovaskular (bersepeda, berenang, jalan cepat, dan sebagainya), diet, menurunkan
kolesterol dan hipertensi, mengontrol kadar gula darah

Anda mungkin juga menyukai