Vitamin

Sekitar akhir abad XIX, ketika mulai dipergunakan bahan pakan murni dalam
percobaan-percobaan binatang, masih belum dikenal gizi pakan berupa vitamin.
Alhasil, binatang percobaan tidak menunjukkan kesehatan dan pertumbuhan
badan yang memuaskan.
Pada abad XX, EIJKMAN dan rekan-rekannya menemukan adanya zat yang
diperlukan ini, yang keudian dinamakan VITAMINE oleh VLADIMIR FUNK, karena
disangka suatu ikatan organik amine, karena adanya unsur N dan telah
dikenalnya asam amino pada saat itu. Zat vitamin ini diperlukan untuk
kehidupan (vita) sehingga diberi nama vitamin.
Pada beberapa waktu setelahnya, diketahui bahwa zat esensial ini bukan suatu
amine dan tidak selamanya mengandung unsur N. Karena itu nama vitamin
banyak yang menentangnya, sehingga diubah menjadi VITAMIN. Mengganti
sama sekali dengan nama lain sangat sulit, kaena nama itu telah memasyarakat
di kalangan para ilmuwan.
Definisi vitamin ini mula-mula dianggap mudah, dan diformulasikan sebagai
suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah-jumlah kecil dan harus
didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesa di dalam tubuh.
Protein
Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun protein
metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari struktur sel dan
proses ektraksi dapat menyebabkan disintegrasi sel. Sebaliknya, protein
metabolik dapat diekstraksi tanpa merusak integritas struktur tersebut.
Jika protein mengalami hidrolisa total, akan dihasilkan sejumlah 20-24 jenis asam
amino, tergantung cara menghidrolisanya. Ada tiga cara yang dilakukan untuk
menghidrolisakan protein:
a. Hidrolisa asam
Dengan mempergunakan asam keras anorganik seperti HCl atau H2SO4
pekat (4-8 normal) dan dipanaskan dalam suhu mendidih dapat dengan
tekanan di atas satu atmosfer. Hidrolisa dilakukan untuk beberapa jam.
b. Hidrolisa alkalis
Dilakukan dengan mempergunakan alkali keras, seperti NaOH dan KOH
juga pada suhu tinggi, dilakukan untuk beberapa jam, dengan tekanan di
atas satu atmosfer